You are on page 1of 26

Lampiran1 : Surat Keputusan Direktur

Nomor :
Tanggal :
Tentang : Pedoman Pengelolaan Limbah Di RS Muhammadiyah Tuban

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sesuai dengan fungsinya,rumah sakit berdasarkan Undang-undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Sedangkan di dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
rumah sakit merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah, Pemda dan/atau masyarakat.
Sebagai suatu sarana pelayanan kesehatan, rumah sakit melakukan aktivitas
yang mengakibatkan timbulnya limbah. Limbah tersebut, dalam berbagai
ketentuan yang ada, hendaknya dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan
manfaat secara ekonomi bagi rumah sakit, sehat bagi pasien dan/atau pengunjung
maupun petugas serta aman bagi lingkungan.

I.2. DASAR HUKUM


Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan sebagai dasar dalam
pengelolaan limbah di rumah sakit, yaitu:

1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran


Negara RI Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4851);

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5059); Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5059);

3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI


Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5063);

4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1204/Menkes/SK/X /2004 tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban


I.3. TUJUAN

1. Mencegah infeksi nosokomial


2. Menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja
3. Mencegah pencemaran lingkungan
4. Mereduksi volume sampah non medis
5. Kepentingan rumah sakit bersih dan hijau (clean and gree

II. KEBIJAKAN

1. Pemilahan limbah, harus dilakukan mulai dari sumber yang


menghasilkan limbah (ruangan-ruangan).
2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali, harus dipisahkan dari limbah
yang tidak dimanfaatkan kembali.
3. Limbah benda tajam, harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang
tidak berkepentingan tidak dapat membukanya (menggunakan sharp
box).
4. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dengan kantong plastik berwarna.
5. Seluruh limbah medis, baik yang berasal/bersumber dari Internal
maupun Eksternal RS Muhammadiyah Tuban, harus ditangani dan
dikelola dengan baik.
6. Petugas pengelola harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD);
7. Tempat penampungan limbah padat tersedia dalam jumlah dan jenis
yang cukup.

III. PENGERTIAN

1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari


kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.

2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari
limbah medis padat dan non-medis.

3. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam (limbah yang
berbentuk tajam, yang biasanya dipakai untuk tindakan invasif kepada
pasien seperti jarum suntik, jarum IV catheter, jarum spinal, jarum jahit
bedah dll), limbah farmasi,limbah radioaktif (yang dihasilkan dari
Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban
hasil kegiatan radiologi), limbah kontainer bertekanan, dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi.

4. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari


kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya. Limbah ini jika dibedakan sesuai kemudahan
pembakarannya, dibagi menjadi limbah kering/non organik (yaitu
yang berasal dari benda mati biasanya berasal dari kegiatan sehari-hari
RS seperti kertas, plastik, kotak minuman, kardus, dll), dan limbah
basah/organik yaitu yang berasal dari benda hidup/yang dapat
membusuk seperti sisa makanan, daun, buah, kulit buah, rumput,dll).

5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

6. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti dapur, perlengkapan
generator, dan anastesi

7. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme


patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme
tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan
penyakit pada manusia rentan. Di Rumah Sakit, sampah infeksius
berupa semua sampah dari hasil kegiatan perawatan dan pengobatan
pasien, baik yang kontak langsung dengan tubuh pasien atau cairan
tubuh pasien ataupun tidak kontak langsung, seperti : tabung syringe,
botol infus, catheter urine, urine bag, NGT , Verband,dan lain-lain

8. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk


mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi
bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang
limbah (recycle).

9. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam


yang berbentuk padat.

10. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam
yang menghasilkan timbunan sampah.

11. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan


berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban


12. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah
diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat
pengolahan sampah terpadu.

13. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya


kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang,
pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.

14. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan


mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia
dan lingkungan.

15. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3


adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya;

16. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,


mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3;

IV. POKOK-POKOK KEGIATAN

IV.1. PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS


IV.1.1. Minimasi Limbah
1) Limbah harus direduksi dimulai dari sumber.
2) Limbah bahan kimia yang berbahaya dan beracun, harus dikelola dan
diawasi, penggunaannya;
3) Rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi
dengan baik;
4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai
dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui
sertifikasi dari pihak yang berwenang.

IV.1.2. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai


Kategorinya:

No Kategori Warna
Kontainer/ Lambang Keterangan
Kantong
Plastik
1 Radioaktif Merah Kantong boks timbal dengan
simbol radioaktif
Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban
2 Sangat Infeksius Kuning Kantong plastik kuat, anti
bocor, atau kontainer yang
dapat disterilisasi dengan
botoklaf

3 Limbah Kuning Kantong plastik kuat dan anti


Infeksius, bocor, atau kontainer
patologi dan
anatomi

4 Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat dan


anti bocor

5 Limbah kimia Coklat - Kantong plastic atau


dan kontainer
farmasi

IV.1.3. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang

1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang


menghasilkan limbah.

2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah


yang tidak dimanfaatkan kembali.

3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa


memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut
harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga
orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

4) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui


proses sterilisasi. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus
dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia
harus dilakukan tes Bacillus subtilis.

5) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan


dengan penggunaan wadah dan label.

Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban


IV.1.4. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Media Padat
di Lingkungan RS Muhammadiyah Tuban

1) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah


menggunakan troli khusus yang tertutup.
2) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada
musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24
jam.

IV.1.5. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit


1) Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas dengan tempat yang
kuat.
2) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan
khusus.

IV.1.6. Pengolahan dan Pemusnahan


1) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke
tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi
kesehatan.
2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat
disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis
padat yang ada, dengan pembakaran menggunakan insinerator.
( MoU dengan RS pemilik incinerator )

IV.2. PENGELOLAAN LIMBAH PADAT NON MEDIS

4.2.1. Pemilahan dan Pewadahan


1) Pewadahan limbah padat non-medis, harus dipisahkan dari limbah
padat medis dan ditampung dalam kantong plastic warna hitam.
2) Tempat Pewadahan (Tong Sampah) limbah padat non medis, dilapisi
kantong plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah

4.2.2. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan


1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih
dari 20 ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus
dilakukan pengendalian.
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan
binatang pengganggu yang lain minimal 1 (satu) bulan sekali.

4.2.3. Pengolahan dan Pemusnahan


Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus dilakukan
sesuai persyaratan kesehatan.

IV.3. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR


Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen, sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MenLH/12/1995
atau peraturan daerah setempat.

IV.4. PENGELOLAAN LIMBAH GAS

Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat
dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor Kep-13/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak.

V. TATALAKSANA KEGIATAN

V.1. Penanganan Limbah Padat Medis

5.1.1. Minimasi Limbah

1) Menyeleksi bahan-bahan yang menghasilkan limbah sebelum


membelinya.
2) Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
3) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara
kimiawi.
4) Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam
kegiatan perawatan dan kebersihan.
5) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai
menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.
6) Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan
7) Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadaluarsa.
8) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan
9) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh
distributor.

5.1.2. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang

1) Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber


yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.

2) Tempat pewadahan limbah medis padat:

Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban


a) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap
air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya, misalnya fiberglass.
b) Di setiap sumber penghasil limbah padat medis harus
tersedia tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah
padat non medis.
c) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari
apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.
d) Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada
tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang
aman.
e) Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik
yang tidak langsung kontak dengan limbah, harus segera
dibersihkan dengan larutan disinfektan apabila akan
dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang
telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak
boleh digunakan lagi.

3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui


sterilisasi meliputi pisau bedah (scalpel), syringes, botol gelas, dan
kontainer.

4) Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus


pencemaran spongiform encephalopathies.

5.1.3 Tempat Penampungan Sementara

1) Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya


harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.

2) Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka


limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama
dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai
insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24
jam apabila disimpan pada suhu ruang.

5.1.4. Transportasi
1) Kantong limbah padat medis sebelum dimasukkan ke kendaraan
pengangkut, harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.
2) Kantong limbah padat medis harus aman dari jangkauan manusia
maupun binatang.
3) Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat
pelindung diri yang terdiri :
Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban
a) Topi/helm;
b) Masker;
c) Pelindung mata;
d) Pakaian panjang (coverall);
e) Apron untuk industri;
f) Pelindung kaki/sepatu boot; dan
g) Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty
gloves)

5.1.5. Penanganan, Pemusnahan, dan Pembuangan Akhir Limbah Padat


Medis

1) Limbah Infeksius dan Benda Tajam


a) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen
infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan
panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk
limbah infeksius yang lain cukup dengan cara disinfeksi.
b) Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila
memungkinkan, dan dapat diolah bersama dengan limbah
infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.
c) Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat
pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.

2) Limbah Farmasi
a) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator
pirolitik (pyrolytic incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman,
sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah. Tetapi dalam jumlah
besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti
rotary kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.
b) Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan
kepada distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan
tidak memungkinkan dikembalikan, supaya dimusnahkan
melalui insinerator pada suhu diatas 1.000 C.

3) Limbah Bahan Kimiawi

a) Pembuangan Limbah Kimia Biasa

Limbah kimia biasa yang tidak bisa didaur seperti gula, asam amino,
dan garam tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor. Namun
demikian, pembuangan tersebut harus memenuhi persyaratan
konsentrasi bahan pencemar yang ada seperti bahan melayang, sushu,
dan pH.

Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban


b) Pembuangan Limbah Kimia Berbahaya Dalam Jumlah Kecil.

Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang


terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi
pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).

c) Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar

Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah


untuk limbah berbahaya. Pembuangannya lebih ditentukan
kepada sifat bahaya yang dikandung oleh limbah tersebut.
Limbah tertentu yang bisa dibakar seperti banyak bahan pelarut
dapat diinsinerasi. Namun, bahan pelarut dalam jumlah besar
seperti pelarut halogenida yang mengandung klorin atau florin
tidak boleh diinsinerasi kecuali insineratornya dilengkapi dengan
alat pembersih gas.

Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya


tersebut ke distributornya yang akan menanganinya dengan aman,
atau dikirim ke negara lain yang mempunyai peralatan yang
cocok untuk mengolahnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan limbah


kimia berbahaya:
1) Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus
dipisahkan untuk menghindari rekasi kimia yang tidak
diinginkan.-
2) Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh
ditimbun karena dapat mencemari air tanah.
3) Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar tidak boleh
dikapsulisasi karena sifatnya yang koros dan mudah Terbakar
4) Limbah padat bahan kimia berbahaya cara pembuangannya
harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada instansi yang
berwenang.

4) Limbah Kandungan Mercuri

a) Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh


dibakar atau diinsinerasi karena berisiko mencemari udara dengan
uap beracun dan tidak boleh dibuang ke landfill karena dapat
mencemari air tanah.

b) Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai


fasilitas pengolah limbah dengan kandungan logam berat tinggi. Bila
Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban
tidak memungkinkan, limbah dibuang ke tempat penyimpanan yang
aman sebagai pembuangan akhir untuk limbah yang berbahaya. Cara
lain yang paling sederhana adalah dengan kapsulisasi kemudian
dilanjutkan dengan landfill. Bila hanya dalam jumlah kecil dapat
dibuang dengan limbah biasa.

6) Limbah Kontainer Bertekanan

a) Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan


adalah dengan daur ulang atau penggunaan kembali. Apabila masih
dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk
pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan
dikemas dalam botol harus diperlakukan sebagai limbah bahan kimia
berbahaya untuk pembuangannya.

b) Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah pembakaran


atau insinerasi karena dapat meledak, yaitu:

1. Kontainer yang masih utuh


Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan ke penjualnya
adalah :
Tabung atau silinder nitrogen oksida yang biasanya
disatukan dengan peralatan anestesi.
Tabung atau silinder etilin oksida yang biasanya disatukan
dengan peralatan sterilisasi
Tabung bertekanan untuk gas lain seperti oksigen, nitrogen,
karbon dioksida, udara bertekanan, siklopropana, hidrogen,
gas elpiji, dan asetilin.

2. Kontainer yang sudah rusak


Kontainer yang rusak tidak dapat diisi ulang harus dihancurkan
setelah dikosongkan kemudian baru dibuang ke landfill.

3. Kaleng aerosol
Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang
bersama dengan limbah biasa dalam kantong plastik hitam
dan tidak untuk dibakar atau diinsinerasi. Limbah ini tidak
boleh dimasukkan ke dalam kantong kuning karena akan
dikirim ke insinerator. Kaleng aerosol dalam jumlah banyak
sebaiknya dikembalikan ke penjualnya atau ke instalasi
daur ulang bila ada.

7) Limbah Radioaktif

Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban


a) Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam
kebijakan dan strategi nasional yang menyangkut peraturan,
infrastruktur, organisasi pelaksana, dan tenaga yang terlatih;

b) Setiap rumah sakit yang menggunkan sumber radioaktif yang terbuka


untuk keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus menyiapkan
tenaga khusus yang terlatih khusus di bidang radiasi;

c) Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan


radioaktif yang aman dan melakukan pencatatan;

d) Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk monitoring dosis


dan kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan menjamin
pelacakan limbah radioaktif dalam pengiriman maupun
pembuangannya dan selalu diperbarui datanya setiap waktu;

e) Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan


ketersediaan pilihan cara pengolahan, pengkondisian, penyimpanan,
dan pembuangan. Kategori yang memungkinkan adalah :
Umur paruh (half-life) seperti umur pendek (short-lived),
(misalnya umur paruh < 100 hari), cocok untuk penyimpanan
pelapukan,
Aktifitas dan kandungan radionuklida,
Bentuk fisika dan kimia,
Cair : berair dan organik,
Tidak homogen ((seperti mengandung lumpur atau padatan yang
melayang),
Padat : mudah terbakar/ tidak mudah terbakar (bila ada) dan dapat
dipadatkan/tidak mudah dipadatkan (bila ada)
Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber tertutup yang
dihabiskan,
Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan
berbahaya (patogen, infeksius, beracun).

f) Setelah pemilahan, setiap kategori harus disimpan terpisah dalam


kontainer, dan kontainer limbah tersebut harus :
o Secara jelas diidentifikasi,
o Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan
o Sesuai dengan kandungan limbah,
o Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman,
o Kuat dan saniter.

g) Informasi yang harus dicatat pada setiap kontainer limbah :


Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban
o Nomor identifikasi,
o Radionuklida,
o Aktifitas (jika diukur atau diperkirakan) dan tanggal pengukuran,
o Asal limbah (ruangan, laboratorium, atau tempat lain),
o Angka dosis permukaan dan tanggal pengukuran,
o Orang yang bertanggung jawab.

h) Kontainer untuk limbah padat harus dibungkus dengan kantong


plastik transparan yang dapat ditutup dengan isolasi plastic

5.2. Penanganan Limbah Padat Non Medis

a. Pemilahan Limbah Padat Non-Medis

1) Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbah


yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali
2) Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbah
basah dan limbah kering.

b. Tempat Pewadahan Limbah padat Non-Medis

1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap
air, dan mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada
bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa
mengotori tangan.
3) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau
sesuai dengan kebutuhan.
4) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x
24 jam atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh
limbah, maka harus diangkut supaya tidak menjadi perindukan
vektor penyakit atau binatang pengganggu.

c. Pengangkutan Limbah Padat Non Medis

Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke


tempat penampungan sementara menggunakan troli tertutup.

d. Tempat Penampungan Limbah Padat Non-Medis Sementara

1) Tersedia tempat penampungan limbah padat non-medis


sementara dipisahkan antara limbah yang dapat
Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban
dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan
kembali. Tempat tersebut tidak merupakan sumber bau, dan lalat
bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi.
2) Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air,
bertutup dan selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi
serta mudah dibersihkan.
3) Terletak pada lokasi yang muah dijangkau kendaraan pengangkut
limbah padat.
4) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.

e. Pengolahan Limbah Padat

Upaya untuk mengurangi volume, mengubah bentuk atau


memusnahkan limbah padat dilakukan pada sumbernya. Limbah
yang masih dapat dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan
kembali untuk limbah padat organik dapat diolah menajdi
pupuk

b. Lokasi Pembuangan Limbah Padat Akhir

Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan


akhir yang dikelola oleh pemerintah daerah (Pemda), atau badan lain
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

VI. PROSEDUR/ALUR DAN INSTRUKSI KERJA

VI.1. Kebijakan dan Standard Tempat Sampah di RS Muhammadiyah


Tuban

1) Tempat sampah berbentuk tabung meninggi dilengkapi tutup yang


memudahkan kita membuang sampah ke dalamnya tanpa mengotori
tangan, sebagian dilengkapi dengan Knop Pembuka yang digerakkan
dengan cara menginjaknya.
2) Tempat sampah terbuat dari plastik yang kuat, warna tidak diitentukan,
bagian dalamnya rata/licin, tidak bertekstur yang dapat menambah
kemungkinan menempelnya kotoran.
3) Tempat sampah ada beberapa ukuran:
a) Ukuran kecil untuk disediakan di setiap wastafel dan pada trolley
perawatan;
b) Ukuran sedang untuk disediakan di dalam tiap ruangan rawat inap
dan unit unit pelayanan;
c) Ukuran besar di beberapa tempat di koridor, dan lingkungan RS

Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban


4) Tempat sampah di ruangan-ruangan rawat inap dan unit-unit pelayanan
terdiri dari tempat sampah non medis dan tempat sampah medis;
5) Tempat sampah di koridor dan lingkungan RS terdiri dari tempat
sampah domestik (non medis);
6) Tempat sampah di bagian radiologi terdiri dari tempat sampah non
medis (domestik), sampah medis dan tempat sampah radioaktif;
7) Bagian dalam tempat sampah dilengkapi dengan kantung sampah
sedemikian rupa sehingga sampah yang dibuang ke dalam tempat
sampah tersebut ditampung dengan baik oleh kantung sampah tersebut.
8) Kantung sampah untuk tempat sampah padat non medis berwarna hitam
dan Kantung sampah untuk tempat sampah infeksius (medis) berwarna
kuning;
9) Kantung sampah untuk tempat sampah radioaktif berwarna merah;
10) Kantung sampah untuk tempat sampah cytotoksik berwarna Ungu,
namun demikian pemakaian warna yang seragam / hitam dengan
diberikan tulisan sesuai dengan jenis sampah, masih diperbolehkan
mengingat keterbatasan logistik;
11) Diberi petunjuk yang jelas pada tempat sampah mengenai nama
tempat sampah dan jenis sampah yang ditampungnya;
12) Tempat penampungan benda tajam terbuat dari bahan plastik atau
kardus yang tahan bocor.

VI.2. Kebijakan Tempat Penampungan Sampah Sementara di RS


Muhammadiyah Tuban

Tempat penampungan sampah sementara bertempat di area selatan IPAL


yang terbagi menjadi tempat penampungan sampah padat medis dan sampah
padat non medis, serta sampah daur ulang

VI.3. Kebijakan Tempat Pengolahan Sampah Akhir

a) Sampah Domestik (Non Medis Kering);


Lokasi : TPA Sampah .

b) Sampah Domestik (Non Medis Basah/Rumput, Daun, dll);


Lokasi : ..

c) Sampah Medis;
Lokasi : Incinerator rsud dr.R.Koesma

VI.4. Prosedur Pengumpulan dan Pengiriman Sampah oleh Petugas


Kebersihan
Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban
1) Sampah di masukkan ke dalam tempat sampah sesuai jenisnya:
a) Sampah domestic (non medis) dimasukkan ke dalam tempat
sampah domestik (non medis), berisi kantung sampah berwarna
hitam;
b) Sampah infeksius (medis) dimasukkan ke dalam tempat sampah
infeksius (medis) berisi kantung sampah berwarna kuning;
c) Sampah radioaktif dimasukkan ke dalam tempat sampah radioaktif
berisi kantung sampah berwarna merah;
d) Sampah cytotoksik dimasukkan ke dalam tempat sampah cytotoksik
berisi kantung sampah berwarna Ungu;
e) Sampah benda tajam dimasukkan ke dalam tempat tahan tusukan,
berupa Safety Box,

2) Petugas Kebersihan (cleaning service) mengambil sampah di masing-


masing ruangan setiap hari, pagi pukul 05.30 sore pukul 14.30

3) Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan sore dan malam hari,
untuk sementara ditampung dalam tas plastic dan ditaruh dalam bak
sampah tertutup di masing-masing ruangan, dan selanjutnya besok pagi
di ambil oleh Petugas Kebersihan rumah sakit (Cleaning Service) ke
tempat penampungan sampah sementara rumah sakit dengan
menggunakan trolley sampah.

4) Kantung sampah domestik (non medis) yang sudah penuh 2/3-nya


diambil dan diganti dengan kantung baru yang sama warnanya oleh
Petugas Kebersihan ruangan(Cleaning Service);

5) Sampah radioaktif dikelola oleh petugas radiologi/laboratorium/farmasi;

6) Sampah benda tajam dikelola oleh perawat dan/atau petugas


laboratorium.

VI.5. Prosedur Penerimaan Sampah Medis Internal

1. Petugas Incinerator menerima sampah medis dari Petugas Kebersihan


Rumah Sakit, di mana sampah telah dipisahkan antara sampah tajam yang
menggunakan Sharp Box dan sampah medis lainnya yang menggunakan
Tas Plastik Berwarna Kuning (untuk sampah infeksius, limbah
infeksius serta patologi dan anatomi) dan/atau Tas Plastik Berwarna
Merah (untuk limbah radioaktif);

Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban


2. Petugas Kebersihan RS membawa sampah medis ke Ruang pengumpulan
dan bersama-sama Petugas Incinerator menimbang sampah medis dengan
Alat Timbang yang sudah tersedia di dalam Ruang Incinerator.

3. Untuk sampah tajam, sebelum dibakar oleh Petugas Incinerator menaruh


Sharp Box (box khusus yang berisi sampah medis tajam) di samping Alat
Penghancur Benda Tajam untuk selanjutnya dihancurkan dengan
menggunakan Alat Milling Unit.

4. Petugas Incinerator mencatat di dalam Buku Catatan Penerimaan Sampah


Medis Internal, dengan melengkapi data harian DAFTAR PENERIMAAN
SAMPAH MEDIS INTERNAL, pada kolom yang berisikan:
HARI/TANGGAL:.

Kolom : Nomor Urut


1
Kolom : Nama Petugas Pengirim/Kebersihan Ruangan
2
Kolom : Satuan (Kg)
3
Kolom : Volume Sampah Medis
4
Kolom : Nama dan Tanda Tangan Petugas Pengirim
5
Kolom : Nama dan Tanda Tangan Petugas Incinerator
6
Kolom : Keterangan (diisi bila ada keterangan yang perlu dicatat)
7

5. Petugas Incinerator menjumlahkan penerimaan sampah medis tersebut


secara berkala (setiap hari) dan membubuhkan nama dan tanda tangan;

6. Petugas Incinerator membuat Laporan Rekapitulasi Bulanan yang


ditandatangani Kepala Subbagian Perlengkapan dan RT, ditujukan
kepada Direktur dan Operasional dengan tembusan Unit Terkait.

VI.6. Prosedur Penerimaan Sampah Medis Eksternal

1) Petugas Incinerator mengecek Data Peserta IKS Pengolahan Sampah


Medis pada Papan dan mencocokkan data tersebut dengan Pengirim
Sampah Medis;

Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban


2) Jika Pengirim Sampah Medis tercatat sebagai peserta dan IKS-nya
masih berlaku, maka dilanjutkan dengan proses penerimaan;

3) Jika Pengirim Sampah Medis tidak tercatat sebagai peserta dan/atau


IKS-nya sudah tidak berlaku, maka sampah medis ditolak, dan
Pengirim agar membawa kembali sampahnya;

4) Petugas Incinerator menerima sampah medis Peserta IKS yang telah


dipisahkan antara sampah tajam dan sampah medis lainnya, dengan
Jadwal , sebagai berikut:

NO HARI WAKTU
1 Senen-Kamis Pukul 07.30 s.d. 12.00 WITA
2 Jumat Pukul 07.30 s.d. 10.00 WITA
3 Sabtu Pukul 07.30 s.d. 11.00 WITA

5) Petugas Pengirim sampah medis Peserta IKS membawa sampah medis


ke dalam Ruang Incinerator dan bersama-sama Petugas Incinerator
menimbang sampah medis dengan Alat Timbang yang sudah tersedia di
dalam Ruang Incinerator.

6) Sampah yang dikirim kurang dari 1 (satu) Kg, dikenakan harga sama
dengan 1 (satu) Kg, yaitu sebesar Rp 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah);

7) Petugas Incinerator mencatat di dalam Buku Catatan Penerimaan


Sampah Medis Ekternal (Peserta IKS), dengan melengkapi data harian
DAFTAR PENERIMAAN SAMPAH MEDIS, pada kolom yang
berisikan: HARI/TANGGAL:

Kolom 1 : Nomor Urut


Kolom 2 : Nama Peserta IKS (Pengirim)
Kolom 3 : Satuan (Kg)
Kolom 4 : Volume Sampah Medis
Kolom 5 : Nama dan Tanda Tangan Petugas Pengirim
Kolom 6 : Nama dan Tanda Tangan Petugas Incinerator
Kolom 7 : Keterangan (diisi bila ada yang perlu dicatat)

8) Petugas Incinerator menandatangani Faktur Pengiriman atau Surat Jalan,


selanjutnya membuat Rekapitulasi Biaya Penerimaan Sampah Medis per
Peserta IKS sesuai Formulir Terlampir.

9) Hasil Rekapitulasi Bulanan disampaikan kepada Subbagian Akuntansi


Keuangan RSAB Muhammadiyah Tuban.
Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban
10) Petugas Incinerator menjumlahkan penerimaan sampah medis
tersebut secara berkala (setiap hari) dan membubuhkan nama dan tanda
tangan;

11) Petugas Incinerator membuat Laporan Rekapitulasi Bulanan yang


ditandatangani Kepala Subbagian Perlengkapan dan RT, ditujukan
kepada Direktur dan Operasional dengan tembusan Unit Terkait.

VI.7. Prosedur Pencatatan pada Rekapitulasi Penerimaan Sampah Medis


Eksternal

REKAPITULASI PENERIMAAN BIAYA


PENGOLAHAN SAMPAH MEDIS PESERTA IKS
DI INCINERATOR RS MUHAMMADIYAH TUBAN

PESERTA IKS : ..
BULAN & : ..
TAHUN

JUMLAH (KG)
NO TANGGAL SAMPAH SAMPAH HARGA PER JUMLAH
TAJAM MEDIS KG HARGA
LAINNYA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
JUMLAH

PETUGAS AKUNTANSI, PETUGAS INCINERATOR,

( ..) (.)

VII. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

VII.1.Kebijakan tantang Pengendalian Limbah Cair

1. Pengertian Limbah Cair adalah air buangan dan tinja yang berasal
dari Rumah Sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun, dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan
dan lingkungan;

Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban


2. Limbah Cair menurut asalnya dapat dibedakan menjadi 2 macam :
1) Limbah yang berasal dari tubuh manusia : Urine, faeces, darah,
muntahan, secreta (dahak, ingus,pus)
2) Limbah yang berasal dari kegiatan medis : cairan chlorine,
larutan savlon, larutan antiseptik, desinfektan, sisa obat cair, dll
3) Limbah yang berasal dari kegiatan sehari-hari : air mandi, cucian
piring, dll
4) Limbah air hujan.

3. Limbah cair menurut pengelolaannya, dibedakan menjadi :


1) Limbah yang masuk saluran air dan dikelola melalui Instalasi
Pengolahan Limbah (IPAL)
2) Limbah yang dikelola dalam septic tank : Faeces
3) Limbah air hujan melalui saluran drainase.

4. Standard Saluran Air Limbah menuju Instalasi Pengolahan Limbah


(IPAL) RS:
1) Merupakan saluran - saluran yang mengarah pada satu tempat,
yaitu IPAL
2) Merupakan saluran tertutup semi permanen, terbuat dari Pipa
Paralon berkualitas baik. Saluran yang terdapat di luar tanah
diberi warna merah
3) Terdapat bak-bak kontrol di tempat-tempat tertentu.

5. Standard Ruang Toilet/Kamar Mandi RS:


1) Terdapat di semua ruang rawat inap dan unit pelayanan RS
2) Menurut pemakainya, dibagi atas :
o Toilet ruangan rawat inap, diperuntukkan bagi pasien dan
penunggu pasien
o Toilet Karyawan diperuntukkan bagi karyawan RS
3) Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas
lahan
4) Lantai terbuat dari keramik, dan tidak licin
5) Jamban duduk terbuat dari keramik dilengkapi reservoar air
minimal 5L dan siphon penahan bau;
6) Jamban jongkok terbuat dari keramik dilengkapii siphon
penahan bau
7) Pembuangan air dilengkapi sipon penahan bau
8) Tersedia bak mandi atau shower sesuai kebutuhan
9) Lubang udara berhubungan dengan ruang bebas
10) Terdapat tanda peringatan untuk menjaga kebersihan, dan
penghematan air
Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban
6. Standard saluran faeces
1) Toilet duduk dilengkapi reservoar air minimal 5 L dan siphon
penahan bau
2) Toilet jongkok dengan siphon penahan bau
3) Pipa Paralon dibawah tanah diameter minimal 3 Inch

7. Standard Septic Tank


1) Komposisi semen, pasir dan Batu bata.
2) Terdiri dari 2 ruangan penampung feces dan 1 reservoar air
yang terhubung dengan saluran limbah menuju IPAL, 1 lubang
udara yang menuju lahan terbuka
3) Dimensi tergantung kapasitas ruangan dan perkiraan pemakai
toilet
4) Kapasitas tergantung dimensi septic tank

8. Standard Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)


1) IPAL berfungsi mengolah limbah cair non tinja sebelum
dibuang ke badan air lingkungan
2) IPAL terdiri dari :
a) Bak Pengumpul (slump well): berfungsi untuk menampung
limbah cair dari seluruh kegiatan RS sebelum diolah pada
unit selanjutnya. Pada bak ini akan terendap partikel2 kasar
dan mudah mengendap. Bak pengumpul terdiri dari
beberapa bak, dimana inlet dan outlet sama tingginya.
b) Bak Sedimentasi awal : berfungsi untuk mengendapkan
partikel2 kasar yang belum terendapkan di bak pengumpul.
Pada bak ini diberikan koagulan untuk menambah
sedimentasi. Bahan koagulan yang digunakan akan
ditentukan kemudian.
c) Bak Filtrasi : Berfungsi menyaring partikel halus yang
mungkin lolos dari bak pengendap. Jenis Filtrasi yang
digunakan adalah Slow sand filter. Bahan yang digunakan
untuk filter adalah Pasir silika, kwarsa, kalsit, magnetit,
kerikil, dan arang.
d) Bak Aerasi : Berfungsi mensuplai oksigen dan juga
penambahan tawas sehingga tercampur secara homogen
Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban
antara limbah cair dengan air dan bahan kimia sehingga
memudahkan untuk diendapkan. Diharapkan bisa
menghilangkan gas yang tidak diinginkan dalam air serta
menghilangkan kotoran seperti Fe, Mn, rasa dan bau.
Permberian oksigen dilakukan dengan menggunakan blower
selama beberapa jam. Dilakukan pada siang hari sehingga
diharapkan suhu air meningkat, dan bak aerasi dibuat lebih
luas.
e) Bak Klorinasi : Berfungsi membunuh kuman patogen,
oksidasi Fe dan Mn, menghilangkan rasa dan bau,
menghilangkan warna, mengontrol lumut. Bahan yang
digunakan adalah chlorine.
f) Bak penampung akhir / Bak resapan : Berfungsi
menampung limbah cair yang terolah dan meresapkan ke
media tanah sebagai media akhir.
g) Proses pengolahan melalui IPAL dilakukan setiap hari;
h) Pengolahan melalui IPAL dilaksanakan oleh petugas
pemeliharaan yang sudah dilatih secara internal.

VII.2.Prosedur Pembuangan Limbah Cair

1) Faeces dari pasien/penunggu/pengunjung/karyawan sendiri dalam


toilet diguyur air yang banyak, minimal 5 L, hingga faeces benar-
benar masuk seluruhnya dan tidak timbul lagi
2) Faeces dari pasien dalam pispot dialirkan dengan air kedalam
toilet kemudian diguyur air yang banyak, minimal 5 L, hingga
faeces benar-benar masuk seluruhnya dan tidak timbul lagi. Pispot
dibersihkan diatas Spoolhoek hingga bersih. Petugas cuci tangan
dengan sabun antiseptik.
3) Urine dari pasien/penunggu/pengunjung/karyawan sendiri dalam
toilet diguyur air yang banyak, minimal 2 L, hingga urine benar-
benar masuk seluruhnya dan tidak berbau/berwarna. Guyur sekitar
toilet untuk membersihkan cipratan di lantai.
4) Urine dari pasien dalam Urinal dialirkan dengan air kedalam toilet
kemudian diguyur air yang banyak, minimal 2 L, hingga Urine
benar-benar masuk seluruhnya dan tidak berbau/berwarna. Urinal
dibersihkan diatas Spoolhoek hingga bersih. Petugas cuci tangan
dengan sabun antiseptik

Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban


5) Cairan tubuh : Darah, cairan ascites, cairan pleura, pus, secreta,
dahak, ingus, muntahan, dibuang ke dalam spoelhoek, diguyur air
yang banyak. Cuci tangan dengan sabun antiseptik di wastafel.
6) Sisa obat cair / infus dibuang melalui spoolhoek, diguyur air.

VIII. PENGENDALIAN PERMUKAAN

VIII.1. Kebijakan tentang Pengendalian Permukaan

1) Pengertian permukaan: Seluruh permukaan dari Sarana/


Prasarana/ peralatan yang potensial menampung droplet dan
mikroorganisme dan banyak berhubungan dengan
pasien/penunggu/karyawan/pengunjung.
2) Ruang lingkup Permukaan : Permukaan Kaca, permukaan meja
makanan, permukaan meja kerja, permukaan bedside cabinet,
permukaan trolley, permukaan lantai, permukaan peralatan /
instrument.

VIII.2. Prosedur Pengendalian Permukaan

1) Permukaan Lantai :
a) Petugas Pelaksana adalah petugas cleaning service dibantu
karyawan lainnya. Pada dasarnya seluruh karyawan RS
bertanggung jawab atas kebersihan ruangan yang menjadi
tanggung jawabnya.
b) Jadwal mengepel lantai : setiap hari , dua kali sehari, pagi dan
sore
c) Tangkai pel harus dibilas kembali setelah mengepel seluas 36
m atau setiap pindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya bila
ruangan berukuran kurang dari 36 m setiap kali sudah tampak
kotor.
d) Ruang lingkup : seluruh lantai di seluruh ruangan RS dengan
Prioritas : Ruang rawat inap, Koridor, Poliklinik, UGD, Toilet/
Kamar mandi
e) Air pembersih adalah air bersih ditambah larutan desinfektan.
Pencampuran desinfektan disesuaikan dengan petunujuk
penggunaan dari desinfektan yang digunakan.
f) Prosedur :
Cuci tangan
Kain Pel bersih dicelupkan ke dalam ember berisi air
pembersih
Kain Pel di peras secukupnya
Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban
Dengan menggunakan tongkat pel kain pel diusapkan
merata pada lantai sambil digosokkan.
Bila ada noda kotor, serap terlebih dahulu noda dengan
menggunakan kertas yang sudah tidak dipakai
Kain pel dicelupkan ke dalam ember untuk dibilas dan
diperas
Kain Pel kembali diusapkan ke lantai demikian seterusnya
sampai seluruh lantai dibersihkan atau sampai air dalam
ember keruh hingga tidak bisa membilas kain pel lagi.
Bila sudah selesai, air sisa dalam ember dibuang ruang
pemeliharaan, kain pel dicuci kemudian dikeringkan.
g) Peralatan di simpan di ruang pemeliharaan/verbedding

2) Permukaan Lain:

a) Petugas Pelaksana adalah petugas bagian pemeliharaan


dibantu karyawan lainnya. Pada dasarnya seluruh karyawan
RS bertanggung jawab atas kebersihan ruangan yang
menjadi tanggung jawabnya.
b) Persiapkan larutan Chlorine 0,05 % dan lap bersih. Petugas
memakai sarung tangan karet rumah tangga /non steril
c) Setelah permukaan disiapkan dari benda2 diatasnya, maka lap
bersih dicelupkan kedalam larutan chlorine 0,05% kemudian diperas.
Secukupnya.
d) Usapkan lap tersebut ke permukaan secara merata.
e) Bilas lap dalam larutan tersebut dan peras lagi sehingga lap bisa
digunakan kembali.
f) Bila sudah selesai, air sisa dibuang lewat spoolhoek. Kain lap
dibersihkan di atas spoel hoek. Sarung tangan dibersihkan diatas
spoolhoek.
g) Peralatan disimpan di ruang pemeliharaan
h) Petugas cuci tangan diatas wastafel.

IX. PENUTUP
Demikian Pedoman Pengelolaan Limbah ini dibuat, agar dapat dipedomani oleh Unit
Kerja Terkait di RS Muhammadiyah Tuban.

Di tetapkan di : Tuban
Pada Tanggal : November 2014
Direktur

Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban


Dr. Indah Kusuma Dewi
NIP

Pedoman Pengelolaan Limbah di RS Muhammadiyah Tuban

You might also like