Professional Documents
Culture Documents
oleh
Hari :
Tanggal :
Jember,.............................2017
TIM PEMBIMBING
............................................. .............................................
NIP. ........................................ NIP. ........................................
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
A. Definisi Oksigenasi....................................................................................... 1
B. Epidemiologi................................................................................................. 2
C. Etiologi........................................................................................................... 2
D. Tanda dan Gejala......................................................................................... 5
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway.............................................................. 5
F. Penatalaksanaan Medis................................................................................ 7
G. Penatalaksanaan Keperawatan ................................................................. 8
1. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul (PES).................................... 8
2. Perencanaan/Nursing Care Plan................................................................ 9
H. Daftar Pustaka.............................................................................................. 11
3
1
A. Definisi Oksigenasi
Oksigen memegang peranan penting dalam proses tubuh secara
fungsional. Tidak adanya oksigen dapat menyebabkan tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena
itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital
bagi tubuh (Asmadi, 2008). Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh dapat
mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan
organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu
menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel
otak secara permanen (Kozier dan Erbs, 1998 dalam Asmadi, 2008).
Oksigen dipasok ke dalam tubuh melalui proses pernapasan atau respirasi
yang melibatkan sistem pernapasan. Sistem pernapasan terdiri dari serangkaian
organ yang berfungsi melakukan pertukaran gas antara atmosfer dengan plasma
melalui proses ventilasi paru-paru, difusi, transporasi oksigen, dan perfusi
jaringan. Fungsi ini berlangsung selama kehidupan untuk mempertahankan
homeostatis dengan mengatur penyediaan oksigen, mengatur penggunaan nutrisi,
melakukan eliminasi sisa metabolisme (karbondioksida), dan mengatur
keseimbangan asam basa (Asmadi, 2008). Terapi oksigen merupakan salah satu
terapi pernapasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen
adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernapas dan mengurangi stress pada miokardium. Beberapa
metode pemberian oksigen menurut Tarwoto dan Wartonah tahun 2003, yaitu:
1. Low flow oxygen system
Menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya sistem
ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut pola
pernapasan pasien.
2. High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan
dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernapasan
pasien.
2
B. Epidemiologi
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara
global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di
dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan
oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang
lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari
seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun,
29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13%
kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang
dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%),
diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernapasan kronis, penyakit pencernaan
dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4%
kematian disebabkan diabetes (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
C. Etiologi
Etiologi yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan menurut
Potter dan Perry tahun 2005, yaitu:
1. Faktor fisiologis
Proses fisiologi yang mempengaruhi oksigenasi antara lain:
Proses Pengaruh Pada Oksigenasi
Anemia Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Obstruksi jalan Menghambat pengiriman oksigen yang diinsiprasi ke
napas alveoli
Tempat yang tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen inspirator
Meningkatkan frekuensi metabolisme dan kebutuhan
Demam
oksigen di jaringan
Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan
Pengaruh gerakan
diameter anteroposterior thoraks pada saat inspirasi,
dinding dada
menurunkan volume udara yang diinspirasi.
a. Kehamilan
Ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan, maka uterus yang
berukuran besar akan mendorong isi abdomen ke atas diagfragma.
b. Obesitas
Klien yang obesitas akan mengalami penurunan volume paru. Hal ini
dikarenakan thorak dan abdomen bagian bawah yang berat.
c. Kelainan musculoskeletal
Kerusakan muskulosetal di region thorak menyebabkan penurunan
oksigenasi.
d. Konfigurasi structural yang abnormal.
e. Trauma.
f. Penyakit otot.
g. Penyakit system persarafan.
h. Pengaruh penyakit kronis.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi Prematur
Bayi prematur berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang diduga
disebabkan defisiensi surfaktan.
b. Bayi dan Todler
Bayi dan toddler berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok.
Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang
kongesti nasal yang memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan
potensi terjadinya ISPA. ISPA yang sering dialami adalah nasofaringitis,
faringitis, influenza, dan tonsillitis.
c. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan faktor-
faktor resiko pernapasan, misalnya asap rokok dan merokok.
2. Clinical Pathway
Penyempitan lumen
O2 dan nutrisi
ventrikel kanan
Jaringan miokard
Gagal pompa ventrikel kanan
Nekrose > 30 menit
Bendungan atrium
kanan
Suplai dan kebutuhan O2 ke
jantung tidak adekuat Bendungan vena
sistemik
6
Suplai O2 ke miokard
Lien
Gagal pompa ventrikel kiri
Splenomegali
Back failure
LVED Mendesak
diafragma
Tekanan vena pulmonalis Sesak napas
Tekanan kapilar paru Ketidakefektifan
pola napas
Gangguan Edema paru
pertukaran gas
Ronkhi basah
Iritasi mukosa paru
Reflek batuk Ketidakefektifan
F. Penatalaksanaan Medis Penumpukan sekret
bersihan jalan napas
Penatalaksanaan medis pada gangguan kebutuhan oksigenasi menurut
Potter dan Perry tahun 2005, yaitu:
1. Pemantauan hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal
nebulizer, kanula nasal, dan masker untuk membantu pemberian oksigen.
Gambar Keterangan
Kateter Nasal
Aliran oksigen yang bisa diberikan dengan alat ini
adalah sekitar 16 liter/menit dengan konsentrasi
24%-44%. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi
insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai
nasofaring. Persentase oksigen yang mencapai paru-
paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi
pernapasan, terutama jika mukosa nasal membengkak
atau pada pasien yang bernapas melalui mulut.
7
Nasal Kanul
Nasal kanul terdapat dua kanula yang panjangnya
masing-masing 1,5 cm (1/2 inci) menonjol pada
bagian tengah selang dan dapat dimasukkan ke dalam
lubang hidung untuk memberikan oksigen dan yang
memungkinkan klien bernapas melalui mulut dan
hidungnya. Oksigen yang diberikan dapat secara
kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit. Konsentrasi
oksigen yang dihasilkan dengan nasal kanul sama
dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %.
Simple Face Mask
Alat ini memberikan oksigen jangka pendek, kontinyu
atau selang seling serta konsentrasi oksigen yang
diberikan dari tingkat rendah sampai sedang. Aliran
oksigen yang diberikan sekitar 5-8 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen antara 40-60%.
Rebreathing Mask
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi
tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12 liter/menit.
Memiliki kantong yang terus mengembang, baik saat
inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi,
oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada
kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan
udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripadasimple face mask
Non-Rebreathing Mask
Non-rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan
konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan
kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Prinsip alat ini
yaitu udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka
pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi,
dan ada 1 katup lagi yang fungsinya mencegah udara
kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi
(Suciati, 2010)
8
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul (PES)
a. Gangguan pertukaran gas (00030) berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler ditandai dengan klien tampak sianosis dan dispnea;
b. Ketidakefektifan pola napas (00032) berhubungan dengan kelelahan otot
pernapasan ditandai dengan klien tampak kesulitan dalam bernapas dan
menggunakan otot bantu pernapasan;
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031) berhubungan dengan adanya
mukus atau eksudat di jalan napas ditandai dengan adanya penumpukan
mukus di jalan napas klien.
(NANDA, 2015)
9
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1. Gangguan - Respiratory status: Gas Airway Management
pertukaran gas exchange 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi;
(00030) - Respiratory status: ventilation 2. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan;
- Vital sign status 3. Monitor respirasi dan status oksigen;
berhubungan
Kriteria hasil: 4. Berikan bronkodilator bila perlu.
dengan perubahan Respiratory Monitoring
1. Mendemonstrasikan
membran alveolar 1. Monitor rata-rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi;
peningkatan ventilasi dan
kapilar ditandai 2. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot
oksigen yang adekuat;
dengan klien tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal;
2. Mendemonstrasikan batuk
tampak sianosis 3. Monitor suara napas;
efektif dan suara napas yang
dan dispnea 4. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui
bersih, tidak ada sianosis dan
hasilnya.
dyspneu;
3. TTV dalam rentang normal.
2. Ketidakefektifan - Respiratory status: airway Airway Management
pola napas (00032) patency 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi;
berhubungan - Respiratory status: ventilation 2. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan;
- Vital sign status 3. Berikan bronkodilator bila perlu;
dengan kelelahan
Kriteria hasil: 4. Monitor respirasi dan status oksigen.
otot pernapasan Oxygen Therapy
1. Mendemonstrasikan batuk
ditandai dengan 1. Pertahankan jalan napas yang paten;
efektif dan suara napas yang
klien tampak 2. Atur peralatan oksigenasi;
bersih, tidak ada sianosis dan
kesulitan dalam 3. Monitor aliran oksigen;
dyspneu; 4. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi.
bernapas dan
10
H. Daftar Pustaka