You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan telah lama

dilakukan jauh sebelum ada pelayanan kesehatan formal dengan menggunakan

obat-obatan modern. Namun, negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau

yang didiami oleh berbagai suku memungkinkan terjadinya perbedaan dalam

pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional. Hal ini disebabkan setiap suku

memiliki pengalaman empiris dan kebudayaan yang khas sesuai dengan

daerahnya masing-masing. Kehidupan nenek moyang yang menyatu dengan alam

menumbuhkan kesadaran bahwa alam adalah penyedia obat bagi dirinya dan

masyarakat (Ditjen BKAK, 2007).

Salah satu tumbuhan tersebut adalah meniran (Phyllanthus niruri L.) dari

famili Euphorbiaceae. Tumbuhan ini tumbuh liar di tempat yang lembap dan

berbatu dengan batang berwarna hijau, helaian daun bundar telur sampai bundar

memanjang dan buah berwarna hijau. Meniran rasanya agak pahit, sifatnya sejuk,

astringen (Dalimartha, 2000).

Batu ginjal sering terjadi pada masyarakat di negara tropis. Udara yang

panas menyebabkan dehidrasi sehingga mudah terjadi pengentalan urin yang

mengendap menjadi batu. Faktor lain pembentukan batu ginjal, yaitu terlalu

pekatnya kadar garam dalam urin dan ketidakseimbangan metabolisme tubuh

yang menyebabkan garam- garam dalam urin mengendap dan membentuk kristal.

Umumnya, batu ginjal lebih banyak dijumpai pada pria dengan batasan usia 30-50

tahun, tetapi dapat pula di bawah 20 tahun, bahkan bayi (Wijayakusuma, 2008).

1 Universitas Sumatera Utara


Batu ginjal adalah batu yang terdapat di ginjal maupun di saluran kemih.

Batu yang paling sering dijumpai tersusun dari kristal kalsium. Kalsium pada batu

ginjal terdapat sebagai senyawa oksalat, karbonat, dan fosfat. Komponen yang

lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau magnesium, ammonium, asam

urat, atau kombinasi bahan- bahan lain (Corwin, 2008).

Tumbuhan meniran mengandung kalium yang bekerja untuk menghambat

pembentukan kristal kalsium sehingga dapat dijadikan obat alternatif

penyembuhan kencing batu (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002). Kandungan

kalium yang tinggi dapat menghancurkan garam kalsium dalam batu ginjal,

karena kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa

karbonat, oksalat, fosfat, atau urat membentuk senyawa kalium oksalat, kalium

karbonat, kalium fosfat atau kalium urat yang mudah larut dalam air (Winarto dan

Tim Karyasari, 2004).

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terhadap beberapa jenis

tanaman yang dapat melarutkan batu ginjal. Menurut Nessa, dkk. (2013), ekstrak

etanol rambut jagung mempunyai daya melarutkan batu ginjal yang dilakukan

dengan metode titrasi kompleksometri. Menurut Nisma (2012), ekstrak etanol

70% buah anggur biru mempunyai kemampuan melarutkan kalsium batu ginjal

yang diukur dengan spektrofotometer serapan atom. Menurut Hidayati, dkk.

(2009), penggunaan teh daun tempuyung kering dengan frekuensi tertentu dapat

melarutkan kalsium oksalat yang diukur dengan metode gravimetri. Berdasarkan

penelitian-penelitian tersebut yang berperan dalam proses peluruhan batu ginjal

adalah senyawa kalium dan flavonoid.

2
Universitas Sumatera Utara
Pengobatan batu ginjal dengan pembedahan, endoskopi atau gelombang

ultrasonik membutuhkan biaya relatif tinggi sehingga penggunaan obat yang dapat

mencegah dan meluruhkan batu ginjal lebih dipilih. Batu ginjal masih berukuran

kecil sampai sedang masih dimungkinkan untuk dilarutkan dengan senyawa

tertentu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dianalisa daya pelarutan batu

ginjal oleh infusa meniran secara spektrofotometri serapan atom (Wijayakusuma,

2008).

Spektroskopi Serapan Atom didasarkan pada penyerapan energi oleh sinar

oleh atom-atom netral dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar

ultraviolet. Dalam garis besarnya prinsip spektrofotometri atom sama saja dengan

dengan spektroskopi sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaannya terletak pada

bentuk spektrum, cara pengerjaan sampel dan peralatannya (Gandjar dan Rohman,

2008).

3
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Apakah garam kalsium pada batu ginjal larut di dalam infusa meniran

(Phyllanthus niruri L.) secara in vitro?

2. Berapa persentase kelarutan garam kalsium pada batu ginjal utuh dan

gerus dalam infusa meniran (Phyllanthus niruri L.) tanpa destruksi dan

dengan destruksi?

3. Berapa persentase kenaikan kadar garam kalsium pada batu ginjal utuh

dan gerus yang larut dalam infusa meniran (Phyllanthus niruri L.) tanpa

destruksi dan dengan destruksi?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

1. Infusa meniran (Phyllanthus niruri L.) dapat melarutkan garam kalsium

pada batu ginjal.

2. Infusa meniran (Phyllanthus niruri L.) dapat melarutkan garam kalsium

pada batu ginjal utuh dan gerus dengan persentase kelarutan tertentu.

3. Terdapat persentase kenaikan kadar garam kalsium pada batu ginjal utuh

dan gerus yang larut dalam infusa meniran (Phyllanthus niruri L.) tanpa

destruksi dan dengan destruksi.

4
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan

Dari hipotesis diatas, dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui daya melarutkan infusa meniran (Phyllanthus niruri L.)

terhadap batu ginjal.

2. Untuk mengetahui persentase kelarutan garam kalsium pada batu ginjal

utuh dan gerus dalam infusa meniran (Phyllanthus niruri L.) tanpa

destruksi dan dengan destruksi.

3. Untuk mengetahui persentase kenaikan kelarutan garam kalsium pada batu

ginjal utuh dan gerus dalam infusa meniran (Phyllanthus niruri L.) tanpa

destruksi dan dengan destruksi.

1.5 Manfaat

Dari tujuan diatas, dapat dirumuskan manfaat sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang pengaruh infusa

meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap kelarutan garam kalsium pada

batu ginjal.

2. Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang persentase kenaikan

kelarutan garam kalsium pada batu ginjal utuh dan gerus dalam infusa

meniran (Phyllanthus niruri L.) tanpa destruksi dan dengan destruksi.

3. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk peneliti selanjutnya untuk

perkembangan farmasi khususnya dalam bidang obat tradisional.

5
Universitas Sumatera Utara

You might also like