You are on page 1of 12

The 1st Conference on Geospatial Information Science and Engineering

PEMETAAN RISIKO BENCANA BANJIR ROB


KOTA SEMARANG

Arief L.N.a,*, Purnama B.S.b, Trias Aditya b


a,*
Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNDIP ( )
Jln. Prof. Soedarto, SH Tembalang - Semarang, Telp. +062-24-766636, Email: arief@undip.ac.id
b
Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM
Dipublikasikan dalam The 1st Conference on Geospatial Information Science and Engineering

Abstract
Semarang is one of the large cities in Java that is very prone to tidal flood or locally known as banjir
rob. In order to reduce the tidal flood risk, disaster managers and city planners requires a well-planned
natural disaster risk management based on disaster risk map of the city area.
In order to develop the disaster risk map, firstly the validation and prediction of the tidal flood were done
in order to produce a hazard map on the tidal flood. Subsequently, the maps of vulnerability and capacity
of the study area were produced based upon VCA (Vulnerability Capacity Analysis) by using fuzzy logic
and weighted method approach. As a comparison to that, the calculation of tidal flood risk was also done
in accordance to the regulation of The Natural Disaster Risk Management Head Kepala Badan
Penanggulangan Bencana Alam (PERKA BNPB) No. 2 year 2012.
The result suggests that the risk for tidal flood in Semarang for the year of 2015 is 8.339,31 hectares,
flooding 22,32 % of the total Semarang areas in 9 sub districts of 73 community areas. From the risk
assessments using VCA formulation, it can be concluded that the low risk is on 15 community areas
(218.17 hectares), intermediate risk on 48 community areas (1.116.38 hectares), and high risk on another
61 areas (6.671.36 hectares). In addition to this, the research also conclude that the use of fuzzy logic
method in modeling vulnerability can gives a good result for supporting tidal flood risk assessment in
Semarang city.
Keywords: tidal flood, risk mapping, fuzzy logic, VCA

I. Pendahuluan Dampak negatif dan kerugian dari peristiwa genangan


rob akan semakin terasa dengan bertambahnya luas
I.1. Latar Belakang
genangan banjir rob dari tahun ke tahun (Diposaptono,
Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di dkk, 2009). Hal ini membuat pentingnya menyusun
Indonesia terutama di pulau Jawa dengan tingkat pemetaan risiko banjir rob kota Semarang. Pemetaan
ancaman bencana yang cukup tinggi. Salah satu risiko sendiri mempunyai tujuan meminimalisir
ancaman bencana di kota Semarang adalah banjir dampak dan kerugian dari bencana melalui
pasang-surut atau lebih dikenal dengan banjir rob. pengelolaan risiko bencana. Perlunya suatu
Selain karena tingginya air pasang di Laut Jawa, pengelolaan risiko bencana yang matang dalam
sejumlah akibat banjir rob diantaranya adalah penanggulangan permasalahan genangan banjir rob di
kenaikan muka laut akibat global warming kota Semarang yang cepat, tepat, dan efisien dengan
(Wirastriya, 2005) dan juga adanya penurunan teknik visualisasi yang mampu mengakomodasi
permukaan tanah (land subsidence) (Gumilar, dkk, tujuan peta dengan penggunanya.
2009), yang juga mempunyai peran dalam perluasan
Dalam pengelolaan manajemen mitigasi bencana,
genangan banjir rob tersebut. Pada masa yang akan
salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah
datang dampak genangan rob diprediksikan akan
dengan melakukan pemetaan risiko bencana.
semakin besar dengan asumsi faktor kenaikan muka
Pemetaan ini meliputi pemetaan ancaman (hazard),
air laut dan penurunan muka tanah meningkat secara
pemetaan kerentanan, dan pemetaan kapasitas dari
konstan.
suatu daerah yang mempunyai potensi bencana.

|1
The 1st Conference on Geospatial Information Science and Engineering

Dalam proses pemetaan risiko memerlukan penilaian ketersediaan data yang diperoleh peneliti dari
dan klasifikasi yang sesuai dengan karakteristik kota berbagai instansi, dengan unit terkecil wilayah
Semarang. Hal ini tidak mudah dilakukan, mengingat administrasi kelurahan.
keterbatasan data dan kevalidan data tersebut sulit
Penggunaan pemodelan kerentanan dengan metode
didapatkan. Perlunya kajian pemodelan yang tepat
fuzzy logic tipe mamdani dan pengujian tiga macam
dalam pemetaan risiko sehingga dapat dihasilkan peta
sistem keanggotaan untuk menentukan tingkat total
risiko yang benar-benar sesuai dengan kondisi
kerentanan pada pemetaan risiko banjir rob kota
sebenarnya.
Semarang.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba memberikan
I.4. Tujuan dan Manfaat
kontribusi dalam penyusunan pemetaan risiko banjir
rob kota Semarang yang mana hasilnya dapat I.4.1 Tujuan
dijadikan acuan dalam manajemen mitigasi bencana
Tujuan dari penelitian ini adalah penyusunan peta
dan bagi masyarakat, khususnya masyarakat kota
risiko banjir rob kota Semarang yang akurat dalam
Semarang.
rangka perencanaan manajemen mitigasi bencana
I.2. Perumusan Masalah banjir rob kota Semarang.
Dalam penyusunan peta risiko tersebut dibutuhkan I.4.2 Manfaat
keakuratan hasil dari proses pemetaan risiko banjir
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
rob kota Semarang yang disajikan guna melengkapi
informasi mitigasi kebencanaan di kota Semarang. Memberikan alternatif informasi kebencanaan dan
Permasalahan yang timbul dalam penyusunan peta kerentanan kepada masyarakat kota Semarang terkait
risiko tersebut adalah bagaimana menyusun ancaman banjir rob untuk lebih waspada sehingga
pemodelan pemetaan risiko dari data-data yang meminimalisir kerugian akibat banjir rob tersebut.
tersedia guna menyusun peta risiko banjir rob kota
Memberikan acuan bagi pemangku kebijakan dalam
Semarang yang sesuai dengan kondisi dilapangan.
pengambilan keputusan untuk penanggulangan banjir
I.3. Pembatasan Masalah rob kota Semarang
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal yang I.5. Tinjauan Pustaka
menjadi batasan masalah, diantara yaitu sebagai
Berbagai kajian tentang banjir rob kota Semarang
berikut :
telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti
Pembentukan model genangan banjir rob kota terdahulu. Penelitian-penelitian tersebut sebenarnya
Semarang terkendala akan tingkat akurasi dan mempunyai satu tujuan yaitu sebagai landasan dalam
keterbaruan data dari data sekunder yang dihimpun penanganan banjir rob. Penelitian-penelitian banjir
yaitu data pasut, data penurunan tanah, dan data rob yang telah dipelajari oleh penulis memberikan
topografi, sehingga akan berakibat pada tingkat kesimpulan tentang penyebab, ancaman dan risiko
ketelitian peta genangan secara geometrik dengan dari daerah yang terdampak, dan penanganannya.
kondisi sebenarnya dilapangan.
Dalam penelitian Wirasatriya (2005) menyebutkan
Dalam hasil peta risiko banjir rob kota Semarang, bahwa kenaikan muka laut akibat dari pemanasan
ruang lingkup wilayah penelitian digunakan hasil dari global menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir
peta prediksi ancaman banjir rob untuk tahun 2015, rob kota Semarang. Penelitian tersebut didasari
dengan unit terkecil wilayah administrasi kelurahan. dengan melakukan analisis dari data stasiun pasang
surut Semarang dalam 20 tahun terakhir penelitian
Hasil peta eksisting ancaman banjir rob kota
tersebut. Kemudian dalam penelitian Gumilar, dkk
Semarang yang digunakan untuk proses validasi,
(2009) yang menggunakan data GPS dan sipat datar,
dilakukan dengan cara melakukan pemetaan
menyebutkan bahwa telah terjadi penurunan muka
partisipatif oleh instansi kelurahan dengan
tanah di wilayah Semarang, dimana hal tersebut
mendeliniasi genangan banjir rob dengan cara
menjadi penyumbang penyebab terjadinya banjir rob
hands-on mapping (pemetaan dengan melakukan
kota Semarang. Masih dalam penelitian tersebut
deliniasi secara manual dari informasi yang diketahui
mengemukakan bahwa penurunan muka tanah akan
dan berdasarkan peristiwa yang terjadi) diatas peta
selalu meningkat seiring dengan meningkatnya
situasi kota Semarang yang terskala. Disamping itu,
populasi dan pembangunan perkotaan di wilayah ini
dilakukan wawancara tentang risiko banjir rob yang
melaui pengambilan air tanah yang berlebihan dan
mencakup keseluruhan tiap wilayah kelurahan, yang
beban bangunan/urugan.
mana hasil wawancara tersebut dijadikan acuan
mengenai kondisi sebenarnya dilapangan. Kajian tentang banjir rob kota Semarang selanjutnya
adalah tentang pemodelannya. Penelitian yang
Pemilihan komponen kerentanan dan kapasitas banjir
dilakukan Marfai (2003) melakukan pemodelan
rob kota Semarang dilakukan dengan keterbatasan

|2
The 1st Conference on Geospatial Information Science and Engineering

banjir rob dengan pendekatan hidrografik dan Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
penggunaan analisis spasial dengan SIG. Kemudian dan konsep praktis dari Good Local Governance
hal yang sama dilakukan dalam penelitian Sutanta, (GLG) Provinsi Jawa Tengah dan Bakornas
dkk (2005) yang melakukan pemodelan banjir rob Penanggulangan bencana.
menggunakan data peta topografi skala 1 : 5.000 dan
sipat datar. Pada penelitian Bakti (2010) dan Frits Kemudian penelitian diluar permasalahan banjir rob
(2010) juga melakukan pemodelan dengan tapi dapat menjadi referensi dalam penelitian penulis
mengakomodasi data topografi dari DEM SRTM terkait dengan manajemen mitigasi bencana yaitu
dikombinasikan dengan penurunan muka tanah dan penelitian yang dilakukan Fanggi (2011), dimana
kenaikan muka laut untuk menghasilkan peta sebaran dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa
banjir rob kota Semarang. Dari pemodelan banjir rob dalam rangka meminimalisir dampak kerugian
kota Semarang yang dimodelkan secara matematis bencana tanah longsor dilakukan pemetaan risiko.
dapat dijadikan prediksi daerah mana saja yang Hal yang sama juga dilakukan oleh Kurnianti (2011),
terdampak dari banjir rob tersebut untuk tiap yaitu melakukan pemetaan risiko multi bahaya di
tahunnya. daerah kali Code Yogyakarta. Dalam kedua penelitian
Hasil pemodelan matematis dari penelitian tersebut tersebut menyebutkan bahwa pemetaan risiko
diatas dapat dijadikan acuan dalam menilai ancaman dihasilkan dari pemetaan bahaya, kerentanan, dan
bahaya banjir rob kota Semarang. Dari ancaman kapasitas. Hasil pemetaan risiko merupakan nilai
bahaya banjir rob tentunya akan membawa dampak indeks risiko dari hasil matriks risiko yang
negatif dari daerah yang terdampak. Seperti dalam divisualkan menggunakan SIG.
penelitian Marfai (2003) dan Sutanta, dkk (2005), II. Data dan Metodologi
melakukan kalkulasi dan prediksi kerugian dari
perubahan penggunaan lahan dari daerah yang II.1. Data
terkena banjir rob. Kemudian dalam penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat
Gumilar, dkk (2009) menyatakan akibat dari banjir diklasifikasikan sebagai berikut :
rob akan menghasilkan kerugian ekonomi yang
meliputi kerugian ekonomi langsung (Direct Data untuk pemodelan genangan banjir rob
economics losses) seperti bangunan yang rusak, dan Data Pasang Surut Pelindo III Tanjung Mas
hancurnya fasilitas-fasilitas umum, dan kerugian Semarang tahun 1985 2011
ekonomi tak langsung (Indirect economics losses) Peta Topografi skala 1 : 5.000 Dinas Pekerjaan
seperti guncangan pada dunia bisnis, berkurangnya Umum Kota Semarang Tahun 2000
pendapatan, dan meningkatnya pengeluaran sektor Peta Percepatan Penurunan Kota Semarang hasil
publik, dan juga kerugian yang ditanggung individu penelitian Gumilar, dkk (2011)
dan rumah tangga. Data untuk penentuan komponen dalam
Perlunya penanganan banjir rob kota Semarang pemetaan risiko banjir rob
sehingga mengurangi dampak negatif yang Peta Eksisting kota Semarang dalam dokumen
ditimbulkan dari banjir rob tersebut. Pada penelitian RTRW Kota Semarang 2010-2030 Badan
Bakti (2010) memberikan gambaran penanganan Perencanaan dan Perencanaan Kota Semarang
banjir rob dilakukan yaitu dengan pembentukan Kecamatan dalam Angka 2010 Kota Semarang
BPS (Badan Pusat Statistik)
bangunan fisik seperti bangunan air pengendali banjir
rob, peninggian dan penguatan tanggul laut dan
Telaah dokumen untuk penentuan komponen dalam
sungai, dan revitalisasi saluran pembuang. Sebagai
pemetaan risiko banjir rob
landasan dari usulan tersebut yaitu dilakukannya
analisis stream line dan daerah tangkapan air di UU RI No. 24 Tahun 2007 tentang
wilayah Semarang. Usulan penanganan juga Penanggulangan Bencana
dilakukan dalam penelitian Miladan (2009) yang UU RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
melakukan pemetaan kerentanan sebagai landasan Ruang dan Wilayah
dalam melakukan penanganan banjir rob UU RI No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
menggunakan strategi akomodatif dan strategi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
mundur dalam perencanaan tata ruang wilayah yang Peraturan Kepala Badan Nasional
terdampak. Pemetaan kerentanan dalam penelitian Penanggulangan Bencana (PERKA BNPB) No.
2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum
tersebut meliputi kerentanan fisik, sosial ekonomi,
Pengkajian Risiko Bencana
sosial kependudukan, lingkungan, dan ekonomi
Dokumentasi Penyusunan Peta Risiko di
wilayah, dimana dalam penentuan komponen
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Aditya,
kerentanan tersebut didasarkan pada Undang-Undang
2010)
Penanggulangan bencana, Perencanaan tata kota, Kajian Kerentanan Wilayah Pesisir kota

|3
The 1st Conference on Geospatial Information Science and Engineering

Semarang (Miladan, 2009) laut dari komponen-komponen harmonik dinyatakan


sebagai berikut :
II.2. Metodologi
. (1)
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini pada
dasarnya terdiri dari tiga pemetaan, yaitu pemetaan Keterangan:
ancaman bahaya banjir rob, pemetaan kerentanan, Zt = tinggi muka air pada fungsi waktu (t)
dan pemetaan kapasitas. Setelah ketiga pemetaan Zo = muka air rerata diukur dari datum
tersebut didapatkan hasilnya, selanjutnya dilakukan Ai =amplitudo masing-masing konstituen harmonik (M2,
proses pembentukan peta risiko banjir rob. S2, dst)
Ti = periode masing-masing konstituen harmonik
Metodologi tersebut dapat dijabarkan seperti pada i =selisih fase masing-masing konstituen harmonik
gambar 1, dengan penjelasan sebagai berikut : n = jumlah komponen pasang surut.

D A TA P E N E N TU A N TELAAH P E N E N TU A N
P E TA DATA
PENURUNAN
TO P O G R A FI PASUT
KOMPONEN DOKUMEN KOMPONEN
TA N A H KERENTANAN K A P A S IT A S

P E M O D E L A N P R E D IK S I K L A S IF IK A S I & K LA S IF IK A S I &
G E N A N G A N B A N JIR R O B P E N IL A IA N P E N IL A IA N
KERENTANAN K A P A S IT A S

P E TA G E N A N G A N
B A N JIR R O B PEM BOBOTAN &
P E M B O B O TA N &
S K O R IN G : FU Z ZY
S K O R IN G
L O G IC M O D E L

V A L ID A S I

P E TA P R E D IK S I
G E N A N G A N B A N JIR R O B PETA KER EN TA N A N P E T A K A P A S IT A S
2 0 15

K L A S IF IK A S I PETA KERENTANAN
ANCAMAN A K H IR

PETA ANCAM AN K L A S IF IK A S I &


B A N J IR R O B P E N IL A IA N R IS IK O

P E T A R IS IK O
B A N J IR R O B

Gambar 1. Metodologi Penelitian


II.2.1. Pemetaan Ancaman Bahaya Banjir Rob
Langkah selanjutnya yaitu dilakukan peramalan nilai
Proses pemetaan ancaman banjir rob didasarkan atas
MSL menggunakan persamaan regresi linier untuk
tergenangnya wilayah daratan oleh air laut dengan
mengetahui nilai MSL di tahun kedepannya, dengan
asumsi kenaikan laut yang dipakai adalah air pasang
asumsi persamaan tersebut telah dilakukan uji
tertinggi (HHWL/Highest High Water Level). Proses
statistik dengan nilai koefisien determinasi lebih
mendapatkan model genangan banjir rob dapat
50%.
dijelaskan sebagai berikut :
Hasil peramalan nilai MSL kemudian dilakukan
1. Pengolahan data pasang surut (pasut)
koreksi atas penurunan tanah yang terjadi pada BM
Tujuan pengolahan data pasut adalah untuk pasut, selanjutnya hasil tersebut digunakan untuk
menentukan peramalan nilai rerata muka laut mencari persamaan prediksi nilai HHWL sebagai
(MSL/Mean Sea Level) yang hasilnya dijadikan salah satu input dalam pemodelan genangan banjir
parameter untuk peramalan nilai pasang tertinggi rob.
(HHWL/Highest High Water Level). Pengolahan 2. Pemodelan genangan banjir rob
pasut menggunakan metode least square untuk
Pemodelan genangan banjir rob dihasilkan dengan
mengetahui komponen-komponen harmonik, yang
logika matematis yang secara visual dapat dilakukan
selanjutnya dipakai untuk mengetahui tinggi MSL. dengan software SIG, melalui analisis spasial. Logika
Rumus yang dipakai dalam menentukan tinggi muka matematis tersebut dapat dirumuskan sebagai

|4
The 1st Conference on Geospatial Information Science and Engineering

berikut : gauss.
[Topografi] n *[Landsubsidence] < HHWL ...(2) Pengujian hasil pemodelan dari ketiga fungsi
dilakukan dengan menguji performansi model fuzzy
Keterangan:
dengan model skoring pembobotan biasa dari
Genangan = Daerah genangan banjir rob
penentuan komponen kerentanan. Uji performansi
[Topografi] = DEM topografi
model dilakukan dengan melakukan perhitungan
[Landsubsidence] = DEM penurunan tanah per tahun
RMSE (Root Means Square Error) dan VAF
HHWL = Nilai HHWL prediksi
(Variance Accounted For), dengan asumsi nilai
n = Selisih tahun prediksi dengan tahun sumber
RMSE kurang dari satu dan VAF lebih dari 50%
data topografi
dianggap memiliki performa yang baik sehingga
rumusan diatas dapat dijelaskan bahwa bila logika model dengan nilai sesuai asumsi tersebut yang akan
tersebut bernilai 1 (true) maka dapat dikatakan daerah terpilih menjadi peta kerentanan banjir rob kota
tersebut tergenang oleh banjir rob dengan asumsi Semarang. Berikut formula dari RMSE dan VAF :
daerah tersebut mempunyai ketinggian topografi yang
terkoreksi dengan nilai penurunan tanah, lebih rendah . (3)
dari nilai HHWL, bila sebaliknya maka daerah
tersebut tidak tergenang. 1 100% (4)
3. Validasi
Validasi genangan banjir rob dilakukan dengan cara Keterangan :
membandingan hasil model genangan dengan peta = output skoring fuzzy
eksisting genangan yang didapat dari pemetaan = variansi skoring fuzzy
partisipatif dengan sumber data dari pegawai = output skoring pembobotan biasa
kelurahan yang dianggap mengetahui kondisi = variansi skoring pembobotan biasa
sebenarnya genangan yang terjadi dikeruhannya. N = jumlah data
Perbandingan ini dilakukan dengan cara
membandingkan luasan, titik genangan secara acak, II.2.3. Pemetaan Kapasitas Banjir Rob
dan sebaran jumlah kelurahan antara peta model
genangan dengan peta genangan eksisting. Komponen kapasitas banjir rob didasarkan atas
komponen utama yang ada pada PERKA BNPB No.
4. Peta prediksi genangan banjir rob 2 Tahun 2012, dengan mengakomodasi data yang ada
Selanjutnya, jika hasil validasi dikatan cukup sesuai dan juga survei langsung di tiap kelurahan untuk
dengan kondisi sebenarnya dilapangan, maka membentuk komponen pemetaan
dilakukan pemetaan prediksi genangan banjir untuk kapasitas.Selanjutnya hasil penentuan komponen
tahun 2015, dimana sebagai landasan waktu kapasitas dilakukan penilaian dan klasifikasi dengan
perencanaan risiko bencana digunakan PERKA bantuan SIG.
BNPB No. 2 Tahun 2012 yaitu dilaksanakan tiap lima II.2.4. Pemetaan Risiko Banjir Rob
tahun.
Tahapan ini dilakukan perhitungan skor dan
5. Klasifikasi dan Skoring peta ancaman banjir rob klasifikasi risiko dari hasil pemetaan ancaman,
Tahapan ini mengklasifikasikan ancaman dari peta kerentanan, dan kapasitas banjir rob. Perhitungan
genangan prediksi dengan landasan PERKA BNPB skor dan klasifikasi risiko dilakukan dengan
menggunakan empat metode, dimana nantinya akan
No. 2 Tahun 2012
dipilih metode yang sesuai dengan kondisi kejadian
II.2.2. Pemetaan Kerentanan Banjir Rob banjir rob kota Semarang dilapangan, dengan asumsi
kondisi sebenarnya dilapangan dari hasil wawancara
Pemetaan kerentanan dilakukan dengan melakukan pejabat kelurahan yang menilai kelas risiko yang
kajian telaah dokumen untuk menentukan komponen terjadi di kelurahan tersebut.
penilaian kerentanan. Selanjutnya dirumuskan pula
pembobotan dan penilaian dari tiap-tiap komponen Keempat metode perhitungan skor dan klasifikasi
tersebut dengan menggunakan metode SIG . dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Dalam proses penilaian kerentanan ini dilakukan 1. Perhitungan secara matematis dari rumusan
metode fuzzy logic tipe mamdani, dengan maksud VCA (Vulnerability Capacity Analysis), yang
untuk mengetahui pemodelan yang terbaik dan sesuai kemudian dilakukan klasifikasi dengan bantuan
dengan kondisi dilapangan. Proses fuzzy logic sendiri SIG dengan natural breaks (jenks).
dilakukan perbandingan tiga sistem fungsi rumusan VCA (Vulnerability Capacity
keanggotaan. Fungsi keanggotaan yang dipakai yaitu Analysis) :
adalah fungsi segitiga, fungsi trapezium, dan fungsi / . (5)

|5
The 1st Conference on Geospatial Information Science and Engineering

Keterangan : R = skor Risiko pemeriksaan pencilan (outlier) dari keseluruhan


H = skor Ancaman data yang ada, dengan tujuan data-data yang
V = skor Kerentanan terletak jauh di luar batas normal atau selang
C = skor Kapasitas kepercayaan dari keseluruhan data dapat
terdeteksi dan dihilangkan untuk dilakukan
peramalan lebih lanjut, dengan selang
2. Klasifikasi menggunakan matriks penentuan
kepercayaan 90%. Hasil yang didapatkan masih
sesuai dengan rumusan VCA (Vulnerability
memiliki koefisien determinasi yang kecil
Capacity Analysis)
sebesar 13,6%, sehingga hasil persamaan regresi
liniernya tidak dapat digunakan.
3. Dengan pendekatan akan kekinian data,
selanjutnya data yang digunakan dalam proses
peramalan MSL menggunakan data pasut di
tahun 2005 2011, dimana hasilnya memiliki
koefisien determinasi 91,8% sehingga hasil
Gambar 2. Matriks Penentuan Kelas
persamaan regresi liniernya dapat digunakan.

3. Perhitungan dan klasifikasi yang dilakukan 4. Kemudian dengan adanya penurunan tanah di
penggabungan metode (1) dan (2), dimana BM pasut, maka persamaannya perlu dikoreksi
dilakukan terlebih perhitungan secara matematis dengan penurunan tanah tersebut. Dari informasi
V/C yang hasilnya diklasifikasi seprti pada data ketinggian BM pasut di tahun 1985, dan
metode (1), selanjutnya klasifikasi risiko hasil penelitian dari wirasatriya (2005) serta
dilakukan perkalian matriks penentuan antara Kahar (2011), dapat disimpulkan bahwa
kelas ancaman dengan hasil kelas V/C tersebut. penurunan tanah di BM pasut sebesar 0,0514
meter per tahun.
4. Perhitungan secara matematis dari rumusan di
PERKA BNPB No. 2 Tahun 2012, yang telah 5. Hasil peramalan nilai MSL yang telah dikoreksi
dimodifikasi. dengan penurunan BM pasut dihasilkan
Rumusan risiko modifikasi dari PERKA BNPB persamaan linier sebagai berikut :
No. 2 Tahun 2012, sebagai berikut : = 0,1168x 233,9151 (7)
1 .. (6) keterangan, = nilai MSL ramalan terkoreksi (meter)
x = waktu ramalan (tahun)
Keterangan : R = skor Risiko
H = skor Ancaman Dengan diketahuinya persamaan linier, maka nilai
V = skor Kerentanan HHWL pun dapat ditentukan berdasarkan nilai MSL
C = skor Kapasitas yang dihasilkan ditambah dengan komponen
harmonik yang dihasilkan dari proses data pasut.
Selanjutnya, hasil keempat metode tersebut Dengan asumsi mencari nilai MSL dan HHWL
dibandingkan dengan kondisi sebenarnya dilapangan sekarang ini yaitu tahun 2012, dihasilkan nilai MSL
dengan melakukan persentase kesesuaian kelas per sebesar 1,0865 meter, sedangkan nilai HHWL sebesar
kelurahan. Metode dengan nilai persentase kesesuaian 1,7148 meter.
yang besar dipilih menjadi peta risiko banjir rob kota
Semarang. III.2. Hasil dan Analisis Pemetaan Ancaman
Banjir Rob
III. Hasil dan Analisis
III.2.1. Pemetaan Genangan dan Validasinya
III.1. Hasil dan Analisis Pasang Surut
III.1.1. Prediksi nilai MSL dan nilai HHWL Dengan diketahuinya nilai HHWL, maka luasan
Dari data pasut yang diolah, bahwa dalam genangan banjir rob saat ini dengan asumsi tahun
menentukan peramalan nilai MSL di perairan kota 2012 dapat diprediksi menggunakan persamaan (2)
Semarang dengan metode regresi linier, dapat seluas 7.754,28 hektar atau 20,76 % dari keseluruhan
dijelaskan sebagai berikut : wilayah kota Semarang yang mempunyai luas total
1. Pengolahan data pasut dengan jangka waktu sebesar 37.360,947 hektar berdasarkan dokumen
tahun 1985 2011, dihasilkan peramalan tidak RTRW Kota Semarang 2010-2030. Luasan genangan
memenuhi standart secara statistik dikarenakan banjir rob tersebut tersebar di 8 (delapan) kecamatan
memiliki koefisien determinan yang kecil yaitu dan 68 kelurahan.
3,7%, sehingga hasil persamaan regresi
liniernya tidak dapat digunakan. Kemudian hasil tersebut dilakukan validasi, dimana
hasil validasi genangan banjir rob seluas 3.915,16
2. Selanjutnya dilakukan pemilahan data dengan

|6
The 1st Conference on Geospatial Information Science and Engineering

hektar atau 10,48 % dari keseluruhan wilayah kota Jumlah 5.996,15 1.477,59 865,57
Semarang. Sedangkan sebaran genangan banjir rob
tersebut mengenai 7 (tujuh) kecamatan dan 38 III.3. Hasil dan Analisis Pemetaan Kerentanan Banjir
kelurahan di kota Semarang. Nilai validasi dari hasil Rob
pemetaan genangan tersebut yaitu sebesar 56,46%,
dengan rincian sebagai berikut : Dalam penentuan komponen kerentanan telah dikaji
dengan telaah dokumen, menghasilkan empat
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Validasi komponen utama kerentanan yaitu :
Genangan Banjir Rob Kota Semarang
1. Kerentanan Fisik
Metode Validasi Nilai Validasi (%)
Sebaran titik genangan rob 63,00 Kerentanan fisik dipilih karena dalam penataan ruang
dilapangan dan kebutuhan struktur ruang penduduk suatu
Luas keseluruhan genangan rob 50,49 wilayah membutuhkan pembangunan fisik berupa
Sebaran genangan rob pada 55,88 infrastruktur untuk mempermudah aktivitas
wilayah administrasi sehari-harinya.
TOTAL 56,46
2. Kerentanan Demografi, dan Sosial Budaya
Dengan asumsi bahwa nilai validasi melebihi batas
Kerentanan ini dipilih karena suatu wilayah akan
ambang yang ditetapkan yaitu lebih dari 50%, maka mengalami perkembangan dari penduduk yang
proses dalam mendapatkan genangan banjir rob tinggal di wilayah tersebut. Dengan perkembangan
memenuhi persyaratan untuk membentuk peta dan interaksi penduduk wilayah tersebut akan
ancaman prediksi banjir rob kota Semarang. menghasilkan suatu komunitas sosial, dan
III.2.2. Peta Ancaman Banjir Rob perkembangan budaya. Hal tersebut tentunya
merupakan komponen kerentanan terpenting dari
Berdasarkan PERKA BNPB No. 2 Tahun 2012, untuk suatu wilayah dalam menghadapi ancaman yang
perencanaan risiko bencana dilakukan setiap lima terdampak genangan banjir rob. Variabel-variabel
tahun sekali, maka peta ancaman banjir rob dilakukan kerentanan Demografi, Sosial, dan Budaya
prediksi tahun 2015. Klasifikasi ancaman banjir merupakan elemen-elemen berisiko yang mana secara
berdasarkan PERKA BNPB No. 2 Tahun 2012 dibagi kependudukan dan kemasyarakatan mempunyai nilai
menjadi tiga kelas yaitu rendah dengan genangan air
yang rawan dalam menghadapi ancaman bencana
setinggi kurang dari 0,75 meter, sedang dengan yaitu genangan banjir rob.
genangan air setinggi antara 0,75-1,5 meter, dan
tinggi dengan genangan air setinggi lebih dari 1,5 3. Kerentanan Ekonomi
meter. Kerentanan ekonomi merupakan komponen
Dengan acuan diatas, maka pemetaan banjir rob kerentanan yang dipilih didasarkan bahwasannya
dilakukan untuk prediksi tahun 2015 dengan hasil
dalam suatu wilayah terdapat aktivitas-aktivitas
yaitu luasan genangan banjir rob sebesar 8.339,31 ekonomi penduduk dalam mencukupi kebutuhan
hektar. Luasan daerah tergenang tersebut hidup sehari-hari di suatu wilayah. Aktivitas tersebut
menggenangi 22,32 % dari total wilayah kota dapat berupa usaha penduduk dalam memanfaatkan
Semarang sedangkan sebaran luasan daerah tergenang lahan untuk berproduksi, dan juga pembangunan
meliputi 9 kecamatan dan 73 kelurahan. Kemudian sarana ekonomi dengan aktivitas ekonomi
dengan menggunakan tools analisis spasial pada SIG,
didalamnya.
didapat klasifikasi genangan banjir rob, yang
selanjutnya disebut sebagai sebagai peta ancaman 4. Kerentanan Lingkungan
banjir rob, yaitu sebagai berikut : Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam
Tabel 2. Rekapitulasi Luas Lahan dan Klasifikasi menjaga kualitas alam suatu wilayah. Keberadaannya
Ancaman Banjir Rob Kota Semarang mempunyai nilai yang penting dalam menjaga
Luas Ancaman (Ha) keseimbangan alam. Atas dasar tersebut, maka
Kelurahan
Tinggi Sedang Rendah komponen kerentanan lingkungan menjadi faktor
GAYAMSARI 240,04 91,02 97,74 yang perlu dinilai guna mengetahui seberapa luas
GENUK 1.284,82 277,04 189,49 lingkungan alam yang rusak dari akibat ancaman
PEDURUNGAN 134,58 183,86 77,68 bencana banjir rob.
SEMARANG BARAT 915,30 162,34 132,92
Kemudian dari penentuan ini dicari variabel-variabel
SEMARANG SELATAN 0,00 0,00 10,05
dari data yang ada terhadap komponen utama tersebut,
SEMARANG TENGAH 138,13 154,81 131,05
untuk selanjutnya dilakukan penilaian dan
SEMARANG TIMUR 430,45 49,38 50,76 klasifikasinya. Hasil yang didapat dari penentuan dan
SEMARANG UTARA 1.090,94 49,86 2,81 klasifikasi kerentanan dapat dilihat pada tabel 3.
TUGU 1.761,88 509,28 173,07
Dari proses penilaian kerentanan dari data yang

|7
The 1st Conference on Geospatial Information Science and Engineering

didapat, kemudian dilakukan klasifikasi kerentanan Hasil yang dicapai dari klasifikasi kerentanan
tiap-tiap komponen. Selanjutnya dilakukan menggunakan fuzzy logic yaitu pemodelan dengan
pemodelan fuzzy logic tipe mamdani dengan fungsi keanggotaan segitiga tidak memenuhi uji
menggunakan tiga fungsi keanggotaan yang berbeda
performansi, dan pemodelan dengan fungsi
untuk tiap-tiap komponen tapi dengan aturan yang
sama. keanggotaan trapezium dan gauss memenuhi uji

Tabel 3. Nilai, Bobot, dan Klasifikasi Komponen Kerentanan Banjir Rob

Komponen Bobot Kelas Kerentanan


No. Parameter Kerentanan
Kerentanan (%) Rendah Sedang Tinggi

Kepadatan Penduduk 50 < 75 jiwa/ha 75 - 150 jiwa/ha > 150 jiwa/ha

Persentase Penduduk
20 < 10 % 10 % - 20 % > 20 %
Miskin
Demografi &
1 Persentase Ibu Hamil 10 <5% 5 % - 10 % > 10 %
Sosial Budaya
Persentase Penduduk Usia
10 <5% 5 % - 10 % > 10 %
Balita
Persentase Penduduk
10 < 10 % 10 % - 20 % > 20 %
Lanjut Usia
Persentase Jaringan Listrik 20 < 30 % 30 % - 60 % > 60 %
Persentase Jaringan Jalan 20 < 30 % 30 % - 60 % > 60 %
Persentase Jaringan
20 < 30 % 30 % - 60 % > 60 %
Telekomunikasi
2 Fisik Persentase Kawasan
20 < 30 % 30 % - 60 % > 60 %
Terbangun
Persentase Jumlah
10 < 30 % 30 % - 60 % > 60 %
Bangunan
Jumlah Bangunan Non
10 < 500 500 - 1.000 > 1.000
Permanen
Luas Lahan Produktif 25 < 10 Ha 10 Ha - 20 Ha < 20 Ha
Luas Lahan Ekonomi 25 < 10 Ha 11 Ha - 20 Ha < 20 Ha
3 Ekonomi
Jumlah Penduduk Bekerja 25 < 5.000 5.000 - 10.000 > 10.000
Jumlah Sarana Ekonomi 25 < 750 750 - 1.500 > 1.500
Luas Hutan Bakau /
25 < 10 Ha 10 Ha - 20 Ha < 20 Ha
Mangrove
4 Lingkungan Luas Lahan Sawah 25 < 10 Ha 11 Ha - 20 Ha < 20 Ha
Luas Lahan Padang Rumput 25 < 10 Ha 12 Ha - 20 Ha < 20 Ha
Luas Lahan Rawa 25 < 10 Ha 13 Ha - 20 Ha < 20 Ha

Total Kerentanan = 40% x [Demografi&SosBud] + 25% x [Fisik] + 25% x [Ekonomi] + 10% x [Lingkungan]
Nilai Setiap Kelas Kerentanan : Klasifikasi Total Kerentanan :
Rendah :1 Rendah :0-1
Sedang :3 Sedang :1-3
Tinggi :5 Tinggi :3-5

Untuk mengetahui pemodelan fuzzy logic dari ketiga performansi. Selanjutnya, kedua model tersebut
fungsi keanggotaan dilakukan uji performa dengan dilakukan uji Fisher untuk mengetahui apakah ada
acuan klasifikasi berdasarkan perhitungan bobot dan perbedaan yang mencolok dari nilai varian yang
kelas secara manual sesuai dengan penyusunan dihasilkan. Hasil (tabel 4) yang didapatkan bahwa
klasifikasi kerentanan yang telah disebutkan kedua model tidak ada perbedaan yang berarti,
sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui selanjutnya dari kedua model tersebut diambil nilai
seberapa baiknya dari kinerja model fuzzy logic RMSE yang paling kecil untuk dipilih menjadi model
dengan asumsi bahwa klasifikasi secara manual kerentanan banjir rob yaitu fuzzy logic dengan fungsi
memiliki kinerja pemodelan yang telah berjalan keanggotaan gauss.
dengan baik.

|8
The 1st Conference on Geospatial Information Science and Engineering

Hasil pemetaan kerentanan banjir rob didapat 1. Jumlah tenaga kesehatan


kelurahan dengan kerentanan rendah terdapat di 11 Kapasitas ini didasarkan atas komponen aturan dan
kelurahan, kerentanan sedang 21 kelurahan, kelembagaan penanggulangan bencana dan
sedangkan kerentanan tinggi terdapat 41 kelurahan. pengurangan faktor risiko. Asumsi tersebut dapat
dijelaskan bahwa penempatan tenaga kesehatan
Bobot Kelas Kapasitas
Komponen Kapasitas
(%) Tinggi Nilai Sedang Nilai Rendah Nilai
Jumlah Tenaga Kesehatan 20 < 10 Orang 5 10 - 20 Orang 3 > 20 Orang 1
Jumlah Sarana Kesehatan 20 < 10 buah 5 11 - 20 Buah 3 > 20 Buah 1
Sosialisasi Bencana 20 Tidak Ada 3 - - Ada 1
Perolehan Bantauan 20 Tidak Ada 3 - - Ada 1
Posko Tanggap Darurat 20 Tidak Ada 3 - - Ada 1
Sumber : Hasil Analisis 2012
Total Kapasitas = [Tenaga Kesehatan] + [Sarana kesehatan] + [Sosialisasi] + [Bantuan] + [Posko]
Ket. Klasifikasi Total Kapasitas :
Rendah :<1
Sedang :1-3
Tinggi :>3
haruslah disesuaikan kondisi demografi dan sosial
penduduk suatu wilayah yang ditetapkan oleh suatu
Tabel 4. Rekapitulasi Pengujian Performa Fuzzy Logic aturan dalam sebuah kelembagaan. Jadi variabel ini
Kerentanan Banjir Rob Kota Semarang dipilih untuk menjadi penilaian dalam indikator
Klasifikasi Kerentanan Total kapasitas banjir rob. Data variabel ini diambil dari
Variabel BPS kota Semarang dalam Semarang dalam Angka
Klasifikasi Fuzzy Logic tipe Mamdani
Pengujian 2010.
Biasa Segitiga Trapesium Gauss
2. Jumlah sarana kesehatan
Rata-rata 2,712 3,015 3,525 2,904
Variansi 0,238 0,569 0,395 0,410
Seperti halnya pada variabel jumlah tenaga kesehatan,
jumlah sarana kesehatan dipilih atas dasar komponen
RMSE Variabel 0,548 0,871 0,385
kapasitas yang sama yaitu komponen aturan dan
VAF ( % ) Pembanding 41,893 60,278 58,046
kelembagaan penanggulangan bencana dan
Uji Validasi
Tidak
Masuk Masuk pengurangan faktor risiko. Sumber data juga
Masuk diperoleh sama dengan variabel diatas yaitu
Nilai F - 0,603 0,580 Semarang dalam Angka 2010.
Uji Fisher
Nilai Kritis - 0,677 0,677 3. Sosialisasi banjir rob
alpha =
0,05 Nilai
- 0,011 0,017
Probabilitas Variabel kapasitas ini dipilih sebagai pencerminan
komponen pendidikan kebencanaan, peringatan dini,
dan pengurangan faktor risiko. Data yang diambil
III.4. Hasil dan Analisis Pemetaan Kapasitas berdasarkan hasil wawancara pada pegawai kelurahan
Banjir Rob di wilayah eksisting tergenang banjir rob.
Komponen kapasitas banjir rob dalam penelitian ini 4. Perolehan bantuan
mengacu pada PERKA BNPB No. 2 Tahun 2012,
dimana komponen utamanya yaitu sebagai berikut : Variabel kapasitas ini dipilih sebagai pencerminan
komponen pengurangan faktor risiko, dan aturan dan
1. Aturan dan kelembagaan penanggulangan kelembagaan penanggulangan bencana. Data yang
bencana diambil berdasarkan hasil wawancara pada pegawai
2. Peringatan dini dan kajian risiko bencana kelurahan di wilayah eksisting tergenang banjir rob.
3. Pendidikan kebencanaan 5. Adanya posko darurat
4. Pengurangan faktor risiko dasar
5. Pembangunan kesiapsiagaan pada seluruh lini Variabel kapasitas ini dipilih sebagai pencerminan
Dari kelima komponen tersebut memberikan dasar komponen pembangunan kesiapsiagaan atas bencana,
dalam menentukan variabel kapasitas banjir rob dan pengurangan faktor risiko. Data yang diambil
dengan keterbatasan sumber data yang ada. berdasarkan hasil wawancara pada pegawai kelurahan
Kemudian atas dasar tersebut, didapat lima variabel di wilayah eksisting tergenang banjir rob.
kapasitas pada bencana banjir rob sebagai berikut : Kelima variabel diatas kemudian ditentukan

|9

Tabel 5. Nilai, Bobot, dan Klasifikasi Komponen Kapasitas Banjir Rob


The 1st Conference on Geospatial Information Science and Engineering

klasifikasi dan rumusan total kapasitas banjir rob klasifikasi pemetaan diatas dengan klasifikasi
dengan hasil seperti pada tabel 5. lapangan yang dilakukan lewat proses wawancara
terhadap para pejabat di kelurahan kota Semarang,
Hasil pemetaan kapasitas banjir rob didapat kelurahan
dimana hasil klasifikasi lapangan diasumsikan sesuai
dengan kapasitas rendah terdapat di 27 kelurahan, dengan kondisi kenyataan yang ada. Dari hasil
kapasitas sedang 41 kelurahan, sedangkan kapasitas validasi dilapangan didapat 38 kelurahan yang
tinggi terdapat enam kelurahan. terimbas genangan banjir rob dengan rincian
III.5. Hasil dan Analisis Pemetaan Risiko klasifikasi 18 kelurahan dengan tingkat risiko tinggi,
Banjir Rob 14 kelurahan dengan tingkat risiko sedang, dan 6
kelurahan dengan tingkat risiko rendah. Hasil dari
Dari hasil dan analisis pemetaan ancaman, kerentanan, validasi pemetaan risiko banjir rob kota Semarang
dan kapasitas dapat dihasilkan peta risiko banjir rob dapat disimpulkan sebagai berikut :
kota Semarang menggunakan empat metode yang
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Validasi
telah disebutkan sebelumnya, dengan hasil pemetaan
Pemetaan Risiko Banjir Rob Kota Semarang
sebaran luas (dalam hektar) klasifikasinya sebagai
berikut : Metode Klasifikasi Jumlah Kelurahan Berisiko Validasi
Risiko Tinggi Sedang Rendah (%)

H*V/C 11 35 65 31,58
RUMUS PERKA 29 49 22 63,16
MATRIK H * V / C 61 48 15 68,42
GABUNGAN 29 59 44 57,89

Dari proses tersebut diatas, dapat dihasilkan bahwa


penggunaan metode penilaian risiko menggunakan
matriks penentuan kelas memiliki kesesuai terhadap
kondisi sebenarnya dilapangan dengan tingkat
validasi sebesar 68,42 %. Dengan demikian
Gambar 3. Grafik Sebaran Luas Klasifikasi Pemetaan penyusunan pemetaan risiko banjir rob kota
Semarang dapat menggunakan metode penilaian

Gambar 4. Peta Ancaman, Kerentanan, Kapasitas, dan Risiko Banjir Rob Kota Semarang
Kemudian dari hasil diatas diperlukan pengujian risiko menggunakan matriks penentuan kelas sesuai
dengan melakukan validasi. Validasi ini dilakukan dengan rumusan VCA dimana klasifikasi risiko
dengan cara melakukan perbandingan dari hasil rendah seluas 218,17 hektar di 15 kelurahan, risiko

| 10
The 1st Conference on Geospatial Information Science and Engineering

sedang seluas 1.116,38 hektar di 48 kelurahan, dan Bakti, L.M,. 2010. Kajian Sebaran Potensi Rob Kota
risiko tinggi seluas 6.671,36 hektar di 61 kelurahan. Semarang dan Usulan Penanganannya. Tesis.
IV. Kesimpulan Program Studi Magister Teknik Sipil. Pascasarjana
UNDIP. Semarang
Dari keseluruhan proses penelitian diatas dapat BAPPEDA Semarang. 2010. Rencana Tata Ruang
disimpulkan, yaitu sebagai berikut : Wilayah Kota Semarang 2010-2030. Semarang
1. Peta prediksi ancaman banjir rob kota Semarang BAPPEDA Semarang. 2000. Profil Wilayah Pantai
pada tahun 2015 tersebar pada 9 kecamatan dan dan Laut Kota Semarang. BAPPEDA. Semarang
73 kelurahan dengan luas genangan sebesar BNPB, 2008, Pedoman Penyusunan Rencana
8.339,31 hektar, atau 22,32 % dari total wilayah Penanggulangan Bencana. Peraturan Kepala
kota Semarang yang luasnya 37.360,947 hektar Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 4
berdasarkan dokumen RTRW kota Semarang Tahun 2008
2010-1030.
BNPB, 2012, Pedoman Umum Pengkajian Risiko
2. Penentuan dan penilaian komponen kerentanan Bencana. Peraturan Kepala Badan Nasional
banjir rob dari hasil telaah dokumen Penanggulangan Bencana No. 2 Tahun 2012
menggunakan metode fuzzy logic tipe mamdani Chakkar, S. & Mousseau, V. 2007. Spatial Multi
dengan fungsi keanggotaan gauss menghasilkan Criteria Decision Making. LAMSADE. University
kerentanan banjir rob tersebar di 11 kelurahan of Paris Dauphine. France
dengan kerentanan rendah, 21 kelurahan dengan
kerentanan sedang, sedangkan kerentanan tinggi Departemen Dalam Negeri RI. 2007. Penanggulangan
terdapat 41 kelurahan. Pemilihan fungsi Bencana. UU No. 24 Tahun 2007
keanggotaan gauss pada metode fuzzy logic tipe Diposaptono, S., Budiman, & Agung, F. 2009.
mamdani didasarkan atas uji performa terbaik dari Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan
fungsi keanggotaan segitiga maupun trapezium Pulau-Pulau Kecil. Penerbit Buku Ilmiah Populer.
dengan nilai RMSE sebesar 0,385 dan VAF Bogor
sebesar 58,046%. Fanggi, L.M. 2011, Pemetaan Tingkat Risiko Tanah
3. Penentuan dan penilaian komponen kapasitas Longsor di Kecamatan Cibal. Tesis , Pascasarjana
dengan dasar PERKA BNPB No. 2 Tahun 2012 S2 Teknik Geomatika Jurusan Teknik Geodesi.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
dihasilkan kelurahan dengan kapasitas rendah
terdapat di 27 kelurahan, kapasitas sedang 41 Frits. I. 2010. Analisis Perilaku Pasang Surut Air Laut
kelurahan, sedangkan kapasitas tinggi terdapat untuk Prediksi Rob Daerah Semarang. Skripsi.
enam kelurahan. Program Studi Teknik Geodesi. UNDIP. Semarang
4. Sedang untuk peta risiko banjir rob kota Gumilar, I., Abidin H.Z., Andres, H., Mahendra, A.D.,
Semarang, dengan mengakomodasi penilaian Sidiq, T.P., & Gamal, M. 2009. Studi Potensi
risiko menggunakan metode penilaian risiko Kerugian Ekonomi (Economic Losses) Akibat
menggunakan matriks penentuan kelas sesuai Penurunan Muka Tanah. Prosiding Seminar
dengan rumusan VCA, menghasilkan klasifikasi Nasional FIT ISI 2009. Teknik Geodesi UNDIP.
risiko rendah seluas 218,17 hektar di 15 kelurahan, Semarang
risiko sedang seluas 1.116,38 hektar di 48 Kurnianti, R. 2011. Pembuatan Peta Risiko Multi
kelurahan, dan risiko tinggi seluas 6.671,36 hektar Bencana (Studi Kasus : Kali Code Pasca Erupsi
di 61 kelurahan. Kemudian, pemilihan metode Merapi). Skripsi. Jurusan Teknik Geodesi.
penilaian risiko menggunakan matriks penentuan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
kelas sesuai dengan rumusan VCA dipilih lewat Kusuma, S., Hartati, S., Harjoko, A. & Wardoyo, R.
uji validasi dengan nilai sebesar 68,42% terhadap 2006. Fuzzy Multi-Attribute Decision Making.
klasifikasi risiko sesuai kondisi dilapangan. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta
5. Berdasarkan proses penelitian ini pemodelan Marfai, M. A. 2003. GIS Modelling of River and
kerentanan dapat didekatkan dengan Tidal Flood Hazards in a Waterfront City Case
menggunakan metode fuzzy logic dimana study : Semarang City, Central Java, Indonesia.
memberikan hasil yang baik dalam proses Tesis. Master Science in Geo-Information Science
penilaian risiko banjir rob kota Semarang. and Earth Observation, Natural Hazard Studies
specialization.
Daftar Pustaka Miladan, N. 2009. Kajian Kerentanan Wilayah Pesisir
Kota Semarang Terhadap Perubahan Iklim. Tesis.
Aditya, T., 2010, Visualisasi Resiko Bencana di Atas Program Studi Magister Teknik Pembangunan
Peta, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Wilayah dan Kota. Pascasarjana UNDIP. Semarang
Geodesi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Setiyono, H., Sukmaningrum, S., Haryo, D. & Tri.

| 11
The 1st Conference on Geospatial Information Science and Engineering

1994. Isu Kenaikan Muka Air Laut Global pada Banjir di Kota Surabaya dengan Menggunakan
Pesisir Pulau Jawa. Laporan Penelitian. Pusat Studi Metode Fuzzy. Skripsi. Jurusan Teknik Informatika
Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian. UNDIP. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. ITS.
Semarang Surabaya
Sutanta, H., Rahman, A., Sumaryo, & Diyono. 2005. Wirasatriya, A. 2005. Kajian Kenaikan Muka Laut
Predicting Land Use Affected by Land Subsidence Sebagai Landasan Penanggulangan Rob di Pesisir
in Semarang Based on Topographic Map of Scale Kota Semarang. Tesis. Program Studi Magister
1:5.000 and Leveling Data. GIS Development. Manajemen Sumber Daya Air. Pascasarjana UNDIP.
Diakses 13 Maret 2012 pada Semarang
http://www.gisdevelopment.net/application/natural_
hazards/overview/ma05118.htm
Winardo, A.B. 2009. Investigasi Daerah Rawan

| 12

You might also like