You are on page 1of 16

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.

2, Juli 2013

PENURUNAN ANSIETAS DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS


XII SMAN X MELALUI PEMBERIAN TERAPI SUPORTIF

Keksi Girindra Swasti1, Novy Helena C. D.2, Hening Pujasari3


1 Jurusan Keperawatan FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
2,3 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Email : keksi_girindra@yahoo.com

ABSTRACT
The aim of this study is to explain the effect of supportive therapy for students anxiety for
facing National Examination. The design was quasi experiment pre-post test with control
group. 82 students were chosen by purposive sampling. The instruments that consisted of
questioner of demography data and measurement of anxiety scale were valid and reliable.
Data were analyzed by independent t-test, paired t-test and double linear regression. The
result indicated decrease of anxiety (p-value 0,000 < 0,025) with quarrel score for
intervention group (0,821) was higher than control group (0,454). The decreasing of anxiety
was influenced by supportive therapy, sex and their parents income with the determination
coefficient was 27.9%. Supportive therapy is recommended to solve students anxiety when
they will face National Examination.

Key words: anxiety, national examination, senior high school student, supportive therapy

ABSTRAK
Penelitian bertujuan menjelaskan pengaruh terapi suportif terhadap ansietas siswa dalam
menghadapi UN. Menggunakan desain quasi experiment pre-post test with control group. 82
sampel dipilih secara purposive sampling. Instrumen berupa kuesioner data demografi dan
pengukuran skala ansietas yang valid dan reliabel. Analisis data menggunakan independent t-
test, dependent t-test dan regresi linier ganda. Hasil menunjukkan penurunan ansietas pada
kedua kelompok (p-value 0,000 < 0,025) dengan selisih score ansietas kelompok intervensi
(0,821) dan kelompok kontrol (0,454). Penurunan ansietas dipengaruhi oleh terapi suportif,
jenis kelamin dan penghasilan orang tua, dengan peluang perubahan 27,9%. Terapi
direkomendasikan untuk mengatasi ansietas pada siswa yang menghadapi UN.

Kata kunci: ansietas, siswa SMA, terapi supotif, ujian nasional

127
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

PENDAHULUAN mengajarkan anaknya membaca sejak dini


Dunia telah memasuki era di rumah (Pandji, 2010). Sedangkan
globalisasi dimana tingkat persaingan pendidikan di Perancis mendapatkan
semakin meningkat. Untuk itu diperlukan perhatian besar dari pemerintah, ini
sumber daya manusia yang tangguh untuk ditunjukkan oleh pengalokasian dana
dapat eksis dalam kancah persaingan cukup besar untuk pengembangan
global. Pendidikan berperan penting dalam pendidikan yaitu sebesar 20 persen dari
membentuk sumber daya manusia yang anggaran belanja negaranya.
berkualitas. Hal tersebut sejalan dengan Di Indonesia, pendidikan juga
tujuan Pendidikan Nasional yang ingin tidak luput dari perhatian pemerintah. Hal
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ini ditunjukkan dengan adanya program
mengembangkan manusia Indonesia wajib belajar sembilan tahun, yang
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman memberikan kesempatan belajar bagi
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha seluruh warga negara Indonesia
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, mengenyam pendidikan dasar (SD dan
cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi SMP) sebagaimana dituangkan dalam PP
warga negara yang demokratis dan No. 47 Tahun 2008. Guna mendukung
bertanggung jawab (UU No. 20 Bab II program tersebut pemerintah memberikan
Pasal 3 Tahun 2003). Hasil dari pendidikan alokasi dana cukup besar dalam anggaran
ini diharapkan dapat mengembangkan pendapatan dan belanja negara (APBN)
kemampuan serta meningkatkan mutu untuk bidang pendidikan. Menurut data
kehidupan dan martabat manusia APBN (2010) pemerintah mengalokasikan
Indonesia. dana pendidikan sebesar 20 persen dan
Pembangunan sumber daya meningkat menjadi 20.2 persen pada
manusia yang dilaksanakan di negara tahun 2011. Sedangkan sebagai upaya
maju dimulai dengan pengembangan anak penjaminan mutu pendidikan yang
sejak usia dini. Di Jepang, pendidikan dilakukan pemerintah melalui Departemen
merupakan prioritas utama, dimana orang Pendidikan dan Badan Standarisasi
tua membuat perencanan pada pendidikan Nasional Pendidikan (BSNP) adalah
bagi anak, sejak dini. Pelajar di sana menerapkan sistem evaluasi belajar yang
menghabiskan waktunya untuk belajar diatur secara nasional (UU No. 20 tahun
(Sanjaya, 2010). Sedangkan di Finlandia, 2003).
negara dengan sistem pendidikan paling Dalam pelaksanaannya sistem
baik di jajaran negara maju, memiliki evaluasi yang saat ini dikenal dengan
kondisi yang bertolak belakang. Di sana istilah ujian nasional (UN) mengalami
anak mulai sekolah pada usia 7 tahun dan beberapa kali perubahan, baik sistem
pendidikan diciptakan dalam suasana maupun standar kelulusan. Sejak
santai dengan jam sekolah yang relatif diterapkan pada tahun 2005 standar
pendek jika dibandingkan dengan negara kelulusan ujian nasional terus meningkat.
maju lainnya. Walaupun begitu negara ini Tahun 2005 siswa dinyatakan lulus saat
dapat mencapai kualitas pendidikan yang melewati nilai 4,25, kemudian meningkat
baik. Hal ini dicapai melalui peran optimal menjadi 4,50 pada tahun 2006, hingga
guru di sekolah serta orang tua yang yang terakhir menjadi 5,50 pada tahun
128
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

2010. Sedangkan tahun ini kelulusan tidak Badan Informasi Publik Departemen
hanya ditentukan oleh nilai UN tetapi juga Komunikasi dan Informatika menunjukkan
nilai-nilai raport pada semester bahwa 90,27 persen peserta Ujian
sebelumnya. Karena sistem ini bersifat Nasional Utama SMP/MTs/SMPT 2010
nasional, maka standar kelulusannyapun dinyatakan lulus, sedangkan siswa yang
berlaku untuk seluruh sekolah yang ada di harus mengulang UN sebanyak 9,73
Indonesia, baik sekolah yang berada di persen. Hasil UN SMP 2010 juga diketahui
perkotaan dengan fasilitas yang memadai sebanyak 561 sekolah atau 1,31 persen
maupun sekolah di daerah pedalaman yang kelulusannya nol persen dan 852
dengan segala keterbatasannya. sekolah (41,64 persen) yang kelulusannya
Penerapan kebijakan ini lantas banyak 100 persen. Sedangkan untuk tingkat
menimbulkan pro dan kontra di kalangan SMA angka kelulusan mencapai 92,15
masyarakat. Meskipun para pakar persen, sementara yang tidak lulus
pendidikan menyadari bahwa tes standar sebesar 7,85 persen.
(UN) merupakan sekumpulan alat yang Sebuah penelitian Hill (1980
dipergunakan untuk menguji kemampuan dalam Hasan, 2009) yang melibatkan
siswa, namun para kritikus berpendapat 10.000 ribu siswa sekolah dasar dan
bahwa penyalahgunaan dan penggunaan menengah di Amerika menunjukkan
yang berlebihan berdampak negatif bahwa sebagian besar siswa yang
terhadap proses belajar mengajar mengikuti ujian gagal menunjukkan
(Sanjaya, 2010). kemampuan mereka yang sebenarnya
Ada banyak masalah yang muncul disebabkan oleh situasi dan suasana ujian
dengan diterapkannya kebijakan tersebut. yang membuat mereka ansietas. Faktor
Soal ujian yang bocor sebelum ujian utama pemicu ansietas menghadapi ujian
dilaksanakan, kunci jawaban yang yaitu: 1) keterbatasan waktu; 2) tingkat
tersebar, hingga guru yang nekat kesulitan materi tes; 3) instruksi tes
membetulkan jawaban siswanya. (Hasan, 2009). Selain dari ketiga hal di
Gambaran tersebut merupakan jawaban atas, faktor penting lainnya yang juga
atas kekhawatiran pihak sekolah untuk menjadi pemicu ansietas siswa dalam
bisa mencapai standar akademik yang menghadapi ujian adalah ansietas yang
ditetapkan pemerintah. Belum lagi beban cenderung meningkat seiring dengan
psikologis yang dirasakan oleh siswa. tingginya jenjang pendidikan. Artinya,
Banyak siswa mengalami ansietas saat siswa SMA yang menghadapi ujian akan
menghadapi ujian nasional, bahkan ada menghadapi tingkat ansietas yang lebih
pula siswa yang frustasi lantas bunuh diri tinggi daripada siswa SMP. Selanjutnya,
karena gagal lulus dalam ujian nasional penelitian yang melibatkan berbagai
(Sudrajat, 2008). Pendapat senada budaya (cross cultural research)
diungkapkan oleh Shechtman (2002) membuktikan bahwa makin besar peran
bahwa banyak anak mengalami ansietas sebuah ujian, makin besar pula tingkat
saat ujian, gagal dalam sekolah, isolasi ansietas yang ditimbulkannya terhadap
sosial atau penolakan. Ansietas ini muncul peserta ujian (Hasan, 2009). Bagi siswa
karena adanya ancaman dalam kehidupan SMA hasil UN tidak hanya menentukan
mereka. Data yang dikeluarkan oleh diterimanya mereka pada sekolah lanjutan,
129
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

tetapi juga turut menentukan saat tidak takut, atau rasa cemas menghadapi
berkompetisi dalam seleksi memperoleh persoalan hidup. Pernyataan tersebut
pekerjaan. Hal inilah yang menjadikan diperkuat oleh hasil penelitian yang
pentingnya dilakukan suatu upaya dilakukan oleh Mustikasari (2010) bahwa
penurunan ansietas pada siswa SMA yang religiusitas menurunkan ansietas siswa
mengalami ansietas dalam menghadapi dalam menghadapi ujian.
ujian nasional. Banyak penelitian terkait terapi
Berbagai upaya ditempuh untuk yang telah dilakukan untuk mengatasi
mempersiapkan siswa menghadapi ujian masalah ansietas pada siswa dalam
nasional. Mulai dari persiapan fisik, menghahapi ujian, seperti terapi tertawa,
kognitif, psikologis hingga persiapan terapi relaksasi otot, dan aromaterapi.
secara spiritual. Upaya yang paling sering Seluruhnya memberikan dampak yang
dilakukan untuk mempersiapkan kognitif positif. Terdapat beberapa penelitian terapi
siswa adalah pengadaan pelajaran spesialis terkait masalah dalam penelitian
tambahan, bahkan banyak juga siswa ini. Suprihatin (2010) meneliti pengaruh
yang mengikuti bimbingan belajar usai jam terapi relaksasi progresif dan tought
sekolah. Tindakan ini ditempuh karena stopping terhadap ansietas klien dengan
bimbingan belajar memberikan hasil positif masalah fisik, dan menunjukkan hasil yang
bagi siswa dalam mempersiapkan sebuah positif. Terapi kelompok yang pernah
ujian. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian dilakukan untuk mengatasi ansietas
yang dilakukan oleh Millatina (2010) sebagai dampak psikologis dari bencana
bahwa bimbingan belajar cukup efektif alam berupa logoterapi pada korban
menurunkan ansietas siswa menghadapi gempa (Sutejo, 2009) dan memberikan
ujian nasional. Secara psikologis siswa hasil yang efektif terhadap penurunan
diberi bimbingan dan arahan oleh guru ansietas. Sedangkan penelitian tentang
bimbingan dan konseling (BK) atau terapi suportif yang dilakukan oleh
bekerjasama dengan psikolog dalam Hernawaty (2009) diberikan pada keluarga
meningkatkan motivasi siswa. Selain itu yang memiliki anggota keluarga gangguan
dukungan psikologis juga dapat diperoleh jiwa. Penelitian mengenai terapi spesialis
dari teman sebaya. Penelitian yang pernah dilakukan untuk anak sekolah
menunjukkan bahwa dukungan teman adalah terapi kelompok terapeutik yang
sebaya dapat menurunkan ansietas siswa dilakukan oleh Pariaman (2010). Terapi ini
menjelang ujian nasional (Puspitasari, dilakukan pada klien sehat yang ditujukan
2010). pada kesiapan anak mencapai tugas
Hal lain yang tidak boleh diabaikan perkembangan secara optimal, dan
adalah aspek spiritual. Menurut Hawari dilakukan di luar lingkungan sekolah.
(2008) ajaran agama merupakan salah Di sekolah terapi kelompok
satu faktor yang dapat menjauhkan merupakan jenis terapi yang paling efektif
manusia dari perasaan ansietas, tegang untuk dilakukan (Hoag & Burlingame,
dan depresi. Pendapat senada juga 1997). Sasaran penelitian ini adalah siswa
dinyatakan oleh Daradjat (2000) bahwa SMA kelas XII. Berdasarkan tahap tumbuh
agama dapat memberikan jalan kepada kembang, siswa SMA berada pada tahap
manusia untuk mencapai rasa aman, rasa perkembangan remaja, dimana salah satu
130
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

cirinya adalah senang berinteraksi dengan meningkat jika dibandingkan dengan


kelompok sebaya (peer group). Remaja pencapaian tahun sebelumnya.
memiliki kecenderungan untuk lebih Kendala yang dialami oleh siswa
mudah menerima informasi dan mengikuti yang mempengaruhi hasil akhir tersebut
masukan yang diberikan oleh teman adalah ansietas yang cukup dirasakan
seusianya. oleh sebagian besar siswa, terutama
Terapi kelompok yang tepat mereka dengan prestasi sekolah yang
dilakukan untuk mengatasi masalah cukup baik. Berdasarkan latar belakang
ansietas siswa SMA adalah terapi suportif. tersebut maka dapat dirumuskan
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan pertanyaan penelitian sejauh mana
tiga pendekatan dasar: ekspresi perasaan, pengaruh terapi suportif terhadap ansietas
dukungan sosial, dan keterampilan siswa kelas XII di SMAN X dalam
manajemen kognitif. Menurut Spiegel menghadapi ujian nasional. Tujuan dari
(2000 dalam Shechtman, 2002) melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui
kebebasan mengekspresikan perasaan, pengaruh terapi suportif terhadap ansietas
anak menjadi lebih terbuka mempelajari siswa SMA dalam menghadapi ujian
keterampilan koping yang baru. Hal nasional, dan faktor-faktor yang
tersebut juga meningkatkan kemampuan berpengaruh terhadap ansietas siswa
anak beradaptasi terhadap situasi dalam menghadapi ujian nasional.
kehidupan, membangun kekuatan ego,
dan mengajarkan keterampilan METODE PENELITIAN
penyelesaian masalah (McCallum, 1999 Penelitian ini adalah penelitian
dalam Shechtman, 2002). Melihat kondisi quasi expermental dengan metode
di atas, maka peneliti tertarik untuk kuantitatif menggunakan desain Quasi
melakukan penelitian mengenai pengaruh experimental pre-post test with control
terapi suportif terhadap tingkat ansietas group dengan intervensi terapi suportif
siswa SMA dalam menghadapi ujian pada tanggal 4 sampai 11 April 2011.
nasional. Teknik pengambilan sampel dengan cara
SMAN X merupakan sekolah purposive sampling. Penelitian dilakukan
negeri di tingkat kecamatan yang berlokasi untuk menganalisis perubahan ansietas
di wilayah pedesaan dengan siswa kelas siswa kelas XII di SMAN X dalam
tiga sejumlah 204 siswa. Nilai rata-rata menghadapi ujian nasional dan
sekolah untuk semua mata pelajaran pada membandingkan antara kelompok yang
ujian nasional tahun 2010 adalah 5,75 mendapatkan terapi suportif dengan
dengan jumlah siswa yang tidak lulus kelompok yang tidak mendapatkan terapi
sebanyak tiga orang. Nilai ini melampaui suportif. Kelompok intervensi berjumlah 43
nilai batas lulus yang ditetapkan oleh responden dan kelompok kontrol
Departemen Pendidikan, namun terpaut berjumlah 39 responden. Analisis statistik
cukup jauh jika dibandingkan dengan yang dipergunakan yaitu univariat, bivariat,
sekolah negeri lainnya yang berada di dan multivariat dengan analisis t-test, Chi-
Kabupaten Purbalingga ataupun nasional. square, serta regresi linier ganda.
Beberapa tenaga mengajar
menyampaikan bahwa nilai tersebut sudah
131
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

HASIL DAN BAHASAN sistem pendukung yang digunakan siswa


Penelitian dilakukan terhadap 82 adalah belajar dengan saudara yang
responden (siswa kelas XII yang sama-sama menghadapi ujian, belajar
mengalami ansietas dalam menghadapi dengan kakak dan meminta keluarga untuk
ujian nasional) yaitu 43 responden yang menemani belajar pada malam hari.
mendapatkan terapi suportif (SMAN X) dan Hambatan yang dirasakan adalah suasana
39 responden yang tidak mendapat terapi rumah yang kurang kondusif untuk belajar
suportif (SMA X), dengan hasil sebagai terkait dengan tipe keluarga extended
berikut. Hasil yang diperoleh dari kegiatan family dan adanya anggota keluarga yang
terapi suportif. Sesi pertama, teridentifikasi kurang memahami kebutuhan dan
kemampuan siswa mengatasi ansietasnya, keinginan siswa, serta kewajiban untuk
yaitu dengan cara belajar lebih giat, mengurus anggota keluarga yang sakit.
melakukan kegiatan yang digemari (main Pada sesi empat, hampir seluruh respoden
game, jalan-jalan, olah raga), zikir dan telah mencoba apa yang telah didiskusikan
berdoa, serta melakukan nafas dalam. pada sesi sebelumnya, hambatan yang
Hambatan yang paling dirasakan siswa dialami saat menggunakan sumber
adalah malas, sulit konsentrasi saat pendukung baik di sekolah maupun di
belajar, dan suasana belajar yang kurang rumah telah dilakukan penyelesaiannya
kondusif. Sedangkan sumber pendukung meskipun hasil yang diperoleh belum
yang teridentifikasi oleh siswa adalah optimal sesuai dengan yang diharapkan.
adanya dukungan dari orang tua, teman Hasil analisis menunjukkan bahwa
spesial, teman di sekolah dan juga guru di ansietas siswa kelas XII dalam
sekolah. Sesi kedua, siswa mendiskusikan menghadapi UN sebelum pemberian terapi
penggunaan fasilitas yang ada di sekolah suportif setara (p-value > 0,025). Ada
sebagai sumber pendukung dan penurunan ansietas siswa dalam
bagaimana saling memberikan dukungan menghadapi ujian nasional (p-value <
antarteman. 0,025) sesudah pemberian terapi suportif.
Siswa memperagakan cara Hasil analisis menunjukkan bahwa rerata
berkomunikasi dengan guru saat ansietas siswa dalam menghadapi ujian
mengalami kesulitan dalam pelajaran, nasional pada kelompok yang diberikan
kemudian memberikan umpan balik. terapi suportif menurun dengan selisih
Hambatan yang dirasakan siswa adalah score ansietas lebih tinggi dibandingkan
tidak semua fasilitas di sekolah dapat kelompok yang tidak diberikan terapi
dimanfaatkan, hal ini terkait dengan jumlah suportif (p-value < 0,025). Hasil analisis
yang terbatas dan aturan yang dibuat oleh juga menunjukkan bahwa karakteristik
pihak sekolah. Hambatan lain adalah responden (jenis kelamin dan penghasilan
karakteristik guru yang tidak sesuai orang tua) berkontribusi terhadap siswa
dengan harapan siswa (galak, kurang dalam menghadapi ujian nasional (p-value
kreatif dalam mengajar, sibuk, dll). Sesi > 0,025). Keseluruhan hasil analisis diatas
ketiga diperoleh informasi mengenai terangkum dalam tabel 1 sampai dengan
sistem pendukung di luar sekolah. Adapun tabel 4.

132
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Karakteristik Kelompok Kelompok Jumlah


intervensi kontrol (N = 82)
(n = 43) (n = 39)
% % N %
1. Jenis Kelamin
a. Perempuan 32 74,4 29 74,4 61 74,4
b. Laki-laki 11 25,6 10 25,6 21 25,6
2. Bimbel
a. Tidak ikut bimbel 34 79,1 20 51,3 54 65,9
b. Ikut bimbel 9 20,9 19 48,7 28 34,1
3. Pendidikan Orang Tua
a. SD 12 25,6 16 41,0 28 34,1
b. SMP 13 27,9 7 17,9 20 24,4
c. SMA 14 41,9 12 30,8 26 31,7
d. PT 4 4,7 4 10,3 8 9,8
4. Penghasilan
a. <Rp. 765.000 22 51,2 23 59,0 45 54,9
b. Rp.765.000 -Rp.2.000.000 17 39,5 14 35,9 31 37,8
c. > p.2.000.000 4 9,3 2 5,1 6 7,3

Berdasarkan hasil analisis pada terapi suportif dengan selisih score


tabel di atas diketahui bahwa mayoritas ansietas lebih tinggi dari kelompok yang
responden berjenis kelamin perempuan tidak diberikan terapi suportif. Hal ini
sebanyak 61 siswa (74,4%), 54 (65,9%) disebabkan dalam terapi suportif terdapat
responden tidak mengikuti bimbingan tiga prinsip dasar yaitu ekspresi perasaan,
belajar, pendidikan orang tua paling dukungan sosial dan keterampilan
banyak adalah SD sebanyak 28 orang manajemen kognitif. Dukungan sosial dan
(34,1%), dan penghasilan orang tua ekspresi perasaan memberikan dorongan
dengan proporsi terbesar adalah keluarga emosi yang kuat bagi anggota kelompok
dengan penghasilan kurang dari Rp. dan mengembangkan sumber pendukung
765.000 sebesar 54,9%. yang baru bagi mereka (Spiegel, 2000
Ansietas siswa dalam menghadapi dalam Shechtman, 2002). Anggota
ujian nasional sebelum pemberian terapi kelompok responden dapat menceritakan
suportif berada pada tingkat ansietas pengalamannya, berrespon terhadap
sedang karena berada pada rentang 3,0- peristiwa yang dialami serta masalah-
3,4. Sedangkan setelah pemberian terapi masalah yang dihadapinya. Melalui
suportif kedua kelompok berada pada ekspresi perasaan, anggota kelompok
tingkat ansietas rendah karena berada merasa tidak mengalami masalah yang
pada rentang 1,0-2,9. Penurunan ansietas dihadapinya sendiri tetapi ada orang lain
terjadi pada kelompok yang diberikan yang mengalami hal serupa. Umpan balik

133
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

yang didapat dari anggota kelompok yang pasien terhadap situasi kehidupan,
lain akan membuatnya menyadari akan membangun kekuatan ego, dan
perilaku maladaptif yang selama ini kemampuan mempelajari keterampilan
dilakukan dan merubah pandangan serta penyelesaian masalah. Hal ini juga sesuai
perilaku kearah yang konstruktif. Pendapat dengan teori belajar behavioristik yang
senada juga diungkapkan oleh Videback menjelaskan bahwa perilaku terbentuk
(2008) yang menyatakan bahwa apabila melalui perkaitan antara stimulus dan
koping adaptif, maka individu tersebut respon, dimana perubahan perilaku lebih
dapat berada pada tingkat ansietas yang banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan
sehat (ansietas ringan), sebaliknya apabila (Surya, 2004). Lingkungan dalam terapi
koping individu maladaptif maka ansietas suportif adalah kelompok terapi suportif
individu akan membahayakan (ansietas beserta seluruh anggota dan terapis yang
berat atau panik). terlibat di dalamnya. Sedangkan dalam
Selain itu melalui kebebasan teori pembelajaran sosial kognitif
mengekspresikan perasaan, anggota menjelaskan bahwa pembelajaran terjadi
kelompok juga dapat lebih mudah karena adanya pengaruh lingkungan
mempelajari keterampilan koping yang sosial, dimana individu akan mengamati
baru (Spiegel, 2000 dalam Shechtman, perilaku lingkungannya sebagai model
2002). Pendapat senada dinyatakan oleh yang kemudian ditiru sehingga menjadi
McCallum (1999, dalam Shechtman, 2002) perilaku yang dimilikinya (Surya, 2004).
bahwa terapi suportif lebih cepat
meningkatkan kemampuan adaptasi

Tabel 2. Ansietas Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional Suportif pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol
Kelompok Ansietas Mean SD t P-
value
a.Sebelum 3,198 0,141 17,428 0,000
Intervensi b.Sesudah 2,377 0,361
Selisih 0,821 -0,220
a.Sebelum 3,180 0,144 10,373 0,000
Kontrol b.Sesudah 2,726 0,344
Selisih 0,454 -0,200

Keterampilan manajemen kognitif Supriyadi, 2001), proses belajar


dalam terapi suportif merupakan sebuah merupakan suatu proses, baik yang
proses pembelajaran. Dalam hal ini siswa berupa pemindahan maupun
belajar mengenai bagaimana mengelola penyempurnaan, sebagai proses,
sebuah stressor sehingga siswa mampu pendidikan akan melibatkan dan
beradaptasi dan berespon secara positif. mengikutsertakan bermacam-macam
Menurut Revesz (1998, dalam Jalal & komponen dalam rangka mencapai tujuan

134
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

yang diharapkan. Ahli lain menyatakan oleh siswa. Banyak siswa yang mengatasi
bahwa belajar adalah sebuah proses ansietasnya dengan meningkatkan
dengan metode-metode tertentu sehingga frekuensi beribadah yang dilakukan
orang memperoleh pengetahuan, dengan cara sholat, membaca al-quran,
pemahaman dan cara bertingkah laku berzikir dan berdoa. Kegiatan tersebut
yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, sesuai dengan ajaran agama yang dianut
1995). oleh siswa. Menurut Hawari (2008) ajaran
Hasil penelitian juga menunjukkan agama merupakan salah satu faktor yang
bahwa terapi suportif berpeluang dapat menjauhkan manusia dari perasaan
menurunkan ansietas siswa menjelang ansietas, tegang, dan depresi. Agama juga
ujian nasional sebesar 27,9% dengan dapat memberikan jalan kepada manusia
kontribusi jenis kelamin dan penghasilan untuk mencapai rasa aman, rasa tidak
orang tua. Hal tersebut berkaitan dengan takut, atau rasa ansietas menghadapi
waktu pelaksanaan terapi suportif yang persoalan hidup (Darajat, 2000). Hal ini
sangat singkat, dimana jarak antar sesi sesuai dengan penelitian yang dilakukan
sangat dekat sehingga kesempatan siswa oleh Mustikasari (2010) bahwa religiusitas
untuk mengulang kembali informasi yang menurunkan ansietas siswa dalam
diterima sangat terbatas. Idealnya suatu menghadapi ujian. Pendapat senada juga
proses pembelajaran akan mencapai hasil disampaikan oleh Durand & Bartow (2007)
yang optimal jika dilakukan secara bahwa ansietas dipengaruhi oleh beberapa
berulang. Sebagaimana disebutkan dalam faktor, salah satunya adalah religiusitas.
hukum pembelajaran bahwa rangsangan Religiusitas merupakan salah satu faktor
dan perilaku akan makin kukuh apabila yang paling mendasar dalam diri individu,
sering dilatih (Surya, 2004). yang mana faktor tersebut menyangkut
Sedangkan dari pelaksanaan kedekatan individu dengan Sang Maha
terapi suportif yang terdiri dari empat sesi Pencipta. Kedekatan tersebut dapat
teridentifikasi cara yang biasa dilakukan membuat seseorang tenang, aman
siswa untuk mengatasi ansietas, sumber sehingga rasa ansietas dapat dihindari.
pendukung dan hambatan yang dialami

Tabel 3. Selisih Nilai Ansietas Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Terapi Suportif pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
Kelompok Selisih p-value
Intervensi 0,821 0,000
Kontrol 0,454

Tabel 3 menunjukkan bahwa terbatasnya kesempatan fasilitas sekolah


perubahan nilai ansietas pada kelompok dan karakteristik guru yang tidak sesuai
yang diberikan terapi suportif lebih tinggi dengan harapan siswa (galak, kurang
dari kelompok yang tidak diberikan terapi kreatif dalam mengajar, sibuk, dll). Hal ini
suportif. Hambatan yang dirasakan siswa sesuai dengan yang dijelaskan oleh
dalam mengatasi ansietasnya adalah Sudrajat (2008) bahwa faktor pemicu

135
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

timbulnya ansietas pada siswa di sekolah (UAN) dan kemudian berganti menjadi
meliputi: faktor kurikulum, faktor guru, dan Ujian Nasional (UN) dari tahun 2005
faktor manajemen sekolah. Target hingga sekarang. Belum lagi sistem
kurikulum yang terlalu tinggi, iklim pelaksanaan yang juga berubah dengan
pembelajaran yang tidak kondusif, menjadi standar nilai kelulusan yang terus
faktor penyebab timbulnya ansietas yang meningkat setiap tahunnya (Nashir, 2010).
bersumber dari faktor kurikulum. Belum lagi siswa beradaptasi
Sebagaimana diketahui bahwa hampir mempersiapkan diri menghadapi ujian ia
setiap pergantian pemerintahan diiringi juga dihadapkan pada sebuah
dengan pergantian sistem pendidikan. ketidakkonsitenan sistem yang ada. Di
Sejak tahun 2000 hingga sekarang saja sadari atau tidak oleh penentu kebijakan,
sistem evaluasi pendidikan mengalami dua hal ini memberikan ansietas tersendiri bagi
kali pergantian istilah. Tahun 2002-2004 siswa sebagai objek yang melakoni
sistem ini disebut Ujian Akhir Nasional kebijakan tersebut.

Tabel 4. Faktor yang Berkontribusi terhadap Ansietas Siswa dalam Menghadapi Ujian
Nasional
Karakteristik Ansietas
Rresponden R R t p-
Square value
1. Terapi suportif 0,528 0,279 4,644 0,000
2. Jenis kelamin 2,469 0,016
3. Penghasilan orang tua -2,045 0,044

Sikap dan perlakuan guru yang Selama kegiatan pembelajaran guru juga
kurang kompeten merupakan sumber seyogyanya dapat mengembangkan
penyebab timbulnya ansietas pada diri sense of humor dirinya maupun peserta
siswa yang bersumber dari faktor guru didiknya. Penelitian yang dilakukan oleh
(Sudrajat, 2008). Pada diskusi kelompok Zulkarnain & Novliadi (2009) menunjukkan
disampaikan bahwa sebagian guru bahwa semakin tinggi sense of humor
monoton saat mengajar. Padahal informasi maka semakin rendah ansietas yang
yang baik (ilmu pengetahuan) tidak akan dialami.
diterima dengan baik jika disampaikan Kemampuan lain yang juga harus
dengan cara yang kurang tepat. Dalam hal dimiliki seorang guru adalah keterampilan
ini guru perlu mengembangkan mengenai dinamika kelompok, yaitu
kreativitasnya untuk menciptakan suasana kemampuan melakukan permainan atau
belajar yang menyenangkan. Salah ice breaking khususnya pada saat situasi
satunya adalah dengan menggunakan kelas kuranga kondusif. Guru juga dapat
strategi pembelajaran yang berpusat pada menggunakan pendekatan humanistik
siswa, yang memungkinkan siswa dapat dengan membina pola hubungan yang
mengekspresikan diri dan mengambil akrab, ramah, toleran, penuh kecintaan
peran aktif dalam proses pembelajaran. dan penghargaan dengan siswanya.

136
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

Selain itu sebagai tokoh panutan disekolah Sedangkan penurunan ansietas


guru juga seyogyanya berupaya yang terjadi pada kelompok yang tidak
menanamkan kesan positif di mata anak diberikan terapi suportif dapat disebabkan
didik dengan hadir sebagai sosok yang oleh informasi yang diterima siswa tentang
menyenangkan, ramah, cerdas, penuh aturan pelaksanaan ujian nasional. Apalagi
empati dan dapat diteladani (Sudrajat, pada tahun ini pemerintah memberikan
2008). kebijakan yang cukup menguntungkan
Iklim sekolah yang kurang siswa, dimana kelulusan tidak hanya
nyaman, serta sarana dan pra sarana ditentukan oleh nilai yang diperoleh dalam
belajar yang sangat terbatas merupakan ujian nasional tetapi juga nilai raport siswa
faktor pemicu terbentuknya ansietas pada pada semester sebelumnya. Selain itu
siswa yang bersumber dari faktor hasil tersebut juga dapat dipengaruhi oleh
manajemen sekolah. Masalah yang pemberian intervensi generalis ansietas.
dirasakan siswa adalah lingkungan yang Pada penelitian ini perubahan ansietas
kurang nyaman, tidak hanya dirasakan tidak hanya dipengaruhi oleh pemberian
siswa saat di sekolah tetapi juga saat terapi suportif, tetapi juga jenis kelamin
belajar di rumah, selain juga fasilitas yang siswa dan penghasilan orang tua. Hal ini
terbatas dari sisi kesempatan sejalan dengan pendapat Howritz (2002
menggunakan dan jumlah yang tersedia. dalam Townsend, 2009) yang menjelaskan
Pihak sekolah dapat melakukan bahwa jenis kelamin mempengaruhi
pengembangan manajemen sekolah yang ansietas, dimana angka ansietas lebih
memungkinkan tersedianya sarana dan tinggi terjadi pada wanita daripada pria.
prasarana pokok yang dibutuhkan untuk Hasil penelitian yang dilakukan oleh
kepentingan pembelajaran siswa, seperti Zulkarnain dan Novliadi (2009) pun
ketersediaan alat tulis, tempat duduk, menunjukkan bahwa ansietas saat ujian
ruangan kelas dan sebagainya. Di lebih banyak dialami oleh perempuan
samping itu, di sekolah juga perlu daripada laki-laki.
diciptakan lingkungan yang nyaman dan Pendapat senada dikemukakan
terbebas dari gangguan dengan oleh Gunadi (2002), yang mengatakan
menerapkan disiplin yang manusiawi. Hal bahwa perempuan lebih peka dengan
lain yang juga penting adalah menghindari emosinya, yang pada akhirnya peka juga
bentuk tindakan kekerasan fisik maupun terhadap perasaan ansietasnya. Gunadi
psikis, baik yang dilakukan oleh guru, (2002) juga mengatakan bahwa ansietas
teman maupun orang-orang yang berada tidak hanya dipengaruhi oleh faktor emosi,
di luar sekolah. Masalah psikologis yang tetapi juga dipengaruhi oleh faktor kognitif.
dialami siswa di sekolah dapat ditangani Perempuan cenderung melihat peristiwa
dengan mengoptimalkan pelayanan yang dialaminya dari segi detail,
bimbingan dan konseling. Pelayanan sedangkan laki-laki cenderung berfikir
bimbingan dan konseling dapat dijadikan secara global. Individu yang melihat lebih
sebagai kekuatan inti di sekolah guna detail, akan lebih mudah mengalami
mencegah dan mengatasi ansietas pada ansietas karena informasi yang dimiliki
siswa (Sudrajat, 2008) lebih banyak, hal tersebut pada akhirnya
dapat menekan perasaannya.
137
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

Adanya pengaruh penghasilan terapi ini membatasi responden untuk


orang tua terhadap ansietas siswa sesuai melakukan internalisasi terhadap informasi
dengan pendapat Tarwoto & Wartonah yang diterima, yang tentunya turut
(2003) bahwa status ekonomi dan mempengaruhi hasil akhir yang dicapai
pekerjaan akan mempengaruhi timbulnya oleh responden. Hambatan ini juga
stress dan lebih lanjut dapat mencetuskan disebabkan karena peneliti melakukan
terjadinya ansietas. Individu dengan sendiri intervensi terapi generalis dan
tingkat ekonomi rendah memiliki stressor terapi suportif. Keterbatasan lainnya
terhadap kehidupan lebih tinggi daripada adalah perbedaan karakteristik sekolah
individu dangan tingkat ekomoni tinggi. yang menjadi kelompok intervensi dan
Saat ini untuk menempuh pendidikan kelompok kontrol. Dimana kelompok
diperlukan biaya yang tidak sedikit, intervensi merupakan sekolah negeri yang
meskipun pemerintah telah memfasilitasi berada di pedesaan sedangkan kelompok
dengan meningkatkan anggaran kontrol merupakan sekolah swasta yang
pendidikan sebesar 20% dari anggaran berlokasi di perkotaan.
pendapatan dan belanja negara. Kondisi
inilah yang meningkatkan tuntutan orang SIMPULAN DAN SARAN
tua terhadap anak. Kekhawatiran yang Berdasarkan hasil penelitian yang
muncul adalah jika anak gagal dalam ujian diperoleh dapat dibuat beberapa simpulan.
nasional maka anak harus menambah satu Karakteristik responden yang terlibat
tahun masa studinya di SMA. Hal tersebut dalam penelitian mayoritas berjenis
tentunya akan menambah kebutuhan kelamin perempuan, tidak mengikuti
keluarga yang semestinya dapat bimbingan belajar, orang tua memiliki latar
dialokasikan untuk kebutuhan lain jika belakang pendidikan dasar (SD dan SMP),
anak dapat menamatkan pendidikannya. dan orang tua memiliki penghasilan di
Apalagi jika keluarga berharap setelah bawah upah minimum regional (UMR).
anaknya tamat SMA, anak dapat langsung Sebelum dilakukan terapi suportif, ansietas
bekerja guna membantu perekonomian siswa dalam menghadapi ujian nasional
keluarga. Hal ini didukung oleh penelitian pada kelompok yang mendapat terapi
yang melibatkan berbagai budaya (cross suportif dan kelompok yang tidak
cultural research) membuktikan bahwa mendapat terapi suportif berada pada
makin besar peran sebuah ujian, makin tingkat ansietas sedang.
besar pula tingkat ansietas yang Setelah dilakukan terapi suportif
ditimbulkannya terhadap peserta ujian terjadi penurunan ansietas siswa dalam
(Hasan, 2009). menghadapi ujian nasional secara
Salah satu hal yang menurut bermakna pada kelompok yang mendapat
peneliti menjadi penghambat adalah waktu terapi suportif dan tidak mendapat terapi
pelaksanaan penelitian yang sangat suportif. Kelompok yang mendapatkan
pendek dan mendekati ujian nasional, terapi suportif dan tidak mendapat terapi
sehingga terapi suportif yang terdiri dari suportif sama-sama mengalami penurunan
empat sesi diberikan dalam waktu enam ansietas secara bermakna dari tingkat
hari dan diantara kegiatan belajar ansietas sedang menjadi ansietas ringan.
mengajar. singkatnya waktu pelaksanaan Kelompok yang mendapat terapi suportif
138
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

mengalami penurunan ansietas secara Terapi Suportif sebagai salah satu


bermakna dengan selisih score yang lebih program terapi di sekolah untuk mengatasi
tinggi daripada kelompok yang tidak masalah ansietas siswa dalam
mendapat terapi suportif. menghadapai ujian nasional dan
Mekanisme koping yang mensosialisasikan kepada institusi
digunakan oleh siswa untuk mengatasi pendidikan di kabupaten Purbalingga
masalah ansietas dalam menghadapi ujian dalam meningkatkan kualitas pendidikan
nasional adalah meningkatkan frekuensi melalui optimalisasi peran guru bimbingan
kegiatan ibadah (sholat, berdoa, dan zikir) dan konseling. Spesialis Keperawatan
dan melakukan aktivitas yang digemari Jiwa bekerjasama dengan dinas
(main game, jalan-jalan, dan olah raga). pendidikan dengan melakukan pelatihan
Sumber pendukung yang dimiliki siswa terapi suportif bagi guru BK untuk
adalah orang tua, teman di sekolah dan di mengatasi masalah ansietas siswa dalam
luar sekolah, serta guru. Sedangkan menghadapi ujian nasional dilanjutkan
hambatan bagi siswa dalam mengatasi supervisi terjadwal untuk pelaksanaan
masalah ansietas adalah rasa malas, sulit terapi suportif. Spesialis keperawatan jiwa
konsentrasi saat belajar, suasana belajar dapat menerapkan terapi suportif pada
yang kurang kondusif, fasilitas yang siswa yang mengalami ansietas dalam
kurang memadai serta karakter guru yang menghadapi ujian nasional pada wilayah
tidak sesuai dengan harapan siswa. yang berbeda dengan memperhatikan
Analisis multivariat menunjukkan ada karakteristik responden ditinjau dari jenis
kontribusi karakteristik responden terhadap kelamin dan penghasilan orang tua.
ansietas siswa dalam mengghadapi ujian Pihak pendidikan tinggi
nasional. Perubahan ansietas siswa dalam keperawatan hendaknya lebih
menghadapi ujian nasional dipengaruhi mengeksplorasi konsep dan teori
oleh faktor jenis kelamin dan penghasilan keperawatan jiwa terkait pelaksanaan
orang tua, selain pemberian terapi suportif terapi suportif meliputi: perlunya
dengan peluang perubahan sebesar memberikan terapi suportif setelah
27,9%. melakukan terapi generalis yang dapat
Saran dalam penelitian ini peneliti dilakukan dalam bentuk kelompok; terapi
melakukan sosialisasi hasil penelitian suportif dilakukan dalam rentang waktu 4-6
tentang Terapi Suportif kepada Dinas minggu dengan jarak antar sesi 3-6 hari
Pendidikan Kabupaten Purbalingga dan untuk memberikan kesempatan bagi
Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga anggota kelompok melakukan internalisasi;
terkait dengan hasil penelitian meliputi: serta perlunya diperhatikan faktor jenis
mekanisme koping dan sumber pendukung kelamin dan penghasilan orang tua dalam
yang dimiliki siswa untuk mengatasi membentuk kelompok terapi. Pihak
masalah ansietas dalam menghadapi UN pendidikan tinggi keperawatan sebaiknya
dengan hambatan-hambatannya, serta mengeksplorasi lebih dalam mengenai
pemberian terapi suportif sebagai terapi screening untuk masalah ansietas terkait
yang efektif untuk membantu mengatasi dengan jenis kelamin dan penghasilan
masalah tersebut. Dinas Pendidikan orang tua. Perlu diteliti lebih lanjut tentang
Kabupaten Purbalingga menetapkan faktor perancu lain yang dapat
139
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

mempengaruhi keberhasilan terapi suportif Cannistraro, Paula, & Rauch, S.L. (2004).
sebagai salah satu metode pendekatan Neural circuity of anxiety: evidance
penyelesaian masalah siswa disekolah from structural and functioning neuro
terkait dengan ansietas dalam menghadapi imaging studies.
ujian. Perlu dilakukan penyempurnaan http://www.medworkmedia.com/psych
pelaksanaan terapi suportif terkait dengan opharbuletin/pdf/15/2008.025PB
waktu pelaksanaan dan antisipasi terapis Ant.cannistraro.pdf.
terhadap faktor perancu (jenis kelamin dan Chien, W.T., Chan, S.W.C., & Thompson,
penghasilan orang tua) untuk menjadikan D.R. (2006). Effects of a mutual
terapi ini sebagai salah satu model support group for families of chinese
pelayanan keperawatan jiwa. people with schizophrenia: 18-months
Perlu melibatkan tenaga dengan follow-up. http://bjp.rcpsych.org,
kompetensi yang sesuai saat melakukan Copstead, L.C. & Banasik, J.L. (2000).
intervensi keperawatan dalam kegiatan Pathofisiology (2nd ed.). Philadelphia:
penelitian, sebagai antisipasi dalam W.B. Saunders Company.
mengatasi keterbatasan waktu Daradjat, Z. (2000). Ilmu jiwa agama.
pelaksanaan terapi. Peneliti hendaknya Jakarta: Bulan Bintang.
mempertimbangkan pemilihan lokasi Dida. (2010). Pentingnya pendidikan anak
penelitian untuk dapat memenuhi usia dini di indonesia. Diakses dari
kesetaraan dan kemungkinan peneliti sadidadalila.wordpress.com/.../penting
menjangkau lokasi dengan waktu nya-pendidikan-anak-usia-dini-
penelitian yang tersedia. Pada penelitian diindonesia
selanjutnya sebaiknya pengukuran Djiwandono. (2002). Psikologi pendidikan.
dilakukan tidak hanya di awal dan diakhir, Jakarta: Grasindo.
tetapi juga ditengah kegiatan terapi Driscoll. R. (2007). Westside test anxiety
(setelah diberikan terapi generalis dan scale validation. Diakses dari
sebelum dilakukan terapi spesialis) untuk http://www.amtaa.org/res/svtxt.html
mengetahui dampak terapi terhadap Durand, W. & Bartow, D. (2007). Intisari
perubahan ansietas yang dialami siswa psikologi abnormal buku kedua
secara lebih spesifik. EdisiKeempat. Yogyakarta: Pustaka.
Fiandini, S.P. (2011). Pengaruh pemberian
DAFTAR PUSTAKA teknik relaksasi nafas dalam terhadap
American Group Psychotherapy tingkat kecemasan pasien pra operasi
Association. (2007). Group works! di ruang bedah RSD dr. Soebandi
information about group Jember. Tesis. Tidak dipublikasi.
psychotherapy. Diakses: Fontaine (2009). Mental health nursing (6th
http://www.agpa.org/group/consumers ed.). New Jersey: Pearson Prentice.
guide2000. Fortinash, K,M. & Warret, P.A.H. (2004).
Ankrom, S. (1998). How to use thought Psychiatric mental health nursing (3rd
stopping reduced anxiety. ed.). St. Louis: Mosby.
http://.anxietydisorders.nationalmental Hasan, D.C. (2009). Sisi lain dari ujian
healthinformationcenter.htm. nasional. Diakses dari

140
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

http://kupang.tribunnews.com/printnew Millatina, A. (2010). Pengaruh bimbingan


s/artikel/29839. belajar terhadap kecemasan siswa
Hastono, S.P. (2007). Analisis data dalam menghadapi ujian nasional.
kesehatan. Fakultas Kesehatan Skripsi. Tidak dipublikasi.
Masyarakat Universitas Indonesia Mustikasari, K. (2010). Hubungan
(tidak dipublikasikan). religiusitas dengan kecemasan pada
Hawari, D. (2008). Manajemen stres, siswa kelas XII SMU Negeri 5
cemas dan depresi. Penerbit FKUI. Surakarta yang akan menghadapi
http://www..neila.sttt.ugm.acid/wordpre ujian nasional. Skripsi. Tidak
ss/wp.content/apload/2008/05/relaksas dipublikasi.
i otot.pdf Nashir. (2010). Ujian nasional dan
Hernawaty, T. (2009). Pengaruh terapi sejarahnya. Diakses
suportif terhadap kemampuan http://nashir.tk/ujiannasional.html
keluarga merawat klien gangguan jiwa Nemeroff, C. (2004). The role of GABA in
di Kelurahan Bogor Barat. Tesis. Tidak the pathophysiology and treatment of
dipublikasi. anxiety disorder. Atlanta: Univercity
Hidayat, A. (2007). Riset keperawatan dan School of Medicine.
teknik penulisan ilmiah (edisi 2). Nichols, M. (2008). Group therapy: is it
Jakarta: Salemba Medika. right for you? Diakses dari
Hoag, M.J. & Burlingame, G.M. (1997). http://anxietypanichealth.com/2008/07/
Evaluating the effectiveness of child 31/group-therapy-is-it-right-for-you/
and adolescents group treatment: A Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi
meta-analysis review. Journal of penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Clinical Child Psychology, 26, 234- Cipta.
246. Notoatmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan
Hunt. (2004). A resource kit for self dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka.
help/support groups for people Pandji. (2010). Firlandia negara yang
affected by an eating disorder. memiliki sistem pendidikan terbaik di
http://www.medhelp.org/njgroups/volun dunia. Diakses dari
teer Guide.pdf. pandjiwinoto.co.cc/.../firlandia-negara-
Issacs, A. (2005). Lippincotts review yang-memiliki-sistem-pendidikan-
series: mental health and psychiatric terbaik-di-dunia/ -
nursin (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott Prawitasari, J.E. (2002). Psikoterapi:
Williams & Wilkins. pendekatan konvensional dan
Kaplan & Saddock (2005). Synopsis of kontemporer. Yogyakarta: Unit
psychiatric science clinical psychiatri. Publikasi Fakultas Psikologi UGM.
Baltimore: Williamn & Wilkins. Pugh, D. (2008). The difference between
Keliat, dkk. (2005). Modul basic course group psychotherapy and support
community mental health nursing. groups. Diakses dari
Kerjasama FIK-UI dan WHO. http://www.dawnpugh.com/2008/11/25/
Maramis, W.F. (2006). Catatan ilmu the-difference-between-group-
kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga psychotherapy-and-support-
Universitas Press. groups/ruari
141
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013

Puspitasari, Y.P., Abidin, Z, & Sawitri, D.R. Surya, M. (2004). Psikologi pembelajaran
(2010). Hubungan antara dukungan dan pengajaran. Bandung: Pusaka
sosial teman sebaya dengan Bany Quraisy.
kecemasan menjelang ujian nasional Sutejo. (2009). Pengaruh logoterapi
(UN) pada siswa kelas XII reguler kelompok terhadap ansietas pada
SMA Negeri I Surakarta. Skripsi. penduduk pasca gempa di Kabupaten
Diakses dari Klaten Propinsi Jawa Tengah. Tesis.
http://eprints.undip.ac.id/24776/1.pdf Tidak dipublikasi.
Sabri, L. & Hastono, S.P. (2010). Statistik Synder, M. & Lyndquist, R. (2002).
kesehatan (Edisi keempat). Jakarta: Complementary/alternative therapies
Rajawali Pers. in nursing (4th ed). New York: Spinger
Sanjaya, K. (2010). Perwajahan ujian Publising Company.
nasional: ada sisi baiknya. Dari Tarwoto & Wartonah. (2003). Kebutuhan
indonesiaeducate.org/author/sanjaya dasar manusia & proses keperawatan.
Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2010). Jakarta: salemba Medika.
Dasar-dasar metodologi penelitian Townsend, M.C. (2009). Psychiatric mental
klinis. Jakarta: Sagung Seto. health nursing: concepts of care in
Shechtman, Z. (2002). Child group evidence-based practice (6th ed.).
psychotherapy in the school at the Philadelphia: F.A. Davis Company.
threshold of a new millennium. Journal Varcarolis, E.M. et al. (2006). Foundations
of Counseling and Development, of psychiatric mental health nursing: a
80(3). 293-300. clinical approach. St. Louis: Saunders.
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Videbeck, S.L. (2006). Psychiatric mental
Principles and practice of pshychiatric health nursing. (3rd ed.). Philadelphia:
nursing (8th ed.). Louis Missouri: Lippincott Williams & Wilkins.
Mosby Elsevier. Pariaman. (2010). Pengaruh terapi
Stuart, G.W. (2009). Principles and kelompok terapeutik terhadap
practice of pshychiatric nursing (9th perkembangan industri anak usia
ed.). Louis Missouri: Mosby Elsevier. sekolah di panti sosial asuhan anak
Sudrajat, A. (2008). Mencegah kecemasan kota bandung tahun 2010. Tesis. Tidak
siswa di sekolah. Diakses dari dipublikasi.
akhmadsudrajat.wordpress.com/upaya Wilkinson, J.M. (2007). Buku saku
-mencegah-kecemasan-siswa diagnosis keperawatn dengan
Suliswati, dkk. (2005). Konsep dasar intervensi NIC dan kriteria hasil NOC
keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: (Edisi 7). Alih bahasa Widyawati, dkk.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: EGC.
Suprihatin, L. (2010). Pengaruh terapi Yani, A. (2000). Buku asuhan keperawatan
thought stopping dan progressive jiwa. Jakarta: EGC.
muscle relaxation terhadap ansietas Zulkarnain dan Novliadi, F. (2009). Sense
pada klien dengan gangguan fisik di of humor dan kecemasan menghadapi
RSUD Dr. Soedono Madiun. Tesis. ujian di kalangan mahasiswa. Majalah
Tidak dipublikasi. Kedokteran Nusantara, 42(1),48-54.

142

You might also like