You are on page 1of 4

Nama : I Gede Peri Arista

NIM : P07120215037

Tingkat : III.A

BIMBINGAN SPIRITUAL MENJELANG AJAL, PENYAKIT KRONIS DAN


TERMINAL

A. Konsep Bimbingan Spiritual

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu


agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan
menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama
dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal
maupun sosial).

Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam


hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi tuhan, yang menimbulkan suatu kebutuhan
serta kecintaan terhadap adanya tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang
pernah diperbuat (Alimul, 2006).

Bimbingan spiritual adalah bimbingan kerohanian yang menggunakan dasar-dasar


keagamaan. Bimbingan spiritual secara umum adalah suatu proses pemberian bantuan kepada
individu berdasarkan ajaran agama yang dianutnya agar individu mampu hidup selaras
dengan ketentuan dan petunjuk ajarannya, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.

B. Konsep Dasar Menjelang Ajal, Penyakit Kronis dan Terminal

Penyakit kronis di definisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang
berkaitan dengan gejala gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka
panjang. Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian, berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu
(Carpenito, 1995). Menjelang ajal (dying) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang
menghadapi kematian, yang memiliki berbagi hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
Kematian secara klinis merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah
serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan aktivitas listrik otak
terhenti.

C. Bimbingan Spiritual Menjelang Ajal, Penyakit Kronis dan Terminal

Berbagai semangat dan motivasi sangat diperlukan untuk membangun rasa kepercayaan
diri, kepasrahan, ketenangan dan kebahagian lahir batin bagi pasien-pasien di rumah sakit
baik itu pasien dengan penyakit kronis, terminal maupun pasien menjelang ajal. Bimbingan
spiritual ternyata berdampak kepada peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien.

Adapun bagi rumah sakit kegiatan bimbingan spiritual jelas dapat memberikan nilai
tambah dalam hal pelayanan bagi pasiennya. Manfaat yang akan diperoleh:

1. Perawat mengetahui pentingnya memberikan bimbingan spiritual kepada orang yang


sedang sakit.
2. Perawat memahami tata cara bimbingan spiritual untuk pasien sesuai dengan
kepercayaan pasien.
3. Perawat mampu mereplikasi dan menjalankan kegiatan bimbingan spiritual bagi
pasien di tempat kerjanya.
4. Rumah sakit mendapat citra yang baik di mata masyarakat.

Dukungan spiritual yang diberikan pada pasien dengan kondisi tersebut sangat penting
dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya. Bantuan spiritual itu meliputi :

1. Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana


klien selanjutnya menjelang kematian.
2. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan agama dalam hal untuk memenuhi
kebutuhan spiritual.
3. Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya.

Klien dengan kondisi penyakit terminal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan
makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin minta
pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga.

Perawat dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan


ketrampilan komunikasi, empati, berdoa dengan klien, membaca kitab suci, atau
mendengarkan musik. Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari
sekedar kunjungan rohaniawan. Perawat dapat member dukungan kepada klien dalam
mengekspresikan filosofi kehidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari
ketenangan dengan menganalisis nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan
mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong
klien untuk mengekspresikan tentang nilai dan keyakinan.

Bimbingan spiritual pada kondisi pasien menjelang ajal tidak jauh berbeda dengan
kondisinya saat mengalami fase penyakit terminal. Pasien tetap diberikan dukungan spiritual
untuk meningkatkan kekuatan spiritualnya. Klien pada fase ini membutuhkan dukungan
spiritual yang dapat berupa love (kasih sayang), trust (kepercayaan), hope (harapan),
forgiveness (permohonan maaf), dan meaning (pengertian).

Pemberian bimbingan rohani diberikan secara khusus pada pasien khusus yang menganut
agama tertentu. Dalam pemberian bimbingan rohani tersebut terdapat prosedur khusus yang
dilakukan pada kepercayaan tertentu. Jika kondisi pasien kritis, dokter akan secara resmi
menuliskan namanya di daftar kritis. Kemudian keluarga dan pemuka agama akan diberitahu.

Jika pasien Katolik tampak sedang menyongsong ajal, seorang pendeta harus dipanggil
untuk melakukan sakramen orang sakit. Akan lebih baik jika keluarga hadir dan
meninggalkan ruangan pada saat dilakukan pengakuan dosa. Penganut agama Katolik dan
keluarga menganggapnya sebagai suatu keistimewaan karena memiliki kesempatan untuk
mengaku dosa ketika masih memiliki kemampuan. Sementara hampir semua agama lainnya
tidak memiliki ritual khusus seperti sakramen ini, oleh sebab itu pemberian privasi pada
pasien dan keluarga adalah hal yang penting. Pembacaan kitab suci, jika diminta, dapat
menjadi bantuan spiritual untuk melalui saat-saat kritis ini.
REFERENSI

Gail Wiscarz Stuart dan Sandra J. Sundeen (1998). Keperawatan Jiwa : buku saku.
Edisi 3. Jakarta : EGC

You might also like