You are on page 1of 27

THE OPTIMIZATION OF FORMULA AND ACTIVITY TEST IN VITRO OF

LOTION W/O FROM ETHANOL EXTRACT OF CURCUMA MANGGA Val. AS

A SUNSCREEN USING THE COMBINATION OF CETYL ALCOHOL,

GLYCERIN AND CERA ALBA

OPTIMASI FORMULA DAN UJI AKTIVITAS IN VITRO LOTION W/O

EKSTRAK ETANOL TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val.) SEBAGAI

SEDIAAN TABIR SURYA MENGGUNAKAN KOMBINASI SETIL ALKOHOL,

GLISERIN, DAN CERA ALBA

A Karim Zulkarnain*, Nindya Kusumorini

Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRACT

Curcuma mangga contains flavonoids and curcumin that are expected to have an
activity as a sunscreen. This research is aimed to optimize the formula and determine
the UV protection activity of the ethanol extract of mango ginger lotion w/o in vitro.
Formula optimization of lotion w/o is done based on Simplex Lattice Design method
using Design Expert version 9.0.4.1 software with the combination of cetyl alcohol,
cera alba and glycerin. The physical properties of 13 formulas of lotion w/o are
evaluated for the optimum formula determination. The optimum lotion is done some
physical stability tests for 4 weeks, SPF test, erythema percent, and the percent of
pigmentation using UV-Vis spectrophotometry. The results show that the SPF value of
ethanol extract of mango ginger in vitro at concentration of 0.30 mg/ml indicates the
SPF value of 16.62. The result of the lotion w/o optimum formula is it consists of cetyl
alcohol 4.04%, cera alba 7.96% and 7.00% glycerin and the dispersive power prediction
value of 15.67 cm2; adhesiveness of 0.99 seconds and a viscosity of 93.72 dPa.s. The
result of the storage for 4 weeks shows that lotion w/o has viscosity, adhesiveness and
physical dispersive power in a relative stable condition. The lotion w/o SPF value at a
concentration of 1.00%; 2.00%; 3.00%; 4.00% and 5.00% respectively give the SPF
value of 3.56; 7.00; 10.02; 15.06 and 18.52, and respectively give the erythema percent
of 1.41; 2.17; 4.14; 10.95; and pigmentation percent of 1.39; 2.11; 3.93; 10.41.
Keywords: Curcuma mangga, lotion, sunscreen
ABSTRAK

Curcuma mangga mengandung flavonoid dan kurkumin yang diduga memiliki


aktivitas sebagai tabir surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi formula dan
mengetahui aktivitas perlindungan sinar UV lotion w/o ekstrak etanol temu mangga
secara in vitro. Optimasi formula lotion w/o dilakukan berdasarkan metode Simplex
Lattice Design menggunakan software Design Expert versi 9.0.4.1 dengan kombinasi
setil alkohol, cera alba, dan gliserin. Sebanyak 13 formula lotion w/o dievaluasi sifat
fisiknya untuk penentuan formula optimum. Lotion yang optimum dilakukan uji
stabilitas fisik selama 4 minggu, uji spf, persen eritema, dan persen pigmentasi
menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai SPF ekstrak etanol temu mangga
secara in vitro pada konsentrasi 0,30 mg/ml memberikan nilai SPF 16,62. Hasil formula
optimum lotion w/o terdiri dari setil alkohol 4,04%, cera alba 7,96%, dan gliserin 7,00%
dengan harga prediksi daya sebar 15,67 cm2; daya lekat 0,99 detik; dan viskositas 93,72
dPa.s. Hasil penyimpanan selama 4 minggu lotion w/o memiliki viskositas, daya lekat,
dan daya sebar fisik relatif stabil. Nilai SPF lotion w/o pada konsentrasi 1,00%; 2,00%;
3,00%; 4,00%; dan 5,00% berturut-turut memberikan nilai SPF 3,56; 7,00; 10,02; 15,06;
dan 18,52; serta berturut-turut memberikan persen eritema 1,07; 1,41; 2,17; 4,14;
10,95; dan persen pigmentasi 1,06; 1,39; 2,11; 3,93; 10,41.
Kata Kunci : Curcuma mangga, lotion, tabir surya

PENDAHULUAN

Paparan sinar matahari secara berlebih merupakan mediator eksogen utama

terjadinya kerusakan pada kulit yang dapat mempercepat terjadinya penuaan dan resiko

terjadinya kanker pada kulit. Sinar UV pada dasarnya memiliki manfaat dalam

pembentukan vitamin D3 (Cholecalciferol) yang digunakan untuk metabolisme

pembentukan tulang dan sistem imun. Selain itu, radiasi sinar UV juga dapat digunakan

untuk terapi penyakit tbc, psoriasis, dan vitiligo (Cefali dkk., 2016). Akan tetapi,

paparan sinar UV secara terus-menerus justru dapat memberikan efek buruk bagi

kesehatan (Kockler dkk., 2012). Efek buruk jika terpapar sinar UV terlalu lama dapat

menyebabkan terjadinya kanker kulit, terbakar surya, kerusakan mata seperti katarak

dan melanoma, penuaan kulit secara prematur, pigmentasi, eritema, dan kerusakan

sistem imun (Cefali dkk., 2016; Kockler dkk., 2012, Kulkarni dkk., 2014).
Kulit manusia pada dasarnya memiliki mekanisme tersendiri untuk melindungi

dari bahaya sinar UV, yaitu dengan melakukan pembentukan butir-butir pigmen

(melanin) yang akan memantulkan kembali sinar UV. Jika kulit terpapar sinar matahari,

maka akan timbul dua tipe reaksi melanin, seperti penambahan melanin secara cepat ke

permukaan kulit dan pembentukan tambahan melanin baru. Akan tetapi, apabila kulit

terpapar sinar UV secara terus-menerus dapat mengakibatkan hiperpigmentasi yang

dapat memicu timbulnya noda hitam pada kulit dan kerusakan kulit lainnya, seperti

penuaan dini dan kanker kulit (Tranggono dkk., 2007). Oleh karena itu, untuk menjaga

kulit dari efek buruk radiasi sinar UV, maka diperlukan perlindungan menggunakan

tabir surya (Balakhrishnan dan Narayanasmamy, 2011).

Senyawa yang memiliki aktivitas sebagai pelindung terhadap sinar matahari

sangat berguna dalam mengurangi efek buruk radiasi sinar UV pada kulit. Namun,

banyak zat aktif pengabsorpsi sinar UV yang dapat menyebabkan terjadinya alergi dan

iritasi pada kulit. Oleh karena itu, pengembangan formulasi yang mengandung ekstrak

tanaman sedang dikembangkan. Kosmetik dari tumbuhan yang biasa digunakan untuk

menghindari penuaan, yaitu senyawa antioksidan. Senyawa antioksidan dapat

digunakan untuk meminimalisir aktivitas radikal bebas dan melindungi kulit dari radiasi

sinar UV karena adanya kandungan polifenol dalam senyawa. Senyawa yang

mengandung cincin aromatik dapat mengabsorpsi sinar UV khususnya UV A dan UV B

pada panjang gelombang 200-400 nm ( Cefali dkk., 2016; Kockler dkk., 2012; Mishra

dkk., 2011). Tabir surya masih sedikit yang menggunakan zat aktif dari senyawa aktif

bahan alam. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk membuat sediaan tabir surya

menggunakan senyawa aktif bahan alam yang diambil dari temu mangga (Curcuma

mangga). Berdasarkan literatur, temu mangga mengandung senyawa antioksidan,


diantaranya kalkon, flavanon, flavon, dan kurkumin yang memiliki gugus kromofor dan

cincin aromatik (Lajis, 2007; Suryani, 2009; Hartati, 2010). Menurut Sri Hartati dalam

Majalah Farmasi Indonesia (2010) menyebutkan juga bahwa senyawa aktif yang

terdapat pada rimpang temu mangga dapat digunakan sebagai senyawa aktif dalam

sediaan tabir surya, sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dasar dilakukannya

penelitian untuk menguji optimasi formula ekstrak etanol temu mangga sebagai tabir

surya dalam bentuk sediaan lotion w/o.

Formula sediaan lotion dipilih karena sediaan tersebut lebih sering dipakai untuk

sediaan topikal tabir surya. Lotion tipe w/o memiliki beberapa keuntungan yaitu tidak

mudah dicuci dengan air dan memiliki daya lekat yang lama sehingga substantivitas dan

efektivitasnya jika digunakan menjadi lebih baik (P.Agin, 2006; Rai dan Srinivas,

2007). Sediaan lotion agar dapat memenuhi kriteria perlindungan kulit dengan baik,

maka perlu dilakukan optimasi formula lotion w/o tabir surya dengan basis cera alba,

setil alkohol, dan gliserin menggunakan metode Simplex Lattice Design.

METODOLOGI

1. Bahan dan alat

Rimpang temu mangga (Curcuma mangga) etanol 70% (teknis), kloroform (pro

analisis, MERCK), methanol (pro analisis, MERCK), kurkuminoid 1% (Sigma), plat

silica gel 60 F254, asam asetat (pro analisis, MERCK), aquades, plat selulosa, setil

alkohol derajat farmasetik (MERCK), gliserin derajat farmasetik (MERCK), mineral

oil derajat farmasetik (Sigma), span 80 derajat farmasetik (MERCK), cera alba

derajat farmasetik (MERCK), metil paraben derajat farmasetik (Sigma), propil

paraben derajat farmasetik (Sigma), dan etanol 96% (pro analisis, MERCK).
Oven, corong Buchner (Pyrex), rotatory evaporator, waterbath (memmert),

moisture balance, seperangkat alat kromatografi lapis tipis, bejana, labu ukur, gelas

beker, gelas ukur, kertas saring, kuvet, dan spektrofotometer UV-Vis, timbangan analitik

(Precise 2000C-2000D1), alat-alat gelas, Ultra-turrax T25 (JANKE & KUNKEL IKA -

Labortechnik),botol tempat lotion, stopwatch (Alba Digital Stopwatch), pH universal,

sentrifugator (EBA g), seperangkat alat uji daya sebar (Laboratorium Teknologi

Farmasi, UGM), penggaris, alat uji daya lekat (Laboratorium Teknologi Farmasi,

UGM), dan viskosimeter seri VT 04 (Rion Co, Ltd, Jepang).

2. Jalannya Penelitian

a. Pembuatan ekstrak temu mangga

Rimpang temu mangga dicuci dengan air mengalir, ditiriskan, diiris tipis, dan

dikeringkan dengan oven kemudian diserbuk menggunakan alat penyerbuk.

Sebanyak lima kilogram serbuk rimpang temu mangga diekstraksi menggunakan

metode maserasi dengan pelarut etanol 70% selama 24 jam, diulangi remaserasi

sebanyak 2 kali. Filtrat yang diperoleh kemudian dikentalkan.

b. Pemeriksaan nilai SPF ekstrak temu mangga

Ekstrak etanol temu mangga dibuat larutan induk dengan dilarutkan dalam

pelarut etanol, kemudian diambil sebanyak 0,2 ml, 0,225 ml, 0.25 ml, 0,275 ml,

dan 0,3 ml kemudian diencerkan dengan etanol 70% hingga 10 ml. Diukur pada

panjang gelombang 290 sampai 320 nm pada tiap kenaikan 5 nm dan dilakukan

pengulangan sebanyak 2x selanjutnya nilai SPF dihitung dengan metode Mansur.

Persamaan Mansur :
320
SPF= CF EE ( ) I ( ) Abs ()
290
c. Formulasi lotion w/o

Optimasi formula lotion w/o ekstrak etanol temu mangga menggunakan metode

Simplex Lattice Design.


Tabel I. Hasil optimasi formula lotion w/o dengan metode Simplex Lattice Design dengan software
Design Expert versi 9.0.4.1

Bahan F-1 F-2; F- F-3; F-4; F-5 F-7 F-8 F-9 F- F-13
(%) 11 (%) F-6 F-12 (%) (%) (%) (%) 10 (%)
(%) (%) (%)
Ekstrak temu 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14
mangga
Mineral oil 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Setil alkohol 3 2 2 8 4 5 2 5 6 3
Gliserin 11 7 13 7 9 7 10 10 8 8
Cera alba 5 10 4 4 6 7 7 4 5 8
Metil paraben 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20
Propil paraben 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Span 80 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Water (add) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

c. Pembuatan formula

Fase minyak dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 65oC-75oC hingga leleh.

Di tempat lain, fase air dipanaskan di tempat yang terpisah pada suhu 65oC-75oC.

Ekstrak dicampur di air yang telah mendidih kemudian disonifikasi dan dicampur

dengan gliserin dan propil paraben. Fase air di masukan sedikit demi sedikit pada

fase minyak dan diaduk menggunakan ultra-turrax sampai homogen. Sediaan lotion

yang terbentuk dimasukan ke dalam wadah dan didiamkan selama 24 jam.

d. Uji stabilitas fisik lotion w/o

Lotion diamati stabilitas fisik selama 4 minggu penyimpanan meliputi

pengukuran organoleptis, pH dengan kertas pH, pengujian viskositas dengan

viskometer VT-04 (Rion, Japan), uji daya lekat, uji daya sebar, uji volume

pemisahan dipercepat, dan dengan sentrifugasi.

1). Organoleptis

Pemeriksaan meliputi warna, bau,dan bentuk sediaan.


2). Viskositas

Pemeriksaan dilakukan menggunakan alat viscosimeter VT-04. Sediaan

lotion dimasukkan ke dalam wadah berbentuk tabung lalu dipasanag rotor

dan dipastikan bahwa rotor terendam dalam sediaan lotion, kemudian alat

viskosimeter dipasang pada portable viscotester. Viskositas diketahui dengan

mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Hasil viskositas dicatat

dalam satuan dPa.s (1 dPa.s = 1 Poise).

3). Uji pH

Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH universal dengan cara

mengoleskan lotion pada kertas pH universal.

4). Uji daya lekat

Lotion sebanyak 0,1 gram dioleskan diatas objek gelas yang lain dan ditindih

dengan beban 1 kg selama 5 menit. Kemudian objek gelas dipasang pada

alat uji, beban seberat 20 gram dilepaskan dan dicatat waktunya hingga

kedua objek gelas tersebut lepas (Anonim, 1995).

5). Uji daya sebar

Lotion ditimbang seberat 0,5 gram dan diletakkan ditengah kaca

bulat berskala. Di atas bahan diletakkan kaca bulat lain lalu didiamkan

selama 1 menit lalu dicatat penyebarannya. Diukur diameter lotion yang

menyebar (dengan mengukur panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi).

Selanjutnya ditambahkan beban tambahan pada menit ke-2, 3, 4, 5, 6, dan 7,

setiap kali penambahan beban yang ditambahkan 50 gram dan didiamkan

selama 1 menit dan dicatat diameter lotion yang menyebar seperti

sebelumnya (Garg dkk., 2000).


6).Uji volume pemisahan dipercepat

Uji volume pemisahan dipercepat diuji dengan menggunakan metode by

freeze - thaw cycling yaitu penyimpanan sediaan pada suhu ekstrim 8 0C dan

450C. Uji dilakukan dengan pemberian kondisi stress pada suhu 450C dan

80C secara bergantian selama 3 siklus (1 siklus = 24 jam pada 450C dan 24

jam pada 80C). Volume pemisahan dapat dihitung dengan menggunakan

rumus pada persamaan dibawah.

Ht Vt L Ht
F= = =
Ho Vo L Ho

Keterangan: F : rasio volume pemisahan , Ht:tinggi emulsi pada waktu t,


Ho :tinggi emulsi mula-mula, Vt : volume emulsi pada waktu t,
Vo : volume emulsi mula-mula, L: luas penampang wadah
( Mollet dan Grubenmann, 2001).

7). Uji volume pemisahan dengan sentrifugasi

Lotion dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi berskala sampai skala

tertentu. Tabung reaksi berskala berisi sediaan lotion w/o diuji menggunakan

sentrifugasi pada kecepatan 1500, 3000, dan 4500 rpm selama 30 menit,

dilakukan pengamatan tiap kenaikan 5 menit. Volume pemisahan dapat

dihitung dengan menggunakan rumus:

volume emulsi yang memisah


Pemisahan (%) = 100
volume emulsi kesuluruhan
e. Evaluasi aktivitas lotion w/o ekstrak etanol temu mangga

1). Penentuan nilai SPS lotion w/o

Sebanyak 0,25 g; 0,50 g; 0,75 g, 1,00 g; dan 1,25 g dimasukan dalam labu ukur

25,0 ml kemudian dilarutkan dalam campuran etanol 96% dan kloroform 1:1

hingga 25,0 ml sampai larut. Setelah terlarut sempurna sampel disaring

menggunakan kertas saring (Fatmawati, dkk., 2006). Filtrat yang didapat diukur

serapan larutan dari tiap formula dengan spektrofotometer UV-Vis setiap 5 nm pada

rentang panjang gelombang 290-320 nm untuk penentuan nilai SPF.

2). Penentuan % transmisi eritema dan % transmisi pigmentasi

a. Perhitungan transmisi
Dari nilai serapan (A) yang diperoleh kemudian dihitung nilai serapan

untuk 1 g/L, selanjutnya ditentukan nilai transmisi (T) 1 g/L dengan

menggunakan rumus A = -log T, dimana (A =absorban, T = nilai tranmisi).


b. Perhitungan transmisi eritema dan transmisi pigmentasi
1) Nilai transmisi eritema merupakan jumlah energi sinar ultraviolet yang

dapat menyebabkan eritema pada panjang gelombang 292,5-337,5 nm.

Nilai% transmisi eritema didapat dari persamaan:


Ee (TxFe)
(Te)= =
Fe Fe
Dimana:
Ee= Energi Eritema
Fe = Faktor keefektifan eritema
Jumlah energi sinar ultraviolet penyebab eritema adalah penjumlahan

hasil perkalian transmisi dengan faktor keefektifan eritema pada

panjang gelombang 292,5-337,5nm (Cumpelik,1972).

2) Nilai transmisi pigmentasi merupakan jumlah energi sinar ultraviolet

penyebab pigmentasi pada panjang gelombang 292,5 372,5 nm yang


diteruskan oleh sediaan tabir surya. Nilai % transmisi pigmentasi

didapat dari persamaan:


Ee (TxFp)
(Tp)= =
Fp Fp
Dimana:
Ee= Energi Eritema
Fe = Faktor keefektifan pigmentasi
Jumlah energi sinar ultraviolet penyebab pigmentasi adalah

penjumlahan hasil perkalian transmisi dengan faktor keefektifan pigmentasi

pada panjang gelombang 292,5-372,5 nm (Cumpelik, 1972).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pemeriksaan karakteristik ekstrak etanol temu mangga

Ekstrak dibuat dengan metode maserasi menggunakan etanol 70%. Penetapan

karakteristik ekstrak dilakukan untuk memberikan batasan atau standarisasi bahan yang

akan digunakan dalam penelitian. Penetapan karakteristik ekstrak meliputi uji

organoleptis, susut pengeringan, kadar air, dan identifikasi kandungan kurkumin. Dari

hasil pembuatan ekstrak, ekstrak etanol temu mangga memiliki warna coklat, bau khas

temu mangga, berbentuk kental,dengan susut pengeringan 17,27 0,55%, dan kadar air

1,67%. Uji susut pengeringan bertujuan untuk memberikan batasan maksimal terhadap

senyawa yang hilang selama proses pengeringan, sedangkan untuk kadar air bertujuan

untuk menetapkan residu air setelah mengalami proses pengeringan ataupun

pengentalan dan memberikan batasan minimal rentang besarnya kandungan air dalam

ekstrak.

Analisis kandungan ekstrak bertujuan untuk memberikan gambaran komposisi

kandungan senyawa dalam ekstrak. Uji kualitatif kurkumin dilakukan dengan

menggunakan fase diam silika gel 60 F254 dan fase gerak kloroform P : methanol P
(4,75 : 0,25 v/v). Berdasarkan hasil deteksi kurkumin dengan menggunakan

pembanding kurkuminoid 1% didapat 3 bercak yang memiliki warna bercak dan harga

hRf yang sama dengan pembanding yang digunakan. Warna bercak sampel dan

pembanding pada sinar tampak berwarna kuning yang merupakan bercak dari kurkumin

dan berfluorosensi pada panjang gelombang 366 nm. Kurkumin berada pada Rf paling

tinggi karena kurkumin memiliki gugus metoksi lebih banyak. Gugus metoksi

mengurangi kepolaran kurkumin, sehingga kurkumin terelusi lebih mudah daripada

demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin.

2. Penetapan harga SPF ekstrak etanol temu mangga secara in vitro

Penetapan harga SPF ekstrak temu mangga dilakukan dengan cara membuat seri

konsentrasi dari larutan induk kemudian dibuat konsentrasi dari 2,00%; 2,25%; 2,50%;

2,75%; dan 3,00%. Hasil penetapan harga SPF ekstrak temu mangga tersaji pada Tabel

II. Berdasarkan Food and Drug Administratiion (FDA) harga SPF pada konsentrasi

3,00% termasuk dalam SPF sedang karena memiliki nilai SPF 16,62. Nilai minimal

perlindungan tabir surya yang diakui oleh FDA adalah 15.

Tabel II. Hasil penetapan harga SPF ekstrak temu mangga


Konsentrasi (%v/v) Nilai SPF
2,00% 11,58 0,33
2,25% 12,66 0,04
2,50% 14,61 0,60
2,75% 16 0,67
3,00% 16,62 0,08

Setelah dilakukan penelitian nilai SPF pada ekstra temu mangga, kemudian dari

hasil penetapan tersebut dipilih pada konsentrasi 3,00% ekstrak etanol temu mangga

untuk dibuat dalam sediaan lotion w/o. Dari konsentrasi larutan ekstrak temu mangga
kemudian dilakukan perhitungan konsentrasi ekstrak yang akan digunakan dalam

pembuatan formula lotion w/o (100ml) dengan nilai SPF 16,62 dan didapat bobot

ekstrak yang akan digunakan dalam formulasi yaitu 0,135 mg.

3. Penentuan formula optimum lotion w/o

Optimasi formula lotion w/o ekstrak etanol temu mangga dilakukan dengan

memasukkan sifat ketiga belas formula sebagai respon ke dalam software design expert

versi 9.0.4.1. Sifat fisik dan stabilitas yang dimasukkan sebagai respon adalah daya

sebar, daya lekat, dan viskositas yang diuji pada hari ke-1 setelah pembuatan. Hasil

penelitian terhadap viskositas, daya lekat, dan daya sebar dapat dibuat persamaan garis

SLD (Simplex Lattice Design) berdasarkan software design expert dengan model special

cubic dan didapat persamaan sebagai berikut :

Sifat fisik persamaan simplex lattice design lotion w/o

a. Daya sebar

Y= +20,22 (A) + 12,73 (B) + 11,05 (C) 20,10 (AB) + 6,71 (AC) + 0,19 (BC) + 49,14 (ABC)

b. Viskositas

Y= 44,39 (A) + 84,38 (B) + 93,43 (C) + 201,26 (AB) + 75,54 (AC) - 86,44 (BC) 14,54 (ABC)

c. Daya lekat

Y= 0,87 (A) + 0,69 (B) + 1,93 (C) 0,25 (AB) 2,52 (AC) + 7,47 (BC) 30,37

(ABC)

Keterangan :
A= proporsi setil alkohol
B = proporsi cera alba
C= proporsi gliserin
Penentuan daerah optimum lotion w/o ekstrak etanol temu mangga dianalisis

menggunakan software design expert versi 9.0.4.1. Pada penelitian ini digunakan

pendekatan numeric untuk menentukan formula optimum. Sifat fisik yang dimasukan

sebagai respon adalah respon daya sebar, daya lekat, dan viskositas. Viskositas dan daya

lekat dimasukan dalam rentang in range dengan tujuan agar penetapan formula yang

disarankan dari program Design Expert akan berada dalam rentang yang diharapkan,

untuk viskositas dipilih kriteria dari rentang 80-100 dPa.s agar lotion w/o yang

dihasilkan tidak terlalu encer dan stabil selama penyimpanan, untuk daya lekat dipilih

kriteria pada rentang 1 2 detik, sedangkan untuk daya sebar dimasukan dalam rentang

maximize (14-16 cm2). Dari analisis-analisis tersebut dihasilkan super imposed dari

contour plot respon daya sebar, viskositas, dan daya lekar lotion w/o ekstrak etanol temu

mangga. Hasil dari diagram super imposed contour plot terlihat bahwa formula yang

dipilih sebagai formula optimum oleh software design expert adalah formula yang

mengandung setil alkohol 4,04 %; gliserin 7,00%; dan cera alba 7,96 % dengan nilai

desirability tertinggi yaitu 0,834 seperti terlihat pada gambar 14. Nilai desirability

besarnya dari nol sampai dengan satu, dimana semakin mendekati satu artinya semakin

tinggi kemungkinan untuk mendapatkan respon yang diinginkan. Solusi yang

ditawarkan oleh Design Expert versi 9.0.4.1 trial untuk formula optimum adalah

formula yang memiliki nilai desirability sebesar 0,834 yang berarti kemampuan untuk

memprediksi sifat fisikokimia formula optimum bernilai sekitar 83,40%. Selain

memprediksi formula optimum, software design expert juga dapat memprediksi nilai

sifat fisik dari formula optimum. Nilai prediksi yang ditawarkan pada masing-masing

respon yaitu daya sebar 15,67 cm2; daya lekat 0,99 detik; dan viskositas 93,72 dPa.s.
Tidak ada persyaratan tertentu sebagai nilai daya sebar, daya lekat, dan viskositas

sediaan lotion w/o yang standard.

I II

III IV

Gambar 1. Contour plot daya sebar, viskositas, daya lekat, dan hasil super imposed

dari respon daya sebar, viskositas, dan daya lekat formula optimum lotion

w/o
Keterangan : I: contour plot daya sebar; II: contour plot viskositas; III: contour plot

daya lekat; IV: super imposed dari respon daya sebar, viskositas, dan

daya lekat

4. Verifikasi hasil optimasi dan analisis statistik

Nilai prediksi respon dari formula optimum yang didapat dari software selanjutnya

dibandingkan dengan respon yang diperoleh pada percobaan yang diamati pada hari-1

setelah pembuatan (minggu ke-0) sehingga dapat diketahui signifikansi antara sifat fisik

formula optimum yang dibuat dengan sifat fisik formula optimum menurut software.

Analisis statistik yang digunakan adalah one sample t-test dengan taraf kepercayaan

95% untuk membandingkan hasil percobaan dengan nilai prediksi. Berikut adalah hasil

one sample t-test respon prediksi dan respon percobaan formula optimum lotion w/o

disajikan pada tabel IV.

Tabel IV. Hasil uji t satu sampel formula optimum lotion w/o ekstrak etanol temu mangga hasil
prediksi software dibandingkan dengan hasil percobaan
Respon Prediksi Percobaan Signifikansi Kesimpulan
Viskositas 93,72 dPa.s 95,19 3,06 0,061 Tidak berbeda
secara signifikan
Daya lekat 0,99 detik 1,050,07 0,537 Tidak berbeda
secara signifikan
Daya sebar 15,67 cm2 13,200,83 0,05 Tidak berbeda
secara signifikan

Berdasarkan tabel IV menunjukkan bahwa respon viskositas, daya lekat, dan daya

sebar memiliki hasil yang tidak berbeda signifikan antara prediksi dengan hasil

percobaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan sesuai dengan respon

prediksi.

5. Evaluasi stabilitas fisik lotion w/o


a. Organoleptis

Berdasarkan uji sifat fisik formula optimum lotion selama penyimpanan

minggu ke-0 hingga minggu ke-4 menunjukkan tidak ada perubahan warna, bau,

bentuk, homogenitas, dan pH. Warna yang dihasilkan oleh lotion w/o memiliki

warna putih kekuningan dan bau khas ekstrak temu mangga, memiliki tekstur

yang halus, lembut, dan memiliki homogenitas serta pH yang sama dari minggu

ke-0 sampai minggu ke-4.

b. Viskositas

Viskositas merupakan uji sifat fisik untuk mengetahui kekentalan sediaan

dan melihat stabilitas lotion selama penyimpanan. Sediaan lotion dikatakan

mempunyai viskositas yang baik jika lotion mudah diambil dari wadah, mudah

dituang, dan mudah dioleskan ke tempat terapi. Viskositas lotion akan

berpengaruh pada kemampuan menyebar dan melekat pada permukaan kulit.

Semakin tinggi viskositas maka kemampuan menyebar pada kulit akan semakin

menurun atau semakin kecil. Demikian juga sebaliknya, bila viskositas lotion

menurun maka kemampuan menyebar akan meningkat sedangkan kemampuan

melekat pada kulit akan semakin menurun. Hasil uji viskositas selama 4 minggu

tersaji pada tabel V.

Tabel V. Hasil nilai viskositas selama penyimpanan


Viskositas Minggu-0 Minggu-1 Minggu-2 Minggu-3 Minggu-4
lotion w/o
Replikasi 1 90 dPa.s 93,13 dPa.s 96,88 dPa.s 90,63 dPa.s 90,63 dPa.s

Replikasi 2 91,88 dPa.s 85,63 dPa.s 95,63 dPa.s 95,63 dPa.s 96,88 dPa.s

Replikasi 3 88,75 dPa.s 89,38 dPa.s 81,88 dPa.s 94,38 dPa.s 101,25 dPa.s
Berdasarkan uji viskositas formula optimum lotion w/o selama

penyimpanan dari minggu ke-0 sampai minggu ke-4 menunjukkan hasil

viskositas yang fluktuatif atau naik turun hingga akhir penyimpanan. Fluktuasi

viskositas tersebut dapat terjadi karena pengaruh suhu selama pengamatan yang

kurang dikendalikan, sebab viskositas sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan

dimana meningkatnya suhu akan menurunkan nilai viskositas sediaan dan

sediaan menjadi lebih encer, sedangkan penurunan suhu dapat meningkatkan

viskositas sediaan dimana sediaan menjadi lebih padat. Selain itu, perubahan

viskositas juga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti perubahan kondisi

fase dispers, medium dispers, emulgator, dan bahan tambahan lainnya. Semakin

tinggi penurunan atau kenaikan viskositas selama penyimpanan maka dapat

dikatakan bahwa lotion tersebut semakin tidak stabil.

Analisis statistik dilakukan dengan Uji ANOVA taraf kepercayaan 95%

untuk mengetahui perbedaan respon viskositas dari minggu ke-0 sampai minggu

ke-4 selama penyimpanan. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji

ANOVA didapat nilai signifikansi >0,05 (0,475) yang berarti tidak ada

perbedaan viskositas untuk ketiga formula optimum selama penyimpanan.

Tabel VI. Data uji statistik viskositas formula optimum


Viskositas Signifikansi Kesimpulan
Uji Normalitas Minggu ke-0 = 0,779 Data terdistribusi normal
Minggu ke-1 = 1 Data terdistribusi normal
Minggu ke-2 = 0,144 Data terdistribusi normal
Minggu ke-3 = 0,463 Data terdistribusi normal
Minggu ke-4 = 0,805 Data terdistribusi normal
Uji 0,079 Tidak berbeda secara
Homogenitas signifikan
Uji ANOVA 0,475 Tidak berbeda secara
signifikan
c. Daya lekat

Daya lekat suatu lotion berhubungan dengan lamanya kontak antara

sediaan dengan kulit dan kenyamanan ketika diaplikasikan pada kulit. Lotion

yang baik mampu menjamin waktu kontak efektif dengan kulit sehingga tujuan

penggunaannya tercapai dan mampu melindungi kulit dalam waktu yang relatif

lama. Daya lekat juga berpengaruh pada substantivitas dan efektivitas kerja zat

aktif pada lokasi pemberian. Semakin lama lotion melekat pada kulit maka

semakin efektif pula penggunaan lotion dalam melindungi efek dari sinar UV.

Hasil uji daya lekat selama 4 minggu tersaji pada tabel VI.

Tabel VI. Hasil nilai daya lekat selama penyimpanan


Daya lekat Minggu-0 Minggu-1 Minggu-2 Minggu-3 Minggu-4
lotion w/o
Replikasi 1 1,07 detik 1,09 detik 0,82 detik 1,11 detik 1,01 detik
Replikasi 2 1,11 detik 0,80 detik 1,19 detik 1,72 detik 1,13 detik
Replikasi 3 0,97 detik 0,72 detik 0,93 detik 1,01 detik 1,33 detik

Berdasarkan uji daya lekat selama penyimpanan dari minggu ke-0 sampai

minggu ke-4 daya lekat cenderung fluktuatif. Hal ini sebanding dengan nilai

viskositas dimana viskositas pada ketiga formula naik turun selama

penyimpanan. Jika viskositas meningkat maka nilai daya lekat meningkat dan

sebaliknya jika viskositas menurun maka akan meningkat pula nilai daya lekat

suatu sediaan semi padat.

Analisis statistic dilakukan dengan Uji ANOVA taraf kepercayaan 95% untuk

mengetahui perbedaan respon daya lekat dari minggu ke-0 sampai minggu ke-4

selama penyimpanan. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji ANOVA didapat

nilai signifikansi >0,05 (0,279) yang berarti tidak ada perbedaan viskositas untuk

formula optimum selama penyimpanan.


Tabel VI. Data uji statistik daya lekat formula optimum
Viskositas Signifikansi Kesimpulan
Uji Normalitas Minggu ke-0 = 0,942 Data terdistribusi normal
Minggu ke-1 = 0,903 Data terdistribusi normal
Minggu ke-2 = 0,948 Data terdistribusi normal
Minggu ke-3 = 0,853 Data terdistribusi normal
Minggu ke-4 = 0,980 Data terdistribusi normal
Uji Homogenitas 0,068 Berbeda secara signifikan
Uji ANOVA 0,279 Berbeda secara signifikan

d. Daya sebar

Daya sebar berkaitan dengan sifat penyebaran lotion ketika diaplikasikan

pada kulit. Semakin besar daya sebar, semakin besar pula luas permukaan kulit

yang kontak dengan lotion dan zat aktif pada sediaan lotion akan terdistribusi

secara merata dan baik pada kulit. Lotion yang baik memiliki daya sebar yang

besar sehingga dapat diaplikasikan pada permukaan kulit yang luas tanpa

penekanan yang berlebih.

Tabel XXVI. Hasil nilai daya sebar selama penyimpanan


Daya sebar Minggu-0 Minggu-1 Minggu-2 Minggu-3 Minggu-4
lotion w/o
Replikasi 1 12,25 cm2 25,06 cm2 11,79 cm2 14,35 cm2 20,22 cm2
Replikasi 2 14,35 cm2 26,94 cm2 13,30 cm2 15,37 cm2 24,62 cm2
Replikasi 3 13.96 cm2 14,01 cm2 13,14 cm2 15,43 cm2 15,03 cm2

Berdasarkan uji daya sebar selama penyimpanan minggu ke-0 sampai

minggu ke-4 didapat nilai daya sebar yang fluktuatif. Terjadinya perubahan daya

sebar yang fluktuatif ini dapat disebabkan oleh perubahan suhu kamar saat

percobaan dilakukan. Percobaan dilakukan pada suhu kamar dengan rentang

suhu antara 250-300C. Jika terjadi perubahan pada suhu kamar maka akan terjadi

perubahan pada viskositas lotion yang akan berpengaruh juga pada pengukuran

daya sebar. Makin tinggi viskositas maka makin turun pula daya sebar sediaan
begitu pula sebaliknya makin rendah viskositas maka makin naik pula daya

sebar sediaan.

Analisis statistik dilakukan dengan Uji Kruskal Wallis taraf kepercayaan

95% untuk mengetahui perbedaan respon daya sebar dari minggu ke-0 sampai

minggu ke-4 selama penyimpanan. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji

Kruskal Wallis didapat nilai signifikansi p <0,05 (0,044) yang berarti ada

perbedaan daya sebar untuk ketiga formula optimum selama penyimpanan.

Tabel XXVII. Data uji statistik daya sebar formula optimum


Viskositas Signifikansi Kesimpulan
Uji Normalitas Minggu ke-0 = 0,335 Data terdistribusi normal
Minggu ke-1 = 0,258 Data terdistribusi normal
Minggu ke-2 = 0,184 Data terdistribusi normal
Minggu ke-3 = 0,094 Data terdistribusi normal
Minggu ke-4 = 0,908 Data terdistribusi normal
Uji 0,017 Berbeda secara signifikan
Homogenitas
Uji ANOVA 0,053 Tidak berbeda secara
signifikan
Uji Kruskal 0,044 Berbeda secara signifikan
Wallis

e. Pengujian stabilitas lotion w/o

1). Freeze and thaw cycling test

Pengujian freeze and thaw cycling test bertujuan untuk mengetahui

kestabilan emulsi apakah terjadi kristalisasi atau pengendapan maupun

proses oksidasi dalam sediaan tabir surya pada suhu ekstrim dengan tingkat

stress yang tinggi. Pengujian menggunakan metode freeze and thaw ini

dilakukan dengan menyimpan sediaan pada suhu ekstrim 80C selama 12 jam

dan dilanjutkan disimpan pada suhu 450C secara bergantian minimal 3

siklus.

Berdasarkan pengamatan pada formula optimum lotion w/o pada

penyimpanan suhu 8oC menunjukkan tidak ada pemisahan pada ketiga


formula optimum, namun ketika dilanjutkan penyimpanan pada suhu 45oC

selama 3 jam terjadi pemisahan pada ketiga formula. Pemisahan pada suhu

450C ini terjadi karena pengaruh dari beberapa bahan tambahan yang tidak

tahan terhadap pemanasan, seperti gliserin, setil alkohol, dan mineral oil.

2). Uji volume pemisahan dengan sentrifugasi

Uji stabilitas dipercepat dapat dilakukan pada stress condition seperti

pengaruh suhu dan mekanik. Salah satu uji pemisahan mekanik adalah

dengan sentrifugasi. Uji sentrifugasi juga dapat digunakan untuk alternatif

uji stabilitas lotion dipercepat selain menggunakan metode freeze-thaw. Uji

sentrifugasi dapat digunakan untuk uji stabilitas dipercepat karena terkait

dengan gravitasi. Hal ini sesuai dengan hukum stokes dimana pemisahan

dipengaruhi oleh gravitasi dan peningkatan gravitasi akan mempercepat

terjadinya pemisahan (Block, 1996).

Pemisahan dipercepat dengan sentrifugasi dilakukan pada kecepatan

1500 rpm, 3000 rpm, dan 4500 rpm. Peningkatan kecepatan sentrifugasi

dapat mengubah bentuk fase internal yang terdispersi dan memicu terjadinya

koalesens pada lotion. Rasio pemisahan hasil sentrifugasi pada kecepatan

1500, 3000, dan 4500 rpm selama 30 menit menunjukkan bahwa semua

lotion w/o stabil oleh adanya kecepatan yang tinggi (F=1). Hal ini dapat

disebabkan karena viskositas lotion w/o yang besar sehingga tidak terjadi

pemisahan fase.

6. Uji aktivitas lotion w/o ekstrak etanol temu mangga

a. Nilai SPF
Penentuan efektivitas sediaan tabir surya dapat dilakukan dengan

menghitung nilai SPF (Sun Protecting Factor) dari sediaan (Soeratri dan

Purwanti, 2004). Nilai SPF menggambarkan kemampuan produk tabir surya

dalam melindungi kulit dari eritema (Stanfield, 2003). Harga SPF yang

didapatkan dalam suatu sediaan menyatakan berapa kali daya tahan alami

kulit seseorang dilipat gandakan sehingga terlindung dari radiasi sinar

matahari tanpa terkena luka bakar. Pengujian nilai SPF dapat dilakukan secara

in vivo maupun in vitro. Minimum Erythemal Dose (MED) didapat dari uji in

vivo, namun uji in vivo membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang lebih

lama karena uji in vivo menggunakan subjek manusia atau hewan seperti

kelinci atau tikus. Uji in vitro lebih mudah dan lebih hemat biaya. Uji in vitro

dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri yaitu dengan membaca nilai

absorbansi zat pada panjang gelombang UV B maupun UV A. Oleh karena itu

dalam penelitian ini penentuan nilai SPF sediaan dilakukan secara in vitro.

Tabel VII. Nilai SPF lotion w/o ekstrak etanol tem mangga
Lotion w/o SPF in vitro
Basis 2,29 0,33
Lotion w/o ekstrak etanol temu mangga konsentrasi
1% 3,56 0,2
Lotion w/o ekstrak etanol temu mangga konsentrasi
2% 7,00 0,33
Lotion w/o ekstrak etanol temu mangga konsentrasi
3% 10,02 0,82
Lotion w/o ekstrak etanol temu mangga konsentrasi
4% 15,06 0,39
Lotion w/o ekstrak etanol temu mangga konsentrasi
5% 18,52 1,56

Berdasarkan hasil nilai SPF yang disajikan pada tabel VII, bahan-bahan

tambahan yang digunakan untuk membuat sediaan lotion w/o memiliki nilai

SPF 2,29 0,33. Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA) harga

SPF lotion w/o ekstrak etanol temu mangga pada konsentrasi 1,00%, 2,00%,
dan 3,00% termasuk dalam kategori minimal karena memiliki harga SPF

antara 2-12 dan untuk konsentrasi 4,00% dan 5,00% termasuk dalam kategori

sedang karena memiliki harga SPF antara 15-30. Nilai SPF sediaan bila

dibandingkan dengan nilai SPF ekstrak temu mangga didapatkan bahwa nilai

SPF pada sediaan lebih rendah dibanding pada ekstrak etanol temu mangga.

Pada konsentrasi 3% ekstrak etanol temu mangga mampu menghasilkan nilai

SPF 16,62 sedangkan pada sediaan hanya didapat nilai SPF 10,02. Diduga hal

ini terjadi karena jumlah ekstrak yang sangat kecil mempersulit ekstrak

tercampur secara merata dengan beberapa bahan yang ditambahkan dan

adanya interaksi ekstrak dengan bahan-bahan yang ditambahkan dalam

formulasi, sehingga perlu dilakukan optimasi untuk menentukan kadar

optimum ekstrak etanol temu mangga agar dapat memberikan nilai SPF

secara maksimal didalam formula tabir surya.

1). Nilai % eritema dan % pigmentasi

Efektivitas sediaan tabir surya dapat dilakukan dengan metode

penentuan % transmisi eritema (%Te) dan % transmisi pigmentasi

(%Tp). Berdasarkan hasil pengamatan serapan sediaan lotion w/o ekstrak

etanol temu mangga pada konsentrasi 1,00%, 2,00%, 3,00%, 4,00%, dan

5,00% untuk perhitungan % eritema dan % pigmentasi disajikan dalam

tabel XXXI.

Tabel XXXI. Kategori penilaian aktivitas sediaan tabir surya (Balsam dan
Saragin, 1972)
Kategori Penilaian Rentang sinar UV yang ditransmisi (%)
% eritema % pigmentasi
Sunblock <1 3-40
Proteksi ekstra 1-6 42-86
Suntan standard 6-12 45-86
Fast tanning 10-18 45-86
Tabel XXXII. Persen transmisi eritema (%Te) dan persen transmisi pigmentasi
(%Tp) serta kategori penilaian
Konsentrasi (%) % Transmisi Kategori Penilaian
eritema pigmentasi
1% 1,07 1,06 Proteksi ekstra
2% 1,41 1,39 Proteksi ekstra
3% 2,17 2,11 Proteksi ekstra
4% 4,14 3,93 Proteksi ekstra
5% 10,95 10,41 Suntan standar
Basis 1,05 1,04 Proteksi ekstra

Sesuai dengan hasil perhitungan yang tertera pada tabel XXXII, sediaan

lotion w/o ekstrak etanol temu mangga pada konsentrasi 1-4% memberikan

harga persen eritema (%Te) dan persen pigmentasi (%Tp) yang dapat

dikategorikan sebagai proteksi ekstra, sedangkan untuk konsentrasi 5% dapat

dikategorikan sebagai suntan standar.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan penetapan harga SPF ekstrak etanol temu mangga secara in vitro

pada konsentrasi 3,00% memberikan nilai SPF 16,62. Hal ini sesuai dengan

yang telah dipersyaratkan oleh FDA sebagai senyawa aktif tabir surya dengan

perlindungan sedang.

2. Hasil formula optimum ekstrak etanol temu mangga pada setil alkohol 4,04 %,

gliserin 7,00%, dan cera alba 7,96 % memberikan hasil yang tidak berbeda

antara respon sifat fisik hasil percobaan dengan prediksi pada software design

expert, serta memiliki sifat fisik dan stabilitas fisik yang stabil selama

penyimpanan 4 minggu.
3. Formula optimum lotion w/o ekstrak etanol temu mangga memiliki aktivitas

sebagai tabir surya dan tergolong sebagai sunblock yang dapat diaplikasikan

pada kulit manusia untuk melindungi dari sinar UV.

DAFTAR PUSTAKAA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.
Balakhrishnan, K.P., & Narayanasmamy, N., 2011, Botanicals as Sunscreens: Their
Role in The Prevention of Photoaging and Skin Care, International Jurnal
Research in Cosmetic Science, India.
Balsam, M.S., & Sagarin, E. (Eds), 1972,Cosmetics: Science and technology (2nd) Ed.,
1-3, Interscience Publishers, Inc, New York.
Block, L.H., 1996, Pharmaceutical Emulsions and Microemulsions, in Lieberman, H.A.,
Rieger, M.M., & Banker, G.S., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms Disperse
System, 2nd Ed., 2, 67-95, Marcel Dekker Inc., New York, Basel, Hongkong.
Cefali, L.C., Ataide, J.A., Moriel, P., Foglio, M.A., & Mazzola, P.A., 2016, Plant
Compounds as Active Photo Protectants in Sunscreen, International Journal of
Cosmetic Science. [Pubmed]
Choquenet, B., Couteau, C., Paparis, E., & Coiffard, L.J., 2009, Flavonoids and
Poliphenols, Molecular Families with Sunscreen Potential : Determining
Effectivenes with an in Vitro Method, Natural Product Communication.
[Pubmed]
Cuppett, S., M. Schrepf & C. Hall III, (1954), Natural Antioxidant Are They Reality,
Dalam Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and
Applications, AOCS Press, Champaign, Illinois: 12-24.
Cumpelik, B.M., 1972, Analytical Procedures and Evaluation of Sunscreens, Journal of
The Society of Cosmetic Chemists, (23), 333-345.
Draelos, Z.D., & Thaman, L.A., 2006, Cosmetic Formulation of Skin Care Products,
156, Taylor and Francis Group, New York.
Dutra, E.A., Oliveira, D.A.G.C., Hackmann, E.R.M.K., & Santoro., M.I.R.M., 2004,
Determination of Sun Protection Factor (SPF) of Sunscreens by Ultraviolet
Spectrophotometry, Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences ,40 (3).
Fatmawati, A., Pakki, E., & Sartini, 2006, Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Temugiring
(Curcuma heyneana Val.) sebagai Bahan Tabir Surya, Majalah Farmasi dan
Farmakologi, 10 (2).
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., & Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulation: An Update, Pharmaceutical Technology, 84-102, diakses pada
tanggal 15 Maret 2016, www.pharmatech.com.
Hartati, Sri, 2010, Optimasi Kombinasi Campuran Sorbitol, Gliserol, dan Propilen
Glikol dalam Gel Sunscreen Ekstrak Etanol Curcuma mangga, Majalah
Farmasi Indonesia, 21 (2), 83-89.
Jones, D., 2008, Pharmaceutics Dosage Form and Design, Pharmaceutical Press,
London.
Kulkarni, S.S., Bhalke, R.D., Pande, V.V., & Kendre, P.N., 2014, Herbal Plants in Photo
Protection and Sun Screening Action: An Overview, Indo American Jornal of
Pharmaceutical Research, 4 (2), 1104-1113.
Kockler, J., Oelgemoller, M., Robertson, S., & Glass, BD., 2012, Photostability of
Sunscreens, Journal of Photochemistry and Photobiology C: Photochemistry
Reviews , 13 (1), 91-110. [Pubmed]
Lajis, N.H., 2007, Recent Aspect of Natural Products Research and Development in
Malaysia. International Symposium Biology, Chemistry, Pharmacology, and
Clinical Studies of Asian Plants, Surabaya.
Lowe, N.J., 2006, An Overview of Ultraviolet Radiation, Sunscreens, and Photo-
induced Dermatoses, Dermatol Clin, 24, 9-17. [Pubmed]
Matts, P.J., 2006, Solar Ultraviolet Radiation: Definitions and Terminology, Dermatol
Clin, 24 (1), 1-8. [Pubmed]
Mishra, A.K., Mishra, A., & Chattopadhyay, P., 2011, Herbal Cosmeceuticals for
Photoprotection from Ultraviolet B Radiation: A Review, Tropical Journal of
Pharmaceutical Research, 10 (3), 351-360.
Mishra, A.K., Mishra, A., & Chattopadhyay, P., 2012, Assessment of in Vitro Sun
Protection Factor of Calendula Officinalis L. (Asteraceae) Essential Oil
Formulation, Journal of Young Pharmacist, 4 (1), 17-21. [Pubmed]
Mollet, H., & Grubenmam, A., 2001, Formulation Technology: Emulsions,
Suspensions, Solid Form, 261-262, Wiley-Vch, Toranto.
Moravkova, T., & Filip, P., 2014, The Influence of Thickeners on the Rheological and
Sensory Properties of Cosmetic Lotions, Petr Filip Institute of Hydrodynamic,
11 (6). [Pubmed]
P.Agin, P., 2006, Water Resistance and Extended Wear Sunscreens, Dermatol Clin, 24
(1), 75-9. [Pubmed]
Rai, R., & Srinivas, C.R., 2007, Photoprotection, Indian J dermatol Venereol Ieprol, 73
(2), 73-79. [Pubmed]
Rasheed, A, Shama, S.N., Mohanalakshmi, S., & Ravichandran, V., 2012, Formulation
Characterization and in Vitro Evaluation of Herbal Sunscreen Lotion, Orient
Pharm Exp Med (2011), 12, 241-246, Institute of Oriental Medicine, Kyung
Hee University.
Saewan, N., & Jimtaisong, A., 2013, Photoprotection of Natural Flavonoids, Journal of
Applied Pharmaceutical Science, 3 (9), 129-141.
Tranggono, Retno, I.S., Latifah, f., & Djajadisastra, J., (ed), 2007, Buku Pegangan
Ilmu Pengtahuan Kosmetik, 6-7,l 11-13, PT. Gramedia Pustaka Utama , Jakarta.

You might also like