Professional Documents
Culture Documents
Nama Percobaan :4. Pengaruh Konsentrasi dan Suhu Pada Laju Reaksi
Kelompok :12 (Dua Belas)
Nama :1 Muhammad Dary Dzaky (1404015185)
4. Ahmad (1404015191)
56
BAB I
PENDAHULUAN
kecepatan yang berbeda-beda. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat seperti
petasanyang meledak, ada juga reaksi yang berlangsung sangat lambat seperti
pengkaratan besi.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat reaksi menjadi produk. Seiring dengan
bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah pereaksinya akan semakin sedikit, sedangkan
produk semakin banyak. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju perubahan konsentrasi
per satuan waktu. Waktu yang digunakan dapat berupa detik, menit, jam, hari, bulan,
Laju reaksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya yaitu konsentrasi,
Oleh karena itu percobaan ini dilakukan untuk mengetahui laju reaksi kimia yang ada
57
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari tentang laju reaksi disebut kinetikia
kimia. Tujuan utama kinetika kimia ialah menjelaskan bagaimana laju bergantung pada
tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen (oxtoby). Laju reaksi dapat didefinisikan
sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau produk per satuan waktu. Artinya terjadi
A+B 3C + D Persamaan laju reaksinya yaitu v = k [A] [B] 2. Dimana v adalah laju
reaksi, k adalah konstanta laju reaksi dan [A] [B] adalah konsentrasi dari zat yang
bereaksi. Nilai pangkat 2 menyatakan koefisien zat ataupun orde dari reaksi tersebut. Orde
reaksi berarti menjelaskan tentang tingkat reaksi atau hubungan antara konsentrasi
dengan kecepatan. Laju reaksi memiliki satuan mol / liter detik (Petrucci,2008).
1. Orde reaksi 0 yaitu laju reaksi yang tidak bergantung pada konsentrasi.
58
2. Orde reaksi 1 yaitu laju reaksi yang berbanding lurus dengan konsentrasi
pereaksi. Jika konsentrasi dinaikkan dua kali, maka laju reaksinya pun akan naik
3. Orde reaksi 2 yaitu pada reaksi orde dua, kenaikan laju reaksi akan sebanding
dinaikkan dua kali maka laju reaksinya akan naik menjadi empat kali lipat dari
semula.
59
Gambar 3. Orde reaksi 2
Dengan demikian, jika konsentrasi suatu zat dinaikkan a kali, maka laju reaksinya
menjadi b kali sehingga orde reaksi terhadap zat tersebut adalah : a x = b. Dimana x = orde
reaksi (Petrucci,2008).
Persamaan laju reaksi mempunyai dua penerapan utama, yaitu penerapan praktis
dan penerapan teoritis. Dikatakan untuk penerapan praktis adalah dimana telah diketahui
persamaaan laju reaksi dan konstanta laju reaksi sehingga dapat diramalkan laju reaksi
dari komposisi campuran. Sedangkan penerapan teoritis adalah dimana laju persamaan
Laju reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktan suatu pangkat. Contohnya laju
v =k [A] [B]
60
Koefisien k disebut konstanta laju reaksi yang tidak bergantung pada konsentrasi
tetapi bergantung pada temperatur. Persamaan sejenis ini yang ditentukan secara
eksperimen disebut hukum laju reaksi. Secara formal, hukum laju reaksi adalah
persamaan yang menyatakan laju reaksi, dimana v sebagai fungsi dari konsentrasi semua
Laju reaksi adalah laju pengurangan konsentrasi molar pereaksi atau laju
pertambahan konsentrasi molar hasil reaksi dalam satuan waktu. Laju reaski menyatakan
molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan setiap detik. Reaksi kimia berlangsung
ma + nb pc + qd
Dimana :
[A] : konsentrasi A
[B] : konsentrasi B
(Purba, 2007)
Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.
61
1. Orde nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu satu pereaksinya apabila perubahan
konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi lau reaksi. Persamaan laju reaksi yang
2. Orde satu
Suatu reaksi dikatan berorde satu terhadapa salah satu pereaksinya jika laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi tersebut. Jika konsentrasi pereaksi tersebut
dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 3 1 atau tiga kalinya. Persamaan laju reaksi
yaitu v = k [A] .
3. Orde dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika aju reaksi
merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentasi zat itu dilipat-
tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 3 2 atau 9 kali lebih besar.
Laju reaksi terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau konsentrasi
molekul produk terhadap waktu. Laju reaksi tidak tetap melainkan berubah terus-menerus
1. Luas permukaan
Luas permukaan zat yang digunakan untuk bereaksi mempengaruhi kecepatan laju
reaksi. Suatu zat yang berbentuk serbuk lebih cepat bereaksi daripada zat yang berbentuk
62
kepingan. Hal ini karena zat yag berbentuk serbuk mempunyai bidang sentuh yang lebih
luas sehingga tumbukan akan lebih sering terjadi. Luas permukaan total zat akan semakin
bertambah bila ukurannya diperkecil. Semakin halus suatu zat maka laju reaksi akan
2. Konsentrasi
menyatakan pengaruh kepekatan atau zat yang berperan dalam proses reaksi. Semakin
besar nilai konsentrasi, maka laju reaksi akan semakin cepat. Hal ini dikarenakan zat yang
konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga partikel-
partikelnya tersususn lebih rapat dibanding zat yang konsentrasinya rendah. Partikel yang
susunannya lebih rapat, akan sering bertumbukan dibanding dengan partikel yang
3. Temperatur
Setiap partikel selalu bergerak. dengan menaikkan temperatur, energi gerak atau
energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi. dengan
frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan terjadiya tumbukan efektif
Suhu atau temperatur juga mempengaruhi energi potensial suatu zat. Zat-zat yang
energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar menghasilkan tumbukan efektif.
Hal ini karena zat-zat tersebut tidak mampu melampui energi aktivasi. Dengan menaikkan
suhu, maka hal ini akan memperbesar energi potensial sehingga ketika bertumbukan akan
63
Archenius, seorang ahli kimia Swedia mengemukakan persamaan empiriknya pada tahun
k = A.
dengan:
k = tetapan laju
= energi pengaktifan
R = tetapan gas
T = temperatur absolut
e = 2,71828
log k = log A -
log k = log A -
Grafik log k terhadap 1/T menghasilkan garis lurus dengan slope =- dan intersep.
(Supardi, 2008)
4. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi, tetapi pada
akhir reaksi dapat diperoleh kembali. Fungsi katalis adalah menurunkan enrgi aktivasi
sehingga jika ke dalam suatu reaksi ditambahkan katalis, maka reaksi akan lebih mudah
terjadi. Hal ini disebabkan karena zat-zat yang bereaksi akan lebih mudah melampaui
energi aktivasi. (Budi Utami, 2009). Katalis adalah zat yang mempengaruhi laju reaksi
yang pada umumnya jumlahnya tidak diubah oleh reaksi keseluruhan. Komposisi kimia
katalis tidak berubah pada akhir reaksi. Katalis diperlukan dalam jumlah sedikit untuk suatu
64
reaksi, tidak mempengaruhi harga tetapan kesetimbangan, tidak memulai suatu reaksi
tetapi hanya mempengaruhi laju reaksi, dan bekerjanya spesifik. Katalis yang
meningkatkan laju reaksi disebut katalis positif sedang katalis yang menurunkan laju reaksi
disebut katalis negatif. Katalis bekerja dengan optimum pada temperatur tertentu dan
dapat diracuni oleh zat tertentu dalam jumlah yang sedikit yang disebut racun katalis.
Kehadiran katalis dalam suatu reaksi dapat memberkan ekanisme alternatif untuk
menghasilkan hasil reaksi dengan energi yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi
yang tanpa katalis. Energi pengaktifan yang lebih rendah menunjukkan bahwa jumlah
bagian dari molekul-molekul yang memiliki energi kinetik cukup untuk bereaksi jumlahnya
lebih banyak. Jadi kehadiran katalis adalah meningkatkan adanya tumbukan yang efektif,
Reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan yang efektif antara partikel-partikel zat
yang bereaksi. Tumbukan efektif adalah tumbukan yang mempunyai energi cukup untuk
memutuskan ikatan-ikatan pada zat yang bereaksi. Sebelum suatu tumbukan terjadi,
partikel-partikel memerlukan suatu energi minimum yang disebut energi pengaktifan atau
energi aktivasi (Ea). Energi pengaktifan atau energi aktivasi adalah energi minimum yang
diperlukan untuk belangsungnya suatu reaksi. Ketika reaksi sedang berlangsung akan
terbentuk zat kompleks teraktivasi. zat kompleks teraktivasi berada pada puncak energi.
jika reaksi berhasil, maka zat kompleks etraktivasi akan terurai menjadi zat hasil reaksi.
(Utami, 2009)
Katalisator adalah suatu zat yang ditambahkan untuk mempercepat laju reaksi.
Katalisator tidak mengalami perubahan kekal dalam reaksi namun mungkin terlibat dalam
reaksi. Katalis mempercepat suatu reaksi dengan menurunkan energi aktivasi, namun
65
tidak mengubah entalpi reaksi. Katasis ditambahkan pada zat dalam jumlah yang sedikit
Jadi, katalis tidak muncul dalam laju persamaan kimia secara keseluruhan, tetapi
yang ada. Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan jumlah
yang sangat sedikit. Dalam kimia industri, banyak upaya untuk menemukan katalis yang
akan mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan timbulnya produk yang tidak
Sebelum terjadi reaksi, molekul pereaksi harus saling bertumbukan membentuk suatu
molekul kompleks aktif, yang kemudian berubah menjadi hasil reaksi (Produk). Energi
yang di butuhkan untuk membentuk kompleks aktif ialah yang dinamakan energi aktivasi
(Sukarjo, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, ada dua faktor yang mempengaruhi keefektifan suatu
66
Percobaan pengaruh konsentrasi dan suhu ini bersifat semi kualitatif yang dapat
digunakan untuk menentukan pengaruh perubahan konsentrasi dan pengaruh suhu pada
laju reaksi. Reaksi yang diamati adalah reaksi pengendapan koloid belerang yang
terbentuk apabila tiosulfat direaksikan dengan asam. Yang diukur dalam percobaan ini
adalah waktu yang dperlukan agar koloid belerang mencapai suatu intensitas tertentu.
BAB III
METODOLOGI
3.2.1. Alat-alat
2. Gelas ukur
3. Pipet Tetes
4. Pipet Mohr
5. Pengaduk Plastik
67
6. Stopwatch
7. Tallysheet
3.2.2. Bahan-bahan
3. Aquades.
1. Di tempatkan 50 ml Na2S2O3 0,2 ke dalam gelas ukur yang mempunyai alas rata
2. Ditempatkan gelas ukur diatas kertas putih rutan tiosulfat tepat diatas tanda silang
hitam
warna keruh tanda silang hitam tidak terlihat lagi dari atas
4. Dicatat waktu yang dibutuhkan sampai tanda silang hitam tidak dapat terlihat lagi dari
atas
68
BAB IV
(Tabel 6. Hasil percobaan dengan berbagai volume larutan untuk menentukan laju reaksi)
Volume Waktu 1 / waktu
System Volume H2O Volume HCL
Na2S2O3 (detik) (detik)
1 50 0 2 28 0,0357
2 40 10 2 29 0,0344
3 30 20 2 30 0,0333
4 20 30 2 21 0,0476
5 10 40 2 183 0,0054
6 5 45 2 433 0,0023
4.2. Pembahasan
Pada pengamatan yang kami lakukan pada tanggal 6 November 2014 jam 15.30
16.30 dapat kami simpulkan bahwa semakin sedikit volume tiosulfat maka waktu yang
dibutuhkan untuk sampai kondisi hilangnya tanda (x) akan semakin lama. Warna cairan
akan berubah pada saat waktu percobaan pertama menunjukkan 21 detik sampai tanda
silang hitam tidak terlihat dan membutuhkan waktu 433 detik pada percobaan keenam.
69
1. Hasil percobaan pertama sebanyak 50 ml Na 2S2O3 ditambahkan 2 ml HCL pekat 1 M
mampu membuat tanda silang hitam tidak terlihat lagi dari atas dalam waktu 21 detik
2 ml HCL pekat mampu membuat tanda silang hitam tidak terlihat lagi dari atas dalam
2 ml HCL pekat mampu membuat tanda silang hitam tidak terlihat lagi dari atas dalam
dan 2 ml HCL pekat mampu membuat tanda silang hitam tidak terlihat lagi dari atas
2 ml HCL pekat mampu membuat tanda silang hitam tidak terlihat lagi dari atas dalam
2 ml HCL pekat mampu membuat tanda silang hitam tidak terlihat lagi dari atas dalam
70
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Suhu
Luas permukaan
Konsentrasi
Tekanan
Katalis
3. Pengaruh konsentrasi yaitu apabila konsentrasi suatu reaktan semakin besar, maka
4. Pengaruh suhu yaitu apabila suhu dinaikkan maka laju suatu reaksi juga meningkat.
5.2. Saran-Saran
71
Sebaiknya dalam setiap percobaan laju reaksi menggunakan persepsi tingkat
kekeruhan larutan yang sama, meskipun tanda silang tidak benar-benar tak terlihat.
LAMPIRAN
Berikut ini merupakan dokumentasi dari hasil percobaan Pengaruh Konsentrasi dan Suhu
Pada Laju Reaksi yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 06 November 2014 di
Samarinda
72
(Lampiran 20. penuangan larutan Natrium Tiosulfat)
73
5. Proses penambahan HCl pekat kedalam gelas piala
6. Aduk dan hitunglah lama waktu yang diperlukan hingga berubah menjadi keruh
menggunakan stopwatch
74
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2008.http//www.smkn1bandung.com/adaptif-larutan-asam-basa.tangerang
oktober 2014 )
Anonim.2010.http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/sifat-
Anonim.20111.http://sitirachmawati.wordpress.com/2011/12/14/pengenalan-ilmu-kimia/
Anonim.20112.https://benzenaddict.wordpress.com/2011/05/30/pengenalan-alat-alat-
Anonim.2012.http://fadliqnoze.blogspot.com/2012/03/laporan-pengenalan-alat-
75
Anonim.2013d.http://kartiakaputrisanti.wordpress.com/2013/08/21/laporan-tetap-praktikum-
Anonim.2013e.http://dsikreatif.blogspot.com/2013/11/pengenalan-alat-alat-
Anonim.2014a.http://adlanfadhillah.blogspot.com/2014/01/laporan-penelitian-asam-
Anonim.2014b.http://kasandika.blogspot.com/2014/05/alat-kerja-laboratorium.html
Antara, I K. G., I W. Budiarsa Suyasa, dan A. A. Bawa Putra, 2008, Kajian Kapasitas dan
Efektivitas Resin Penukar Anion untuk Mengikat Klor dan Aplikasinya pada Air,
Badawi, Rachmat, Ismulawardi, Agoes Noegraha, dan Subroto, 2010, Pemanfaatan Grafit
Pensil sebagai Elektrode Selektif Ion Bermembran AgCl/Ag2S untuk Analisa Ion
Keenan Kleinfelter, Wood. 2005. Kimia untuk Universitas Jilid 1 . Jakarta : Erlangga
Rivai. H., 2008, Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Soebiyanto, Nur Hidayati, Dewi Sulistyawati, 2005, Konsentrasi Indikator Terkontrol Pada
Sugiarto Teguh dan Eny.I.2008 ilmu pengetahuan alam , Jakarta . PT Widya Pustaka
76
Vogel, 2005, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Jilid I , PT.
Underwood, A.L, dan Day, R.A., 2007, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta
77