You are on page 1of 27
Bab II Tinjauan Pustaka BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, 849) yaitu: *Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan sesorang”. Sedangkan pengertian pengaruh menurut Badudu dan Zain (1994, 1031) yaitu sebagai berikut: *Pengaruh adalah (1) daya yang menyebabkan sesuatu yang terja (2) sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain; dan (3) tunduk atau mengikuti Karena kuasa atau kekuatan orang lain”. Dari pengert n di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain, Sehingga, dalam penelitian ini penulis meneliti mengenai seberapa besar daya yang ada atau yang ditimbulkan oleh Capital Adequacy Ratio (CAR) tethadap_profitabilitas bank. 2.2 Pengertian Bank Berbagai definisi mengenai bank telah dikemukakan oleh berbagai kalangan dan ahli, Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian bank: Detinisi bank menurut UU Perbankan No.10 tahun 1998 : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”. Sedangkan dalam IAI No.31 mengenai Akuntansi erbankan disebutkan sebagai berikut Bab II Tinjauan Pustaka “Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surflus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta lembaga yang berfangsi memperlanear lalu lintas pembayaran’ Menurut A. Abdurrachman dalam artikelnya (2000, 1) memberikan pengertian bank: “Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang meaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, bertindak sebagai penyimpanan benda-benda berharga, yyai usaha perusahaan-perusahaan dan lai Menurut Tunggal (1994, 2) dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Akuntansi Perbankan memberikan pengertian yang serupa mengenai bank “Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dari jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran wang”, Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi sebagai mediator atau perantara bagi peredaran alu Tintas uang, yaitu dalam bentuk simpanan dan kemudian mengelola dana tersebut dengan jalan meminjamkannya kepada masyarakat yang memerlukan dana. 2.2.1 Jenis Bank Jenis bank dilihat dari berbagai sudut pandang dimana jenis bank itu sendiri menjadi berbeda-beda dan banyak ragamnya. Pada bagian ini akan dibahas mengenai jenis bank menurut Susilo (2000) berdasarkan fungsi, kepemilikan, kemampuan melakukan transaksi valuta asing, penciptaan uang giral, dan berdasarkan pi operasional. Jenis bank dibedakan dalam beberapa dasar, vyait “I, Berdasarkan Fungsinya 1. Bank Sentral Bank Sentral di Indonesia, y: Bank Indonesia yang fungsi utamanya mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan Bab II Tinjauan Pustaka nilai rupiah dan mengawasi seluruh bank yang beroperasi di Indonesia. 2. Bank Umum/Bank Komersil Bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposit. Tugas utama bank ini adalah memberikan Kredit jangka pendek. 3. Bank Tabungan Yaitu bank yang dalam mengumpulkan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan. Tugas utama bank tersebut adalah menanam kembali dana yang dihimpun tersebut dalam kertas berharga (securities). 4. Bank Pembangunan Bank Pembangunan merupakan bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito atau Kertas berharga jangka menengah dan Panjang. Tugas utama bank tersebut adalah memberi pinjaman jangka menengah dan jangka panjang di bidang pembang1 5. Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Pendirian bank ini dimungkinkan oleh ketentuan pasal 5 ayat 2 Undang-undang tahun 1992. Kegiatan tertent dimaksud adalah antara Jain pembiayaan jangka panjang, pembiayaan pengembangan koperasi, pengusaha__kecil, pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan pembangunan perumahan. IL, Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya 1. Bank Pemerintah 2. Bank Swasta Nasional 3. Bank Asing IIL. Jenis Bank Berdasarkan Penciptaan Uang Giral 1. Bank Primer, yaitu bank yang dapat menciptakan uang giral 2. Bank Sekunder, yaitu bank yang bertugas sebagai perantara penyalur kredit. IV. Jenis Bank Berdasarkan Kemampuan Melakukan Transaksi Valuta Asing 1. Bank Devisa Yaitu Bank Umum Milik Negara dan bank lainnya yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta asing. 2. Bank Non Devisa Merupakan kebalikan dari bank devisa, yaitu bank umum milik Negara dan bank lainnya yang belum memperoleh Bab II Tinjauan Pustaka surat penunjukkan dari Bank Indonesia untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta asing”. 2.2.2 Usaha Bank Umum Menurut pasal 6 UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan yang diperbaharui dengan UU No, 10 tahun 1998, usaha bank meliputi “a e £ Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, tabungan, dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Memberikan kredit Menerbitkan surat pengakuan hutang Membeli, dan menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya: 1. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud, 2. Surat pengaku: tang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih dari kebiasaan’ dalam perdagangan surat-surat dimaksud, 3. Kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan pemerintah, 4. Sertifikat Bank Indonesia, 5. Obligasi, 6. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun, 7. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan satu tahun, Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah, Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, bank dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi , maupun dengan wesel tunjuk, cek, atau sarana lainnya. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan bank Iainnya berdasarkan usaha kontrak. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah Jainnya dalam bentuk surat berharga. Melakukan kegiatan anjak piutang usaha kartu kredit Melakukan kegiatan Jain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. Bab II Tinjauan Pustaka Kemudian dalam pasal 7 UU Perbankan no.10 tahun 1998 dijelaskan bahwa selain usaha yang dilakukan di atas, bank dapat melakukan kegiatan lain, Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: “a, Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi Ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank/perusahaan lain di bidang Keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, lembaga kliring yang memenuhi ketentuan dari Bank Indonesia. ¢. Melakukan kegintan penyertaan sementara untuk mengatasi Kegagalan Kredit dengan syarat harus menarik Kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4d, Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku”, 2.2.3 Karakteristik Usaha Perbankan Perbankan merupakan suatu industri yang berbeda dengan industri Dalam PSAK No.31 ik tersendi memiliki karakter Jainnya, yang dalam hal mengenai Akuntansi perbankan sebagai berikut: 01 Bank ad: keuangan (financial intermediary) antara_pihak-pihak yang met kelebihan dana (surflus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit. unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha perbankan adalah kepercayaan masyarakat. Hal ini tampak dari kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat yang kelebihan dana dalam bentuk giro, tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam penerimaan simpanan masyarakat, bank hanya memberikan tertulis yang menjelaskan bahwa bank telah menerima simpanan dalam jumlah dan untuk jangka waktu tertentu, Bank juga tidak selalu meminta agunan berupa barang sebagai jaminan atas kredit yang diberikan kepada debiturnya yang telah memiliki reputasi yang baik. Disamping itu, sebagai lembaga Kepercayaan bank dalam operasinya lebih banyak menggunakan dana masyarakat dibandingkan dengan modal dari pemilik atau pemegang saham. 02° Bank merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepereayaan masyarakat schingga tingkat keschatan bank harus dipelihara, Pemeliharaan Kesehatan bank antara lain Bab II Tinjauan Pustaka dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu. Kesiapan _memenuhi Kewajiban setiap saat itu, menjadi semakin penting artinya mengingat peranan bank sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar alu lintas pembayaran. Di samping faktor likuiditas, keberhasilan usaha bank juga ditentukan oleh kesanggupan para pengelola dalam menjaga rahasia keuangan nasabah yang dipercayakan kepadanya serta keamanan atas uang atau asset Iainnya yang dititipkan kepada bank. 03 Pengelola bank dalam melaksanakan usahanya dituntut untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar serta pemenuhan kebutuhan modal yang memadai sesuai dengan jenis penanamannya. Hak tersebut diperlukan karena dalam operasinya bank selain melakukan penanaman dalam aktiva produktif seperti kredit dan surat-surat berharga, juga memberikan komitmen dan lain yang digolongkan sebagai ‘fee based operation” atau iff balanced sheet activities”. Disamping itu, pengelola bank dalam pelaksanaan tugasnya senantiasa dihadapkan pada _berbagai kemungkinan yang harus diperhitungkan, pet masalah perpencaran (spreading) dari komitmen kredit yang masih ber mempengaruhinya. 04 Bank sebagai lembaga kepereayaan masyarakat dan bagian dari sistem moneter mempunyai kedudukan yang strategis sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan persyaratan ketentuan operasional yang berdasarkan prinsip kehati dalam = melakukan kegiatan usaha bank. Kesemuanya itu dimaksudkan agar bank dapat memelihara Kepercayaan masyarakat serta menunjang pemeliharaan stabilitas moneter. 2.2.4 Pembinaan dan Pengawasan Perbankan Bank dalam menjalankan usahanya adalah atas dasar kepercayaan, Karena setiap bank harus berupaya menjaga kesehatamnya dan terus memelihara kepercayaan masyarakat yang diberikan kepadanya, Agar bank-bank dapat bekerja dengan baik perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bank. Sejalan dengan hal tersebut, tertuang dalam pasal 29 ayat 1 Undang Undang Perbankan No.10 tahun 1998 yang berbunyi : “Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Bank Indonesia”. ~ 2B Bab II Tinjauan Pustaka Dalam menjalankan tugasnya ini Bank Indonesia menggunakan upaya yang bersifat prefentif dalam bentuk ketentuan-ketentuan, petunjuk, penasehat, bimbingan, dan pengarahan. Sedangkan tindakan represif adalah dalam bentuk pemeriksaan dengan 2.3 Ti ndakan perbaikan. Dalam hal mengatur dan mengawasi bank, Bank Indonesia berwenang: Menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip-prinsip kehati-hatian. Memberikan dan meneabut izin usaha bank. Memberikan izin pembukuan, penutupan dan pemindahan kantor bank. Memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank. Memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan usaha tertentu. Mewajibkan untuk menyampaikan laporan, keterangan dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan Bank Indonesia. Melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia tethadap suatu transaksi patut diduga merupakan tindakan pidana di bidang perbankan. Mengatur dan mengembangkan informasi tentang bank. Mengambil tindakan terhadap suatu bank sebagaimana dalam undang- undang tentang perbankan yang berlaku apabila menurut penilaian Bank Indonesia dapat membahayakan perekonomian nasional. Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independent dan dibentuk dengan Undang-Undang. gkat Kesehatan Bank Tingkat Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik maupun pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku Pembina dan Pengawas bank sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.26/23/KEP/DIR yang dikeluarkan tanggal Bab II Tinjauan Pustaka 29 Mei 1993 telah ditetapkan tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Tata cara penilaian yang dimaksud adalah CAMEL (Capital, Asset, Management, Equity Ketentuan tingkat kesehatan bank dimaksudkan untuk dapat digunakan 1. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, 2. Tolak ukur menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank baik seeara individual maupun perbankan secara keseluruhan, Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitas atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan kualitatif tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor penilaian tingkat keschatan bank yang meliputi permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas, Faktor-faktor yang dinilai ini berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. 2.3.1 Penilaian Permodalan Penilaian terhadap permodalan didasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank sebagaimana ditetapkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/1/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) bank umum, cara penilaiannya adalah: - Untuk rasio modal 0% atau negatif diberi nilai kredit 1, dan - Untuk setiap kenaikan 0,1% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100, 2.3.2 Penilaian Kualitas Aktiva Produktif Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif yang dikualifikasikan didasarkan pada dua rasio, yaitu a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif. Perhitungan rasio tersebut dilakukan dengan cara: - Untuk rasio 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0, Bab II Tinjauan Pustaka = Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,5% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100. Dalam hubungannya dengan rasio ini dapat dijelaskan bahwa yang ing diklasifikasikan adalah diperhitungkan sebagai aktiva produkti ~ 50% dari aktiva produktif yang digotongkan kurang lanear, = 75% dari aktiva produktif digolongkan diragukan, = 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet. Pengertian dan cara penggolongan aktiva produktif yang digunakan dalam perhitungan rasio tersebut di atas berdasarkan pada SE BI No. 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal kualitas aktiva produktif dan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva yang diklasifikasikan. Perhitungan rasio tersebut dilakukan dengan cara: = Untuk rasio (tidak memiliki penyisihan penghapusan aktiva produktif) diberi nilai kredit 0, dan - Untuk setiap kenaikan 1% mulai dari 0% kredit ditambah 1,5 dengan maksimum 100. 2.3.3 Penilaian Manajemen a. Penilaian kuantitatif terhadap manajemen mencakup beberapa komponen yaitu. manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas. Setiap Komponen manajemen tersebut diberikan bobot seperti tercantum pada ketentuan Bank Indonesia. Perhitungan nilai Kredit didasarkan pada hasil penilaian jawaban pertanyaan mengenai manajemen bank yang secara keseluruhan berjumlah 250 selanjutnya dilakukan kuantifikasi dengan cara pemberian nilai kredit sebesar 0,4 untuk setiap aspek yang dinilai positif. Untuk pertanyaan- pertanyaan mengemai kegiatan yang tidak dilakukan oleh bank, misalnya pertanyaan nomor 39 dan 40 mengenai kegiatan valuta asing, bank-bank bukan devisa dianggap menjawab dengan “ya”. Bab II Tinjauan Pustaka 2.3.4 Penilaian Rentabilitas Penilaian kuantitatif terhadap rentabil las didasarkan kepada dua rasio, a. Rasio laba sebelum pajak dalam dua belas bulan terakhir terhadap rata- volume usaha dalam periode yang sama, Cara perhitungan nilai kreditnya dilakukan sebagai berikut ~ Untuk rasio 0% atau negatif diberikan nilai kedit 0, dan - Untuk setiap kenaikan 0.15% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama dengan huruf a, Cara perhitungan nilai kreditnya dilakukan sebagai berikut: ~ Untuk rasio 100% atau lebih diberi nilai kredit 0, dan - Untuk setiap penuruman sebesar 0,08% mulai dari 100% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Perlu ditambahkan bahwa pendapatan dan beban operasional serta laba dihitung selama 12 bulan terakhir, dan rata-rata volume usaha_dihitung. berdasarkan penjumlahan volume usaha selama 12 bulan terakhir dibagi 12. 2.3.5 Penilaian Likuiditas Penelitian kuantitatif terhadap likuiditas didasarkan pada dua rasio, yaitu: a. Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktiva lanear. Termasuk kedalam pengertian aktiva lancar adalah kas, giro pada Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang telah diendos oleh bank lain, Cara penghitungan nilai kredit adalah: ~ Untuk rasio 100% atau lebih diberi nilai kredit 0, dan - Untuk setiap 1% penurunan mulai dari 100% nilai Kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. b. Rasio antar kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Termasuk kedalam pengertian dana yang diterima adalah: Bab II Tinjauan Pustaka 1. Kredit likuiditas Bank Indonesia 2. Giro, deposit, dan tabungan masyarakat Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan tidak termasuk pinjaman subordinasi 4, Deposit dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan 5. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan 6. Modal inti 7. Modal pinjaman (sebelum disebut modal kuasi), Cara perhitungan nilai kreditnya dilakukan sebagai berikut: = Untuk rasio 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, dan - Untuk rasio dibawah 110% diberi nilai kredit 100. 2.4 Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas harus menyesuaikan diri terhadap perkembangan perbankan internasional_untuk dapat menyiapkan perbankan nasional menjadi bank yang siap bersaing. Untuk itu pula maka Bank Indonesia mengeluarkan_peraturan mengenai_Kewajiban Penyediaan Modal Mi num yang dapat menjadi persyaratan bagi bank dalam mengelola modalnya tanpa mengabaikan risiko, Sesuai dengan international settlement, maka Bank Indonesia mensyaratkan perbankan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% sejak Desember 1993, yang setelah terjadinya krisis moneter disesuaikan dengan kondisi, sehingga menjadi 4% pada tahun 1998. Sejalan dengan target rekapitalisasi perbankan pada tanggal 8 Februari 1999 yang menegaskan pencapaian rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum sebesar 8% pada akhir 2001 Bab II Tinjauan Pustaka 2.4.1 Capital Adequacy Ratio Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 3/21/PBU/2001 pasal 2 maka bank diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan perseratus) dari aktiva tertimbang, menurut risiko terhitung. sejak akhir bulan Desember 2001. Perhitungan untuk mendapatkan Capital Adequacy Ratio tersebut adalah membandingkan antara modal inti ditambah modal pelengkap dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Capital Adequaey Ratio = Modal X 100% ATMR 2.4.2 Modal Bank Modal bank secara umum adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik bank dalam pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping memenuhi peraturan yang ditetapkan. Berdasarkan SK Direksi Bank Indonesia No. 26/20/Kep/Dir tanggal 29 Mei 1993 yang dimaksud dengan modal pada perhitungan tingkat kinerja bank terdiri atas: 1, Modal Inti, pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan- cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dengan perincian sebagai berikut: a. Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. b. Agio Saham, yaitu selisih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai harga saham yang melebihi nilai nominal saham. c. Modal Sumbangan, adalah modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual. d. Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan aba yang ditahan atau dari laba bersih dikurangi pajak. e. Cadangan Tujuan, yaitu laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu, Bab II Tinjauan Pustaka f Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang melalui Rapat Umum Pemegang Saham dinyatakan untuk tidak dibagikan, g. Laba tahun lalu, yaitu selurub taba bersih tahun-tahun yang, Lalu setelah — diperhitungkan —pajak, dan belum —_ditetapkan penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota. h. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun berjalan setelah dikurangi pajak, dan yang diperkirakan dalam modal inti sebesar 50%, 2. Modal Pelengkap (maksimal 100% dari modal inti) terdiri dari: situ cadangan yang diterima a. Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap. dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jendral Pajak. b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, ©. Modal Pinjaman (modal kuasi), yaitu hutang didukung oleh warkat yang memiliki sift seperti modal dengan ciri-citi tidak dijaminkan oleh bank yang bersangkutan. 4. Pinjaman Subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat- syarat sebagai beriku n terfulis antara bank dengan pemberi pinjaman, * Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia, © Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh, © Minimal berjangka waktu 5 tahun, Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, dan dengan pelunasan tersebut_permodalan bank tetap sehat, Bab II Tinjauan Pustaka ‘* Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada ( kedudukan sama dengan modal). Adapun fungsi dari modal: 1. Sebagai ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian- kerugian yang tidak dapat dihindarkan, 2. Sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya. Sampai batas-batas tertentu, Karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan assets yang tidak terpakai dan lain-tain. 3. Sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki oleh pemegang sahamnya. 4, Dengan modal yang mencukupi memungkinkan bagi manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan tingkat efisiensi yang tinggi seperti yang dikehendaki oleh pemilik modal pada bank tersebut. Mengingat pentingnya fungsi modal bagi setiap bank, maka manajemen bank perlu memperhatikan secara serius masalah permodalan ini, Adapun yang a tersebut meliputi hal-hal sebagai 1. Reneana kerja bank yang akan datang, baik dalam rencana tahunan maupun untuk rencana lima tahunan jangka panjang (corporate plan). Hal ini kiranya dapat dipahami Karena setiap pertambahan kegiatan bank khususnya yang mengakibatkan pertambahan aktiva harus imbangi dengan pertambahan permodalan sebesar 100 berbanding 8, karena Capital Adequacy Ratio ditetapkan 8%. Dibeberapa negara lain bahkan ada yang menetapkan Capital Adequacy Rationya diatas 8%, n modal 2. Perhitungan ketentu yang memenuhi syarat otoritas moneter, maupun yang memenuhi ketentuan bisnis dari bank yang bersangkutan, Banyak faktor yang secara kualitatif mempunyai Bab II Tinjauan Pustaka pengaruh secara langsung terhadap jumlah permodalan suatu bank. Semakin besar modal bank yang tersedia tentu akan semakin baik bagi bank yang bersangkutan, Karena mempunyai potensi_berkembang dengan lebih baik pula Kemampuan bank secara inter meneiptakan modal dari kegiatan usahanya, serta kebijakan pembagian taba (dividen) yang ada pada ‘masing-masing bank. 4, Sumber-sumber serta mekanisme penciptaan modal dari pasar modal yang ada pada masyarakat dimana bank tersebut beroperasi. Unsur kepereayaan tethadap bank yang ditandai dengan kondisi permodalannya merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan tidak saja bagi nasabah yang ingin menyimpan uangnya tapi juga oleh Bank Indonesia sebagai lembaga pengawas bank untuk memastikan kontinuitas dan kelangsungan serta eksistensi operasionalisasi bank yang bersangkutan bila sewaktu-waktu mengalami kesulitan baik karena kesalahan pihak manajemen dalam mengelola likuiditas atau Karena tekanan kondisi ekstemal seperti keadaan ekonomi dan moneter. Peranan modal dalam pengelolaan bank menjadi faktor yang sangat penting schingga perlu menetapkan suatu rasio kecukupan modal yang merupakan perbandingan antara modal dengan aktiva yang memiliki resiko yang disebut Capital Adequacy Ratio (CAR). 2.4.3 Perhitungan Kebutuhan Modal Mini Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 2/12/DPNP/2000 mengenai perubahan SE BI No. 26/1/BPPP tanggal 29 Mei 1993, kebutuhan modal minimum bank (Capital Adequacy Ratio) ditentukan dengan cara membagi modal inti ditambah modal pelengkap dengan ATMR, yang selengkapnya disajikan sebagai berikut: 1 Bab II Tinjauan Pustaka Dasar Perhitungan Kebutuhan Modal Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR. Pengertian aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca aupun aktiva yang bersifat administratif’ sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontijen dan atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga, Dalam menghitung ATMR, terhadap masing- masing pos aktiva diberikan bobot risiko yang didasarkan pada _golongan nasabah, penjamin serta sifat agunan, Dapat ditambahkan bahwa untuk kredit- Kredit yang penarikannya dilakukan secara bertahap, maka bobot risiko dihitung berdasarkan besarnya penarikan Kredit’ pada tahap yang bersangkutan. Bobot Risiko Aktiva Neraca Dengan mempethatikan pr -prinsip tersebut di atas, maka rincian bobot risiko untuk semua aktiva neraea bank baik dalam rupiah maupun valuta asing. adalah sebagai berikut: Bobot 0% 1. Kas 2. Emas 3. Tagihan kepada, atau tagihan yang dijamin oleh, atau surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh: a. Pemerintah Pusat RI, b. Bank Indonesia, ©. Bank sentral Negara lain, 4. Pemerintah pusat Negara lain. 4, Tagihan yang dijamin dengan uang kas, wang kertas asing, emas, mata uuang, giro, serta deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan sebesar nilai jaminannya. Jaminan jenis ini dalam laporan bulanan dilaporkan dengan sandi golongan penjamin dari bank yang bersangkutan, Bab II Tinjauan Pustaka Bobot 20% Tagihan kepada, atau tagihan yang dijamin oleh, atau surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh: Bank-bank di dalam negeri (fermasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri). b. Pemerintah daerah di Indonesia, Lembaga non-departemen di Indonesia, 4. Bank-bank pembangunan multilateral seperti : ADB, IDB, IBRD, AFDB, dan EIB. e. Bank-bank utama (prime bank) di luar negeri Bobot 50% 1. Kredit Pemilikan Rumah (KPK) yang dijamin oleh hipotik pertama dengan tujuan dihuni 2. Tagihan kepada, atau tagihan yang dijamin oleh, atau atas surat berharga yang diterbitkan atau jaminan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan milik Negara lain. Bobot 100% 1. ‘Tagihan kepada, atau tagihan yang dijamin oleh, atau surat berharga, yang dite a. Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah (BUMD). an atau dijamin oleh: b. Koperasi, e. Perusahaan Swasta, d. Perorangan, ©. Lain-lain. 2. Penyertaan yang tidak dikonsolidasikan, termasuk penyertaan pada bank lain. 3. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku). 4. Rupa-rupa aktiva. Antar kantor aktiva neto yaitu antar aktiva dikurangi dengan antar Kantor pasiva. Bab II Tinjauan Pustaka 2.4.4 HaL-hal yang Mempengaruhi CAR Setelah mengetahui cara perhitungan CAR maka dapat diambil kesimpulan tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi CAR adalah: 1 tas manajemen bank dan kualitas sistem dan prosedur 2. Tingkat kualitas akti .erta besamya risiko yang melekat padanya, Kualitas dan tingkat Kolektibilitasnya, Struktur posisi dan kualitas permodalan bank, Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan Taba, Tingkat likuidit imilikinya, yang Maw Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka panjang. 2.4.5 Cara Meningkatkan CAR Posisi CAR dapat ditingkatkan/diperbaiki antara lain dengan: 1. Memperkeeil komitmen pinjaman yang tidak digunakan, 2. Jumlah atau posisi pinjaman yang diberikan dikurangi atau diperkecil sehingga risiko semakin berkurang, Fasilitas bank guarantee yang hanya memperoleh hasil pendapatan berupa posisi yang relatif’ kecil namun dengan risiko yang sama besamya dengan pinjaman ada baiknya dibatasi, 4. Komitmen letter of credit bagi bank-bank devisa yang belum benar- benar memperoleh kepastian dalam penggunaannya atau tidak dapat dimanfaatkan secara efisien baiknya juga atasi, 5. Penyertaan yang mempunyai risiko 100% perlu ditinjau kembali apakah bermanfaat atau tidak, 6. Posisi aktiva tetap dan inventaris diusahakan agar tidak berlebihan dan sekedar memenuhi kelayakan, 7. Menambah atau memperbaiki posisi modal dengan cara setoran tunai, go public, dan pinjaman subordinasi jangka panjang dari pemegang saham. Bab II Tinjauan Pustaka 2.5 Laporan Keuangan Akuntansi seringkali disebut sebagai Universal Language of Bussines. Sebutan ini tidaklah berlebihan mengingat akuntansi menjadi sumber informasi utama_ yang digunakan dalam pengambilan keputusan oleh para pemakai informasi tersebut, Akuntansi memiliki arti sebagai komunikasi sosial dan mencakup arus informasi, Agar menjadi efektif, penerima informasi tersebut harus dapat mengerti pesan yang dibawa oleh informasi tersebut, Setiap perusahaan yang melakukan proses akuntansi akan mengakhiri proses akuntansinya pada laporan keuangan. Laporan keuangan ini disusun oleh perusahaan sebagai alat_untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal perusahaan, 2 1 Pengertian Laporan Keuangan Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan menjelaskan bahwa laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dengan berbagai cara seperti, sebagai laporan arus kas, atau Japoran arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan ntegral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang. berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan perubahan pengaruh harga. Sedangkan laporan intemal disiapkan berdasarkan permintaan manajemen hanya untuk digunakan oleh para manajer dalam perusahaan. Biasanya laporan ini adalah laporan mengenai akuntansi manajemen yang berhubungan dengan manajemen produksi perusahaan, Konsekuensinya adalah bahwa laporan ini tidak dapat digunakan untuk pemakai laporan eksternal. Sedangkan laporan eksternal didesain dan disiapkan secara spesifik untuk penggunaan oleh para pengguna eksternal seperti kreditur, pemegang saham dan pemerintah. Dari seluruh definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir atau produk dari proses akuntansi, terdiri dari pencatatan, Bab II Tinjauan Pustaka pengelompokan, dan penginterprestasian yang isinya merupakan data masa alu dan sekarang dari perusahaan dalam satuan uang (monetary unit) yang ditujukan kepada kalangan intemal dan ekstemal perusahaan dalam pengambilan keputusan, 2.5.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Dalam ki PSAK, menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah _menyediakan eka dasar_penyusunan da penyajian laporan. keuangan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan_posisi Keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan, Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Pada PSAK No.1 laporan keuangan untuk tujuan umum dirumuskan agar memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka ‘membuat keputusan-keputusan ekonomis serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, 2.5.3 Laporan Keuangan Bank Ketentuan mengenai laporan keuangan bank diatur oleh [AI dalam PSAK 31 tentang Akuntansi Perbankan, selain juga tercantum dalam SE BI No.75/S/UPPB tanggal 25 Februari 1995 atau Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia yang tidak lain merupakan tindak lanjut dari Standar Akuntansi Perbankan yang termuat dalam SAK 1999 Dalam PSAK No.31 revisi mengenai Akuntansi Perbankan disebutkan terdapat lima jenis laporan keuangan bank, yaitu: 1. Laporan Neraca, 2. Laporan Laba Rugi, 3. Laporan Komitmen dan Kontijensi, Bab II Tinjauan Pustaka 4, Laporan Arus Kas, dan 5. Catatan atas Laporan Keuangan. 2.5.3.1 Sistem Akuntansi Perbankan Sistem akuntansi perbankan dengan karakteristik khususnya yang telah dijelaskan diatas-memiliki-tujuan dan sasaran_tertentu dalam pemenuhan kebutuhan berbagai pihak. Dalam buku Akuntansi Perbankan, Taswan (1997, 21) memberikan gambaran mengenai sasaran yang ingin dicapai oleh adanya sistem akuntansi perbankan sebagai berikut: a, Sebagai Sistem Informasi Manajemen, b. Sebagai sistem penentuan biaya. Produk yang dihasilkan bank adalah dalam bentuk abstrak, harga terbentuk di pasar (suku bunga) sehingga menyulitkan untuk menghitung biaya per unit, Sistem akuntansi perbankan akan memberikan manfaat dalam penentuan biaya terutama dalam pengalokasian biaya antar departemen, dapat digunakan untuk mengukur pendapatan yang diperoleh dan untuk menghitung laba rugi suatu bank. Sebagai sistem pengawasan. Sistem akuntansi yang baik akan meneiptakan pengawasan yang baik, Pengawasan dalam arti sempit dapat berupa pemeliharaan ketelitian dan kebenaran administrasi keuangan misalnya apakah pembukuan telah menggunakan dokumen yang benar, apakah transaksi yang dilakukan dibukukan saat itu juga dan sebagainya Dalam arti luas maka sebuah sistem akuntansi perbankan dapat digunakan untuk kepentingan evaluasi terhadap kinerja bank secara keseluruhan, misalnya evaluasi_—_likuiditas profitabilitas, solvabilitas, tingkat risiko dan sebagainya, d. Sebagai sistem laporan kepada penguasa moneter. Bab II Tinjauan Pustaka Bank adalah lembaga strategis dalam pereaturan ekonomi: suatu Negara, Oleh karena itu aktivitas bank harus selalu dalam kendali penguasa moneter. Untuk dapat mengendalikan bank tersebut, penguasa moneter harus diberikan laporan atas kegiatan bank yang bersangkutan, Penguasaan terhadap bank komersial perl dilakukan arena penguasa_moneter berkepentingan untuk melindungi deposan/masyarakat, mengetahui sejauh mana bank tersebut_menjalankan fungsinya serta untuk mengetahui_ posisi keschatan bank tersebut. 2.5.3.2 Format Laporan Keuangan Bank Format laporan keuangan bank yang berlaku saat ini sesuai dengan SE BI No. 27/5/UPPB tanggal 25 Februari 1995 atau Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia yang tidak lain merupakan tindak lanjut dari Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia yang termuat dalam SAK 1999. Format neraca, adalah bahwa pos-pos yang dianggap sensitif seperti kredit yang diberikan, deposito, pinjaman yang diterima, pinjaman subordinasi,dan ‘modal pinjaman disajikan secara terpisah antara pihak yang terkait dengan bank. Pemisahan tersebut menunjukkan bahwa bank harus lebih transparan, dalam arti deteksi dini adanya bank yang memberi kredit unutk anak perusahaannya sendiri atau untuk perusahaan lain yang satu kelompok dengan bank atau pihak lain yang berafiliasi Pada format Laporan Perhitungan Laba Rugi juga tampak bahwa laporan tersebut menggunakan multiple step atau berjenjang. Untuk mendapatkan laba bersih harus menghitung laba kotomya dahulu, baru kemudian memperhitungkan aba bersih dengan menghitung pendapatan dan biaya di luar bunga. Cara ini akan lebih mudah dianalisis, terutama dapat langsung diketahui spread dengan memperhatikan selisih pendapatan bunga dengan biaya bunga (net interest margin). Sedangkan fee based income dapat dilihat pada pendapatan non bunga. Format Laporan Komitmen dan Kontijensi atau dikenal dengan nama Rekening Administratif tampak disajikan secara terpisah antara komitmen dan Bab II Tinjauan Pustaka kontijensi. Rekening tersebut dirinei menurut tagihan dan kewajiban secara urut dengan memperhatikan kemungkinan pengaruhnya terhadap neraca atau laba rugi bank. Hal ini akan mempermudah deteksi transaksi off balanced dan posisinya, Da pemilik bank tersebut. Masyarakat pengguna laporan ini akan mengetahui para n laporan keuangan bank juga harus disajikan para pengurus dan pengurus bank, kemungkinan sejauh mana integritas para pengurus dan pemilik bank tersebut, Dari informasi tentang kepengurusan dan kepemilikan, pengguna laporan keuangan juga dapat mengetahui apakah bank tersebut telah go public atau belum. 2.5.3.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Bank Sifat dan keterbatasan laporan keuangan pada dasamnya telah dimuat dalam Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 Bab I, yaitu sebagai berikut: 1. Laporan Keuangan bersifat historis, yaitu kejadian yang telah lewat. Untuk itu tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya sumber informasi dalam mengambil keputusan ekonomi, 2. Laporan keuangan bersifat umum, bukan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak tertentu, 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan, 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Penerapan prinsip akuntansi tethadap pos tertentu_mungkin bila hal ini menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan, Laporan keuangan bersifat Kkonservatisme dalam menghadapi ketidak pastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipitih alternatif’ yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. 6. Laporan keuangan lebih menekankan makna ekonomis suatu transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitasnya). - 40- Bab II Tinjauan Pustaka 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan keuangan dianggap memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. 2.6 Profitabilitas Menurut Weston dan Brigham dalam buku Manajemen Keuangan yang dialihbahasakan oleh Alfonsus Sirait (2000, 304): “Profitabilitas merupakan hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”, Menurut Agnes Sawir (2000, 17) dalam bukunya yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan memberikan pengertian scrupa mengenai profitabilitas. “Kemampulabaan (profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen”. Menurut Agus Sartono (2001, 122) dalam bukunya Manajemen Keuangan ‘Teori, Konsep dan Aplikasi memberikan pengertian profitabilitas jah kemampuan_ perusahaan_memperoleh_laba m_ penjualan, total aktiva maupun modal Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa pada _umumnya ukuran kinerja yang digunakan bank adalah tingkat profitabilitas. Bagi perusahaan pada umumnya (termasuk bank) masalah profitabilitas merupakan hal yang penting disamping masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan suatu ukuran bahwa suafu perusahaan telah bekerja secara efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal atau kekayaan yang digunakan untuk menghasitkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah menghitung profitabilitas. Dengan menghitung profitabilitas dapat diketahui sampai_sejauh_mana kemampuan suatu bank di dalam menghasilkan keuntungan baik yang berasal dari kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun dari hasil-hasil non -41- Bab II Tinjauan Pustaka operasionainya. Di dalam perbankan, profitabilitas juga merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menilai sehat tidaknya sebuah bank, selain faktor-faktor modal, kualitas aktiva, manajemen dan likuiditas, Untuk melakukan analisis profitabilitas maka teknik yang digunakan adalah analisis rasio, Analisis, rasio ini merupakan suatu teknik analisis yang bermanfaat dalam menilai kinerja suatu bank, Duane B, Graddy, Austin H, Spencer dan William H. Brunsen (1985) menyatakan bahwa rasio profitabilitas atau profitability ratio mengukur efektivitas pada sebuah bank dalam meneiptakan net income atau laba bersih. Lebih daripada itu rasio ini juga dapat digunakan untuk memonitor tentang keschatan suatu bank. Tingkat pengembalian yang cukup merupakan hal yang essential untuk menopang aliran sumber modal bagi bank. Menurut H. Hempel, Simoson dan Coleman (1994, 61) untuk melakukan analisis profitabilitas sebuah bank beberapa rasio yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut: 1. Interest Margin Net Margin (after tax) Assets Utilization 4. Return on Assets Leverage Multiplier 6. Return on Equity 2.7 Net Interest Margin Net Interest Margin ini meliputi laporan jenis asset-liabilities yang termasuk dalam komponen Earning Asset dan Bearing Liability bank dalam volume dan ratenya. Dengan demikian dapat diketahui penyimpangan dan perkembangan Net Interest Margin, sehingga dapat dicarikan jalan keluamnya, Dalam konteks bank, laba kotor dapat disetarakan dengan pendapatan bunga bersih, yaitu: Pendapatan bunga bersih = Pendapatan bunga — Beban bunga Bab II Tinjauan Pustaka Pendapatan bunga adalah penerimaan bunga dari penyaluran kredit dan investasi surat-surat berharga. Sementara beban bunga adalah bunga yang harus dibayarkan kepada pemilik dana yang telah menempatkan dananya di bank baik di dalam tabungan, giro atau deposito, Untuk mendapatkan ukuran profitabilitas dari bank, faktor yang harus diperhatikan adalah besamya aktiva produktif’ bank. Termasuk dalam kategori aktiva produktif adalah semua aktiva yang memberi pendapatan bunga atau imbalan investasi kepada bunga, yaitu penempatan kredit yang disalurkan, surat-surat berharga dan penyertaan pada perusahaan, Perhitungan untuk mendapatkan Net Interest margin (NIM) atau marjin bunga bersih adalah dengan cara membandingkan Pendapatan bunga bersih dengan Rata-rata asset produktif bank. NIM (Net Interest Margin) = Pendapatan Bunga Bersih Rata-rata asset produktif 2.8 Pengaruh CAR terhadap Net Interest Margin, Capital Adequacy Ratio yang dijadikan sebuah indikator kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Kesehatan bank adalah tingkat kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankan. Kegiatan tersebut meliputi a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri b. Kemampuan mengelola dana Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat 4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada para stakeholders ©. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku Profit atau laba merupakan indikasi kesuksesan suatu badan_usaha, Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba. Bab II Tinjauan Pustaka Informasi kinerja perusahaan terutama dalam hal kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba (profitabilitas) diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa yang akan datang, Faktor permodalan sangat penting dal n menjalankan kegi an operasional bank dan untuk menunjang kebutuhannya, dengan kualitas. pihak manajemen dalam pengelolaan kegiatan perbankan akan mendapatkan tingkat laba_yang diharapkan. Dengan pengelolaan yang baik suatu bank akan terus meningkatkan modal dengan memperhatikan indikator Kesehatan. permodalan yaitu CAR, maka profitabilitas pun akan ikut meningkat. Sebaliknya apabila CAR suatu bank menurun maka profitabilitas pun akan ikut menurun, -4-

You might also like