You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Olahraga merupakan salah satu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia karena olahraga dapat menjaga kesehatan. Selain salah satu

aktivitas untuk menjaga kesehatan tubuh, olahraga juga digunakan sebagai ajang

kompetisi. Berbagai jenis kompetisi olahraga semakin sering diselanggarakan baik

ditingkat daerah, nasional maupun internasional. Banyak pihak yang mengikuti

kejuaran olahraga dan memiliki tujuan yang sama untuk mendapatkan prestasi dan

kemenangan pada olahraga yang digelutinya. Beragam motivasi untuk

mendapatkan kemenangan muncul diantaranya sebagai ajang pembuktian

ketangkasan atau kekutan fisik, pengakuan, gelar atau kedudukan, hadiah, medali

hingga meperoleh kepuasan diri dengan meraih kemenangan.

Tidak mudah bagi seorang atlit untuk selalu menang di setiap

pertandingannya, sehingga banyak atlit yang memilih motivasi dukungan untuk

dirinya dengan cara instan, seperti menggunakan doping. Penggunaan doping

dilarang karena memberikan efek negatif kepada atlit. Apabila digunakan dalam

waktu berkepanjangan dapat memberikan efek ketergantungan, rusaknya organ

tubuh, rentan terserang penyakit hingga hilangnya karier seorang atlit di dunia

olahraga.

Salah satu senyawa doping yang banyak digunakan oleh atlit adalah

DMAA (1,3 dimetilamilamin). Senyawa DMAA, juga dikenal sebagai 1,3-

1
2

dimetilpentilamin, metilheksanamin dan 2-amino-4-metilheksanamin. Pertama

kali bernama 'Forthane' dan diperkenalkan oleh Eli Lilly & Co, sebagai

vasokonstriktor pada 1940-an (Zhang et al, 2012).

Pada tahun 2010, DMAA ditambahkan ke daftar doping terlarang oleh

Badan Anti Doping Dunia (WADA) sebagai stimulan golongan a (non Specified

Stimulants) (WADA, 2010). Pada tahun 2011 sampai 2016, DMAA digolongkan

kedalam stimulan golongan b (Specified Stimulants) (WADA, 2016).

Pada tahun 2010 dan 2011, beberapa atlet didiskualifikasi dari berbagai

acara olahraga karena terdeteksi DMAA pada saat tes narkoba. Beberapa kasus

menunjukkan bahwa DMAA mungkin memiliki efek samping yang serius. Pada

bulan Desember 2010, Journal of Medical Association Selandia Baru melaporkan

bahwa seorang pria berumur 21 tahun menderita pendarahan serius setelah

mengkonsumsi pil yang mengandung DMAA kemudian meminum minuman

beralkohol. Pada Desember 2011, dilaporkan bahwa kematian dua tentara

Amerika Serikat diduga akibat penggunaan suplemen DMAA (Zhang et al, 2012).

Senyawa DMAA biasanya terdapat dalam sampel suplemen. yang banyak

mengandung bahan-bahan salah satunya protein. Dengan semakin banyaknya

penyalahgunaan doping DMAA maka dari itu diperlukan penelitian untuk

menganalisis dan memisahkan senyawa tersebut. Salah satu teknik pemisahan

yang banyak dikembangkan saat ini adalah Molecular Inprinted Polymer (MIP)

yang memiliki selektivitas tinggi dan afinitas yang baik terhadap analit. MIP

merupakan salah satu teknik pemisahan terbaru dengan pembuatan pengenalan

molekul secara selektif melalui pencetakan molekul tersebut pada bahan polimer
3

(Sellergren, 2001). MIP yang terbentuk di karakterisasi oleh Fourier Transform

Infared Spectroscopy (FTIR) untuk menganalisis polimer yang terbentuk serta

spektrofotometer UV-Vis untuk melihat interaksi DMAA dengan monomer

fungsional. Sedangkan untuk melihat morfologi MIP dan NIP yang terbentuk

dilakukan analasis menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan muncul permasalahan sebagai

berikut :

1. Beberapa metode dapat digunakan untuk menganalisis senyawa DMAA.

2. Penentuan profil spektrum senyawa DMAA menggunakan FTIR.

3. Pembuatan MIP menggunakan DMAA sebagai molekul cetakan.

4. Karakterisasi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis untuk melihat

interaksi DMAA dengan monomer funsional.

5. Karakterisasi menggunakan FTIR untuk melihat polimer yang terbentuk.

6. Karakterisasi menggunakan SEM untuk melihat morfologi polimer yang

terbentuk.

1.3 Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu penulis dan luasnya permasalahan, maka

penilitan ini dibatasi pada pembuatan MIP menggunakan DMAA sebagai molekul

cetakan dan karakterisasinya menggunakan Spektrofotometer UV-Vis untuk

melihat interaksi DMAA dengan monomer asam metakrilat dan menggunakan


4

FTIR untuk melihat polimer yang terbentuk. Sedangkan untuk melihat

morfologinya di analisis menggunakn SEM.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,

maka dibuat rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana pembuatan MIP dengan monomer asam metakrilat pada

analisis senyawa DMAA?

2. Bagaimana kaakterisasi pembuatan MIP dengan monomer asam metakrilat

untuk analisis senyawa DMAA?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penilitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pembuatan MIP dengan monomer asam metakrilat pada

preparasi sampel untuk analisis senyawa DMAA?

2. Untuk mengetahui karakterisasi pembuatan MIP dengan monomer asam

metakrilat pada preparasi sampel untuk analisis senyawa DMAA?

3. Untuk megetahui polimer yang terbentuk menggunakan FTIR.

4. Untuk mengetahui morofologi yang terbentuk di analysis menggunakan

SEM.
5

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai pembuatan

MIP menggunakan monomer asam metakrilat untuk analisis senyawa DMAA dan

karakterisasinya sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk analisis senyawa

DMAA dalam sampel dan untuk pengembangan metode selanjutnya.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Program Studi S1

Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya dan Analisis FTIR di

Laboratorium Kimia Institut Teknologi Bandung pada bulan Februari sampai

dengan bulan Agustus 2016.

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

2016
Kegiatan Bulan Feb Maret April Mei Juni Juli
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pencarian
pustaka
Penyusunan
Proposal
Seminar
proposal
Penelitian
Penyusunan
Laporan
Sidang
kolokium
Sidang
Komprehensip

You might also like