You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGENASI

PADA PASIEN DENGAN CA. MAMAE DI RUANG/UNIT MAWAR


RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA JEMBER

oleh

Auliya Hidayati, S.Kep


NIM 132311101001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan berikut dibuat oleh:

Nama : Auliya Hidayati


NIM : 132311101001
Judul : Laporan Pendahuluan Gangguan Pemenuhan Oksigenasi Pada Pasien
dengan Ca Mamae Di Ruang/Unit Mawar Rumah Sakit Tingkat III
Baladhika Husada Jember

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Jember,.............................2017

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

............................................. .............................................
NIP. ........................................ NIP. ........................................

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
A. Definisi Oksigenasi....................................................................................... 1
B. Epidemiologi................................................................................................. 2
C. Etiologi........................................................................................................... 2
D. Tanda dan Gejala......................................................................................... 5
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway.............................................................. 5
F. Penatalaksanaan Medis................................................................................ 7
G. Penatalaksanaan Keperawatan ................................................................. 8
1. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul (PES).................................... 8
2. Perencanaan/Nursing Care Plan................................................................ 9
H. Daftar Pustaka.............................................................................................. 11

3
1

A. Definisi Oksigenasi
Oksigen memegang peranan penting dalam proses tubuh secara
fungsional. Tidak adanya oksigen dapat menyebabkan tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena
itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital
bagi tubuh (Asmadi, 2008). Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh dapat
mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan
organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu
menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel
otak secara permanen (Kozier dan Erbs, 1998 dalam Asmadi, 2008).
Oksigen dipasok ke dalam tubuh melalui proses pernapasan atau respirasi
yang melibatkan sistem pernapasan. Sistem pernapasan terdiri dari serangkaian
organ yang berfungsi melakukan pertukaran gas antara atmosfer dengan plasma
melalui proses ventilasi paru-paru, difusi, transporasi oksigen, dan perfusi
jaringan. Fungsi ini berlangsung selama kehidupan untuk mempertahankan
homeostatis dengan mengatur penyediaan oksigen, mengatur penggunaan nutrisi,
melakukan eliminasi sisa metabolisme (karbondioksida), dan mengatur
keseimbangan asam basa (Asmadi, 2008). Terapi oksigen merupakan salah satu
terapi pernapasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen
adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernapas dan mengurangi stress pada miokardium. Beberapa
metode pemberian oksigen menurut Tarwoto dan Wartonah tahun 2003, yaitu:
1. Low flow oxygen system
Menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya sistem
ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut pola
pernapasan pasien.
2. High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan
dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernapasan
pasien.
2

B. Epidemiologi
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara
global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di
dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan
oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang
lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari
seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun,
29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13%
kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang
dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%),
diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernapasan kronis, penyakit pencernaan
dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4%
kematian disebabkan diabetes (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

C. Etiologi
Etiologi yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan menurut
Potter dan Perry tahun 2005, yaitu:
1. Faktor fisiologis
Proses fisiologi yang mempengaruhi oksigenasi antara lain:
Proses Pengaruh Pada Oksigenasi
Anemia Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Obstruksi jalan Menghambat pengiriman oksigen yang diinsiprasi ke
napas alveoli
Tempat yang tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen inspirator
Meningkatkan frekuensi metabolisme dan kebutuhan
Demam
oksigen di jaringan
Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan
Pengaruh gerakan
diameter anteroposterior thoraks pada saat inspirasi,
dinding dada
menurunkan volume udara yang diinspirasi.

Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada:


3

a. Kehamilan
Ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan, maka uterus yang
berukuran besar akan mendorong isi abdomen ke atas diagfragma.
b. Obesitas
Klien yang obesitas akan mengalami penurunan volume paru. Hal ini
dikarenakan thorak dan abdomen bagian bawah yang berat.
c. Kelainan musculoskeletal
Kerusakan muskulosetal di region thorak menyebabkan penurunan
oksigenasi.
d. Konfigurasi structural yang abnormal.
e. Trauma.
f. Penyakit otot.
g. Penyakit system persarafan.
h. Pengaruh penyakit kronis.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi Prematur
Bayi prematur berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang diduga
disebabkan defisiensi surfaktan.
b. Bayi dan Todler
Bayi dan toddler berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok.
Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang
kongesti nasal yang memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan
potensi terjadinya ISPA. ISPA yang sering dialami adalah nasofaringitis,
faringitis, influenza, dan tonsillitis.
c. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan faktor-
faktor resiko pernapasan, misalnya asap rokok dan merokok.

d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan


Individu pada usia pertengahan dan dewasa muda terpapar pada banyak
faktor resiko kerdiopulmonar seperti diet yang tidak sehat, kurang latihan
fisik, obat-obatan
e. Lansia
4

Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang berhubungan


denganosteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta. Otot-otot pernapasan
melemahdan sirkulsi pemubuluh darah pulmonar menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Klien yang kekurangan gizi mengalami kelemahan otot pernapasan. Kondisi
ini menyebabkan kekekuatan otot dan kerja pernapasan menurun.
b. Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan kebutuhan
oksigen. Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, sehingga individu
mampu untuk mengatasi lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan
karbondoksida.
c. Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, penyakit
paruobstrukti kronis, dan kanker paru.
d. Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alkohol dan obat-obatan secara berlebihan akan menggganggu
oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki asupan nutrisi
yang buruk.
4. Faktor Lingkungan
a. Abestosis
Penyakit paru yang diperoleh dari tempat kerja dan berkembang setelah
individu terpapar asbestosis.
b. Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada ansietas berat akan meningkatkan laju
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat.

D. Tanda dan Gejala


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot napas tambahan
untuk bernapas, pernapasan napas faring (napas cuping hidung), dispnea,
ortopnea, penyimpangan dada, napas pendek, napas dengan mulut, ekspirasi
memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi napas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola napas yang tidak
efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2014).
5

Beberapa tanda dan gejala gangguan pertukaran gas yaitu diaforesis,


dispneu, gas darah arteri abnormal, gelisah, hiperkapnia, hipoksemia, hipoksia,
iritabilitas, sakit kepala ketika bangun, pola pernapasan abnormal (frekuensi,
irama, dan kedalaman napas), sianosis, somnolen, takikardia, warna kulit abnorma
(pucat, kehitam-hitaman) (NANDA, 2015).

E. Patofisiologi dan Clinical Pathway


1. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan
keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi
maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan
direspon jalan napas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran
mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas
miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner dan Suddarth,
2002).

2. Clinical Pathway

Sel kanker bermetastase

Aterosklerosis, trombosis, Beban ventrikel


konstriksi arteri koronaria
Aliran darah ke jantung Hipertrofi ventrikel kanan

Penyempitan lumen
O2 dan nutrisi
ventrikel kanan
Jaringan miokard
Gagal pompa ventrikel kanan
Nekrose > 30 menit
Bendungan atrium
kanan
Suplai dan kebutuhan O2 ke
jantung tidak adekuat Bendungan vena
sistemik
6

Suplai O2 ke miokard

Lien
Gagal pompa ventrikel kiri
Splenomegali
Back failure
LVED Mendesak
diafragma
Tekanan vena pulmonalis Sesak napas
Tekanan kapilar paru Ketidakefektifan
pola napas
Gangguan Edema paru
pertukaran gas
Ronkhi basah
Iritasi mukosa paru
Reflek batuk Ketidakefektifan
F. Penatalaksanaan Medis Penumpukan sekret
bersihan jalan napas
Penatalaksanaan medis pada gangguan kebutuhan oksigenasi menurut
Potter dan Perry tahun 2005, yaitu:
1. Pemantauan hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal
nebulizer, kanula nasal, dan masker untuk membantu pemberian oksigen.
Gambar Keterangan
Kateter Nasal
Aliran oksigen yang bisa diberikan dengan alat ini
adalah sekitar 16 liter/menit dengan konsentrasi
24%-44%. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi
insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai
nasofaring. Persentase oksigen yang mencapai paru-
paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi
pernapasan, terutama jika mukosa nasal membengkak
atau pada pasien yang bernapas melalui mulut.
7

Nasal Kanul
Nasal kanul terdapat dua kanula yang panjangnya
masing-masing 1,5 cm (1/2 inci) menonjol pada
bagian tengah selang dan dapat dimasukkan ke dalam
lubang hidung untuk memberikan oksigen dan yang
memungkinkan klien bernapas melalui mulut dan
hidungnya. Oksigen yang diberikan dapat secara
kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit. Konsentrasi
oksigen yang dihasilkan dengan nasal kanul sama
dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %.
Simple Face Mask
Alat ini memberikan oksigen jangka pendek, kontinyu
atau selang seling serta konsentrasi oksigen yang
diberikan dari tingkat rendah sampai sedang. Aliran
oksigen yang diberikan sekitar 5-8 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen antara 40-60%.

Rebreathing Mask
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi
tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12 liter/menit.
Memiliki kantong yang terus mengembang, baik saat
inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi,
oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada
kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan
udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripadasimple face mask
Non-Rebreathing Mask
Non-rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan
konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan
kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Prinsip alat ini
yaitu udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka
pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi,
dan ada 1 katup lagi yang fungsinya mencegah udara
kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi
(Suciati, 2010)
8

4. Penggunaan ventilator mekanik


5. Fisoterapi dada

G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul (PES)
a. Gangguan pertukaran gas (00030) berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler ditandai dengan klien tampak sianosis dan dispnea;
b. Ketidakefektifan pola napas (00032) berhubungan dengan kelelahan otot
pernapasan ditandai dengan klien tampak kesulitan dalam bernapas dan
menggunakan otot bantu pernapasan;
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031) berhubungan dengan adanya
mukus atau eksudat di jalan napas ditandai dengan adanya penumpukan
mukus di jalan napas klien.
(NANDA, 2015)
9

2. Perencanaan/Nursing Care Plan

Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1. Gangguan - Respiratory status: Gas Airway Management
pertukaran gas exchange 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi;
(00030) - Respiratory status: ventilation 2. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan;
- Vital sign status 3. Monitor respirasi dan status oksigen;
berhubungan
Kriteria hasil: 4. Berikan bronkodilator bila perlu.
dengan perubahan Respiratory Monitoring
1. Mendemonstrasikan
membran alveolar 1. Monitor rata-rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi;
peningkatan ventilasi dan
kapilar ditandai 2. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot
oksigen yang adekuat;
dengan klien tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal;
2. Mendemonstrasikan batuk
tampak sianosis 3. Monitor suara napas;
efektif dan suara napas yang
dan dispnea 4. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui
bersih, tidak ada sianosis dan
hasilnya.
dyspneu;
3. TTV dalam rentang normal.
2. Ketidakefektifan - Respiratory status: airway Airway Management
pola napas (00032) patency 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi;
berhubungan - Respiratory status: ventilation 2. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan;
- Vital sign status 3. Berikan bronkodilator bila perlu;
dengan kelelahan
Kriteria hasil: 4. Monitor respirasi dan status oksigen.
otot pernapasan Oxygen Therapy
1. Mendemonstrasikan batuk
ditandai dengan 1. Pertahankan jalan napas yang paten;
efektif dan suara napas yang
klien tampak 2. Atur peralatan oksigenasi;
bersih, tidak ada sianosis dan
kesulitan dalam 3. Monitor aliran oksigen;
dyspneu; 4. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi.
bernapas dan
10

menggunakan otot 2. Menunjukkan jalan napas yang Vital Sign Monitoring


bantu pernapasan paten; 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR;
3. TTV dalam rentang normal. 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah;
3. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR sebelum, selama,
dan setelah beraktivitas;
4. Monitor frekuensi dan irama pernapasan.
3. Ketidakefektifan - Respiratory status: airway Airway Management
bersihan jalan patency 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi;
napas (00031) - Respiratory status: ventilation 2. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan;
Kriteria hasil: 3. Berikan bronkodilator bila perlu;
berhubungan
1. Mendemonstrasikan batuk 4. Monitor respirasi dan status oksigen.
dengan adanya Airway Suction
mukus atau eksudat efektif dan suara napas yang
1. Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suction;
di jalan napas bersih, tidak ada sianosis dan
2. Minta klien napas dalam sebelum suction;
ditandai dengan dyspneu; 3. Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk
2. Menunjukkan jalan napas yang
adanya memfasilitasi sucsion nasotrakeal;
paten; 4. Monitor status oksigenasi pasien.
penumpukan
3. Mampu mengidentifikasikan
mukus di jalan
dan mencegah faktor yang dapat
napas klien
menghambat jalan napas.
11

H. Daftar Pustaka

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: ECG.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Data dan Informasi Kesehatan: Penyakit Tidak
Menular. http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-
pusdatin-buletin.html [Diakses pada 6 September 2017].
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta:
EGC.
Suciati, N L. 2010. Oxygen Therapy. Karangasem: Nursing Community PPNI
Karangasem.
Tarwoto dan Wartonah. 2003. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

You might also like