You are on page 1of 7

V.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Kondisi Topografi

Desa Banyuroto terletak di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang,

Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

batas wilayah di sebelah utara berbatasan dengan Desa Wulunggunung, sebelah

selatan berbatasan dengan Desa Wonolelo, sebelah timur berbatasan dengan

Gunung Merbabu, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Ketep. Desa

Banyuroto merupakan wilayah lahan kering, dataran tinggi beriklim basah dengan

ketinggian 1.200 mdpl serta berhawa sejuk dengan suhu rata-rata 20-30oc.

Desa Banyuroto terdiri dari daerah datar seluas 30%, bergelombang seluas

35%, dan berbukit seluas 35%. Jenis tanah di desa ini didominasi oleh andisol

dengan tekstur lempung berpasir. Wilayah ini mempunyai rata-rata curah hujan

tahunan 2.211 mm dan rata-rata perbulannya adalah 184,2 mm dengan kondisi

iklim terdiri dari 8 bulan basah (Oktober-Mei) dan 4 bulan kering (Juni-

September). Kondisi topografi tersebut membuat Desa Banyuroto ditetapkan

sebagai kawasan agrowisata dan ditetapkan sebagai salah satu kawasan

pengembangan agropolitan Merapi-Merbabu. Kondisi topografi, lahan, dan

lingkungan ini sangat cocok untuk budidaya strawberry serta mendukung

agrowisata gardu pandang Gunung Merapi Ketep Pass.

Pembagian luas wilayah Desa Banyuroto menurut penggunaan tanah pada

akhir tahun 2010 terdiri atas pekarangan atau bangunan seluas 34,955 ha, tegalan

atau kebun seluas 365,425 ha, dan penggunaan lainnya seluas 12,020 ha (BPS

Kabupaten Magelang 2010). Kondisi lingkungan di Desa Banyuroto juga masih

alami dengan pemandangan kebun sayur mayur yang membentang merupakan

40
pemandangan yang paling dominan. Rumah-rumah penduduk relatif jarang dan

jaraknya tidak terlalu berdekatan.

Akses lalu lintas menuju desa ini tidak sulit. Jalan menuju desa ini dalam

kondisi bagus dan layak tetapi jumlah kendaraan menuju desa ini masih terbatas.

Untuk mencapai desa ini dapat ditempuh dengan angkutan umum dari Kabupaten

Magelang menuju Blabak, dilanjutkan ke pasar Ngablak, kemudian disambung

lagi dilanjutkan angkutan umum sekitar menuju Desa Banyuroto. Total tempuh

perjalanan dengan kendaraan umum sekitar 45-60 menit dari Kabupaten

Magelang.

5.2. Kondisi Penduduk Desa Banyuroto

Desa Banyuroto dibagi menjadi enam dusun, yaitu: Dusun Banyuroto,

Dusun Suwanting, Dusun Sobleman, Dusun Garon, Dusun Grintingan, dan Dusun

Kenayan. Berdasarkan data monografi desa tahun 2011, jumlah penduduk di Desa

Banyuroto sebanyak 3.985 jiwa terbagi dalam 1.298 kepala keluarga dengan

jumlah penduduk laki-laki adalah 1.875 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak

2.110 jiwa.

Berdasarkan kategori kelompok umur penduduk Desa Banyuroto

dikelompokkan menjadi sepuluh kelompok umur. Sebaran terbanyak berada pada

kelompok umur 30-39. Hal ini menandakan bahwa penduduk Desa Banyuroto

memiliki jumlah penduduk usia dewasa produktif yang cukup tinggi.

Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 55,20% penduduk Desa

Banyuroto hanya tamat sekolah dasar dan sebanyak 81,73% bermatapencaharian

sebagai petani. Hal ini menggambarkan bahwa sektor pertanian merupakan

sumber penghidupan utama penduduk Desa Banyuroto yang terus berkembang

41
karena sesuai dengan kultur, kondisi lahan, dan lingkungan sekitar, serta mereka

bertani secara turun-temurun dan berdasarkan pengalaman. Keterangan lebih

lanjut tentang penduduk Desa Banyuroto dijelaskan pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Data Penduduk Desa Banyuroto


Persentase
No Penduduk Desa Banyuroto Jumlah (dalam Jiwa)
(%)
1 Rasio Jenis Kelamin
a. Laki-laki 1.875 47
b. Perempuan 2.110 52,9
Total 3.985 100

2 Rasio Tingkat Usia


a. 0-4 tahun 324 8,1
b. 5-9 tahun 442 11
c. 10-14 tahun 402 10
d. 15-19 tahun 343 8,6
e. 20-24 tahun 329 8,2
f. 25-29 tahun 394 9,8
g. 30-39 tahun 600 15
h. 40-49 tahun 459 11,5
i. 50-59 tahun 431 10,8
j. 60 tahun 256 6,4
Total 3.985 100

3 Tingkat Pendidikan
a. Tidak Tamat Sekolah 348 21,1
b. Tamat Sekolah Dasar 907 55,2
c. Tamat SLTP 283 17,2
d. Tamat SLTA 92 5,5
e. Perguruan Tinggi 13 0,8
Total 3.985 100

4 Mata Pencaharian
a. PNS 13 0,4
b. ABRI/POLRI 1 0,03
c. Pensiunan 5 0,15
d. Petani 2.590 81,8
e. Pengangkutan 28 0,8
f. Pedagang 172 5,4
g. Buruh Tani 198 6,4
h. Tukang 86 2,7
i. Buruh 76 2,4
Total 3.196 100
Sumber: Data Kependudukan Kantor Desa Banyuroto 2011

Pertanian di Desa Banyuroto secara garis besar dibagi menjadi hortikultura

(aneka macam sayur mayur), ternak sapi potong dan kambing, serta tanaman

kehutanan. Petani di Desa Banyuroto sebagian besar merupakan petani pemilik

42
bahkan hanya 6,42% yang berprofesi sebagai buruh tani. Hal ini menggambarkan

bahwa petani Desa Banyuroto sudah mandiri dalam hal penguasaan lahan.

5.3. Gapoktan Desa Banyuroto

Gapoktan hasil inovasi kelembagaan pada program Prima Tani telah digagas

mulai tahun 2005. Gapoktan Desa Banyuroto dikukuhkan dan disahkan pada

tahun 2007 berkat kerjasama oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Jawa Tengah, seluruh perangkat desa beserta Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Desa (LPMD), Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (LPKK), dan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD), serta perwakilan seluruh kelompok dan

rukun tani yang ada di Desa Banyuroto. BPTP Jawa Tengah memfasilitasi

pembentukan gapoktan dengan tujuan utama memberikan kontribusi utama

berupa teknologi inovatif yang bersifat spesifik lokasi dan penumbuhan

kelembagaan agribisnis yang sesuai dengan kondisi perdesaan. Kedua hal ini

diperkenalkan dalam suatu laboratorium (desa) agribisnis melalui programnya

yang bernama Prima Tani.

Inovasi kelembagaan diarahkan untuk memberdayakan kelompok tani yang

telah ada dan menumbuhkan kelembagaan baru yang diperlukan untuk

mengembangkan agribisnis. Berdasarkan panduan penumbuhan dan

pengembangan kelembagaan Prima Tani (Balitbang 2007), perumusan inovasi

kelembagaan mempertimbangkan prinsip dasar sebagai berikut:

Prinsip kebutuhan: Satu atau beberapa elemen lembaga tertentu dirumuskan

atau dibentuk hanya apabila secara fungsional dibutuhkan.

43
Prinsip efektivitas: Jaringan kelembagaan hanyalah sebuah alat, bukan

tujuan. Sebagai alat maka elemen lembaga yang dikembangkan haruslah

efektif untuk upaya pencapaian tujuan yang diinginkan.

Prinsip efisien: Penumbuhan suatu elemen kelembagaan agribisnis dipilih

opsi yang paling efisien, yaitu yang relatif paling murah, mudah, dan

sederhana namun tetap mampu mendukung pencapaian tujuan.

Prinsip fleksibilitas: Kelembagaan yang dikembangkan disesuaikan dengan

sumberdaya yang tersedia dan budaya setempat.

Prinsip manfaat: Kelembagaan yang dikembangkan adalah yang mampu

memberikan manfaat paling besar bagi petani dan masyarakat pedesaan.

Prinsip pemerataan: Kelembagaan yang dikembangkan memberikan

pembagian benefit (sharing system) secara proporsional kepada setiap

petani dan pelaku agribisnis lainnya di pedesaan.

Kelembagaan kelompok dan rukun tani yang telah ada dan banyak

dikembangkan di Desa Banyuroto belum cukup memenuhi kualifikasi sebagai

kelembagaan petani. Secara organisasi masih memiliki berbagai kelemahan,

antara lain belum memiliki keanggotaan yang jelas. Secara institusional sebagian

besar kelompok tani belum memiliki aturan main, ketentuan hak dan kewajiban,

dan ketentuan sanksi pelanggaran pranata yang jelas dan tegas. Walaupun

demikian, perkembangan permintaan telah memberi dampak yang baik terhadap

beberapa usaha. Petani strawberry pun mulai unggul dalam pencapaian

keuntungan. Dengan pertimbangan perkembangan usaha dan daya tarik investasi,

maka telah diupayakan adanya perluasan dan perbaikan kualitas layanan, yang

dikombinasikan dengan perbaikan keorganisasian dan institusional. Untuk

44
mewadahi komunikasi antar kelompok tani dan antara kelompok tani dengan

lingkungan eksternal maka dilakukan penumbuhan gabungan kelompok tani di

tingkat desa, yang kemudian dinamai Gapoktan Desa Banyuroto.

Gapoktan Desa Banyuroto

Dusun
Banyuroto:
- Kelompok
Dusun
tani
Dusun Dusun Garon:
Dusun Dusun Tirtotani
Sobleman: Kenayan: -Kelompok
Grintingan: Suwanting: - Kelompok
Rukun tani
Kelompok Kelompok Kelompok tani Karya
Tani Maju tani
tani Karya tani tani Setio Mandiri
Dusun -Kelompok
Makmur kambing Tani -Kelompok
Kenayan tani RW 03
tani Karya
RT 04
Mandiri 2
-Kelompok
tani Moncer

Sumber: Gapoktan Desa Banyuroto 2012


Gambar 2. Unsur Pembentuk Gapoktan Desa Banyuroto
Pembinaan Gapoktan Desa Banyuroto oleh pihak BPTP Jawa Tengah

dilakukan selama tahun 2005 hingga 2009. Setelah itu, Gapoktan Desa Banyuroto

resmi mandiri menjalankan segala aktivitasnya namun tetap dalam pengawasan

Dinas Pertanian Kabupaten Magelang, Pemda Kabupaten Magelang, dan Balai

Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BPPK) Kecamatan Sawangan Kabupaten

Magelang. Gambar 2 tersebut menyajikan unsur-unsur pembentuk Gapoktan Desa

Banyuroto yang terdiri dari sekaligus membawahi seluruh kelompok tani dan

rukun tani yang ada di Desa Banyuroto.

Unsur-unsur pembentuk Gapoktan Desa Banyuroto tersebut jelas

menggambarkan bahwa aktor yang terlibat dalam gapoktan merupakan

perwakilan dari seluruh kelompok tani dan rukun tani yang terdapat di seluruh

45
dusun di Desa Banyuroto. Hal ini mencerminkan keterwakilan dan keadilan, agar

setiap transfer inovasi teknologi yang dilakukan dapat merata keseluruh petani di

tiap-tiap dusun di Desa Banyuroto. Memang tidak semua anggota kelompok tani

atau rukun tani menjadi keterwakilan dan duduk dalam kepengurusan maupun

anggota Gapoktan Desa Banyuroto. Alasan keefektivan dalam pengelolaan

gapoktan menjadi salah satu alasan paling kuat, mengapa hanya dipilih petani

yang kompeten, mandiri, dan mampu melaksanakan tugasnya sebagai perwakilan

dari tiap-tiap kelompok tani di gapoktan.

46

You might also like