Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
In the last 10 years, the practice of logistics in the industry changing very remarkable. Global
competition in the market of products and services to encourage the diversity of products to
meet the needs of market segments are also diverse, high standard of product quality, timely
delivery of goods is very dependent on the condition of public infrastructure provided by the
government of a country. As a result, the demands of efficiency in higher logistics activities,
including the level of security quality, safety and service. The lack of infrastructure support and
the absence of "hub port" nationwide; poor management of interconnection or intermodal
system between port infrastructure, transportation and warehousing as well as lower network
capability, information technology led to the position of Indonesia is low in terms of competition
and the logistics performance index compared with many countries in dunia.Tujuan research is
to formulate the concept of multimodal transport role in realizing the Vision Logistics Indonesia
2025. The data was collected through a literature review, research results, and related scientific
publications. The analysis uses qualitative descriptive approach, as well as to evaluate the
public policy analysis to formulate the concept of multimodal transport role in realizing the
vision of Indonesian Logistics 2025. The results are realizing the integration of the logistics
system and increasing the role of multimodal transport, building a logistic center, to be able to
realize the logistics system connectivity national.
PENDAHULUAN
Transportasi multimoda merupakan kinerja dan efisiensi simpul-simpul
komponen utama yang memegang peranan transportasi tersebut akan sangat berpengaruh
penting dalam mendukung rantai sistem terhadap kinerja dan efisiensi pergerakan arus
logistik. Perpindahan transportasi multimoda barang secara keseluruhan. Sistem transportasi
terjadi pada simpul-simpul jaringan sistem multimoda mengintegrasikan skala geografis
transportasi seperti pelabuhan merupakan titik yang berbeda dalam pelayanan transportasi
perpindahan moda laut ke jalan atau rel, pada tataran nasional, wilayah, dan lokal.
bandara sebagai titik perpindahan moda udara Pergerakan dari suatu koridor dalam sistem
ke darat dan sebagainya. Oleh karena itu transportasi multimoda yang terdiri dari suatu
69
Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, Vol. 3 No. 1 September 2016
rangkaian pusat (hub) yang terintegrasi dengan biaya logistik pada saat ini masih mahal bila
jaringan transportasi wilayah dan lokal. Pusat dibandingkan dengan kawasan Asia Tenggara.
Kegiatan Lokal sebagai sentral distribusi lokal Pada lain sisi, perlu mendapat catatan
skala kota dan kabupaten idealnya bahwa peningkatan volume tidak diantisipasi
memerankan fungsi terminal (transshipment) secara merata seperti Bottleneck menjadi trend
lokal yang mengumpulkan dan menyebarkan global karena pelayanan logistik sangat
pergerakan dalam satu kabupaten. Pusat tergantung pada infrastruktur publik yaitu pada
Kegiatan Wilayah sebagai sentral distribusi infrastruktur jalan, rel kereta api, pelabuhan,
regional antar kabupaten/kota dalam satu bandar udara, jalur pelayaran yang efektif,
provinsi idealnya mempunya peran sebagai serta penambahan kapasitas tidak sesuai
fungsi terminal regional yang mengumpulkan dengan pertumbuhan muatan barang secara
dan menyebarkan pergerakan antar global. Berjalannya rantai suplai secara global
Kabupaten/Kota dalam Provinsi. Pusat pada banyak negara yang ditandai oleh makin
Kegiatan Nasional sebagai sentral distribusi terpencarnya lokasi sentra produksi membuat
nasional dan hubungan internasional idealnya kompetisi antar stakeholder dan shareholder
memerankan fungsi terminal nasional dan menjadi semakin kompetitif.
internasional yang mengumpulkan dan Bersamaan dengan itu, meningkatnya
menyebarkan barang dalam pergerakan persaingan pada tingkat global mendorong
nasional maupun internasional. Pada saat ini, stakeholder dan shareholder untuk
kinerja simpul atau terminal dirasakan masih memanfaatkan perkembangan teknologi
kurang memuaskan dengan ditandai oleh dengan melakukan investasi teknologi terkini
tingginya indikator kinerja pelayanan terminal untuk moda transportasi serta pengelolaan
dan kegiatan di pelabuhan yang sudah informasi agar dapat digunakan lebih efisien
melampaui nilai yang disarankan. dalam kegiatan logistik. Masalah logistik dan
Untuk meningkatkan kinerja pelayanan transportasi multimoda membutuhkan solusi
terminal untuk perpindahan angkutan barang dan upaya melalui suatu penelitian.
dalam mendukung angkutan multimoda serta Infrastruktur logistik Indonesia lebih banyak
dalam rangka antisipasi pertumbuhan angkutan menggunakan sistem bersifat konvensional
petikemas (container) yang terus meningkat, dimana regulasi belum cukup mengatur
perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan seluruh kegiatan sektor logistik, masih bersifat
dengan cara mengoptimalkan kapasitas atau sektoral dan tidak komprehensif, dan serta
kemampuan fasilitas yang ada serta tidak diikuti oleh penegakan hukum (law
kemungkinan perbaikan prosedur dan waktu enforcement). Tujuan penelitian adalah
pelayanan dokumen (low cost scenario) merumuskan konsep peranan transportasi
dimana tujuan penyelenggaraan angkutan multimoda dalam mewujudkan Visi Logistik
multimoda adalah untuk mewujudkan Indonesia 2025.
pelayanan one stop service pada angkutan
barang, dengan indkator single seamless Tinjauan Pustaka
service (S3) yaitu single operator, single tariff, Manajemen logistik membahas mengenai
dan single document untuk angkutan barang. serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh
Dalam tatanan ekonomi global fungsi logistik pihak manajemen (termasuk di dalamnya
atau manajemen logistik memiliki peranan planning, implementation, dan controlling)
yang penting dalam mendukung pertumbuhan yang mengubah sejumlah bahan baku meliputi
ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan sumber-sumber daya alam, sumber-sumber
suatu negara, menciptakan lapangan kerja daya manusia, sumber-sumber daya finansial,
sektor tenaga ahli logistik serta menurunkan dan sumber-sumber daya informasi menjadi
70
Kajian Peningkatan Peranan Transportasi Multimoda Dalam Mewujudkan Visi Logistik Indonesia 2025
produk yang dibutuhkan oleh para agenda integrasi sistem logistik ASEAN
konsumen/pengguna akhir dengan melibatkan menuju kepada perwujudan pasar tunggal
serangkaian aktivitas logistik meliputi ASEAN. Integrasi sistem logistik ASEAN dan
customer service, demand forecasting, ASEAN Framework Agreement on Multimodal
inventory management, logistic Transport menyiratkan adanya liberalisasi di
communications, material handling, order bidang jasa angkutan multimoda di kawasan
processing, parts and service support, plant ASEAN yang pada akhirnya menuju kepada
and warehouse site selection, procurement, liberalisasi jasa pada tataran global General
packaging, reverse logistics, traffic and Agreements on Tariffs and Trade (GATTs).
transportation serta warehousing and storage Dengan demikian perlu diciptakan iklim yang
tanpa mengabaikan keunggulan kompetitif kondusif bagi berkembangnya badan usaha
(competitive advantage), kegunaan waktu dan angkutan multimoda nasional yang tumbuh
tempat (time and place utility), pergerakan berkelanjutan dan berdaya saing.
yang efisien kepada konsumen (efficient Sistem transportasi dengan sejumlah
movement to customer), dan aset kepemilikan moda dapat dilihat dari dua perspektif
(proprietary asset). konseptual yang berbeda, yaitu: Jaringan
Rangkaian/rantai kegiatan perpindahan transportasi intermodal adalah suatu sistem
sumber-sumber daya alam, sumber-sumber logistik yang dihubungkan dengan dua atau
daya manusia, sumber-sumber daya finansial, lebih moda. Setiap moda memiliki
dan sumber-sumber daya informasi dalam karakteristik layanan yang umumnya
rangka pemenuhan kebutuhhan para memungkinkan barang (atau penumpang)
konsumen/pengguna akhir secara umum untuk pindah ke moda lain yang ada dalam
dikenal sebagai Supply Chain atau Rantai satu perjalanan dari asal ke tujuan, dan
Suplai. jaringan transportasi multimoda adalah satu set
Angkutan multimoda (Multimodal moda transportasi yang menyediakan koneksi
Transport) dalam Peraturan Pemerintah dari asal ke tujuan.
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Kegiatan angkutan multimoda meliputi
Multimoda didefinisikan sebagai: angkutan kegiatan yang dimulai sejak diterimanya
barang dengan menggunakan paling sedikit 2 barang oleh badan usaha angkutan multimoda
(dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar dari pengguna jasa angkutan multimoda
1 (satu) kontrak sebagai dokumen angkutan sampai dengan diserahkannya barang kepada
multimoda dari satu tempat diterimanya penerima barang dari badan usaha angkutan
barang oleh badan usaha angkutan multimoda multimoda sesuai dengan yang diperjanjikan
ke suatu tempat yang ditentukan untuk dalam dokumen angkutan multimoda. Badan
penyerahan barang kepada penerima barang usaha angkutan multimoda bertanggung jawab
angkutan multimoda. Angkutan multimoda terhadap kegiatan penunjang angkutan
merupakan komponen penting dari sistem multimoda yang meliputi pengurusan
logistik, karena angkutan barang dalam transportasi, pergudangan, konsolidasi muatan,
aktivitas logistik pada umumnya menggunakan penyediaan ruang muatan dan/atau kepabeanan
lebih dari satu moda transportasi. untuk angkutan multimoda ke luar negeri dan
Angkutan multimoda diatur dalam United ke dalam negeri. Kegiatan-kegiatan tadi
Nations Convention on International dilakukan dengan menggunakan alat angkut
Multimodal Transport of Goods, dan dalam moda transportasi darat, perkeretaapian, laut
ASEAN Framework Agreement on Multimodal dan udara dalam unitisasi kontainer standar.
Transport (AFAMT). Peran angkutan Moda transportasi terdiri atas moda
multimoda semakin penting dengan adanya transportasi darat, moda transportasi kereta
71
Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, Vol. 3 No. 1 September 2016
api, moda transportasi kapal dan moda perekonomian Indonesia bagian Barat dan
transportasi pesawat udara. Jasa angkutan satu-satunya pelabuhan laut yang teramai dan
multimoda diselenggarakan oleh badan usaha terbesar di pantai Barat Pulau Sumatera.
angkutan multimoda yang tidak semata-mata Pelabuhan ini menjadi pelabuhan niaga
memberikan layanan angkutan barang dari terpenting yang ikut membangun sektor
tempat asal sampai ke tujuan, tetapi juga perekonomian Provinsi Sumatera Barat dan
memberikan jasa tambahan berupa jasa sekitarnya. Dalam rangka peningkatan kualitas
pengurusan transportasi (freight forwarding), dan pelayanan perlu dilakukan pengukuran
jasa pergudangan, jasa konsolidasi muatan, kinerja di Pelabuhan Teluk Bayur.
penyediaan ruang muatan, serta pengurusan
Hal ini sesuai dengan ruang lingkup
kepabeanan untuk angkutan multimoda ke luar
kegiatan logistik menurut Council of Logistics
negeri dan ke dalam negeri.
Management (CLM), bahwa kegiatan logistik
Berdasarkan pengalaman di beberapa terkait dengan barang dan informasi dari titik
negara (benchmarking) dan studi-studi pada
awal ke titik tujuan konsumsi, penyimpanan,
terminal atau pengembangan simpul untuk dan persediaan agar dapat memenuhi
mendapatkan manfaat intermodal, terdapat
kebutuhan konsumen (Ballou, 1998). Key
beberapa pokok-pokok dalam pengembangan
Performance Indicator (KPI) untuk kegiatan
simpul intermodal antara lain :
logistik di Pelabuhan Teluk Bayur adalah
1. Pengembangan simpul harus
sebanyak 36 butir. KPI kegiatan logistik dapat
mempertimbangkan hubungannya
dibagi kepada lima kelompok, yaitu indikator
dengan moda lain untuk memudahkan
mengenai kegiatan dan waktu pemanduan,
barang untuk mencapai tujuan;
indikator mengenai pemakaian dermaga dan
2. Terminal merupakan simpul
lapangan, indikator mengenai pelayanan
transportasi yang berfungsi tidak
bongkar muat, indikator mengenai pelanggan
hanya sebagai titik keberangkatan atau
dan indikator mengenai kesiapan alat bongkar
kedatangan, tetapi juga sebagai tempat
muat. KPI tersebut telah memenuhi
transit dimana pergerakan dalam
karakteristik KPI yang baik menurut
terminal akan dilanjutkan dengan
Parmenter (2010). KPI kegiatan logistik dapat
moda lain untuk mencapai tujuannya. memberikan dampak yang signifikan terhadap
3. Perlu dukungan dalam pembangunan mutu pelayanan di Pelabuhan Teluk Bayur.
atau peningkatan infrastruktur
Kualitas pelayanan akan mempengaruhi
transportasi dan jalan yang tepat guna
pengguna jasa pelabuhan dalam memilih
mendorong pergerakan angkutan pelabuhan.
multimoda, salah satunya adalah
fasilitas bongkar muat yang Metodologi
disesuaikan dengan besarnya muatan Penelitian menggunakan metode
yang diangkut. deskriptif kualitatif dan melakukan analisis
Menurut Rika Ampuh Hadiguna, Khairun menggunakan analisis kebijakan publik dalam
Nisa (2013), dalam penelitiannya berjudul rangka merumuskan peranan transportasi
Indikator Kinerja Logistik di Pelabuhan multimoda dalam mewujudkan visi logistik
Teluk Bayur dari hasil penelitiannya Indonesia 2025. Sejalan dengan itu, pola pikir
disampaikan bahwa Pelabuhan Teluk Bayur studi penelitian dapat digambarkan dalam
memiliki peran sebagai salah satu gerbang Gambar 2.1.
72
Kajian Peningkatan Peranan Transportasi Multimoda Dalam Mewujudkan Visi Logistik Indonesia 2025
Dalam Gambar 2.1 terlihat kondisi menjadi peringkat 63 dari peringkat 53 pada
logistik dan transportasi multimoda saat ini tahun 2014.
Logistics Performance Index (LPI) atau Indeks a. Instrumental Input: Undang-Undang
Logistik Indonesia tahun 2016 menurun Republik Indonesia Nomor
b. 11 Tahun 1965 tentang peraturan perundangan tentang
Pergudangan, Undang-Undang logistik lainnya.
Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian, Undang-Undang c. Input: Kondisi logistik dan
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu transportasi multimoda di Indonesia
Lintas dan Angkutan Jalan, Undang- saat ini;
Undang Nomor 17 Tahun 2008 d. Subject: Pemerintah pusat,
tentang Pelayaran, Undang-Undang pemerintah daerah, swasta/MTO
Nomor 1 Tahun 2009 tentang (Multimoda Transport Operator)
Penerbangan, Undang-Undang pelabuhan, dan bandara serta
Nomor 17 Tahun 2006 tentang masyarakat.
Kepabeanan, Peraturan Pemerintah e. Object: Logistik Indonesia, dan
Nomor 61 Tahun 2009 tentang transportasi multimoda.
Kepelabuhanan, Peraturan f. Method: Evaluatif, komparatif, dan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 formulasi.
tentang Angkutan Multimoda, g. Output: Tersusunnya konsep
Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun transportasi multimoda yang efektif
2012 tentang Sistem Logistik dan efisien dalam mewujudkan visi
Nasional, cetak biru penataan dan logistik Indonesia 2025.
pengembangan sektor logistik h. Outcome: Terselenggaranya
Indonesia Tahun 2008 serta transportasi multimoda yang efektif
73
Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, Vol. 3 No. 1 September 2016
dan efisien dalam mewujudkan visi Selain pola pikir studi, alur pikir studi
logistik Indonesia 2025. yang dipergunakan pada penelitian ini,
i. Impact: Terwujudnya visi logistik adalah:
Indonesia 2025.
74
Kajian Peningkatan Peranan Transportasi Multimoda Dalam Mewujudkan Visi Logistik Indonesia 2025
penjualan, serta jenis/tipe/merek dan f. Cakupan jasa logistik ini terdiri dari 11
harga dari produknya; sektor dan dikelompokkan dalam 3
b. Konsumen yang menentukan jenis dan Tier, yaitu: Tier-1: Core Freight
jumlah barang-barang yang akan dibeli Logistic Services, Tier-2: Related
dari produsen, dan preferensi dimana Freight Logistic Services, dan Tier-3:
produk tersebut dibeli; Non-Core Freight Logistic Services.
c. Penyedia jasa logistik yang menyimpan Permasalahan logistik lainnya yang
barang atas nama pemilik barang, dihadapi oleh Indonesia adalah sebagai
mencatat, mensortir dan termasuk juga berikut:
mengemas bilamana perlu, mengangkut 1. Rendahnya daya saing produk
sesuai dengan rencana penyediaan Indonesia
(fulfillment plan), yang juga Daya saing produk Indonesia sangat
disesuaikan dengan karakteristik rendah dibandingkan dengan produk
barang yang diangkut dan moda negara lain yang dilihat dari harga
angkutan yang diperlukan; produk, dimana hal ini merupakan
d. Pemilik prasarana dan sarana angkutan salah satu pendorong biaya logistik
yang biasanya adalah agen yang yang tinggi. Harga kompetitif suatu
melaksanakan kegiatan angkutan produk tidak terlepas dari beban biaya
tersebut, sesuai prinsip operasi moda logistik yang ditanggung oleh
angkutannya; dan perusahaan.
e. Pemerintah yang menyiapkan peraturan Rank dan score yang dicapai Indonesia
perundangan dan infrastruktur yang dalam 12 pilar kompetitif tidak terlalu
diperlukan untuk terlaksananya proses tinggi hanya antara 16-120, oleh karena
logistik di dalam suatu sistem. itu perlu terus ditingkatkan dan
dikembangkan melalui terobosan-
terobosan baru dan inovasi-inovasi perpajakan, ketidakstabilan
yang efektif dan efisien pada tingkat pemerintahan, tarif-tarif pajak,
kebijakan, strategi, program dan ketidakcukupan kapasitas untuk
kegiatan-kegiatan positif, produktif dan berinovasi, dan kesehatan masyarakat
bernilai tambah. yang buruk.
2. Adanya faktor kelemahan menjalankan 3. Lamanya waktu kirim
bisnis Lamanya waktu kirim yang terjadi
Berdasarkan data dari World Bank yang diakibatkan oleh kondisi prasarana logistik
terdapat di dalam The Global Indonesia yang masih konvensional, baik
Competitiveness Report 2012-2013, di struktur jalan, sistem pelabuhan, hubungan
Indonesia ada 16 faktor yang paling antar moda dan lain sebagainya. Selain kondisi
bermasalah untuk menjalankan bisnis, tersebut, lamanya waktu kirim juga
yaitu: Inefisiensi birokrasi diakibatkan oleh belum terintegrasinya inter-
pemerintahan, korupsi, kurangnya connectivity satu lokasi dengan lokasi lainnya
ketersediaan infrastruktur, miskinnya yang menghubungkan antar pusat-pusat
etos kerja pada angkatan kerja nasional, produksi dengan pusat-pusat konsumsi
peraturan-peraturan ketenagakerjaan sehingga pengiriman kontainer dalam negeri
yang restriktif, inflasi, akses terhadap menjadi lebih mahal dibandingkan dengan
pembiayaan, ketidakstabilan kebijakan, mengirimkan kontainer ke luar negeri. Pada
peraturan-peraturan nilai tukar mata laporan World Economic Forum (WEF) tahun
uang asing, peraturan-peraturan 2009 hingga tahun 2012 kualitas infrastruktur
75
Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, Vol. 3 No. 1 September 2016
Indonesia berada pada peringkat 82 dari 134 kirim. Ranking kualitas infrastruktur di
negara. Dibandingkan negara Asia lainnya, Indonesia berdasarkan WEF dapat dilihat pada
posisi Indonesia dapat dikatakan buruk. Tabel 3.1 berikut:
Malaysia menduduki peringkat 23. Buruknya
infrastruktur ikut menentukan lamanya waktu
76
Kajian Peningkatan Peranan Transportasi Multimoda Dalam Mewujudkan Visi Logistik Indonesia 2025
nusantara, mewakili kata locally integrated (delapan) ekonomi utama di dunia, mewakili
dan bentukan 8 (delapan) buah segitiga anak kata globally connected sebagaimana
panah, yang mengarah/menghubungkan 8 terlihat pada Gambar 3.1 berikut:
Secara lebih luas, tujuan yang ingin barang di Indonesia dan meningkatkan
dicapai dari penetapan Visi Logistik daya saing nasional dalam pasar global.
Indonesia adalah:
a. Memperbaiki sistem distribusi Menurut Martin Christopher, (2011),
domestik sehingga setiap simpul sebagai the triangular linkage of the company
ekonomi di semua daerah bisa atau the three Cs ada 3 pihak terkait dalam
terhubung, dan menjadikan logistik logistik, yaitu: Customer, company, dan
domestik Indonesia terintegrasi. competitor menjadi salah satu sumber
b. Mendukung ekspor dengan keunggulan kompetitif yang bisa dimanfaatkan
mempermudah aliran barang dari sentra dalam mewujudkan visi logistik Indonesia
produksi sampai ke pelabuhan dan 2025. Sebagai negara yang sangat besar, yang
terhubung dengan jaringan terhampar dari Sabang hingga Merauke, yang
internasional. membentang sepanjang 1/8 dari equator dunia,
c. Prioritas pembangunan infrastruktur yang terdiri dari tiga wilayah waktu, yang
berdasarkan moda transportasi dan merupakan Negara Kepulauan (17.506 pulau),
geografi yang akan memberi dampak dengan total luas wilayah daratan hingga 2 juta
ekonomi terbesar secara jangka km persegi dan wilayah lautan 7.9 km persegi,
panjang. Indonesia benar-benar menghadapi tantangan
d. Memberi arahan yang jelas pada setiap dalam hal logistik dan distribusi. Ke arah
departemen, pemakai jasa logistik dan eksternal, Indonesia harus responsif terhadap
penyedia jasa logistik, agar terjadi perubahan yang terjadi di tingkat global.
sinkronisasi dalam membangun sistem Adanya tekanan komitmen di tingkat regional
logistik nasional. maupun global, perubahan peta pasar,
e. Menurunkan biaya logistik nasional, persaingan, peraturan tentang transportasi
meningkatkan kecepatan pergerakan multi-modal, perkembangan teknologi
77
Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, Vol. 3 No. 1 September 2016
78
Kajian Peningkatan Peranan Transportasi Multimoda Dalam Mewujudkan Visi Logistik Indonesia 2025
79
Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, Vol. 3 No. 1 September 2016
80
Kajian Peningkatan Peranan Transportasi Multimoda Dalam Mewujudkan Visi Logistik Indonesia 2025
81
Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, Vol. 3 No. 1 September 2016
82
Kajian Peningkatan Peranan Transportasi Multimoda Dalam Mewujudkan Visi Logistik Indonesia 2025
83
Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, Vol. 3 No. 1 September 2016
McKenzie, D.R., M.C. North, and D.S. Smith, Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009
Intermodal TransportationThe Whole tentang Penyelenggaraan Kereta Api
Story. 1989, Omaha: Simmons-
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009
Boardman Books,Inc.
tentang Kepelabuhanan
Parmenter, D. (2010). Key Performance
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009
Indicators (KPI): Developing, tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Implementing, and Using Winning
Kereta Api
KPIs (2nd Edition). John Wiley & Sons.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011
Rika Ampuh Hadiguna, Khairun Nisa, 2013.
tentang Angkutan Multimoda
Indikator Kinerja Logistik di Pelabuhan
Teluk Bayur. Proceeding Seminar Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
Inovasi Teknologi dan Rekayasa KM. 53 Tahun 2002 tentang Tatanan
Industri. Universitas Andalas, Padang. Kepelabuhan Nasional.
Kementerian Koordinator Bidang Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.
Perekonomian Republik Indonesia, 2008. 11 Tahun 2010 tentang Tatanan
Cetak Biru Penataan dan Kebandarudaraan Nasional
Pengembangan Sektor Logistik US Department of Transportation, 1996,
Indonesia, Jakarta, hal. 19-22 The Use of Intermodal Performance
KOTI, 2011, Toward an Integrated Green Measures by State
Transportation System in Korea, The Departments of Transportation
Korean Transport Institute,
South Korea
TFL, 2001, Intermodal Transport Interchange
for London, Best Practise Guidelines
TFL, 2001, Multi-modal Interchange Signs
Standard for London, Best Practise
Guidelines The
Global Competitiveness Report 2012-2013,
hal. 200
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007
tentang Perkeretaapian
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001
tentang Kebandarudaraan
84