You are on page 1of 14

A.

TEORI KANKER SERVIKS

1. Pengertian
Karsinoma insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik
terdapat pada seluruh lapisan epitel. Perubahan prakanker lain yang tidak sampai
melibatkan seluruh lapisan epitel serviks disebut displasia.
Kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik
histology, proses perubahan pertama menjadi tumor ini dimulai terjadi pada sel-sel
pada squamocolummar juntion (maternity of nursing).
Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 sampai 45 tahun,
tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.

2. Etiologi dan Faktor Resiko


Pada kanker servik ini, penyebab pasti belum diketahui. Aktivitas seksual
berhubungan dengan angka kejadian servikal pada wanita di bawah usia 25 tahun,
dengan riwayat pasangan seksual lebih dari satu orang dan beberapa kehamilan
dini, angka kejadian ini lebih prevalen.
Faktor resiko adalah :
Usia dini melakukan hubungan seksual (< 16 tahun).
Melahirkan pada usia sangat muda
Aktivitas seksual yang sering gonta ganti pasangan (promiskuitas)
Pemajanan terhadap human papilovirus (PHV)
Infeksi HIV
Merokok
Permainan terhadap dietilstillbestrol (DES) in utero
Higiene seksual yang jelek
Jarang ditemukan pada masyarakat yang suaminya disunat (sirkumsisi)

3. Prognosis
Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah :
Umur penderita

1
Keadaan umum
Tingkat klinik keganasan
Sitopatologi sel tumor
Kemampuan ahli atau tim ahli yag menanganinya
Sarana pengobatan yang ada
Ciri-ciri Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan, 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah
timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki resiko tinggi
terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati
dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadi 80% rekurensi dalam 2
tahun.

4. Manifestasi Klinis
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar
dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
Kanker servikal dapat dideteksi ketika pasien mengeluh adanya rabas,
perdarahan tidak teratur, atau perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
(disebut sebagai pendarahan kontak) merupakan gejala karsinoma servik (75-80%).
Pendarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama
akan sering terjadi, juga diluar senggama (pendarahan spontan). Perdarahan
spontan umumnya terjadi pada tingkat klinik yang lebih lanjut (II atau III).
Adanya pendarahan spontan pervaginam saat defekasi, perlu dicurigai
kemungkinan adanya karsinoma serviks tingkat lanjut. Anemia akan menyertai
sebagai akibat pendarahan pervaginam yang berulang. Rasa nyeri akibat infiltra
sel tumor ke serabut saraf. Rabas vagina pada kanker servik lanjut meningkat
secara bertahap dan menjadi encer, akhirnya berwarna lebih gelap dan sangat
berbau akibat nekrosis dan infeksi tumor.
Pendarahan yang terjadi pada interval yang tidak teratur, antara periode
menstruasi (menoragia), atau setelah menopause, mungkin hanya sedikit bercak
darah yang biasanya terjadi setelah trauma ringan seperti hubungan seksual,

2
irigasi, atau defekasi. Sejalan dengan berjalannya penyakit ini, pendarahan dapat
menetap dan menetap.
Biasanya penderita yang sudah meninggal disebabkan oleh pendarahan-
pendarahan yang eksesif dan gagal menahun akibat uremia oleh karena obstruksi
ureter di tempat ureter masuk ke dalam kandung kemih.
Infeksi serviks kronis tampak berperan signifikan dalam kanker serviks.

5. Pembagian tingkat keganasan


Tingkat keganasan klinik dibagi menurut klasifikasi FIGO, 1978 sebagai
berikut :

Tabel 1. Tingkat Keganasan Klinik menurut FIGO, 1978


Tingkat Kriteria
O Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intraepitel : membrana
basalis masih utuh.
I Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Ia Karsinoma mikro invasif; bila membrana basalis sudah rusak dan sel
tumor sudah memasuki stroma tak > 3 mm, dan sel tumor tidak
terdapat dalam pembuluh limfa atau pembuluh darah.
*) Kedalaman invasi 3 mm sebaiknya diganti dengan tak > 1 mm.
Ib occ: (I b occult = Ib yang tersembunyi); secara klinis tumor belum tampak
sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologik ternyata sel
tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
Ib: Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik
menunjukkan invasi ke dalam stroma serviks uteri.
II Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian
atas vagina dan/ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.
IIa Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat tumor,
IIb Penyebaran ke parametrium, uni/bilateral tetapi belum sampai dinding
panggul.
III Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke
parametrium sampai dinding panggul;
IIIa Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedang ke
parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
IIIb Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah

3
bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic)
atau proses pada tingkat klinik I atau II, tetapi sudah ada gangguan
faal ginjal.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rektum dan/atau kandung kemih (dibuktikan secara
histologik), atau telah terjadi metastasis keluar panggul atau ke
tempat-tempat yang jauh.
IVa Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi
mukosa rektum dan/kandung kemih.
IVb Telah terjadi penyebaran jauh.

Tabel 2. Pembagian Tingkat Keganasan Menurut Sistem TNM


Tingkat Kriteria
T Tak ditemukan tumor primer
T1S Karsinoma pra-invasif, ialah KIS (Karsinoma In Situ)
T1 Karsinoma terbatas pada serviks, (walaupun adanya perluasan ke
korpus uteri).
T1a Pra-klinik adalah karsinoma yang invasif dibuktikan dengan
pemeriksaan histologik
T1b Secara klinis jelas karsinoma yang invasif
T2 Karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai
dinding panggul, atau karsinoma telah menjalar ke vagina, tetapi
belum sampai 1/3 bagian distal.
T2a Karsinoma belum menginfiltrasi parametrium
T2b Karsinoma telah menginfiltrasi parametrium
T3 Karsinoma telah melibatkan 1/3 bagian distal vagina atau telah
mencapai dinding panggul (tak ada celah bebas antara tumor dengan
dinding panggul).
NB : Adanya hidronefrosis atau gangguan faal ginjal akibat stenosis ureter
karena infiltrasi tumor, menyebabkan kasus dianggap sebagai T3
meskipun pada penemuan lain kasus itu seharusnya masuk kategori
yang lebih rendah (T1 atau T2).
T4 Karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rektum atau kandung kemih,
atau meluas sampai di luar panggul. (Ditemukannya edema bullosa
tidak cukup bukti untuk mengklasifikasi sebatai T4).
T4a Karsinoma melibatkan kandung kemih atau rektum saja dan

4
dibuktikan secara histologik.
T4b Karsinoma telah meluas sampai di luar panggul.
NB : Pembesaran uterus saja belum ada alasan untuk memasukkannya
sebagai T4.
NX Bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfa regional.
Tanda -/+ ditambahkan untuk tambahan ada/tidak adanya informasi
mengenai pemeriksaan histologik, jadi : NX + NX -
N0 Tidak ada deformitas kelenjar limfa pada limfografi
N1 Kelenjar limfa regional berubah bentuk sebagaimana ditunjukkan oleh
cara-cara diagnostik yang tersedia (misalnya limfografi, CT-scan
panggul).
N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan
celah bebas infiltrat di antara masa ini dengan tumor.
M0 Tidak ada metastasis berjarakjauh,
M1 Terdapat metastasis berjarak jauh, termasuk kelenjar limfa di atas
bifurkasio arteri iliaka komunis

6. Manajemen Terapeutik
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosa telah dipastikan
secara dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan.
Pada tingkat klinik (KIS) tidak dibenarkan dilakukan elektrokoagulasi atau
elektrofulgerasi, bedah krio (cryosurgery) atau dengan sinar laser, kecuali bila
yang menangani seorang ahli dalam kolkoskopi dan penderitanya masih muda dan
belum mempunyai anak. Dengan biopsy kerucut (conebiopsy) meskipun untuk
diagnostik, acapkali menjadi terapeutik. Ostium uteri interinum tidak rusak
karenanya. Bila penderita telah cukup atau tua sudah mempunyai anak, uterus
tidak perlu ditinggalkan, agar penyakit tidak kambuh (relapse) dapat dilakukan
histerektomi sederhana (simple vagina hysterectomy).
Pentahapan klinis memberikan keparahan penyakit sehingga pengobatan
dapat direncanakan lebih spesifik dan prognosis lebih dapat diprediksikan kanker
serviks ini khususnya memberi pengaruh tidak baik terhadap kehamilan begitu
juga sebaliknya. Pengaruh kanker rahim pada reproduksi :
Kemandulan

5
Abortus
Menghambat pertumbuhan janin
Kelainan pada persalinan
Pendarahan dan infeksi

7. Penanganan
Tindakan bergantung pada umur, paritas, tua kehamilan dan stadium
kanker.
1. Wanita relatif muda, hamil tua dengan kanker stadium dini; dapat melahirkan
janin secara spontan.
2. Dalam triwulan I dijumpai kanker serviks, dilakukan abortus buatan;
kemudian diberikan pengobatan radiasi.
3. Dalam triwulan II kehamilan : segera dilakukan histerotomi untuk
mengeluarkan hasil konsepsi : kemudian diberikan dosis penyinaran.
4. Wanita relatif muda yang masih mendambakan anak dengan kanker serviks:
dilakukan konisasi atau amputasi portio kemudian dikontrol dengan baik. Bila
anak cukup sebaiknya dikerjakan histerektomi.

Diagnosis dapat ditemukan setelah hasil pap smear disertai dengan adanya
displasi, atau sel-sel atipik persisten yang diikuti dengan hasil biopsi yang
mengidentifikasi adanya Neoplasia Intra-Epitel (CIN) atau Lesi Intra-Epitel
Skuamosa Tingkat Tinggi (HGSIL).

8. Penatalaksanaan
Rontgen
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan spesifik seperti biopsy punch dan kolposkopi, apabila ditemukan
lesi prekusor seperti lesi intra-epitel skuamosa tingkat rendah (LGSIL) dan
tinggi (HGSIL).
Pengangkatan non bedah konservatif

6
Krioterapi (pembekuan dengan oksida nitrat) atau terapi laser efektif
Konisasi (pengangkatan bagian yang berbentuk kerucut dari servik)

Tingkat Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ib, Iia Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
evaluasi kelenjar limef paraaorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan)
Iib, III dan IV Histerektomi transvaginal
IV a dan IVb Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi

B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Aktivitas Istirahat
Gejala :
Kelemahan/keletihan, anemia
Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas,
keringat malam
Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress
tinggi.

Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan,
keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan,
menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.

7
Eliminasi
Gejala :
- Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan eliminasi
urinarius misalnya : nyeri.
- Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih,
menoupause dini, menoragia.

Makanan dan Minuman


Gejala :
- Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi lemak,
aditif, bahan pengawet, rasa.
- Pada kanker ovarium : Dispepsia, rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar
abdomen yang terus meningkat (pada kanker ovarium)

Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope

Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit) nyeri tekan pada
payudara (pada kanker ovarium).

Pernafasan
Gejala : - Merokok
- Pemajanan abses

Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi

8
Seksualitas :
Gejala :
- Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks).
- Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun multigravida pasangan seks
multiple, aktivitas seksual dini.

Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah
tentang fungsi/tanggung jawab peran.

Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer, riwayat
pengobatan sebelumnya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas,
dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
3. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan
sensori/motor ; paradisis saraf.
4. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
5. Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan
perawatan diri.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa I
Dibuktikan dengan : - Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah.

9
- Mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam
kejadian hidup.
Tujuan : - Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi
KH : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa
takut.

Tindakan Mandiri
- Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker.
Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah
kesimpulan pasien telah dicapai.
Rasional :
Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan
pada pengalaman pada kanker.
Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional :
Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn
konsep tentang diagnostik.
- Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari
memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional :
Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/
pilihan berdasarkan realita.

Diagnosa II
Dibuktikan dengan :
- Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak
berdaya, putus asa, dan tidak mampu.
- Tidak mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti
perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang peran.
Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien

10
KH : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri
dalam situasi.

Tindakan Mandiri :
- Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan
pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Rasional :
Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan
pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.
- Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami, berikan informasi bahwa
konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Rasional :
Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan
apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
- Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik
dan fase pengobatan.
Rasional :
Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker
atau efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama
periode ini.

Tindakan Kolaborasi
- Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional :
Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/
orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada
berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan.
- Rujuk pada konseling profesional bila diindikasikan.
Rasional :
Mungkin perlu untuk memulai dan mempertahankan struktur psikososial
positif bila sistem pendukung pasien/orang terdekat terganggu.

11
Diagnosa III
Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Dibuktikan dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba.
Frekuensi sedikit untuk berkemih atau tak ada keluarnya
urins, inkontinensia aliran berlebihan.
Distensi kandung kemih.
KH : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Tindakan Mandiri :
- Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional :
Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam
jumlah sedikit/kurang (< 100 ml).
- Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh
ketidakmampuan berkemih.
Rasional :
Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis pubis
menunjukkan retensi urine.
- Berikan tindakan berkemih rutin,posisi normal, aliran air pada baskom,
penyiraman air hangat pada perineum.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya
berkemih.
- Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional :
Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
- Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional :
Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermitten/
tak menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai
jahitan parineal.

12
- Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional :
Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan
kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih.
- Dekompresi kandung kemih secara perlahan
Rasional :
Bila jumlah besar urine terakumulasi, dekompresi kandung kemih cepat
menghilangkan tekanan pembuluh pelvis, meningkatkan pengumpulan vena.
- Pertahankan potensi kateter tak menetap : pertahankan drainase selang bebas
lipatan.
Rasional : Meningkatkan drainase bebas urine, menurunkan resiko statis urine
retensi dan infeksi.
Diagnosa IV
Dibuktikan dengan :
- Keluhan nyeri
- Memfokuskan pada diri sendiri/penyempitan fokus
- Distraksi/perilaku berhati-hati.
- Gelisah
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
KH : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh
minimal .

Tindakan Mandiri
- Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas
(skala 0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan.
Rasional :
Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan
intervensi.
Catatan : pengalaman nyeri adalah individual yang digabungkan dengan baik
respon fisik dan emosional.

13
- Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung)
dan aktifitas hiburan (misalnya musik, televisi).
Rasional :
Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes, M.E ,2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, EGC, Jakarta

2. Donforte : Obstetri & Gynekologi, Penerbit Widya Medika

3. Gani. W. Tambunan, 1991, Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di Indonesia,


EGC, Jakarta

4. Hanifa. W, dkk, 1999 Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka , Jakarta

14

You might also like