You are on page 1of 31

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/273451260

Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

Article March 2015

CITATIONS READS

0 438

1 author:

Pulung Purwo
Gadjah Mada University
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Pulung Purwo on 13 March 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


USULAN PENELITIAN S1

RANCANG BANGUN CHAMBER SENSOR ELECTRONIC NOSE

DESIGN OF SENSOR CHAMBER ELECTRONIC NOSE

PULUNG PURWO SAGITA


11/316739/PA/13866

PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


JURUSAN ILMU KOMPUTER DAN ELEKTRONIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

i
USULAN PENELITIAN S1

RANCANG BANGUN CHAMBER SENSOR ELECTRONIC NOSE

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat Sarjana Sains
Elektronika dan Instrumentasi

PULUNG PURWO SAGITA


11/316739/PA/13866

PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


JURUSAN ILMU KOMPUTER DAN ELEKTRONIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

2015

i
HALAMAN PERSETUJUAN
USULAN PENELITIAN S1

RANCANG BANGUN CHAMBER SENSOR ELECTRONIC NOSE

Diusulkan oleh
PULUNG PURWO SAGITA
11/316739/PA/13866

Telah disetujui
pada tanggal 03 Maret 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Triyogatama Wahyu W, S.Kom, M.Kom. Danang Lelono, S.Si, M.T.

Reviewer 1 Reviewer 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah........................................................................ 2
1.4 Tujuan ....................................................................................... 3
1.5 Manfaat ..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4
BAB III DASAR TEORI .................................................................................. 9
3.1 Electronic Nose ......................................................................... 9
3.2 Array Sensor.............................................................................. 11
3.3 Sensor Figaro TGS Secara Umum ............................................ 12
3.4 Perangkat Lunak LabView ........................................................ 14
3.5 Teh............................................................................................. 15
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 17
4.1 Peralatan .................................................................................... 17
4.2 Bahan......................................................................................... 17
4.3 Rancangan Penelitian ................................................................ 17
4.4 Prosedur Kerja........................................................................... 20
BAB V RENCANA JADWAL PENELITIAN ............................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 23

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Olfaktori manusia secara biologis ........................................................9

Gambar 3.2 Sistem penciuman e-nose ...................................................................10

Gambar 3.3 Diagram blok dari 5 komponen utama dari electronic nose ...............11

Gambar 3.4 Contoh sistematika array sensor. ........................................................12

Gambar 3.9 Ilustrasi penyerapan O2 oleh sensor...................................................13

Gambar 3.10 Ilustrasi ketika terdeteksi adanya gas ...............................................14

Gambar 3.11 Bentuk fisik sensor TGS ..................................................................14

Gambar 3.12 Tampilan utama perangkat lunak LABVIEW .................................15

Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian .............................................................18

Gambar 4.2Diagram Blok Rancangan Sistem e-Nose secara Keseluruhan ...........18

Gambar 4.3 Tampilan rancangan chamber sensor. ................................................19

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan penelitian sebelumnya dengan usulan penelitian ini ..............6

Tabel 3.1 Senyawa kimia yang merespon aroma teh .............................................16

Tabel 5.1 Waktu kerja rencana jadwal penelitian ..................................................22

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teh merupakan jenis minuman yang sudah ada sejak zaman dahulu.
Minuman teh ini berasal dari daun teh muda yang telah terpilih. Aroma daun teh
ini yang menentukan kualitas teh. Adapun orang yang menentukan rasa dan aroma
teh adalah tester teh . Tester teh adalah orang yang ahli atau telah berpengalaman
dalam menentukan aroma dan rasa teh. Selain digunakan untuk sajian minuman,
teh memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia. Salah satu manfaat dari teh
adalah untuk minuman suplemen yang berfungsi sebagai obat.
Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, peran atau tugas
tester dapat digantikan dengan hidung elektronik atau lebih dikenal dengan nama
Electronic Nose. Electronic Nose ini cara kerjanya mirip hidung manusia yaitu
mendeteksi bau atau aroma. Saat ini Electronic Nose dikembangkan untuk
berbagai bidang, salah satunya dibidang makanan dan minuman yang digunakan
untuk mengidentifikasi aroma. Dengan sistem kerja seperti hidung manusia,
sistem kerja Electronic Nose dikenal dengan sistem olfaktori karena Electronic
Nose menggunakan larik sensor yang terdiri dari beberapa sensor dengan
sensitifitas yang berbeda-beda yang meniru larik syaraf penciuman dalam
olfaktori manusia. Oleh karena itu, keluaran Electronic Nose dapat berupa pola-
pola yang mewakili masing-masing aroma sehingga dapat diterapkan untuk
aplikasi identifikasi, perbandingan, kuantifikasi dan klasifikasi berdasarkan
aroma. (Triyana, Agustika, & Hardoyono, 2012).
Performa dari sistem Electronic Nose salah satunya dipengaruhi oleh
peletakkan sensor-sensor kimia dan gas yang berada didalam chamber sensor
yang membentuk larik sensor. Larik sensor ini terdiri dari beberapa sensor gas
dengan sensitifitas berbeda-beda terhadap suatu bahan kimia tertentu. Posisi dari
sensor-sensor kimia dan gas ini mempengaruhi keluaran pola-pola respon
tegangan terhadap waktu yang belum dinormalisasi dari masing-masing sensor.
Aroma yang ditangkap oleh larik sensor menyebabkan resistansi sensor berubah.

1
2

Stabilitas sensor terhadap waktu dan pengurangan variasi antara sensor-sensor


yang berbeda dari jenis yang sama merupakan masalah utama. Sistem sampling
mentransfer aroma sampel dari chamber sampel ke sensor dan kemudian di
alirkan ke saluran pembuangan gas, sehingga pengendalian semua faktor aliran
aroma akan mempengaruhi respon sensor. Sensor menanggapi konsentrasi sampel
pada permukaan lapisan sensitif dari pada konsentrasi rata-rata di dalam ruangan.
Sebuah chamber sensor harusnya menghasilkan respon konsentrasi sinyal
masukkan secara akurat dari setiap sensor, mendapatkan profil konsentrasi yang
sama dalam pengukuran yang berulang, dan waktu tempuh saat konsentrasi naik
atau turun.
Hasil diolah dengan menggunakan Microsoft Exel berupa grafik radar dan
dianalisis lebih lanjut dengan metode PCA (Principal Component Analysis)
(Iswanto, 2014). Oleh karena itu, posisi sensor chamber mempengaruhi pola-pola
yang dihasilkan. Pada penelitian ini, akan dibahas tentang rancang bangun
chamber sensor yang akan menghasilkan keluaran pola grafik tegangan terhadap
waktu naik dan turun yang stabil, respon waktu yang cepat, dan kontak dengan
bahan uji yang maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
Bagaimana merancang posisi sensor dalam chamber yang menghasilkan
respon keluaran sinyal pola yang efisien sehingga selanjutnya
memudahkan untuk melakukan proses ekstraksi ciri dan identifikasi
dengan metode-metode terntentu.
Bagaimana merancang bangun chamber sensor yang dapat menghasilkan
kontak dengan gas bahan uji yang maksimal yang akan berpengaruh pada
resistansi sensor.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini antara lain:
Sampel yang digunakan adalah teh.
Chamber berbahan stainlees steel atau teflon.
3

Chamber berbentuk balok tanpa celah udara selain jalaur selang udara.
Menggunakan instrumen electronic nose dengan 12 sensor TGS untuk
array sensor yang dibagi menjadi 4 node sensor.
Terdapat chamber sampel yang telah ada dari penelitian sebelumnya.
Chamber sensor dan chamber sampel ditempatkan pada tempat yang statis.
Pengolahan ADC (Analog to Digital Converter) oleh mikrokontroller
Arduino Mega 2560.
1.4 Tujuan
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah membuat rancang bangun
chamber sensor yang didalamnya terdapat array sensor yang dapat berkontak
dengan aroma sampel dengan baik kemudian menghasilkan respon keluaran sinyal
dari sampel jenis-jenis teh yang efisien pada electronic nose.
1.5 Manfaat
Manfaat dilaksanakan penelitian ini antara lain:
Dapat membuat chamber sensor Electronis Nose yang berdimensi dengan
keluaran berupa respon sinyal yang efisien dari sampel.
Dapat membuat array sensor gas untuk Electronic Nose yang dapat
menerima aroma dari sampel dengan hasil uji yang mendekati pada setiap
pengujian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

(Sharma, 2012), telah melakukan penelitian mendiskriminasikan teh hitam


dengan menggunakan array sensor quartz crystal microbalance (QCM). Pada
penelitiannya array sensor QCM digunakan untuk membedakan sampel teh yang
berbeda. Array sensor QCM ini teriri dari 5 lapisan analit yang masing-masing
lapisan hanya dapat sensitif pada zat kimia tertentu, yaitu lapisan D-glucose,
Adenine, Polyethylene glycol, D-Phenylalanine, dan Ethyl cellulose. Array sensor
QCM ini tidak memiliki bentuk pola tertentu, namun array sensor ini bekerja
dengan metode electrostatic spray dimana larutan bahan sensor aktif dimasukkan
ke dalam jarum suntik kaca. Medan listrik yang tinggi di ujung jarum menyebar
dalam bentuk semprot halus. Akibatnya, larutan ditransfer ke elektroda target
dalam bentuk semprotan halus yang menyebar ke lapisan array sensor. Array
sensor ini sering disebut array sensor komersial karena memang diperjualbelikan.
Namun, kelemahan dari array sensor ini adalah beroperasi pada suhu yang tinggi
sehingga membutuhkan daya yang tinggi.
(Thepudom, 2012), telah membuat array sensor ganda untuk
mendiskripsikan perubahan volatil. Array sensor yang dibuat pada penelitiannya
tidak menggunakan sensor gas namun menggunakan LED dan photodiode. LED
dan photodiode di rangkai secara berpasangan. LED yang digunakan adalah LED
warna. Terdapat 8 LED warna yang berbeda-beda, yaitu putih, inframerah, merah,
kuning, hijau, biru, merah muda, dan ungu. Array sensor ini berbentuk segi empat
tidak simetris. Keluaran nilai dari photodiode diubah dalam frekuensi. Detektor
ini menghitung pulsa yang keluar sebagai frekuensi dari foton yang sebanding
dengan intensitas cahayanya. Oleh karena itu, sinyal gas sampel dari pengukuran
optik disajikan dalam nilai frekuensi.
(Nakamoto, 2004), dalam merancang chamber sensor gas dalam sistem
pengiriman aroma ke chamber sensor menggunakan sistem statis. Sistem statis
adalah salah satu dasar yang digunakan untuk mengukur respon steady state
sensor. Dalam sistem statis tidak ada aliran uap sekitar sensor, dan pengukuran

4
5

biasanya dilakukan pada respon steady-state sensor yang terkena uap pada
konsentrasi konstan. Salah satu contoh array sensor yang menggunakan sistem
statis adalah QCM array sensor. Prinsip untuk chmaber sensor pada penelitiannya
yaitu sampel larutan diuapkan, kemudian respon sensor diukur pada keadaan yang
stabil. Chamber sensor biasanya terbuat dari Teflon atau kaca untuk menghindari
adsorpsi uap ke dinding internal. Namun metode ini susah untuk mendapatkan
respon dari array sensor karena untuk mengukur respon sensor harus dalam
keadaan yang stabil dimana keadaan ini membutuhkan waktu yang lama.
(Triyana, 2012), telah melakukan penelitian pada ekstraksi ciri sampel teh
yang berbeda menggunakan electronic nose. Pada penelitian tersebut
menggunakan chamber sensor yang berbentuk tabung. Chamber sensor ini
terdapat 8 sensor gas seri TGS, yaitu TGS 825, TGS 822, TGS 826, TGS 2620,
TGS 813, dan TGS 2611. Dalam chamber juga terdapat dua buah kipas untuk
meratakan aroma sampel teh. Kerja dari chamber ini yaitu sampel secara
bergantian dimasukkak kedalam chamber. Kemudian kipas dinyalakan untuk
meratakan aroma dalam chamber. Prinsip deteksi aroma oleh larik sensor gas
adalah dengan mengukur perubahan resistansi saat molekulmolekul gas penyusun
aroma tersebut mengenai permukaan masing-masing sensor. Perubahan resistansi
ini selanjutnya diubah menjadi tegangan dengan rangkaian pembagi tegangan, dan
dilanjutkan dengan rangkaian pengkondisi sinyal untuk mengurangi derau pada
masing-masing sensor gas. Konversi tegangan analog menjadi digital dilakukan
dengan menggunakan ADC dalam mikrokontroler. Pencatatan respon masing-
masing sensor dilakukan setelah sinyal telah stabil.
(Jaruwongrungsee, 2010), telah meneliti simulasi array sensor QCM
dengan bentuk bulat dengan titik tengah sebagai pusat aliran bau ke sensor. Hasil
simulasi menunjukkan bahwa aliran ke dalam chamber sensor tersebut tidak stabil
atau turbulen. Selain itu, tingkat turbulen juga meningkat seiringnya laju aliran.
Sampel dispersi khususnya pada kedua sisi yang jauh dari ruang di mana
elektroda sensor berada menunjukkan ketidaklinieran. Dengan demikian letak
sensor pada chamber sensor juga merupakan faktor penting karena kontak
langsung aroma kepada sensor akan mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda.
6

(Yang, 2012), dalam bukunya menjelaskan bahwa dalam mendesain array


sensor pada chamber digunakan aliran aroma paralalel, dimana setiap sensor
terkena gas aroma secara bersamaan sehingga respon dari masing-masing sensor
dapat tampil secara serentak. Chamber sensor di buat kedap udara agar udara
didalam tidak bercampur dengan udara lain. Chamber sensor ini didisain secara
geometrik, mulai dari peletakkan sensor, volume, dan bentuk chamber. Menurut
penulis yang harus di uji dalam pembuatan chamber sensor diantaranya adalah
pengambilan data sampel, pengiriman aliran aroma, akuisisi sinyal respon sensor
dan pengolahan data, analisis data, dan laporan visual dari hasil pengukuran.

Tabel 2.1 Hubungan penelitian sebelumnya dengan usulan penelitian ini


Tahun Peneliti Metode Keterangan
2004 Nakamoto Chamber Sensor Statis Chamber sensor statis ini bisa
untuk Electronic Nose dikatakan chamber sensor
direct karena sampel langsung
dimasukkan ke dalam
chamber yang juga terdapat
array sensor. Kemudian
langsung dilakukan
pengukuran respon sinyal dari
sampel.
2010 Jaruwongrungsee Chamber sensor dengan Mensimulasikan aliran
array sensor QCM dengan molekul ke dalam chamber
bentuk circular atau dengan simulasi analisis
bulat. dinamika fluida. Kemudian
aliran dapat diterima oleh
array sensor QCM yang
berada didalam chamber.
2012 Sharma Array sensor QCM Kandungan kimia dalam
(Quartz Crystal aroma teh diubah ke bentuk
Microbalance) untuk larutan. Array sensor QCM ini
membedakan sampel teh tidak memiliki bentuk pola
7

yang berbeda. tertentu, namun array sensor


ini bekerja dengan metode
electrostatic spray dimana
larutan bahan sensor aktif
dimasukkan ke dalam jarum
suntik kaca. Medan listrik
yang tinggi di ujung jarum
menyebar dalam bentuk
semprot halus. Semprotan
halus ini menyebar ke bagian
lapisan array sensor.
2012 Thepudom Membuat chamber sensor Mendiskripsikan uap dengan
gas dengan menggunakan menggunakan dual chamber
LED dan photodiode. sensor. Chamber sensor ini
terdapat array sensor yang
terbuat dari pasangan LED
dan photodiode. Pada lapisan
sisi ujung chamber di beri
film tipis. Keluaran dari
chamber sensor ini berupa
sinyal frekuensi.
2012 Triyana Membuat chamber sensor Chamber sensor direct ini
direct untuk melakukan terdapat array sensor gas
ekstraksi ciri sampel teh. dengan 8 sensor gas seri TGS
dan kipas untuk meratakan
aroma pada saat pengambilan
data sampel.
2012 Yang Chamber sensor circular Array sensor pada chamber
geomtry yang terdapat menggunakan aliran aroma
array sensor paralel. paralalel, dimana setiap
sensor terkena gas aroma
secara bersamaan sehingga
respon dari masing-masing
8

sensor dapat tampil secara


serentak. Chamber sensor di
buat kedap udara agar udara
didalam tidak bercampur
dengan udara lain. Chamber
sensor ini didisain secara
geometrik, mulai dari
peletakkan sensor, volume,
dan bentuk chamber.
2015 Purwo Chamber sensor dengan Merancang bangun chamber
bentuk balok yang sensor electronic nose dengan
terdapat 4 node sensor. bentuk balok. Chamber sensor
ini terdapat 4 node sensor
pada 4 sisi balok. Masing-
masing node terdapat array
sensor 3 sensor TGS.
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Electronic Nose


Secara biologis sistem penciuman manusia terdiri dari jaringan sensorik,
yang merupakan daerah epitel tipis yang terletak di bagian atas hidung. Jaringan
ini berisi sekitar lima puluh juta neuron reseptor penciuman. Masing-masing
neuron ini memiliki dendrit yang ujungnya berbentuk bola dimana terdapat silia
yang memanjang. Reseptor mengikat G-protein yang terletak di permukaan silia
dan bertindak sebagai reseptor chemosensory. Hal ini diyakini bahwa kespesifikan
dan sensitivitas hidung mamalia berasal dari hasil dari sel-sel reseptor dengan
sensitivitas sebagian yang tumpang tindih. Olfactory bulb dan otak menentukan
pola dalam sinyal sebagian tumpang tindih dan mengidentifikasi kelas bau atau
bau senyawa (Griffin, 2006). Gambar 3.1 menjelaskan alur identifikasi bau pada
sistem penciuman manusia secara biologis.

Gambar 3.1 Olfaktori manusia secara biologis (Thuen, 2014).

Electronic Nose adalah instrumen yang terdiri dari sebuah larik sensor
kimia elektronik dengan Elektivitas parsial dan sistem pengenalan pola yang tepat,
yang mampu mengenali bau sederhana dan kompleks. Gas dari bahan kimia di
lewatkan langsung ke sensor kimia melalui transduser. Interaksi molekul analit
dengan bahan kimia yang sensitif menghasilkan beberapa perubahan fisik yang

9
10

dirasakan oleh transduser dan diubah menjadi sinyal output. Interaksi ini
tergantung pada bentuk dan distribusi muatan dalam molekul analit dan bahan
sensor, dan mirip dengan interaksi operasi dalam sistem biologis antara aroma dan
reseptor (Patel & Kunpara, 2011).
Electronic Nose adalah sebuah instrumen yang dimaksudkan untuk
mendeteksi bau atau aroma. Electronic Nose juga sering disebut sistem olfaktori
elektronik karena Electronic Nose mempunyai kemampuan meniru sistem
penginderaan penciuman manusia. Electronic Nose dibangun atas beberapa sensor
gas yang membentuk larik sensor yang mempunyai selektivitas global. Dengan
larik sensor gas tersebut, Electronic Nose telah meniru struktur larik syaraf
penciuman dalam olfaktori manusia. Oleh karena itu, keluaran Electronic Nose
dapat berupa pola-pola yang mewakili masing-masing aroma sehingga dapat
diterapkan untuk aplikasi identifikasi, perbandingan, kuantifikasi dan klasifikasi
berdasarkan aroma (Triyana et al., 2012). Gambar 3.2 menunjukkan sistem
penciuman pada e-nose.

Gambar 3.2 Sistem penciuman e-nose (Arshak, 2004).


Menurut (Patel, 2011), e-nose terdiri dari berbagai jenis sensor array yang
berbeda-beda sangat responsif terhadap berbagai kemungkinan analitik dan
memiliki sejumlah keunggulan dibanding dengan instrument analitik klasik. E-
nose tidak memerlukan reagen kimia, mempunyai sensitivitas tinggi, memberikan
hasil yang cepat dan murah serta memiliki potensi yang lebih besar dibandingkan
dengan instrument laboratorium analisis yang begitu kompleks. E-nose terdiri dari
5 komponen utama, yaitu : ruang sampel, ruang sensor, sistem akuisisi data dan
unit pengendali, power supply , dan antarmuka grafik pada PC. Kelima komponen
ini ditunjukkan oleh Gambar 3.3.
11

Gambar 3.3 Diagram blok dari 5 komponen utama dari electronic nose
(Patel & Kunpara, 2011).
Pada pengaplikasiannya, sistem e-nose menggunakan beberapa sensor
(antara 4 - 100 buah) yang memiliki sensitivitas berbeda-beda terhadap berbagai
macam gas. Semakin banyak jumlah sensor yang digunakan, maka kepekaan
sistem terhadap berbagai macam bau lebih tinggi. Respon kimiawi sensor yang
terukur sebagai perubahan pada suatu parameter fisik (konduktivitas). Waktu
respon sensor biasanya diberi selang waktu tiap satu detik hingga permenit
(Bennetts, 2010).

3.2 Array Sensor


Secara umum, larik sensor adalah seperangkat sensor yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi tentang objek yang diuji. Dalam aplikasinya di
bidang kimia, larik sensor terdiri dari beberapa sensor yang berbeda dengan
sensitivitas yang luas dan sebagian tumpang tindih dengan berbagai gas. Larik
sensor gas digunakan untuk mengkonversi informasi mengenai bahan kimia
campuran gas multi-komponen ke dalam satu set sinyal terukur. Sensor-sensor
tersebut diakses secara individual dan secara hampir bersamaan pada alat yang
digunakan. Oleh sebab itu, dalam prosedur operasinya sensor-sensor tersebut
dapat digunakan sebagai elemen sensor yang independen (Szczurek &
Maciejewska, 2010).
12

Sensor array terdiri dari beberapa sensor yang jumlahnya tergantung pada
analisis yang akan dilakukan. Semakin banyak titik dalam ruang, semakin baik
sistem ini mampu membedakan antara analit. Ada batas efektivitas dan
perhitungan matematis bisa sangat memakan satu sama tambahan baru untuk
ruang fitur waktu (Griffin, 2006). Gambar 3.4 menunjukkan larik array sensor
menggunakan 8 sensor TGS yang dihubungkan ke unit utama pengolahan data.

Gambar 3.4 Contoh sistematika array sensor.


Terdapat dua tipe struktur larik sensor menurut laju alir gas uji yang akan
dilewatkan sensor gas, yaitu tipe seri dan tipe paralel. Gambar 3.7 merupakan laju
alir gas uji yang melalui larik sensor seri dan paralel. Laju alir ini berawal dari
masukan (inlet) yang menuju kedalam chamber menggunakan selang yang telah
membawa gas aroma atau gas bau dari sampel. Chamber ini yang didalamnya
terdapat larik sensor dengan tipe seri atau paralel. Laju alir secara seri
mengindikasikan gas bau yang dibawa ke chamber melewati sensor gas satu
persatu berurutan sedangkan laju alir secara paralel mengindikasikan setiap sensor
mendapatkan kontak langsung dengan gas bau secara bersamaan.

3.3 Sensor TGS


TGS merupakan singkatan dari Taguchi Gas Sensor yang merupakan
sensor gas yang diproduksi oleh Figaro Inc,. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
13

dalam pemakaian sensor gas pada sistem robot adalah sensor gas tersebut harus
memiliki sensitifitas yang tinggi, memiliki respon yang cepat, pemakaian daya
yang kecil serta bentuk yang sederhana. Sensor TGS merupakan sebuah sensor
kimia yang digunakan untuk mendeteksi gas tertentu. TGS mempunyai sebuah
tahanan sensor yang nilainya bergantung pada keberadaan oksigen. Bahan sensor
pada sensor gas TGS adalah metal oxide Sn. Dengan meningkatnya keberadaan
oksigen pada lapisan tin oxide, akan meningkatkan level potential barrier yang
juga meningkatkan nilai tahanan dari sensor. Perubahan keberadaan oksigen
terhadap perubahan level potential barrier dan perubahan nilai tahanan
diperlihatkan pada Gambar 3.9 merupakan keadaan awal dimana banyak terdapat
kandungan dalam permukaan tin oxide yang mengakibatkan adanya resistansi
yang tinggi pada grain boundary (Figaro, 2003). Contoh gambar ilustrasi
penyerapan O2 oleh sensor TGS ditunjukkan pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Ilustrasi penyerapan O2 oleh sensor (Figaro, 2003).

Di dalam sensor, arus elektrik mengalir melewati daerah sambungan


(grain boundary) dari kristal SnO2. Pada daerah sambungan, penyerapan oksigen
mencegah muatan untuk bergerak bebas. Jika konsentrasi gas menurun, proses
deoksidasi akan terjadi, dan rapat permukaan dari muatan negatif oksigen akan
berkurang. Kondisi ini mengakibatkan menurunnya ketinggian penghalang dari
daerah sambungan, misal saat adanya gas yang terdeteksi. Dengan menurunnya
penghalang, maka resistansi sensor akan juga ikut menurun. Ilustrasi tersebut
dapat ditunjukkan pada Gambar 3.10.
14

Gambar 3.10 Ilustrasi ketika terdeteksi adanya gas (Figaro, 2003).


Hubungan antara nilai hambatan sensor dengan konsentrasi gas
pengoksidasi dapat ditunjukkan pada persamaan berikut :
Rs=A [C]-
di mana Rs = Resistansi sensor
A = konstanta
[C] = konsentrasi gas
= kemiringan grafik Rs

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i)


Gambar 3.11 Bentuk fisik sensor TGS. (a) TGS 3830 (b) TGS 2602 (c) TGS
2600 (d) TGS 2611 (e) TGS 2612 (f) TGS 2610 (g) TGS 2620 (h) TGS 813 (i)
TGS 822.

3.4 LabView
LabVIEW (Laboratory Virtual Instrumentation Engineering Workbench)
adalah platform dan pengembangan lingkungan untuk bahasa pemrograman visual
dari National Instruments. Bahasa grafis di beri nama "G". Awalnya dirilis untuk
Apple Macintosh pada tahun 1986, LabVIEW umumnya digunakan untuk akuisisi
data, kontrol instrumen, dan otomasi industri pada berbagai platform termasuk
15

Microsoft Windows, berbagai rasa dari UNIX, Linux, dan Mac OS X. Program
LabVIEW disebut Instrumen Virtual, atau Vis, karena penampilan dan operasi
mereka meniru instrumen fisika, seperti osiloskop dan multimeter. LabVIEW
berisi seperangkat alat untuk memperoleh menganalisis, menampilkan, dan
menyimpan data, serta alat-alat untuk membantu memecahkan kode program yang
rumit (Halvorsen, 2014). Gambar 3.12 menunjukkan tampilan menu awal saat
perangkat lunak LABVIEW dijalankan.

Gambar 3.11 Tampilan utama perangkat lunak LABVIEW (Halvorsen,


2014).

3.5 Teh
Teh merupakan salah satu minuman yang terkenal. Minuman teh berasal dari
daun teh muda yang telah megalami prosesn pengolahan seperti pelayuan,
oksidasi enzimatis, penggilingan, dan pengeringan. Bukan hanya sebagai
minuman siap saji saja, namun teh juga memiliki banyak manfaat bagi tubuh
manusia. Hal ini dikarenakan teh memiliki kandungan senyawa kimia seperti
polifenol, theofilin, flavonoid, tanin, vitamin C, vitamin E, katekin, dan sejumlah
mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, dan Mg.
16

Menurut (Bhattacharyya, 2004) terdapat tiga tipe teh yang dibedakan menurut
pengolahannya yaitu Teh Hitam, Teh Hijau, dan Teh Oolong. Dari ketiganya, Teh
Hitam adalah yang paling terkenal. Senyawa kimia yang merespon aroma teh
dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Senyawa kimia yang merespon aroma teh
Senyawa Aroma
Linalool, Linalool Oksida Manis
Geraniol, Phenylacetaldehyde Beraroma seperti bunga
Nerolidol, Benzaldehyde, Methylsalicylate, Beraroma seperti buah
Phenil ethanol
Trans-2-Hexenal, n-Hexenal, Cis-3-Hexenol, Beraroma segar
Grassy, dan b-Ionone
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Peralatan
Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa peralatan yang digunakan untuk
mendukung penelitian efisiensi strukture chamber sensor pada perangkat
Electronic Nose. Pada penelitian ini peralatan yang dibutuhkan dapat dibagi
menjadi per unit seperti berikut :
1. Chamber berbahan teflon atau stainless steel beserta selang alir.
2. 12 sensor TGS, yaitu TGS 3830, TGS 2600, TGS 2610, TGS 2611, TGS
2612, TGS 2620, TGS 813, TGS 822, TGS 2602, TGS 825, TGS 826, dan
TGS 832.
3. Mikrokontroller Arduino Mega 2560.
4. Seperangkat PC (Personal Computer).
5. Seperangkat Software Labview.
6. Rangkaian elektronik pendukung.

4.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sampel teh.

4.3 Rancangan Penelitian


Tahapan rancangan penelitian dijelaskan pada Gambar 4.1. Pada gambar
tersebut dijelaskan bahwa langkah awal penelitian yaitu melakukan studi pustaka
tentang Electronic Nose dan studi pustaka tentang larik sensor yang digunakan
pada sistem Electronic Nose. Selanjutnya akan dilakukan membuat rancangan
skematik larik sensor sesuai yang dikehendaki dalam penelitian ini. Kemudian
membuat rancangan chamber untuk tempat larik sensor yang sesuai dengan
volume yang dikehendaki. Setelah merancang perangkat keras tersebut, kemudian
dapat dilakukan pengujian kelayakan sensor bau yang bertujuan unutk mengetahui
respon repeatibilitas yang baik dari sensor bau yang digunakan. Selanjutnya
pengujian respon sensor dengan sampel teh. Hasil yang didapat berupa tegangan

17
18

terhadap waktu yang akan digambarkan pada Microsoft Excel. Setelah didapatkan
data hasil penelitian yang sesuai maka akan dilakukan analisa dan pembahasan.
Studi Pustaka E-nose dan Rancangan skematik larik Membuat perangkat keras
sensor array pada enose
sensor larik senor dan chamber

Analisa dan Pembahasan Pengujian respon dengan Uji kelayakan sensor bau
sampel teh

Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian

4.3.1 Rancangan Sistem Secara Keseluruhan


Sistem electronic nose yang akan dirancang untuk penelitian ini bertujuan
agar respon dari setiap sensor TGS pada larik sensor dapat bekerja secara efisien
sehingga didapatkan pola-pola yang berbeda dari setiap sensor pada uji sampel
teh. Data pola dari larik sensor tersebut kemudian di proses oleh Mikrokontroler
sehingga mendapatkan data ADC berupa tegangan kemudian hasil pembacaan
tegangan tersebut dihubungkan secara serial ke perangkat komputer (PC). Data
tersebut lalu diolah diperangkat komputer dengan menggunakan Microsoft Excel
dan software LabView sehingga dapat dilihat besar keluaran dari masing-masing
sensor tersebut dan kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Secara
keseluruhan diagram blok sistem ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Diagram Blok Rancangan Sistem e-Nose secara Keseluruhan


19

4.3.2 Rancangan Chamber Sensor


Dalam rancangan chamber sensor electronic nose yang akan dilakukan pada
penelitian ini memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya. Chamber sensor ini
berbentuk balok yang terdapat 4 node sensor yang di letakkan pada 4 sisi
chamber. Masing-masing node sensor terdapat 3 sensor gas. Sedangkan dua sisi
lainnya digunakan sebagai jalan masuk dan keluarnya gas aroma teh. Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.3 yang menjelaskan array sensor yang akan dibuat
menggunakan 12 buah sensor TGS, yaitu TGS 3830, TGS 2600, TGS 2611, TGS
2612, TGS 2610, TGS 2620, TGS 813, TGS 822, TGS 2602, TGS 825, TGS 826,
dan TGS 832. Desain chamber sensor ini relatif kecil dan diharapkan respon
keluaran sinyal menjadi cepat dan stabil karena aroma ditangkap langsung secara
bersamaan oleh array sensor yang terdapat pada node sensor. Bahan dari chamber
sensor ini adalah stainleess steel atau teflon karena tidak mudah korosi.

outLet

inLet

Node Sensor
Gambar 4.3 Tampilan rancangan chamber sensor.

4.3.3 Rancangan Perangkat Lunak


Dalam rancangan sistem ini dilakukan perancangan perangkat lunak yang
mana perancangan perangkat lunak ini dibagi menjadi dua bagian, yang pertama
menggunakan software LABVIEW yang digunakan untuk mengolah data berupa
tegangan berdasarkan nilai tegangan dari mikrokontroller. Yang kedua adalah
perangkat lunak Microsoft Excel untuk menggambar plot grafik dari data hasil
pada pengolahan perangkat lunak LABVIEW.
20

4.4 Prosedur Kerja

Pada penelitian ini, variabel yang akan dianalisis adalah nilai tegangan
keluaran dari setiap sensor gas. Setiap sensor gas akan mengeluarkan tegangan
dengan nilai tertentu saat terpapar pada gas dan konsentrasi tertentu. Prosedur
kerja dari sistem ini sebagai berikut :

a) Sampel
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah teh.

b) Pengujian Sampel
Dalam pengujian sampel, sampel ditaruh dalam suatu wadah
(Chamber). Kemudian chamber dipanaskan pada suhu tertentu yang
akan menghasilkan gas uap dari sampel yang dipanaskan tersebut.
Selanjutnya uap dibawa ke chamber sensor yang terdapat array sensor
melalui selang. Pada chamber sensor ini, diharapkan setiap node
sensor dapat berkontak langsung dengan aroma secara bersamaan
sehingga mampu menghasilkan respon keluaran sinyal yang efisien.
Setiap sensor akan mengalami perubahan resistansi sehingga
mengeluarkan tegangan yang berbeda-beda sesuai sensitifitas sensor.
Pengujian sampel dilakukan dalam beberapa kali untuk mendapatkan
nilai tegangan keluaran yang konstan dan akurat.

c) Pengolahan Data
Untuk pengolahan datanya, data yang diperoleh dari nilai ADC
sensor pada mikrokontroler kemudian dikirim melalui port USB ke
Perangkat Komputer (PC). Kemudian dengan menggunakan perangkat
lunak LabView, data tersebut dibuat menjadi sebuah tampilan grafik
selanjutnya dieksport ke Microsoft excel.
21

d) Analisa dan Pembahasan


Dilakukan analisis terhadap respon waktu dari data ADC yang
keluar dari setiap sensor pada chamber sensor. Analisis yang dilakukan
yaitu pada data ADC yang belum dinormalisasi dan setelah dinormalisasi.
Kemudian dilakukan analisis data ADC pada pengujian sampel secara
berkala. Analisis tersebut juga akan dibandingkan dengan hasil analisis
respon keluaran sinyal dari implementasi chamber sensor dengan bentuk
tabung pada penelitian lainnya dengan seperangkat electronic nose yang
sejenis. Setelah itu baru dilakukan pembahasan secara keseluruhan
mengenai pengimplementasian chamber sensor bentuk kubus geometri
dari sistem electronic nose yang digunakan.
BAB V
RENCANA JADWAL PENELITIAN

Jadwal pelaksanaan penelitian ditunjukkan oleh Tabel 5.1 Rencana jadwal


penelitian yang disusun memperlihatkan persiapan yang dimulai dari persiapan dan
pembuatan peranti keras-lunak sampai tahap evaluasi akhir setelah dilakukan ujicoba.
Tabel 5.1 Waktu kerja rencana jadwal penelitian
Tahun 2015
No. Kegiatan Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Seminar
Proposal
1
Usulan
Tugas Akhir
Kajian
2 Literatur dan
Konsultasi
Perancangan
Hardware
3
dan
Software
Pengambilan
4 Data Hasil
Penelitian
Pengolahan
5 Data Sinyal
Keluaran
Penyusunan
6 Laporan
Penelitian

22
DAFTAR PUSTAKA

Arshak, Moore, Lyons, Harris, dan Clifford, 2004, A review of gas sensors
employed in electronic nose applications, Paper, Informatics and Electronics
Limerick University, Limerik, Irlandia.
Bhattacharyya, 2004, Aroma Characterization of Orthodox Black Tea With
Electronic Nose, Centre for Development of Advanced Computing (C-DAC),
Kolkata, India.
Bennetts, 2010, Fast Transient Classification With a Parallelized Temperature
Modulated E-Nose, Thesis, Technology Orebro University. Orebro.
Figaro, 2003, General information for tgs sensors 1,
www.figarosensor.com/products/general.pdf, diakses tanggal 21 Februari
2015 pukul 20.30 WIB.
Griffin, 2006, Electronic Noses: Multi-Sensor Arrays. Davidson College.
Halvorsen, 2014, Introduction to LabVIEW, Departement Electrical Engineering.
Information and Cybernetics, Faculty of Technology Telemark University,
Norwegia.
Iswanto, 2014, Implementasi Rancang Bangun Electronic Nose Untuk
Mengklasifikasi Pola Bau Tahu Murni dan Tahu Berformalin, Skripsi, JIKE -
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Jaruwongrungsee, Maturos, dan Sritongkum, 2010, Design and Simulation of
Flow Cell Chamber for Quartz Crystal Microbalance Sensor Array, National
Electronics and Computer Technology Center, King Mongkut's Institute of
Technology Ladkrabang, Thailand.
Nakamoto, 2004, Odor Handling and Delivery Systems.
Patel dan Kunpara, 2011, Electronic Nose Sensor Response and Qualitative
Review of E-Nose Sensor, Institute of Technology, Nirma University,
Ahmedabad.
Sharma, Ghosha, Tudua, Bandyopadhyay, dan Bhattacharyyab, 2012, Quartz
Crystal Microbalance Sensors for Discrimination of Black Tea, Departement

23
24

of Instrumentation and Electronics Engineering, Jadvpur University, Kolkata,


India.
Szczurek, dan Maciejewska, 2010, Gas Sensor Array with Broad Applicability,
Wroctaw University of Technology, Polandia.
Thepudom, Kladsomboon, Pogfay, Tuantranont, dan Kerdcharoen, 2012, Portable
Optical-Based Electronic Nose Using Dual-Sensors Array Applied for
Volatile Discrimination, Faculty of Science, Mahidol University, Bangkok,
Thailand.
Thuen, 2014, Sensing Odour With E-Nose.
Triyana, Agustika, dan Hardoyono, 2012, Penerapan Metode Ekstraksi Ciri
Berbasis Transformasi Wavelet Diskrit untuk Meningkatkan Unjuk Kerja
Electronic Nose, FMIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yang, 2012, Sensor Array, Rijeka, Kroasia.

View publication stats

You might also like