Professional Documents
Culture Documents
Bab 1
1.1 DEFINISI IRIGASI
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 30/PRT/M/2007, Pasal 1 ayat 3 Irigasi
adalah usaha penyediaan pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak.
Sistem irigasi adalah prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan
pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia.
V = k R2/3 I1/2
Dimana,
V =kecepatan rata-rata (m/dt)
R =jari-jari Hidrolis (m)
I =Kemiringan Dasar Saluran
A =Luas potongan m2)
P =Keliling basah (m)
B =Lebar dasar (m)
m =Kemiringan talud ( 1 vert : m hori 2 )
h =Tinggi air (m)
Q =Debit saluran (m3)
A D
1 h
m
B C
b
P = AB + BC + CD
TC = Lebar Puncak
Rumus aliran tersebut juga dikenal sebagai rumus Manning, dengan koefisien
kekasaran Manning (n) mempunyai harga bilangan 1 dibagi dengan k.
Q=VA=CARXIY
Q=KIY
K=CARX
Persamaan ini dapat dipakai untuk menghitung hantaran bila debit dan kemiringan
saluran telah diketahui.
Rumus Chezy K = C A R ........................................................... Chezy
1,49
Rumus Manning K= AR 2/3..................................Manning
n
Kedua rumus/ persamaan diatas dipakai untuk hantaran bilamana Luas basah dan
faktor koefisien kekasaran telah diketahui.
Karena rumus Manning banyak dipakai, maka persamaan rumus Manning secara
umum sering dipergunakan sebagai dasar pemecahan soal.
b) Ukuran penampang
Penentuan ukuran penampang untuk saluran tahan erosi, meliputi langkah-
langkah sebagai berikut:
1). Kumpulkan semua keterangan (data)
Taksir harga N atau (k) / koefisien kekasaran, pilih harga S (kemiringan
saluran).
2). Hitung faktor penampang, yaitu:
nQ
Rumus: AR 2/3 =
1,49 S
(b mh)h
B 2h 1 m 2
R= =A/P
b1
1 h
m
b2
0,025 400
= = 167,7
1,49 0,0016
A = (b + m h) h
(b mh)h
} Substitusikan ke AR2/3
(b 2 y 1 m2
R=
((20 2h)h) 5 / 3
Kita menganggap lebar saluran b = 20; m = 2
(20 2h 1 2 2
167,7=
Contoh Soal 2:
h(10 h)
Penyelesaian: Dengan pendekatan analisis
10 h 5
R= dan A = h ( 20 + 2 h )
Kecepatan adalah:
Q 400
A h(20 2h)
V= =
Kedua perhitungan diatas, dimasukkan Rumus Manning dalam satuan Inggris feet.
1,49 2/3
R I =V (Rumus Manning)
n
h(10 h)
2/3
1,49
10 h I
400
h(20 2h)
x
n 0,0016 =
= h(10 h)
0,025
2,5
1,720 h + 7,680 (Trial dan Error)
1.4.1 Pengertian
Saluran ini di buat apabila talud mudah longsor, tanahnya porous dan mengandung zat-
zat yang dapat merusak tanaman, sehingga gebalan rumputpun tak tumbuh.
Bentuk Hidrolis dan Kriterianya :
- Penampang saluran dapat berbentuk
1) Persegi empat tegak atau,
2) Trapezium
- Badan saluran terbuat dari pasangan batu dengan campuran spesi 1:4 atau 1:3
- Kecepatan yang diperbolehkan
~ Pada pasangan batu V= 2,0 m/dt Maximum
~ Beton V= 3,0 m/dt Maximum
- Kemiringan talud bisa tegak atau trapezium.
1.4.3 Stabilitas
f V
Aman terhadap Geser :
H
SF =
V
Dimana, SF = Faktor Keamanan 2,0~1,50
H
= Jumlah gaya vertikal
= Jumlah gaya horizotal
f = Koefisien gesekan antara konstruksi dengan pondasi
2.1. Umum
Masalah sedimen dalam saluran (baik di sungai maupun di irigasi) adalah persoalannya
yang paling umum dijumpai dalam pemeliharaan saluran tersebut di Indonesia. Maka,
perencanaan saluran sangat dipengaruhi oleh kriteria erosi dan angkutan sedimen. Tetapi
secara kuantitas baru sedikit yang diketahui mengenai persolan hubungan antara karakteristik
aliran dan sedimen yang ada.
Untuk merencanakan saluran yang mengangkut sedimen, aturan perencanaan yang
terbaik adalah menjaga agar kapasitas angkutan sedimen per satuan debit masing-masing ruas
saluran sebelah hilir setidak-tidaknya konstan. Dengan mengacu pada rumus angkutan
sedimen Hansen, kriteria ini mengacu pada :
I H yang konstan
Bilamana saluran di sungai yang relatif lebar maka rumus I H dianjurkan bertambah
besar di hilir untuk mengkompensasikan pengaruh yang ditumbulkan oleh kemiringan talud
saluran. Hal ini menghasilkan kriteria bahwa :
Sal. Pembilas
Kantong Lumpur
H L Q
Jadi = dengan V =
W V HB
Ini menghasilkan :
Q
LB =
W
Dimensi kantong lumpur (sand trap) sebaiknya sesuai dengan kaidah L / B > 8, untuk
mencegah agar aliran tidak meander di dalam kantong.
Faktor-faktor lain yang akan dipertimbangkan dalam pemilihan dimensi kantong lumpur
adalah:
1. Kecepatan aliran, cukup rendah sehingga partikel-partikel yang telah mengendap
tidak menghambur lagi.
2. Aliran harus dihindari turbulensinya.
3. Kecepatan tersebut secara merata dan sama cepat di seluruh potongan
melintang.
4. Dijaga transisi saluran dari atau ke kantong lumpur di saluran utama harus mulus
alirannya.
A V
V
H
W
W W
Partikel A yang masuk kolam, dengan kecepatan endap partikel W dan kecepatan air
V harus mencapai dasar akhir kolam, titik C. Artinya, partikel A tadi selama waktu H/
W (tarikan gravitasi) akan berjalan juga secara horizontal sepanjang garis L dalam
waktu L/ W.
H L Q H LHB
Jadi: = ; dengan rumus V= maka: =
W V HB W Q
Q
LB=
W
Karena sangat sederhananya, maka rumus ini dipakai dalam rencana awal dalam
menentukan dimensi kantong.
Pada waktu detail desain, maka perencanaan yang lebih detail diperlukan, dengan
dilengkapi data:
- Jenis endapan
- Concentration endapan sungai
- Kecepatan dalam saluran tersebut
- Dll.
Dimensi kantong tersebut sebaiknya sesuai dengan kaidah bahwa L / B > 8, untuk
mencegah agar aliran tidak meander di dalam kantong lumpur.
Apabila medan topografi tidak memungkinkan memenuhi syarat tersebut, maka
kantong harus di bagi-bagi kearah memanjang dengan dinding-dinding pemisah,
untuk mencapai perbandingan antara L dan B tersebut.
Dalam rumus tersebut, penentuan kecepatan endap amat penting, karena sangat
berpengaruh terhadap dimensi kantong lumpur.
Banyaknya sedimen yang terbawa oleh aliran masuk, dapat ditentukan dari:
- Pengukuran langsung di lapangan
- Rumus angkutan sedimen yang cocok. (Einstein, Brown, Meyer-Peter Mueller)
- Bilamana tidak ada data, maka dapat mengamati kantong lumpur yang sejenis di
lokasi lain; sebagai perkiraan kasar harus di check ketepatannya. Jumlah
sedimen yang masuk akan diendapkan adalah 0,5 %.
Karena pembilasan secara hidrolis tersebut sangat murah, maka dalam rencana kantong
lumpur sedapat mungkin direncanakan dengan O & P pembilasan hidrolis.
Untuk kedua metode pembilas yang lain, dilaksanakan bilamana pembilasan hidrolis
tidak dimungkinkan.
Jarak waktu pembilasan tergantung pada beberapa hal, sebagai berikut:
- Sistim Eksploitasi O & P jaringan irigasi.
- Banyaknya sedimen di sungai (concentration sedimen)
- Tersediannya debit air sungai yang dibutuhkan untuk pembilasan.
Dalam merencanakan, biasanya diambil jarak waktu satu atau dua minggu.
Dalam praktek dan dalam perhitungan praktis, maka kecepatan rata-rata yang diperlukan
selama pembilasan dapat dipakai sebagai berikut:
1,0 m/dt untuk pasir halus
1,5 m/dt untuk pasir kasar
2,0 m/dt untuk kerikil dan pasir kasar
Tata letak terbaik untuk kantong lumpur, saluran pembilas dan saluran primer, adalah
sebagai berikut:
Saluran pembilas merupakan kelanjutan dari kantong lumpur (satu as saluran).
Saluran primer mulai dari samping saluran kantong (Lateral Intake).
Ambang pengambilan saluran primer sebaiknya elevasinya diatas tinggi
maksimum sedimen yang terkumpul, agar sedimen tidak masuk ke saluran
primer.
Kriterianya :
Pengalirannya merupakan pengaliran pada saluran terbuka
Bangunannya dibuat dari pasangan batu dan ditutup dengan plat beton
Berupa saluran lingkaran (gorong bulat)
Diusahakan kehilangan tenaga yang sekecil mungkin
Ada juga penampang gorong dengan bentuk persegi (Box Culvert) tapi Loss tenaganya
relatif besar dibandingkan dengan penampang bulat
Kecepatan rata-rata di dalam gorong-gorong ; V = (1,5 2,0) m/dt
Tebal tanah urugan di atas gorong, bilamana tidak ada beban berat maka minimum 0,60
m tebalnya
Perhitungan Hidrolis
V2 L
Z 1 1 f1 f
2g D
(gorong-gorong bulat)
Dimana :
f1 1
2
1
dimana = 0,80085
0,0005078
f 150 0,01989
D
Diketahui :
S = Keliling basah
F = Luas penampang basah
D = Diameter gorong-gorong
L = Panjang gorong-gorong
V = Kecepatan
R = Jari-jari hidrolis
Persyaratan tinggi elevasi dasar talang : harus cukup tinggi dari muka air banjir
maximum pada sungai, lebih-lebih sungai tersebut membawa pokok-pokok kayu
V K I 1 / 2 R2 / 3
Dimana :
b = Lebar talang
h = Tinggi air di talang
= Kehilangan tenaga
V = Kecepatan
K = Koefisien kekasaran
R = Jari-jari hidrolik
I = Kemiringan saluran talang
Keterangan kekasaran
Kayu k = 60
Beton k = 70
Kayu k = 80
Siphon adalah suatu bangunan pembawa air irigasi yang direncanakan untuk melewati suatu
konstruksi bangunan lain (umpama : jalan raya, jalan kereta api) atau melewati lembah dan
sungai
Dikarenakan elevasi muka air irigasi tersebut hamper sama atau lebis sedikit tinggi dari elevasi
konstruksi bangunan lain tersebut, maka saluran irigasi ini dilewatkan ke bawah konstruksi jalan
raya, dan saluran irigasi tersebut sebaiknya dibuat konstruksi dengan berpenampang pipa besar.
Pendekatan yang dinjurkan dalam merencanakan kolam olak besaran Froude 2,5 < Fr
4,5 adalah dengan menambah atau mengurangi (lebih baik menambah) bilangan Froude
hingga melebihi besarnya besaran tersebut.
v q
Fr =
gy gy3
L = 2 yu ( 1 8Fru 1 )
2
2. Kolam olak tipe blok halang (baffle block type basin, Donnelly and Blaisdell,
1954), yang ukurannya ditunjukkan pada Gambar 4.2. kelemahan besar kolam ini
adalah semua benda yang mengapung dan melayang dapat tersangkut. Hal ini
menyebabkan meluapnya kolam dan rusaknya blok-blok halang yang
menggunakan konstruksi beton tulangan.
Untuk bilangan Froude di atas 4,5 loncatan airnya bisa mantap dan peredaman energi
dapat dicapai dengan baik, seperti yang tampak pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Karekteristik Kolam Olak USBR tipe III (Bradley dan Peterka, 1957)
x1,85
y2 =
23
0,6
El. 920
1
y1
El. 880
Jawab : Kita prediksi bahwa kecepatan awal V boleh dikatakan diabaikan kerena terlalu
lambat, jadi C = 4,03
Q = C L He1,5
74,4
75000
4,03 250
1, 5
He
H e 17,8 ft
252
Ha (Velocity Head) = V2 / 2g
Hd = He Ha
= 17,8 0,1
= 17,7 ft
Jadi tinggi dari bendungan tersebut adalah
H = (ELV 1000 ELV 880) Hd
= 120 17,7
= 102,3 ft
Jadi ELV Crest (puncak) ialah ELV 1000 - Hd
= 982,3
Xn = K . Hdn-1 . y
Setelah ditinjau dengan kestabilan dan eksperimen, maka menurut standar WES
(U.S Army Eng. Waterway Exp. Stan) kemiringan hilir atau bawah bagian kaki 0,6
horisontal : 1 vertikal
Bilamana Tail water (kedalaman hilir setelah loncatan)
ELV = 920
Dengan grafik (hubungan antara kecepatan (V) Fig. 14-15, lampiran S dengan
jarak jatuh air terjun tersebut, maka dengan
Hd= 17,7 ft didapatkan bahwa kecepatan V1 (Approach Velocity sebelum
loncatan)
V1 = 79 ft/sec, jadi kedalaman y1 dapat dicari yaitu :
Y1 3,8 ft , maka harga Freude Number :
Q 75000
A 250 79
F1 7,13
V 79
gD 3,8 g
Dengan angka 7,13 lihat grafik hubungan antara F1 dengan minimum Tail water
depth (TW / D1) menghasilkan TW / D1 = 9,2
Untuk Safety Factor 8 % lagi, maka kedalaman Tail water depth sebagai berikut :
SF TW D = 35 x 1,08 = 37,8 ft atau 38 ft atau 1,024 D2
Jadi, lantai olak harus di gali s/d ELV (ELV 920 38)
ELV = 882
Bangunan-bangunan pengatur muka air berfungsi sebagai pengontrol elevasi muka air di
jaringan irigasi utama, agar dapat memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap
tersier.
Bangunan tersebut mempunyai potongan (ruas) pengontrol aliran yang dapat di setel /
diatur atau tetap (tak dapat diatur)
Bangunan Bangunan pengatur yang dapat di setel, dianjurkan menggunakan pintu
penggerak yaitu :
Pintu sorong (Sluice Gate)
Pintu radial
Dan pintu-pintu lainnya
besaran-besaran ini dapat digabung untuk membuat perkiraan awal tinggi bangunan
terjun:
Z = ( H + Hd) H1
dan selanjutnya :
q
yu =
vu
aliran pada potongan U kemudian dapat dibedakan sifatnya dengan bilangan Froude tak
berdimensi:
vu
Fru =
gyu
Permukaan miring yang menghantar air ke dasar kolam olak, adalah praktek
perencanaan yang umum, khususnya jika tinggi jatuh melebihi 1,5 m. pada bangunan
terjun permukaan dibuat securam mungkin dan relatif pendek. Jika peralihan ujung
runcing dipakai diantara permukaan pengontrol dan permukaan belakang (hilir),
disarankan untuk memakai kemiringan yang tidak lebih curam dari 1:2.
Perhitungan hidrolisnya :
Tinggi H1 di atas mercu, dapat dihitung Q = H1 x B x Va
H1
1,71m B2 / 3
Q
V1 2 g 1 / 2 H 1 Z
B = Lebar saluran / mercu
Daya, mempergunakan rumus :
1 / 2 1 8 FR12 1
y2
y1
dimana, y1 = Kedalaman air di awal loncatan
y2 = Kedalaman air di hilir
R = Freude Number
V1 = Kecepatan awal loncatan
g = Gravitasi
Dimana angka Freude dapat dihitung ssebagai sebagai berikut :
FR
V1
9 y1
Kedalaman air hilir (Tail Water) untuk setiap debit satuan q, dapat ditemukan dan diplot
Agar loncatan tetap dekat dengan muka miring bendung dan diatas lantai,serta tidak
bergerak ke hilir, maka lantai harus diturunkan sedemikian rupa hingga kedalaman air
hilir sekurang-kurangnya sama dengan kedalaman konjugasi.
Gambar 5.3 Bangunan Primer dengan bangunan pengatur dan sadap ke saluran sekunder
Aliran dalam got miring adalah superkritis dan bagian peralihannya harus licin dan
berangsur agar tidak terjadi gelombang. Bilamana Trase saluran pembawa, mengikuti
kondisi lapangan dengan kemiringan relative curam dan panjang maka sebaiknya di
Bagian peralihan
Bagian saluran miring itu sendiri
Bagian kolam olak itu sendiri
Pada saluran got miring, maka loncatan yang terjadi tidak menimbulkan Hidrolik Jump
yang besar. Jadi, biasanya loncatan lemah, sehingga air di hilir ketinggiannya (Tail water
depth) tidak terlalu extreme naiknya.
Perhitungan Hidrolis
Pertama-tama kita data elemen Geometrik dari saluran-saluran persegi panjang
1. Luas (Area) : A = b h
Disini panjang loncatan relative pendek, oleh karena itu pengaruh gaya berat air factor
gesekan, kemiringan lantai sudut sangat kecil dapat diabaikan, Jadi dengan formula :
1 / 2 1 8 F12 1
y1
y2
Tinggi air diatas mercu, ialah :
1,71 m B2 / 3
Q
Ha = dimana, Q telah diketahui
V1 2 g 1 / 2 Ha Z
6. dimana, Ha = Tinggi energy diatas mercu
FR
V1
g y1
Sehingga Freude Number diketahui.
V12
Dalam praktek, maka :
Q C L h 2 g y1
Jadi, rumus debit menjadi :
dimana, C = Koefisien, tergantung dari kondisi bentuk dari pintu dan hubungan
kedalaman hulu serta kedalaman hilir
Pada waktu pembukaan pintu, maka arus air yang mengalir sangat deras, dengan
kecepatan tinggi (High Velocity Jet) dan mampu menggerus di daerah dasar lantai.
Bilamana hal tersebut diperlukan dapat diperlukan dengan mempergunakan peredam
energy Stilling Basin.
Pengendalian aliran dalam saluran terbuka (pengendalian aliran) dilakukan pada Penampang
Tertentu dari suatu saluran. Penampang ini merupakan penampang pengendali (Control
Section)
Berhubung penampang pengendali ini memiliki hubungan yang telah jelas mengenai taraf muka
air dengan debitnya berarti selalu merupakan tempat yang cocok untuk pos pengukur dan untuk
menggambarkan lengkung debit (Discharge Rating Curve) ; yaitu lengkung yang
menggambarkan hubungan antara :
- Kedalaman dengan
- Debit pada pos pengukur tersebut.
Q
Z = Dalam persamaan ini memperlihatkan bahwa hubungan bahwa
g
hubungan taraf muka air dengan debit secara teoritis tidak tergantung pada kekasaran saluran
dan keadaan-keadaan lain yang diluar dugaaan.
Sebab itu, penampang aliran keras kritis merupakan suatu penampang pengendali (alat ukur
debir air).
Di Indonesia telah digunakan berbagai tipe alat ukur, syarat-syarat yang dituntut alat ukur debit :
Dapat digunakan bahan setempat yang mudah
Pembuatannya sedapat mungkin mudah.
Ketelitian pengukuran cukup baik.
Mudah dioperasikan oleh petugas biasa.
Tinggi tekanan yang tersedia.
Dalam satu sistim jaringan irigasi sedapat mungkin dipergunakan alat ukur satu tipe
Biaya pemeliharaan murah.
Kerugian lainnya :
- Pembangunannya memerlukan ketelitian dan biayanya mahal dibandingkan
dengan alat ukur lainnya.
- Memerlukan pekerja yang ahli dalam pembuatannya.
Bentuk Hidrolis :
Biasanya selalu dalam keadaan aliran bebas dan mempunyai kedalaman kritis di daerah
lehernya dan setelah itu dihilirnya terjadi loncatan dihilirnya. Pada kondisi tertentu,
kemungkinan terjadi loncatan tenggelam (The Jump Maybe Merged).
bangunan ukur ambang lebar lebih dianjurkan karena bangunan ini kokoh dan mudah
dibuat. Karena bisa mempunyai berbagai bentuk mercu, bangunan ini mudah disesuaikan
dengan tipe saluran apa saja.
6.1.1 Tipe
Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (overflow), untuk ini tinggi energi
hulu lebih kecil dari panjang mercu. Gambar 6.2 dan 6.3 memberikan contoh alat ukur ambang
lebar.
Gambar 6.3 Alat ukur ambang lebar dengan pemasukan bermuka datar dan peralihan penyempitan
persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi empat
adalah :
Q = Cd Cy 2/3 2 / 3g bc h1 1,50
Harga koefisien kecepatan datang dapat dicari dari Gambar 6.4, yang memberikan harga-harga
Cv untuk berbagai bentuk bagian pengontrol.
Persamaan debit alat ukur ambang lebar untuk bentuk trapesium adalah :
Pembagian dari saluran induk dengan saluran sekunder atau dari saluran sekunder ke
saluran sekunder cabang ataupun dari saluran sekunder tersier, atau langsung ke saluran
quarter, dan seterusnya.
Ialah dua plat baja (di bagian atas dan bawah) di tempat dalam Spooning.
Kedua plat ini sebagai batasan gerakan ke atas dan ke bawah lihat gambar.
Plat bagian atas sekaligus sebagai mercu ambang lebar, dapat digerakkan ke
atas dan bawah dan dihubungkan dengan stang pengangkat.
Plat bagian bawah diikatkan di bawah dalam kedudukan dimana sisi plat atas
merupakan batas paling rendah dari gerakan plat ambang.
Alat ini dipasang tegak lurus dengan arah aliran dan sisi plat ambang atas
dibulatkan.
Kapasitas maximum untuk satu alat ukur ialah : 450 I/det dengan lebar pintu
tersebut b = 1,30 m , dan panjang ambang 0,60 m.
Pada debit Q 900 I/det maka dipasang 2 pintu Romeyn.
Ketinggian hulu dari ambang H maximum ialah : 0,35 m
Bilamana ketinggian H = 0,05 m pintu Roymen ini mampu mengukur ketelitian
dengan baik yaitu ketelitiannya dapat mencapai 90 %.
Alat ukur Crump de Gruyter yang dapat disetel adalah saluran ukur leher panjang yang
dipasangi pintu gerak vertikal yang searah aliran (streamline). Bangunan ini dapat dipakai untuk
mengukur maupun mengatur debit (lihat Gambar 6.3).
Q = Cd b w 2 g (h1 w)
Dimana : Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit (= 0,94)
b = lebar bukaan, m
w = tinggi bukaan pintu
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (= 9,8)
h1 = tinggi air di ambang, m
6.3.2 Konstruksi
Air mengalir lewat lubang persegi empat, dengan kedua sisi kanan dan kiri dibatasi
oleh dinding tegak.
Di lantai bawah (bagian bawah) marupakan suatu ambang lebar (Broathed Crest
Weir) dengan ambang pendek, sedangkan bagian atasnya ialah daun yang dapat
diturunkan dan dinaikan.
Bilamana debit Q lebih besar dari Q > 900 l/dt alat ukur ini dipasang.
Kapasitas pengukuran ini maximum (Q max) sama dengan kapasitas saluran.
Q max
Ketelitian pengukuran ( ) yaitu : diambil antara 1 ~ 10
Q min
Jadi, didalamnya air minimum (Y minimum) di bawahnya pintu ditentukan oleh
ketelitian alat ukur dengan ketentuan min = 0,02 m.
K K
1 0,620 0,167 6 0,065 0,665
2 0,386 0,386 7 0,055 0,690
3 0,495 0,495 8 0,040 0,715
4 0,575 0,575 9 0,044 0,735
5 0,620 0,620 10 0,40 0,750