You are on page 1of 12

1.

NEKROSIS PULPA DAN FRAKTUR


Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang merupakan proses lanjutan dari
inflamasi pulpa akut/kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat trauma.
Nekrosis pulpa dapat terjadi parsialis ataupun totalis3. Ada 2 tipe nekrosis pulpa, yaitu:
1. Tipe koagulasi
Pada tipe ini ada bagian jaringan yang larut, mengendap dan berubah menjadi bahan
yangpadat.
2. Tipe liquefaction
Pada tipe ini, enzim proteolitik merubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan yang lunak
atau cair3. Pada setiap proses kematian pulpa selalu terbentuk hasil akhir berupa H2S,
amoniak, bahan-bahan yang bersifat lemak, indikan, protamain, air dan CO2. Diantaranya
juga dihasilkan indol, skatol, putresin dan kadaverin yang menyebabkan bau busuk pada
peristiwa kematian pulpa. Bila pada peristiwa nekrosis juga ikut masuk kuman-kuman yang
saprofit anaerob, maka kematian pulpa ini disebut gangren pulpa.
PATOFISIOLOGI NEKROSIS PULPA
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki
kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk mengadakan
pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila terjadi inflamasi kronis pada jaringan
pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa maka akan menyebabkan
kematian pulpa/nekrosis pulpa. Hal ini sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam
mengusahakan pemulihan atau penyembuhan. Semakin luas kerusakan jaringan pulpa yang
meradang semakin berat sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan vitalitasnya.
Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteria pada
jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan lingkungan
oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal ini memudahkan
infeksi bacteria ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Apabila
tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan dapat
terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis
pulpa. Dentinal tubules dapat terbentuk sebagai hasil dari operative atau restorative procedure
yang kurang baik atau akibat restorative material yang bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan
karena fraktur pada enamel, fraktur dentin, proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari dentinal
tubules inilah infeksi bakteria dapat mencapai jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan.
Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan karena proses trauma, operative procedure
dan yang paling umum adalah karena adanya karies. Hal ini mengakibatkan bakteria
menginfeksi jaringan pulpa dan terjadi peradangan jaringan pulpa.
Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat menyebabkan
nekrosis pulpa dalam waktu yang segera yaitu beberapa minggu. Pada dasarnya prosesnya
sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya
menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat menyebabkan obstruksi pembuluh
darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya dilatasi pembuluh darah
kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan degenerasi kapiler dan terjadi
edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia
infark sebagian atau total pada pulpa dan menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi
rendah. Hal ini memungkinkan bakteri untuk penetrasi sampai ke pembuluh dara kecil pada
apeks. Semua proses tersebut dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.

2. KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur dan Trauma pada gigi
Klasifikasi menurut :
Ellis (Dr. Finn)
Sommor
Angle
Ellis (Grossman et al, 1988)
Heithersay & Morile
WHO(1978)
Modifikasi WHO (Andreasen)

KLASIFIKASI FRAKTUR :
1. Gigi anterior oleh karena trauma menurut ELLIS (FINN):
Ada 9 klas.
a. Fraktur simpel : fraktur hanya email atau hanya melibatkan sedikit dentin.
b. Fraktur klas II : fraktur mengenai jaringan dentin tetapi pulpa belum terkena.
c. Fraktur kias III : fraktur gigi yang mengenai dentin dan pulpa sudah terkena.
d. Fraktur kias IV : fraktur karena trauma sehingga gigi menjadi non vital, dapat atau
tanpa disertai hilangnya struktur mahkota gigi.
e. Fraktur kias V : fraktur karena trauma yang menyebabkan terlepasnya gigi
tersebut.
f. Fraktur kias VI : fraktur akar gigi tanpa atua diserta hilangnya struktur mahkota
gigi.
g. Fraktur klas VII : pindahnya tempat gigi tanpa disertai fraktur akar maupun
mahkota.
h. Fraktur KIas VIII : fraktur mahkota disertai dengan perubahan tempat gigi ybs.
i. Fraktur klas IX : khusus untuk gigi decidui, di mana trauma akan menyebabkan
kerusakan gigi tsb.

2. Klasifikasi fraktur menurut ELLIS (GROSSMAN DKK 1988)


6 kelompok dasar :
a. Fraktur kias I : fraktur email.
b. Fraktur kias II : fraktur dentin, pulpa belum terbuka.
c. Fraktur klas III : fraktur mahkota disertai pulpa terbuka.
d. Fraktur klas IV : fraktur akar.
e. Fraktur kias V : gigi Iuksasi.
f. Fraktur klas VI : gigi intrusi.

3. Klasilkasi fraktur menurut HEITHERSAY & MORILE


Klasifikasi fraktur subgingival faktur gigi hubungannya fraktur horizontal dengan tingkatannya
periodoantiourn
KIas I : garis fraktur tidak dibawah attached gingiva.
KIas II: garis faktur dibawah attached gingiva, tetapi tidak di bawah alveolar crest.
Kias III : garis fraktur di bawah alveolar crest.
Kias IV: garis frakturdi bawah dengan fraktur aka 1/3 coronal.

4. Klasifikasi fraktur menurut WHO (1978) nomor sesuai klasifikasi penyakit


Internasional.
873.60. fraktur email
873.61. fraktur mahkota melibatkan email dan dentin, pulpa belum terbuka.
87362. fraktur mahkota dengan pulpa terbuka.
873.63. fraktur akar.
873.64. fraktur mahkota-akar.
873.66. Iuksasi gigi.
873.67. gigi instrusi/ekstrusi.
873.68. gigi avulasi (gigi yang as-nya berubah).
873.69. luka yang lain disertai sobeknya jaringan lunak dimodifikasi
oleh ANDREASEN

5. Modifikasi klas fraktur menurut WHO (ANDREASEN)


873.64 : - fraktur mahkota-akar tidak komplit dan pulpa belum terbuka
- fraktur mahkota-akar komplit dengan pulpa terbuka.
873.66 : - gigi gegar/remuk. Luka jaringan pendukung gigi tanpa
goyahnya/perpindahan gigi abnormal sensitif terhadap perkusi.
- gigi subluksasi disertai gigi goyah abnormal tetap tanpa perpindahan
gigi.
- Luksasi-lateral/aksial dan poket.

6. Klasifikasi fraktur menurut ANGLE : 7 kelas.


a. Gigi yang terkena trauma dengan mahkota dan akar masih utuh.
b. Fraktur mahkota gigi, pulpa belum terbuka
c. Fraktur mahkota gigi disertai terbukanya pulpa gigi.
d. Fraktur mahkota gigi yang telah meluas ke daerah subgingival.
e. Fraktur akar gigi dengan atau tanpa ilangnya struktur mahkota gigi.
Ada 2 divisi : I. Fraktur Horizontal, II. Fraktur Vertikal = CHISEL FRAKTUR.
f. Perpindahannya letak gigi dengan atau tanpa fraktur.
Ada 2 divisi : I. Letak gigi tersebut hanya sebagian saja yang pindah (tilting),misal ke arah
labial, lingual, extruksi, intrusi, Il. Keseluruhan gigi pindah (BODILY).
g. Kerusakan gigi karena trauma, pada gigi decidui.

7. Klasifikasi fraktur menurut SOMMER.


Di sini tidak merupakan klas tetapi TIPE.
Type 1: Fraktur pada gigi anterior yang berbentuk miring atau obliqua (mahkota
gigi).
Tipe 2 : Fraktur pada mahkota gigi anterior bentuk horizonta.
Tipe 3 : Fraktur pada mahkota gigi yang berbentuk vertikal.
Tipe 4 : Fraktur pada dinding lingual molar R3.
Tipe 5 : Fraktur pada dinding bukal gigi P & M RA.

Pada fraktur obliqua atau simple dapat dilakukan rencana perawatan yaitu :
1. Mahkota Jaket.
2. Restorasi Inlei, di mana reparasi pada bagian palatinal tanpa Dove Tail
(TAFEL INLAY) = PIN INLAY.
3. Restorasi kLas IV Inlay + incisal lock
+ labial window
4. Tumpatan Resin komposit T. ETSA

3. Perawatan Saluran Akar Gigi

Perawatan Saluran Akar Gigi adalah pengambilan seluruh jaringan pulpa dari
rongga pulpa suatu gigi

Indikasi Pengertian Perawatan Saluran Akar Gigi:


* Pulpitis irreversibel
* Terbukanya pulpa karena karies, atrisi, erosi, abrasi, dan trauma.
* Pengambilan seluruh jaringan pulpa untuk keperluan pembuatan restorasi di dalam
saluran akar (post-type crown).
Tahapan Perawatan Saluran Akar Gigi (PSA):
* Preparasi intrakoronal
* Pulp debridement
* Pengukuran panjang kerja
* Preparasi saluran akar
* Sterilisasi saluran akar
* Tes bakteri
* Obturasi saluran akar

Kontraindikasi Perawatan Saluran Akar Gigi (PSA):


* Kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga panjang akar
* Foramen apikal terbuka lebar
* Perforasi permukaan akar
* Resorbsi yang luas
* Gigi dengan saluran akar tidak dapat dipreparasi

Indikasi Perawatan Saluran Akar Gigi (PSA):


* Gigi vital normal
* Gigi vital terinfeksi
* Gigi non vital (nekrosis)

PREPARASI KAMAR PULPA


-bagian palatinal gigi dibuka dengan round-bur arah tegak lurus sejajar aksis gigi sampai
perforasi ke kamar pulpa
-Prinsip :
a. Outline form
b. Convinience form
c. Removal of remaining carry out dentin and defective restoration
d. Toilet of the cavity
-Dinding kavitas diratakan dengan tapered fissure bur, sampai bentuk divergen ke arah incisal

1. Menentukan titik pengeburan.

2. Pada gigi Premolar terletak pada mahkota palatinal.

3. Mengebor dengan round bur.


4. Setelah email tertembus, posisi bur di rubah
- pangkal bur didekatkan ke incisal
- supaya tidak mengurangi dinding labial
- gigi tidak mudah patah

5. Buang atap dan tanduk pulpa

6. Buat convenient form dengan fissure bur


- gerakan fissure dari dalam ke luar
-agar tidak mengurangi dinding labial

7 . Lakukan test convenient form dengan menggunakan sonde lurus


8. Kira-kira penampang palatinal seperti ini

9. Gigi siap dilakukan preparasi biomekanis.

10 Panjang kerja pada apex muda kira-kira 0,5 mm dari ujung akar.

11. Panjang kerja pada apex tua kira-kira 0,75 mm

PULP DEBRIDEMENT
-Pengambilan jaringan pulpa dengan ekskavator sampai orifice. Gunakan probe endodontic
untuk mencari orifice.
-Eksplorasi saluran akar untuk mencari jalan masuk ke saluran akar melalui orifice dengan
smooth broach atau jarum miller.
-Ekstirpasi jaringan pulpa saluran akar dengan cara jarum ekstirpasi / barbed broach
dimasukkan sedalam 2/3 panjang saluran akar Kemudian putar 180 searah jarum jam lalu
ditarik keluar .
PENGUKURAN PANJANG KERJA
Metode pengukuran yang digunakan ialah metode radiograf secara langsung
Caranya:
1.Mengukur panjang gigi estimasi pada radiograf diagnostik (radiograf preoperatif) pasien,
yaitu dari foramen apikal sampai ke titik referensi.
2.Panjangnya kemudian dikurangi 1mm, sebagai faktor pengaman, karena kemungkinan
terjadi distorsi pada waktu pengambilan radiograf
3.Ukur instrumen (file atau reamer) yang akan dipakai untuk mengukur panjang kerja
kemudian diberi stopper.
4.Masukkan instrumen tadi ke dalam saluran akar hingga stopper terletak pada titik
referensinya.
5.Buat radiograf lagi
6.Ukur selisih instrumen dengan foramen apikalis pada radiograf. Selisih ini kemudian
ditambahkan panjang instrumen yang masuk saluran akar. Angka ini merupakan panjang gigi
7.Dari perhitungan di atas didapatkan:
Panjang kerja = panjang gigi 1 mm
Panjang kerja ini yang akan digunakan untuk preparasi saluran akar.

PREPARASI SALURAN AKAR SECARA STEP-BACK


a.Preparasi tahap pertama (1/3 apikal)
Tentukan initial file yang merupakan file terbesar yang dapat masuk saluran akar sesuai
dengan PK sebelum saluran akar di preparasi. Pasang rubber stop pada file mulai nomor kecil
pada gigi sampai batas rubber stop. Bila terasa longgar masukkan file nomor berikutnya
begitu seterusnya hingga file tidak dapat masuk sesuai PK nya.
File yang masuk tepat sesuai dengan PK, diputar lalu tarik secara reaming (bolak-balik) -
putaran 2-3 kali hingga terasa longgar.
Irigasi, kemudian masukkan file nomer yang lebih besar lalu irigasi lagi dengan NaOCl
2,5%.
Lakukan hingga 3 no diatasnya dengan PK sama dengan rekapitulasi file dengan ukuran
yang lebih kecil
File terakhir adalah MAF yang besarnya minimal 3 nomor di atas initial file.

b.Preparasi tahap dua / Badan saluran akar


Masukkan file satu nomer di atas MAF dengan mengurangi PK sebanyak 1 mm
kemudian rekap dengan MAF dan PK semula lalu irigasi.
Masukkan file dengan nomer lebih besar dan PK dikurangi 1 mm.Rekap dengan MAF dan
PK semula lalu irigasi
Lakukan preparasi sampai 3 sd 4 nomer di atas MAF dengan mengurangi 1 mm setiap
kenaikan nomer file lakukan rekapitulasi dengan MAF dengan PK awal setiap pergantian
nomer file yang lebih besar dan diirigasi.
Irigasi dilakukan setiap pergantian instrumen dengan bahan irigasi : NaOCl 5% dan H2O2
3%. Cara peggunaan bahan irigasi bergantian diawali dan diakhiri dengan NaOCl 5%.

c.Finishing
Bagian tengah saluran akar dipreparasi dengan hedstroem file
Bagian koronal dipreparasi dG gates glidden drill utk membentuk coronal flaring (corong)
dapat diganti dengan hedstroem file
Preparasi saluran diakhiri dengan K file untuk menghaluskan dinding saluran akar.
Saluran akar dikeringkan dengan paperpoint
OBTURASI
Obturasi siap dilakukan setelah saluran akar dibersihkan dan dipreparasi sesuai dengan
ukuran dan kelembaban yang optimum. Menurut Grossman, material saluran akar dibagi
menjadi material plastis, solid, semen, dan pasta. Grossman juga menyatakan bahwa terdapat
10 syarat material saluran akar yang ideal, yang berlaku untuk material metal, plastis dan
semen, yaitu:
1. harus mudah dimasukkan ke saluran akar
2. harus dapat mengisi dinding lateral saluran akar
3. mengalami pengerutan setelah dimasukkan kedalam saluran akar
4. Harus tahan terhadap kelembaban
5. Bersifat bakteriostatik, atau dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
6. Bersifat radiopak
7. tidak member perwarnaan terhadap struktur gigi
8. tidak mengiritasi jaringan periradikular
9. bersifat steril
10. Mudah dikeluarkan dari saluran akar jika dibutuhkan

TEKNIK PENGISIAN SALURAN AKAR

Gigi Sulung
Teknik single cone
Teknik pengisian saluran akar untuk teknik preparasi secara konvensional
Tahapan :
- Pencampuran pasta saluran akar petunjuk pabrik
- Pasta diulaskan pada jarum lentulo dan guttap point untuk kemudian dimasukan kedalam
saluran akar yang telah dipreparasi jarum lentulo sesuai panjang kerja dan diputar berlawanan
jarum jam.
- Guttap point ( trial foto disterilkan dengan alcohol 70% dan dikeringkan
- Kering ( diulas dengan pasta ) masuk ke dalam saluran akar.
- Guttap point di potong 1-2mm dibawah orifice dengan ekskavator yang ujungnya telah di
panasi dengan Bunsen burner hingga membara.

Gigi Permanen
Teknik Kondensasi Lateral
Dengan teknik preparasi saluran akar secara step back
Sering digunakan hampir semua keadaan kecuali pada saluran akar yang sangat bengkok /
abnormal
Tahapan :
- Pencampuran pasta
- Guttap point trial disterilkan 70% alcohol dan dikeringkan
- Guttap point nomor 25 (MAF) diulasi dengan pasta ke saluran akar sesuai dengan tanda
yang telah dibuat dan ditekan kearah lateral menggunakan spreader.
- Ke dalam saluran akar diberi guttap tambahan, setiap memasukan guttap di tekan ke arah
lateral sampai saluran akar penuh dan spreader tidak dapat masuk dalam saluran akar
- Guttap point dipotong 1-2mm dibawah orifice dengan eskavator yang telah dipanasi

Teknik Kondensasi Vertical (Gutta perca panas)


Untuk pengisian saluran akar dengan teknik step back.
Menggunakan pluger yang dipanaskan, dilakukan penekanan pada guttap perca yang telah
dilunakan dengan panas kearah vertical dan dengan demikian menyebabkan guttap perca
mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar
Tahapan :
- Suatu kerucut guttap perca utama sesuai dengan instrument terakhir yang digunakan
dipaskan pada saluran dengan cara step back
- Dinding saluran dilapisi dengan lapis tipis semen
- Kerucut disemen
- Ujung koronal kerucut dipotong dengan instrument panas
- Pembawa panas segera didorong ke dalam 1/3 koronal guttap perca. Sebagian terbakar oleh
pluger bila diambil dari saluran akar.
- Condenser vertical dengan ukuran yang sesuai dimasukan dan tekanan vertical dikenakan
pada guttap perca yang telah dipanasi untuk mendorong guttap perca yang menjadi plastis ke
arah apikal
- Apikalis panas berganti oleh pembawa panas dan condenser diulangi sampai guttap perca
plastis menutup saluran aksesori besar dan mengisi luman saluran dalam 3 dimensi foramen
apikal. Bagian sisa saluran diisi dengan potongan tambahan guttap perca panas.

Metode seksional (teknik pluger)


Dapat digunakan untuk mengisi saluran kearah apikal dan lateral
Teknik menggunakan suatu bagian kerucut guttap perca untuk mengisi suatu bagian 1/3
saluran akar / ujung apikal
Tahapan :
- Dinding saluran akar dilapisi semen
- Pluger saluran dimasukan sampai 3-4mm dari apeks dipanaskan dalam sterilitator garam
panas (1011)
- Kerucut guttap perca dipotong beberapa bagian sesuai dengan ukuran saluran yang telah
dipreparasi dengan panjang 3-4mm
- Potong apikal ditempelkan pada pluger yang telah dipanasi, dimasukan ke dalam saluran
pada kedalaman yang sebelumnya telah diukur dan ditekan kea rah vertical
- Pluger dilepas dengan hati-hati untuk mencegah ke luarnya bagian guttap perca yang
dimasukan
- Dibuat radiograf untuk memeriksa posisi dan kesesuaian bagian yang dikondensasi
- Bagian berikutnya dimasukan kedalam eukaliptol, dipanaskan tinggi diatas nyala api dan
ditambahkan pada bagian sebelumnya dengan tekanan vertical untuk memampatkan pengisi

Metode kompaksi
- Menggunakan panas untuk mengurangi viskositas guttap perca dan menaikan plastisitasnya
- Digunakan untuk pengisi saluran yang lurus
- Menggunakan metode step back

Metode Inverted cone


- Digunakan terbatas pada gigi dengan saluran kecil, berkelok-kelok, yang tidak dapat diisi
dengan kerucut guttap perca secara lepas

Metode Role Gutta perca


- Untuk mengisi saluran kecil bahan tersebut yang bengkok.
Indikasi perawatan saluran akar :
- Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis sebagian
maupun gigi sudah nonvital.
- Saluran akar dapat dimasuki instrumen.
- Kelainan jaringan periapeks dalam gambaran radiografi kurang dari sepertiga apikal.
- Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik ( untuk pilar
restorasi jembatan ).
- Gigi tidak goyang dan periodontal normal.
- Foto rontgen menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apikal, tidak ada granuloma
pada gigi sulung.
- Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk memelihara kesehatan
gigi dan mulutnya.
- Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.
( Tarigan, Rasinta. 2004. Perawatan Pulpa Gigi ( Endodonti ). Jakarta : EGC. Hlm 145 - 149).

Kontraindikasi untuk perawatan saluran akar:


1. Bila dijumpai kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga panjang
akar.
2. Bila saluran akar gigi tanpa pulpa dengan daerah radiolusn terhalang oleh akar berkurva/
bengkok, akar berliku-liku, dentin sekunder, batu pulpa yang tidak dapat diambil atau dihindari,
kanal yang mengapur atau sebagian mengapur, gigi malformasi, atau suatu instrumen yang patah.
3. Bila terdapat perkembangan apeks akar yang tidak lengkap dengan matinya pulpa.
4. Bila apeks akar terkena fraktur.
( Grossman, Louis I. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Ed. 11. Jakarta : EGC. hlm 138
141 )

4. PULPEKTOMI
Pulpektomi adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi merupakan
perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel
atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Meskipun perawatan ini
memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun
lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan
pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil
perawatan yang baik pula.
Indikasi perawatan pulpektomi pada anak adalah gigi yang dapat direstorasi, anak dengan
keadaan trauma pada gigi insisif sulung dengan kondisi patologis pada anak usia 4-4,5 tahun,
tidak ada gambaran patologis dengan resorpsi akar tidak lebih dari dua pertiga atau tiga
perempat.

Pulpektomi Vital
Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan :
1. Pembuatan foto Rontgen.
Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang
akan dirawat.
2. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.
3. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan
saliva.
4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan
menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.
5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar
kecepatan rendah.
6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan
menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama 3
sampai dengan 5 menit.
7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian
diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar
dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah
kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan
formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan
menggunakan jarum lentulo.
10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .
11. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau
seng fosfat.
12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.

Pulpektomi Non Vital


Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital adalah pulpektomi mortal
(pulpektomi devital). Pulpektomi mortal adalah pengambilan semua jaringan pulpa nekrotik
dari kamar pulpa dan saluran akar gigi yang non vital, kemudian mengisinya dengan bahan
pengisi. Walaupun anatomi akar gigi sulung pada beberapa kasus menyulitkan untuk
dilakukan prosedur pulpektomi, namun perawatan ini merupakan salah satu cara yang baik
untuk mempertahankan gigi sulung dalam lengkung rahang.
Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital :
Kunjungan pertama :
1. Lakukan foto rontgen.
2. Isolasi gigi dengan rubber dam.
3. Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan
desinfeksi kavitas.
4. Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
5. Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat.
6. Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan debris.
7. Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa.
8. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
9. Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi.
4. Berikan Beechwood creosote.
Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote, buang kelebihannya, lalu
letakkan dalam kamar pulpa.
5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.
Kunjungan ketiga :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper masukkan
pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
4. Letakkan semen zinc fosfat.
5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

5. MUMIFIKASI
Perawatan mumifikasi dilakukan setelah gigi dimatikan dan hanya terbatas
pada ruang pulpa; sementara pulpektomi menyeluruh hingga mencapai foramen
apikal.
Pulpotomi devital/ mumifikasi (devitalized pulp amputatio)
Pulpotomi devital atau mumifikasi adalah pengembalian jaringan pulpa yang
terdapat dalam kamar pulpa yang sebelumnya di devitalisasi, kemudian dengan
pemberian pasta anti septik, jaringan dalam saluran akar ditinggalkan dalam keadaan
aseptik. Untuk bahan devital gigi sulung dipakai pasta para formaldehid.

You might also like