You are on page 1of 10

BAB I INTRODUKSI

INTRODUKSI

1.1 Latar Belakang

Reformasi keuangan negara yang dimulai pada tahun 2003 ditandai

dengan terbitnya paket undang-undang keuangan negara. Paket undang-

undang tersebut menjadi dasar reformasi manajemen keuangan publik yang

dilakukan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesi (Kemenkeu RI).

Perubahan kerangka peraturan perundang-undangan tersebut juga

berdampak pada sistem teknologi informasi. Pengembangan sistem teknologi

informasi diharapkan dapat memenuhi amanat Undang-undang tersebut

yang menginginkan pengelolaan keuangan negara secara efektif, efisien,

transparan, dan akuntabel serta berbasis akrual (Ditjen Perbendaharaan,

2013).

Kerangka electronic commerce mengacu Turban et al. (2015)

menyatakan salah satu bentuk pilar pendukungnya adalah kebijakan publik

yang terkait dengan regulasi dan standar. Pengembangan sistem atau

pengembangan konsep e-government membutuhkan regulasi. Salah satu

undang-undang yang mendukung konsep e-government adalah Undang-

Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) No. 11 tahun 2008.

Undang-undang tersebut memberikan landasan bahwa transaksi elektronik

baik yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta dapat dilakukan secara

paperless atau elektronik.

1
2

Pengembangan transformasi pemerintah menuju pelayanan yang

lebih baik di bidang pengelolaan keuangan negara dimulai dengan proyek

Government Financial Management and Revenue Administration Project

(GFMRAP). GFMRAP meliputi empat bidang besar, yaitu manajemen

keuangan publik, administrasi pendapatan, tata kelola dan akuntabilitas,

dan tata kelola proyek dan implementasi (Ditjen Perbendaharaan, 2013).

Sebagai hasil dari proyek tersebut dikembangkan sebuah Sistem

Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN). SPAN dikembangkan

dengan model Treasury Reference Model (TRM) dengan dukungan konsep

sistem informasi berbasis Enterprise Resource Planning (ERP). TRM

tersebut menggarisbawahi pentingnya integrasi pengelolaan keuangan

negara sebagai dasar bagi tata kelola dan akuntabilitas keuangan negara.

Sebagai pondasi manajemen keuangan publik, SPAN akan memfasilitasi

arah kebijakan penganggaran, mendukung pertanggungjawaban dari para

pengguna anggaran, meningkatkan efisiensi pengelolaan perbendaharaan,

memfasilitasi reformasi akuntansi dan pelaporan, mengurangi biaya

pinjaman dan memperkuat keamanan serta kredibilitas data keuangan

(Sudarto et al., 2010).

Penggunaan ERP tidak hanya digunakan di sektor privat tetapi telah

berkembang dan banyak digunakan di sektor pelayanan publik. Hal ini

terbukti dari penerapan ERP di beberapa negara yang mengadopsinya

sebagai bentuk modernisasi pengelolaan keuangan negara. Berdasarkan

Hashim dan Allan (2001) bahwa perubahan reformasi keuangan di


3

pemerintah menggunakan model single integrated system dari proses

penganggaran sampai dengan pelaporan fiskal.

Pelaksanaan SPAN tidak sepenuhnya dapat dikatakan lancar dari

hambatan dan gangguan. Di awal implementasi sorotan penolakan transaksi

pembayaran sering terjadi. Pentingnya data supplier, kontrak dan email

satker merupakan hal penting yang dipergunakan dalam proses pembayaran

anggaran. Penolakan transaksi terjadi akibat kesalahan penulisan data

kontrak dan supplier. Selain itu kebenaran email diperlukan untuk

mengonfirmasi proses pembayarannya (Ditjen Perbendaharaan, 2013). Selain

itu risiko gangguan bencana dapat terjadi. Misalnya kebakaran yang terjadi

di KPPN Samarinda. Respon atas risiko ini perlu untuk diantisipasi (Media

Center Ditjen Perbendaharaan, 2016).

Penggunaan sistem aplikasi yang berbasis ERP tidak terlepas dari

perubahan bisnis proses dari siklus akuntansi. Baik organisasi di sektor

privat dan sektor publik/pemerintahan akan melakukan perubahan bisnis

proses. Menurut Kocaoglu dan Acar (2015) bahwa kontribusi dari perubahan

bisnis proses sangat signifikan pada scope, konfigurasi dan integrasi dari

pengembangan ERP.

Penggunaan ERP oleh masing-masing organisasi memiliki variasi

tingkat kemanfaatan yang berbeda. Manfaat tersebut dipengaruhi oleh

tingkat penggunaan dari sistem tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh

Nwankpa (2015) menyebutkan bahwa kemanfaatan yang diterima oleh

organisasi dipengaruhi oleh penggunaan ERP tersebut yang dimoderasi oleh

pengetahuan akan mekanisme integrasinya. Namun, penggunaan ERP di


4

atas diawali oleh sumber daya teknis, ukuran kesesuaian dengan organisasi

dan tingkat kesesuaian dengan bisnis proses. Keberadaan tiga komponen

tersebut dimoderasi oleh fleksibititas dalam hal manajerial.

Jika dilihat dari konteks output dari ERP, muncul pertanyaan apakah

penerapan ERP menghasilkan informasi yang relevan. Hal ini akan menjadi

kontradiksi mengingat implementasi ERP cukup membutuhkan sumber daya

yang besar. Penelitian yang dilakukan Attayah dan Sweiti (2014)

membuktikan bahwa pengujian yang dilakukan terhadap perusahaan di

Saudi Arabia yang menerapkan ERP memberikan hasil positif. Perusahaan

yang mengadopsi sistem ERP menghasilkan informasi yang relevan dengan

aspek timeliness value, feedback value dan predicted value daripada

perusahaan yang belum mengadopsi.

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut di atas memiliki sudut

pandang atas manfaat, output dan faktor yang memicu penggunaan dari

ERP. Jika dilihat sudut pandang lain, ERP dapat diteliti lebih lanjut dari

aspek pengendalian internal dan keamanan informasi. Penelitian dari sudut

pandang itu menunjukan bahwa ERP sebagai salah satu bentuk sistem

teknologi informasi harus memenuhi pengendalian internal dan keamanan

informasi yang memadai.

Penelitian ERP yang dikaitkan dengan pengendalian internal seperti

yang dilakukan oleh Hsiung dan Wang (2014) dalam penelitian empirisnya,

implementasi ERP memiliki korelasi dengan manfaat pengendalian internal.

Menurut Morris (2011) terdapat hubungan antara Internal Control

Weaknesses (ICW) dan penerapan ERP. Perusahaan yang menerapkan ERP


5

lebih sedikit melaporkan ICW dibandingkan perusahaan nonimplementor

ERP, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Alzoubi (2011)

mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan pengendalian internal setelah

perusahaan menerapkan ERP. Hal tersebut disebabkan kemampuan

pemonitoran transaksi keuangan dan proses akuntansi secara akurat dan

kompeten.

Peranan pengendalian internal dalam sistem informasi sangat

penting. Menurut Moeller (2010) pengendalian internal adalah fundamental

konsep yang harus dipahami oleh auditor internal, auditor eksternal, dan

pelaku bisnis di setiap level organisasi. Pengendalian internal tidak hanya

mencakup masalah akuntansi dan keuangan, tetapi seluruh proses dalam

organisasi. Setiap organisasi tidak terlepas dari dukungan teknologi

informasi (TI) sehingga untuk memahami pengendalian internal secara

keseluruhan perlu pemahaman TI yang dikaitkan dengan pengendalian

internalnya.

Tantangan berikutnya dalam penerapan pengendalian internal ERP

mengenai kesuksesan dari penerapannya dan dampaknya terhadap audit.

Pihak utama yang terkait dengan kesuksesan dan kegagalan ERP ialah

manajemen. Oleh karena itu, manajemen menguji setiap tahapan

pelaksanaan ERP dari perencanaan sampai dengan pengendaliannya

(Vijayakumar, 2009). Penerapan ERP yang sukses diperlukan pemahaman

risiko dan pengendalian potensi risiko tersebut. Penerapan pengendalian

internal pada ERP juga memperhatikan faktor-faktor pelengkap seperti

fleksibilitas sistem, sistem kontrol, sistem informasi, dan hubungan antara


6

supplier dan customer (Grabski and Leech, 2007). Dampak pada proses audit,

pergeseran fokus pengendalian internal pada siklus hidup sistem ERP.

Pengembangan ERP menghasilkan potensi risiko dan tantangan berupa,

industry and business environment, user behavior or manager, processes and

procedures, operating system, application security, infrastructure, data

conversion and integrity dan business continuity (Vinatoru et al., 2014, hlm.

112).

SPAN merupakan salah contoh sistem teknologi informasi yang

dikembangkan dengan basis konsep ERP di sektor pengelolaan keuangan

negara. Sebagai salah satu sistem yang baru dikembangkan di tahun 2014

membawa dampak pada proses audit dan proses evaluasi manajemen. Perlu

rerangka pengendalian internal yang lebih cocok karena perubahan dari

sistem sebelumnya. Penerapan SPAN proses bisnis yang dilakukan

organisasi menjadi lebih terintegrasi. Pentingnya kerangka juga digunakan

untuk melakukan penilaian pengendalian internal yang lebih komprehensif,

andal dan lengkap. Tidak adanya rerangka pengendalian yang komprehensif

dan konseptual, maka kompleksitas sistem dapat mengalahkan auditor. Hal

ini menunjukan bahwa kualitas penilaian pengendalian internal berpedoman

pada model konseptual rerangka pengendalian internal (Tuttle dan

Vandervelde, 2007).

Rerangka pengendalian internal organisasi dirilis oleh Committee of

Sponsoring Organizations of The Treadway Commision (COSO) pada tahun

1992 dan telah diperbarui pada tahun 2013. Rerangka tersebut membantu

organisasi merancang dan melaksanakan pengendalian internal. Namun,


7

menurut ODonnell dan Rechtman (2005) COSO kurang kreteria dalam

penilaian dan pelaksanaan pengendalian IT. Sesuai yang dijelaskan Tuttle

dan Vandervelde (2007) Control Objectives for Information Related

Technology (CobiT) kurang memperhatikan lingkungan eksternal sehingga

pengendalian TI seharusnya tidak hanya fokus ke dalam internal organisasi

tetapi juga harus terkait dengan faktor eksternal yang terkait dengan TI.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Chang et al. (2014) yang

memberikan kerangka awal pengendalian internal di lingkungan bisnis yang

berbasis ERP. Penelitiannya menunjukan masih sedikit penelitian akademik

yang menilai isu pengembangan rerangka pengendalian dalam lingkungan

ERP. Penelitian tersebut bertujuan memberikan rerangka awal

pengendalian internal di sistem informasi berbasis ERP. Mengingat

pentingnya konsep pengendalian internal dan mengacu pada rekomendasi

penelitian selanjutnya maka perlu dilakukan penelitian pada organisasi

sektor publik.

1.2 Rumusan Permasalahan

Penerapan SPAN sebagai salah bentuk konsep ERP memiliki

karakteristik pengendalian internal yang berbeda dibandingkan dengan

sistem informasi akuntansi lainnya. Perubahan aplikasi yang dijalankan

memberikan pengaruh pada pengendalian internal. Sebuah sistem informasi

akuntansi tidak luput dari ancaman dan kelemahan. Perubahan transaksi

keuangan dari proses manual ke proses elektronik membawa implikasi pada

TI untuk tujuan laporan keuangan. Ketergantungan organisasi pada TI


8

mengakibatkan organisasi dapat terpapar risiko keamanan (Fazlida dan Said,

2015).

Pemahaman atas kerangka pengendalian internal di lingkungan

sistem informasi yang berbasis ERP sangat penting. SPAN yang merupakan

sistem informasi yang dikembangkan untuk mendukung pengelolaan negara.

Hal ini disebabkan penerapan SPAN berbasis aplikasi ERP di Indonesia

ialah hal yang baru pada organisasi pemerintah dan belum ada kajian

mengenai kelayakan rerangka pengendalian internal di lingkungan bisnis

berbasis ERP. Dengan demikian hal yang ingin dibahas sebagai

permasalahan, yaitu menganalisis kelayakan penerapan rerangka pengendalian

internal berbasis ERP pada pelaksanaan SPAN mengacu pada penelitian (Chang

et al., 2014).

1.3 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan riset yang dijawab dalam penelitian ini ialah apakah

faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pengendalian internal ERP di

sektor pemerintahan.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan penggunaan

kerangka pengendalian internal berbasis ERP pada pelaksanan SPAN

dengan memperoleh bukti empiris mengenai faktor-faktor pengendalian

internal yang relevan digunakan berdasarkan usulan penelitian sebelumnya.

1.5 Motivasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan karena sistem ini merupakan inovasi yang

baru dari Kementerian Keuangan RI sebagai penyempurnaan pengelolaan


9

keuangan negara dan penelitian ini relevan karena belum ada penelitian

yang mempelajari rerangka pengendalian internal pada SPAN. Penelitian ini

ingin mengetahui bagaimana pengaruh dari relevansi usulan rerangka

pengendalian internal di lingkungan ERP pada penerapan SPAN yang

digunakan di sektor publik. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pelaksanaan audit di masa datang dan mekanisme pengendalian oleh

manajemen.

1.6 Manfaat Penelitian

Kontribusi yang di harapkan dari penelitian ini antara lain:

1) Manfaat teoritis, memberikan penjelasan faktor-faktor yang relevan pada

pengendalian berbasis ERP pada penerapan SPAN mengacu pada

rerangka pengendalian internal yang dilakukan pada penelitian

sebelumnya dan mendalami alasan pentingnya penggunaan item

pengendalian internalnya.

2) Manfaat praktis, memberikan masukan dalam proses sebagai berikut.

a. Pelaksanaan audit dalam entitas yang memiliki sistem informasi

dengan lingkungan berbasis ERP yang dilakukan pada instansi

pemerintah.

b. Pedoman manajemen dalam menerapkan pengendalian internal karena

penerapan SPAN sebagai pembaharuan sistem informasi di lingkup

Kementerian Keuangan RI.


10

1.7 Proses Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

2. Tujuan Penelitian 3. Pondasi Teoretikal


mengetahui pelaksanaan Penelitian Chang et al., (2014)
pengendalian yang sudah ada tentang Internal control
berdasarkan rerangka pengendalian framework for a compliant ERP
internal mengacu pada penelitian system
Chang et al., (2014) 1. Apakah faktor-faktor rerangka
kepatuhan pengendalian internal
relevan dalam penerapan SPAN?
2. Bagaimana rerangka pengendalianian internal
relevan pada penerapan SPAN?

4. Metode Penelitian
Pendekatan Campuran 5. Temuan dan Analisis

Sumber : Pedoman Penulisan Tesis Maksi UGM 2015


Gambar 1.1 Pedoman Penulisan Tesis

You might also like