You are on page 1of 8

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN PERILAKU ADAPTIF

PADA ANAK AUTIS DI SD BHAKTI WIYATA SURABAYA


The Relation Between Family Functions And Adaptive Behavior In Children
With Autism At SD Bhakti Wiyata Surabaya

YULIZA UTAMI

Program Studi S1 Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga


Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031) 5913752, 5913754, Fax. (031) 5913257
Email: yuliza.utami90@gmail.com

ABSTRACT
The incidence of children with autism has rapidly increased. The family functions to
suit their childrens needs will increase the treatment success up to 80%. Therefore it is of
paramount importance to identify the family function as a baseline for improving adaptive
behavior in children with autism.
In this study correlational research method was used. The sample of this research was
18 childrens with autism and parents. The instrument of this research was modified
questionnaire based on family fuction and Vineland Adaptive Behavior Scale. Data collected
analysis used spearman rank test with significance value p 0,05.
Most of the parents (58,82%) have a good family fuction to suit their childrens needs
and most of children (58,82%) with autism have adequate of adaptive behavior. There is
significant relationship (p = 0,038) between family functions and adaptive behavior with
correlation coefficient (r = 0,507).
According to this research we can conclude that family functions to suit their
childrens needs which are asih, asuh, and asah simultaneosly affected childrens adaptive
behavior. Counseling to parents about giving a good family functions should be implemented
in order to increase adaptive behavior in children with autism.

Keywords: children with autism, family function, adaptive behavior

PENDAHULUAN
Autisme merupakan suatu hambatan dalam perilaku adaptifnya
gangguan perkembangan yang sangat (Soendari, 2010). Perilaku tidak wajar
kompleks yang secara klinis ditandai oleh menunjuk pada segala bentuk aktivitas
adanya tiga gejala utama berupa kualitas yang dilakukan dan dikatakan anak autis,
yang kurang: (1) dalam kemampuan tidak lazim dilakukan oleh anak-anak pada
interaksi sosial dan emosional, (2) umumnya dan memberikan impact secara
kemampuan komunikasi timbal balik dan berarti terhadap proses dan hasil belajar
minat yang terbatas, serta (3) perilaku siswa autis di sekolah. Perilaku yang
yang disertai dengan gerakan berulang cenderung dilakukan seorang anak autis
tanpa tujuan (stereotip), dan adanya respon dapat dibedakan ke dalam perilaku
yang tidak wajar terhadap pengalaman berkelebihan (excessive) dan perilaku yang
sensorisnya. Ketiga gejala utama ini yang berkekurangan (deficient). Tampilan
membedakan antara anak autis dengan perilaku demikian menjadi tidak
anak-anak yang lainnya, sekaligus yang diinginkan dan tidak lazim karena dilihat
mengakibatkan mereka mengalami dari intensitas dan frekuensinya muncul
secara berlebihan, sehingga perilaku (Rahman, 2013). Penatalaksanaan untuk
tersebut sering menjadi permasalahan bagi gangguan tingkah laku lebih fokus pada
orang tua di rumah maupun bagi guru di pola penggambaran tentang disfungsi
sekolah (Hasibuan & Wahyuningsih, dalam keluarga dan mencari jalan untuk
2012). merubah agresifitas anak atau sebaliknya
Prevalensi anak dengan hambatan perilaku-perilaku maladaptif (Milne,
perkembangan perilaku telah mengalami Edwards, et al. 2001).
peningkatan. Pada salah satu kota besar di Lingkungan keluarga dikenal
Amerika Serikat, jumlah anak dengan autis sebagai lingkungan pendidikan yang
dalam lima tahun terakhir mengalami pertama dan utama. Predikat ini
peningkatan sebesar 500%, menjadi 40 mengindikasikan betapa esensialnya fungsi
dari 10.000 kelahiran (Handoyo, 2006). dan pengaruh lingkungan keluarga dalam
Hasil penelitian dari Pusat Pengendalian pembentukan perilaku dan kepribadian
dan Pencegahan Penyakit di Amerika anak. Fungsi keluarga lebih banyak
Serikat atau Centers for Disease Control memberikan pengaruh dukungan, baik dari
and Prevention (CDC) menyebutkan dalam penyediaan fasilitas maupun
bahwa prevalensi autis pada tahun 2012 penciptaan suasana belajar yang kondusif.
dengan jumlah rasio 1 dari 88 orang. Pada Sebaliknya dalam hal pembentukan
tahun 2013 terjadi peningkatan yang cukup perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman
memprihatinkan dengan jumlah rasio 1 nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya,
dari 50 orang anak saat ini mengalami lingkungan keluarga bisa memberikan
autisme (Willingham, 2013). Apabila pengaruh yang sangat dominan. Menurut
hambatan dalam perilaku adaptif anak Effendy (1998) ada tiga fungsi pokok
autis tidak diatasi maka dapat keluarga terhadap anggota keluarganya,
mengakibatkan proses belajar mereka yaitu (1) memenuhi kebutuhan emosi dan
terhambat dan semakin lama kasih sayang (asih), (2) memenuhi
perkembangan mereka semakin jauh kebutuhan fisik-biomedis (asuh), dan (3)
tertinggal dibandingkan anak seusia memenuhi kebutuhan stimulasi (asah).
mereka ketika umur mereka semakin Ketiga fungsi ini saling berkaitan dalam
bertambah (Laurens, 2010). Perilaku memenuhi kebutuhan yang diperlukan
agresif pada anak autis sebagian untuk perkembangan anak agar dapat
dipengaruhi oleh kondisi biologis, optimal. Keterlibatan keluarga secara aktif
utamanya terjadi kerusakan di sistem sangat dibutuhkan dalam mendukung
syaraf sehingga menyebabkan perilaku perkembangan anak-anak autis karena
yang tidak bisa terkendalikan. Disamping dapat berdampak terhadap keberhasilan
itu, faktor lingkungan juga turut anak sampai dengan 80% (Chandra, 2002).
mempengaruhi menguatnya perilaku Tanpa pemberian kasih sayang yang baik
agresif anak autis. Faktor lingkungan dapat maka potensi anak tidak akan mampu
berasal dari lingkungan keluarga, sekolah, berkembang secara baik. Interaksi yang
ataupun masyarakat. Penderita autis seperti baik antara orang tua dengan anak akan
halnya anak-anak normal, yang mana lebih mampu mengoptimalkan segala
cepat belajar melalui proses imitasi. kemampuan yang dimiliki anak.
Lingkungan yang suportif akan mampu Penanganan anak autis ditujukan untuk
mereduksi perilaku agresif yang mempersiapkan anak autis menghadapi
ditampakkan oleh anak autis, dan kehidupan dewasanya sehingga dapat
sebaliknya jika lingkungan kurang suportif berintegrasi dalam masyarakat dengan
akan berpotensi menyebabkan sebaik mungkin dengan tetap mendapat
terbentuknya perilaku agresif yang perlindungan.
cenderung menetap bahkan menjadi-jadi
BAHAN DAN METODE
Fungsi Frekuensi Persentase (%)
Jenis penelitian ini menggunakan Keluarga
Baik 10 58,82
desain korelasional dengan pendekatan
Cukup 4 23,53
cross sectional. Populasi pada penelitian Kurang 3 17,65
ini adalah siswa yang masih aktif sekolah Total 17 100
di SD Bhakti Wiyata Surabaya dan orang Berdasarkan tabel di atas
tuanya sebanyak 39 anak. Dalam menunjukkan bahwa sebagian besar
penelitian ini sampel peneliti 17 anak autis responden yaitu 10 orang atau 58,82%
dengan kriteria inklusi anak autis sebagai memiliki fungsi keluarga yang baik
berikut: terhadap anak autis.
1) Sudah menjalani terapi minimal 1
tahun 2. Identifikasi perilaku adaptif pada anak
2) Berusia 4-18 tahun. autis
3) Masih aktif pada sekolah autisme. Tabel 5.8 Perilaku Adaptif Pada Anak
4) Kooperatif. Autis di SD Bhakti Wiyata
Sedangkan kriteria inklusi untuk keluarga Surabaya Bulan Januari
yaitu: 2014
1) Keluarga yang memiliki anak autis Perilaku Frekuensi Persentase (%)
yang sedang menjalani terapi/sekolah. Adaptif
2) Keluarga yang kooperatif Tinggi 1 5,88
Cukup tinggi 3 17,65
Teknik sampling yang digunakan Adekuat 10 58,82
dalam penelitian ini adalah probability Cukup rendah 2 11,77
sampling dengan metode simple random Rendah
sampling. Variabel independen (bebas) 1 5,88
dalam penelitian ini adalah fungsi keluarga Total 17 100
dalam memenuhi kebutuhan asih, asuh, Berdasarkan tabel di atas
dan asah pada anak autis. Variabel menunjukkan bahwa sebagian besar
dependen (tergantung) dalam penelitian ini responden yaitu 10 orang atau 58,82%
adalah perilaku adaptif anak autis. memiliki perilaku adaptif yang adekuat.
Instrumen penelitian untuk variabel
independen menggunakan kuesioner yang 3. Identifikasi hubungan fungsi keluarga
dimodifikasi peneliti berdasarkan teori dengan perilaku adaptif pada anak
fungsi keluarga dan untuk variabel autis di SD Bhakti Wiyata Surabaya
dependen menggunakan lembar observasi Tabel 5.9 Tabulasi Silang Hubungan
berdasarkan Vineland Adaptive Behavior Fungsi Keluarga Dengan
Scale (VABS) School Edition. Data yang Perilaku Adaptif Pada Anak
diperoleh akan dianalisis dengan Autis di SD Bhakti Wiyata
menggunakan uji Spearman Rank Surabaya Tahun 2014
Correlation. Jika hasil penelitian
Fungsi Keluarga Total %
didapatkan nilai /signifikansi < 0,05. Baik % Cukup % Kurang %
Perilaku Tinggi 1 5,88 0 0 0 0 1 5,88
HASIL PENELITIAN Adaptif Cukup 2 11,77 1 5,88 0 0 3 17,65
Anak tinggi
1. Identifikasi fungsi keluarga dalam Autis Adekuat 7 41,17 2 11,77 1 5,88 10 58,82
Cukup 0 0 0 0 2 11,77 2 11,77
memenuhi kebutuhan asih, asuh,
rendah
asah pada anak autis Rendah 0 0 1 5,88 0 0 1 5,88
Tabel 5.7 Fungsi Keluarga yang Total 10 58,82 4 23.53 3 17,65 17 100
Mempunyai Anak Autis di
SD Bhakti Wiyata Surabaya
p (Sig) = 0,038, spearman rho ( < 0,05),
Bulan Januari 2014 correlation coefficient (r) = 0,507
Berdasarkan tabel di atas diketahui sehingga memungkinkan mereka tumbuh
bahwa setelah diuji dengan menggunakan dan berkembang sesuai usia dan
Spearman Rho didapatkan p = 0,038 kebutuhannya, (2) Asuh; memenuhi
dengan taraf signifikansi ( < 0,05) kebutuhan pemeliharaan dan perawatan
sehingga hipotesis diterima dimana hasil anak agar kesehatannya selalu terpelihara,
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan sehingga diharapkan menjadikan mereka
yang bermakna antara fungsi keluarga anak-anak yang sehat baik fisik, mental,
dengan perilaku adaptif pada anak autis. sosial dan spiritual, (3) Asah; memenuhi
Dari uji hasil diperoleh Correlation kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
Coefficient (r) 0,507 terletak dalam menjadi manusia dewasa yang mandiri
interval 0,400 0,599 dimana termasuk dalam mempersiapkan masa depannya.
dalam tingkat hubungan sedang. Ketiga fungsi ini saling berkaitan dalam
memenuhi kebutuhan yang diperlukan
PEMBAHASAN untuk perkembangan anak agar dapat
optimal. Menurut Asmika dkk. (2006)
Berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli mengatakan peran aktif
menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua dalam usaha membantu anak
responden mempunyai fungsi keluarga menjalankan terapi merupakan salah satu
yang baik dalam memenuhi kebutuhan faktor penting karena tanpa dukungan
asih, asuh, dan asah pada anak autis yaitu keluarga proses untuk mencapai
sebanyak 10 orang dengan persentase kesembuhan akan berjalan lama. Dengan
58,82%. Fungsi keluarga yang dilakukan memenuhi kebutuhan asih, asuh, dan asah
dalam memenuhi kebutuhan asih seperti yang baik maka akan meningkatkan
keluarga tetap menyayangi anak meskipun potensi anak berkembang dengan baik.
anak mengalami autis dan keluarga Interaksi yang baik antara orang tua
bersedia meluangkan waktu bersama anak dengan anak akan mampu
ketika di rumah. Fungsi keluarga yang mengoptimalkan segala kemampuan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan dimiliki anak.
asuh seperti keluarga selalu Sebagian besar responden di SD
memperhatikan terhadap apapun yang Bhakti Wiyata Surabaya mempunyai
dikerjakan anak ketika di rumah, keluarga fungsi keluarga yang baik dalam
mengerjakan dengan sepenuh hati dalam memenuhi kebutuhan asih, asuh, dan asah
menangani segala keperluan anak, pada anak autis. Faktor latar belakang
menyiapkan kebutuhan sehari-hari anak pendidikan orang tua yang tinggi, sehingga
dan keluarga selalu berada bersama anak orang tu mempunyai pengetahuan yang
ketika anak membutuhkan bantuan. Fungsi cukup dalam menangani dan merawat anak
keluarga yang dilakukan dalam memenuhi dengan autis. Faktor yang lain misalnya
kebutuhan asah seperti keluarga berusaha penerimaan orang tua yang mempunyai
untuk mengembangkan bakat yang anak autis dengan sikap positif sehingga
dimiliki anak dan keluarga menyertakan menyebabkan sebagian besar orang tua
anak untuk mengikuti kegiatan di sekolah. dapat melaksanakan fungsi keluarga
Dari ketiga fungsi keluarga yang telah dengan baik. Dari ketiga fungsi keluarga
disebutkan diatas, keluarga lebih banyak yaitu asih, asuh, dan asah, keluarga lebih
melaksanakan fungsinya dalam memenuhi banyak melaksanakan fungsinya dalam
kebutuhan asuh pada anak. memenuhi kebutuhan asuh. Hal ini dapat
Menurut Effendy (1998) ada 3 disebabkan karena keluarga dapat
fungsi pokok keluarga terhadap anggota memahami, menerima dan dapat
keluarganya yaitu (1) Asih; memberikan memperlakukan anak autis sesuai dengan
kasih sayang, perhatian, rasa aman, tingkat pertumbuhannya yang didukung
kehangatan kepada anggota keluarga dengan kemampuan orang tua dari segi
material yang mampu untuk memelihara fungsi dan pengaruh dalam pembentukan
dan merawat anak autis. Status ekonomi perilaku dan kepribadian anak. Perilaku
orang tua banyak memberikan kontribusi adaptif menjadi penting pada anak autis
pada pemenuhan kebutuhan keluarga baik dalam hal mengurus diri sendiri
secara material, sehingga berdampak pada maupun dalam hal keterampilan sosialnya.
fungsi keluarga dapat berjalan dengan Perilaku adaptif dilihat dari sudut
baik. Ketiga fungsi keluarga ini harus pandang bagaimana seseorang berprestasi
dijalankan secara bersamaan dan tidak di dalam macam-macam sistem sosial:
hanya terfokus oleh salah satu aspek saja keluarganya, teman sebaya, sekolah,
karena merupakan satu kesatuan dan saling masyarakat dan ekonominya. Setiap
berkaitan dalam mengoptimalkan individu harus mengadopsi peran sosial
perkembangan anak autis. yang berbeda, yang berhubungan dengan
Berdasarkan hasil penelitian situasi ini dan penampilan menentukan
menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuannya beradaptasi. Anak autis di
responden mempunyai perilaku adaptif SD Bhakti Wiyata sebagian besar
yang adekuat sebanyak 10 orang dengan mempunyai perilaku adaptif yang adekuat
persentase 58,82%. Dalam hal komunikasi, karena tempat dimana diadakan penelitian
anak autis dapat memahami perintah orang sudah terkondisi dan tidak variatif, baik
lain walaupun dengan keterbatasan anak ruang terapi, media yang digunakan, dan
autis dalam komunikasi lisan, anak autis waktu belajar. Ketika anak autis dapat
dapat berkomunikasi secara ekspresif atau beradaptasi pada berbagai situasi maka
melalui tulisan. Dalam hal keterampilan akan semakin baik perilaku adaptifnya.
hidup sehari-hari, anak autis dapat Perilaku adaptif ini perlu dipertahankan
memenuhi dan mengurus diri sendiri, baik ketika anak berada di lingkungan luar
ketika ia berada dalam posisi sebagai sekolah, sehingga secara keseluruhan
seorang individu, ketika berada dalam perilaku adaptif pada anak autis dapat
keluarga, dan ketika berada di masyarakat. dinilai.
Dalam hal sosialisasi, anak autis mampu Berdasarkan hasil penelitian yang
untuk menciptakan hubungan interpersonal telah diuji dengan menggunakan Spearman
dengan orang lain dan berperilaku yang Rho didapatkan nilai signifikansinya
baik. Dalam hal keterampilan motorik, adalah p = 0,038 yang lebih kecil daripada
anak autis mampu menggunakan anggota < 0,05 sehingga hipotesis diterima
gerak tubuh dan koodinasi gerakan. dimana hasil ini menunjukkan bahwa
Menurut Delphie & Asri (2008), terdapat hubungan yang bermakna antara
perilaku adaptif berhubungan dengan variabel fungsi keluarga dalam memenuhi
kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan asih, asuh dan asah dengan
standar usia yang tepat dari tanggung perilaku adaptif pada anak autis. Dari uji
jawab dan kemandirian pribadi. Perubahan hasil diperoleh Correlation Coefficient (r)
perilaku adaptif pada anak autis dapat 0,507 terletak dalam interval 0,400 0,599
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara dimana termasuk dalam tingkat hubungan
lain seperti tingkatan autis dari anak yang sedang.
ringan, kemampuan dan kualitas guru yang Menurut Asmika dkk. (2006)
kompeten dan mempunyai keahlian dalam menyatakan bahwa lingkungan keluarga
penanganan anak berkebutuhan khusus, sebagai lingkungan pendidikan yang
sikap kooperatif dari guru pendamping, pertama dan utama. Fungsi keluarga lebih
sarana dan prasarana sekolah yang banyak memberikan pengaruh dukungan,
memadai, lingkungan sekolah yang baik dari dalam penyediaan fasilitas
kondusif, dan waktu bimbingan khusus maupun penciptaan suasana belajar yang
yang intensif. Hal ini juga didukung oleh kondusif. Fungsi keluarga juga berperan
lingkungan keluarga yang mempunyai dalam hal pembentukan perilaku, sikap
dan kebiasaan, penanaman nilai, dan menciptakan suatu interaksi yang baik
perilaku-perilaku sejenisnya, lingkungan sehingga memperkuat hubungan batin
keluarga bisa memberikan pengaruh yang antara orang tua dan anak autis. Fungsi
sangat dominan. Menurut Chandra (2002) keluarga dalam memenuhi kebutuhan asah
keterlibatan keluarga dapat berdampak yang mendukung perkembangan
terhadap keberhasilan anak sampai dengan pendidikan anak autis seperti menjalin
80%. Sejalan dengan Puspita (2004) orang komunikasi dengan guru dan pihak
tua sangat menentukan dalam setiap aspek sekolah mengenai perkembangan anak
perkembangan anak. Pengasuhan sehari- autis di sekolah. Tatalaksana perilaku yang
hari sangat memegang peranan pada hanya dilaksanakan di ruang terapi dan
perkembangan individu autis. Hasil tidak digeneralisasikan tidak terlalu
penelitian Hasibuan & Wahyuningsih memberikan hasil yang memuaskan.
(2012) menyatakan bahwa tidak ada Seorang anak yang mengikuti terapi secara
hubungan antara fungsi keluarga dengan intensif dan diasuh dengan menyayangi
pemunculan perilaku yang tidak dan bersedia sangat baik oleh orang tuanya
diinginkan di sekolah. Fungsi keluarga hasilnya sangat tidak mengecewakan
(asih, asuh, asah) yang diterapkan tidak terutama dalam perkembangan
mendominasi pemunculan perilaku yang perilakunya. Hal ini disebabkan karena
tidak diinginkan di sekolah, hal ini waktu yang dihabiskan di rumah lebih
disebabkan pemunculan perilaku yang banyak daripada di ruang terapi. Dengan
tidak diinginkan lebih dikarenakan bukan melalui bimbingan dan latihan yang
faktor fungsi keluarga di rumah, melainkan memadai serta dukungan keluarga dalam
karena faktor-faktor yang lain, seperti memenuhi kebutuhan pada anak autis akan
faktor makanan, suasana rumah dan durasi termotivasi untuk menguasai situasi
waktu belajar yang dilaksanakan. hidupnya, sehingga kedepannya
Fungsi keluarga dalam memenuhi perkembangan mereka semakin meningkat
kebutuhan asih, asuh dan asah mempunyai dan siap untuk menghadapi kehidupan
hubungan yang signifikan dengan perilaku dewasanya.
adaptif pada anak autis. Ini
mengindikasikan esensialnya fungsi dan KESIMPULAN
pengaruh lingkungan keluarga dalam
pembentukan perilaku dan kepribadian Berdasarkan hasil penelitian dan
anak. Hal ini sejalan dengan hasil pembahasan, maka dapat diambil beberapa
penelitian Chandra (2002) menyatakan kesimpulan sebagai berikut: Fungsi
bahwa keterlibatan keluarga secara aktif keluarga dalam memenuhi kebutuhan asih,
sangat dibutuhkan dalam mendukung asuh, dan asah pada anak autis
perkembangan anak-anak autis karena menunjukkan fungsi yang baik. Hal ini
dapat berdampak terhadap keberhasilan disebabkan faktor latar belakang
anak. Orang tua anak autis menyadari pendidikan orang tua yang tinggi dan
betapa pentingnya peran dan fungsi pemahaman serta penerimaan orang tua
keluarga dalam pembentukan perilaku dan yang didukung dengan kemampuan orang
kepribadian anak. Fungsi keluarga dalam tua dari segi material. Perilaku adaptif
memenuhi kebutuhan asih seperti pada anak autis menunjukkan perilaku
menciptakan suasana rumah yang tenang adaptif yang adekuat. Hal ini disebabkan
akan membuat anak lebih tenang secara pengaruh tempat sekolah yang sudah
psikologis sebelum pergi ke sekolah. terkondisi dan tidak variatif, baik ruang
Fungsi keluarga dalam memenuhi terapi, media yang digunakan, dan waktu
kebutuhan asuh seperti mendampingi dan belajar. Fungsi keluarga memiliki
memiliki waktu yang cukup untuk hubungan dengan perilaku adaptif pada
merawat anak autis di rumah akan anak autis di SD Bhakti Wiyata Surabaya,
karena fungsi keluarga banyak Djamaluddin, S, 2004, Makalah: Masalah
memberikan pengaruh dukungan, suasana Autis Pengertian &
rumah yang tenang, dan penyediaan Penanganannya, Universitas
fasilitas baik dalam pembentukan perilaku Islam Syarif Hidayatullah,
dan kepribadian anak autis. Jakarta
Effendy & Makhfudli, 2013, Keperawatan
SARAN Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam
1. Kepada para responden (orang tua) Keperawatan. EGC, Jakarta
agar lebih mengoptimalkan fungsi Effendy, Nasrul, 1998, Dasar-dasar
keluarga dalam memenuhi kebutuhan Keperawatan Kesehatan
anak yang meliputi asih, asuh dan Masyarakat, EGC, Jakarta
asah. Diharapkan orang tua dapat Ginanjar, 2000, Gaya Belajar Anak Autis,
menjalani ketiga fungsi keluarga yang Makalah Seminar tidak
saling berkaitan secara seimbang. diterbitkan
2. Disarankan kepada pihak sekolah dan Handojo, Y, 2003, Autisme, P.T. Bhuana
tenaga kesehatan untuk meningkatkan Ilmu Populer Kelompok
kegiatan-kegiatan konseling, Gramedia, Jakarta
penyuluhan, seminar dan sejenisnya ________, 2009, Autisme Pada Anak
mengenai pentingnya fungsi keluarga Metode ABA Basic, P.T. Bhuana
dan dampaknya terhadap perilaku Ilmu Populer Kelompok
adaptif pada anak autis. Gramedia, Jakarta
3. Disarankan bagi peneliti selanjutnya Hasibuan & Wahyuningsih, 2012,
dapat mengembangkan kuesioner Frekuensi Pemunculan Perilaku
fungsi keluarga dan perilaku adaptif Yang Tidak Diinginkan Pada
yang telah ada untuk digunakan pada Anak Autis Di Sekolah, FIP
penelitian selanjutnya. Unesa, Surabaya
Laurens, 2010, Peran Keluarga dalam
KEPUSTAKAAN Pendidikan Anak Autisme,
http://laurens-
Asmika, dkk, 2006, Hubungan Motivasi
psikologipendidikan.blogspot.co
Orangtua Untuk Mencapai
Kesembuhan Anak Dengan m/2010/06/peran-keluarga-
Tingkat Pengetahuan Tentang dalam-pendidikan-anak-19,
Penanganan Anak Penyandang Tanggal 22 Desember 2013
Autisme dan Spektrumnya, Pukul 08.00 WIB
FKUB, Malang Lovaas, O. I, 1981, The Me Book-
Budhiman, M, 2002, Makalah: Autistic Teaching Developmentaly
spectrum disorder, Yayasan Disabled Children, Departement
Autisma Indonesia, Jakarta of Psychology, University of
Chandra, T, 2002, Membantu Orangtua California, Los Angeles, Pro Ed
dalam Menangani dan Mendidik Inc., USA
Anak dengan Gangguan McCandless, J, 2003, Children With
Perkembangan Pervasif, Starving Brains Atau Anak-Anak
http://www.spectrum- Dengan Otak Yang Lapar, Terj.
auti.com/i.pervasif2.htm, Wibowo, F., dkk., Grasindo,
Tanggal 1 Februari 2014 Pukul Jakarta
09.00 WIB. Maulana, M, 2008, Anak Autis: Mendidik
Delphie & Asri, 2008, Modul Perilaku Anak Autis Dan Gangguan
Adaptif, PLB UPI, Bandung Mental Lain Menuju Anak
Cerdas Dan Sehat, Katahati, Individual, PLB FIP UPI,
Yogyakarta Bandung
Misba, U. L, 2009, Penyesuaian Diri Soetjiningsih, 2001, Tumbuh Kembang
Orang Tua Yang Memiliki Anak Anak, Fakultas Kedokteran
Autis. Universitas Airlangga, Surabaya
http://repository.USU.ac.id/bitst Sunaryo, 2004, Psikologi Untuk
ream/123456789/14528/1/0GE0 Perawatan, EGC, Jakarta
1232.pdf, Tanggal 12 Desember Subhan, Tsara, 2011, Pengaruh Dimensi-
2013 Pukul 19.00 Dimensi Religiusitas Terhadap
Notoatmodjo, 2005, Metodologi Penelitian Penerimaan Orang Tua Anak
Kesehatan, P.T. Rineka Cipta, Autis Di Bekasi Barat, Skripsi
Jakarta UIN tidak dipublikasikan,
Nursalam, 2013, Metodologi Penelitian Jakarta
Ilmu Keperawatan Pendekatan Supartini, Y, 2004, Buku Ajar Konsep
Praktis Edisi 3, Salemba Dasar Keperawatan Anak,
Medika, Jakarta EGC, Jakarta
Puspita, D, 2004, Makalah : Masalah Sparrow, et al., 2005, Vineland Adaptive
Peran Keluarga Pada Behavior Scales, Second
Penanganan Individu Autistic Edition: Survey Forms Manual,
Spectrum Disorder,Yayasan Pearson Assessments,
Autis Indonesia, Jakarta Minneapolis, MN
Prasetyono, D. S, 2008, Serba-Serbi Anak William & Wright, 2007, How To Live
Autis, Diva Perss, Yogyakarta With Autism And Asperger
Priyatna, A, 2010, Amazing Autism! Syndrome. P.T. Dian Rakyat,
Memahami, Mengenal, dan Jakarta
Mendidik Anak Autism, P.T. Willingham, Emily, 2013, Autism
Elek Media Komputindo Prevalence Is Now At 1 In 50
Kelompok Gramedia, Jakarta Children,
Riyadi, A, 2009, Karakteristik Ibu Yang http://forbes.com/sites/emilywill
Berhubungan Dengan Terapi ingham/2013/03/20/autism-
Autis Di Ruang Terapi Autis Di prevalence-is-now-at-1-in-50-
RSJKO Soeprapto Bengkulu children/, Tanggal 20 Desember
Tahun 2009, KTI tidak 2013 Pukul 20.30 WIB
dipublikasikan, Bengkulu Yanwar, 2003, Deteksi Dini Anak
Setiadi, 2008, Konsep dan Proses Bermasalah, FK.UI, Jakarta
Keperawatan Keluarga, Graha Yuwono, 2011, Perkembangan
Ilmu, Yogyakarta Komunikasi Anak Autis,
Soendari, Tjutju, 2010, Pengembangan Fakultas Kedokteran Universitas
Perilaku Adaptif Anak Autis Airlangga, Surabaya
Dalam Perspektif Psikologi

You might also like