You are on page 1of 52

Sekolah Sebagai Lembaga Pendidikan Dan Pusat Pembudayaan

Dalam pengelolaan pendidikan menganut konsep demokratisasi sebagaimana dituangkan dalam UU


Sisdiknas 2003 bab III tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan (pasal 4) disebutkan bahwa pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan , nilai kultural, dan kemajemukan bangsa (ayat 1). Karena pendidikan diselenggarakan
sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat (ayat 3),
serta dengan memberdayakan semua komponen masyarakat, melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan.

IMPLIKASI PARADIGMA BARU PENDIDIKAN TERHADAP MODEL PERENCANAAN PENDIDIKAN DALAM


RANGKA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI ERA OTONOMI DAERAH
Era reformasi telah membawa perubahan-perubahan mendasar dalam berbagai kehidupan termasuk
kehidupan pendidikan. Salah satu perubahan mendasar adalah manajemen Negara, yaitu dari
manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis daerah. Secara resmi, perubahan manajemen
ini telah diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999, yang
kemudian direvisi dan disempurnakan menjadi Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Pedoman pelaksanaannyapun telah dibuat melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
Konsekuensi logis dari Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut adalah bahwa manajemen
pendidikan harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat otonomi.
Penyesuaian dengan jiwa dan semangat otonomi itu, antara lain terwujud dalam bentuk perubahan arah
paradigma pendidikan, dari paradigma lama ke paradigma baru, yang tentu juga berdampak pada
paradigma perencanaan pendidikannya. Secara ideal, paradigma baru pendidikan tersebut
mestinya mewarnai kebijakan pendidikan baik kebijakan pendidikan yang
bersifat substantif maupun implementatif. Seperti yang dinyatakan oleh Azyumardi Azra (2002: xii) bahwa
dengan era otonomi daerah :
lembaga-lembaga pendidikan, seperti sekolah, madrasah, pesantren, universitas (perguruan tinggi), dan
lainnya yang terintegrasi dalam pendidikan nasional- haruslah melakukan reorientasi, rekonstruksi kritis,
restrukturisasi, dan reposisi, serta berusaha untuk menerapkan paradigma baru pendidikan nasional.
Selain itu, implementasi kebijakan tersebut diharapkan berdampak positif terhadap kemajuan pendidikan
di daerah dan di tingkat satuan pendidikan.
Sebelum otonomi, berbagai kegiatan pengembangan dan pembinaan diatur dan dikontrol oleh pejabat-pejabat
(birokrat-birokrat) melalui prosedur dan aturan-aturan (regulasi) yang ketat, bahkan sebagiannya sangat ketat dan
kaku oleh Kandepdikbud/Kanwildikbud. Hal ini mempengaruhi pengelolaan sebagian sekolah-sekolah, dalam iklim
birokrasi berlebihan. Dalam kondisi yang demikian, tidak jarang ditemukan adanya kasus birokrasi yang berlebihan
dari sebagian pejabat birokrat yang menggunakan kekuasaan berlebihan dalam pembinaan guru, siswa, dan pihak-
pihak lainnya. Keadaan ini telah mematikan prakarsa, daya cipta, dan karya inovatif di sekolah-sekolah.
Dalam era reformasi, terjadi proses debirokratisasi dengan jalan memperpendek jalur birokrasi dalam penyelesaian
masalah-masalah pendidikan secara profesional, bukan atas dasar kekuasaan atau peraturan belaka. Hal ini sesuai
dengan prinsip profesionalisme dalam pendidikan, dan juga pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dalam
desentralisasi. Di samping itu juga dilakukan deregulasi, dalam arti pengurangan aturan-aturan kebijakan
pendidikan yang tidak sesuai dengan kondisi, potensi, dan prospek sekolah, dan kepentingan masyarakat
(stakeholders) untuk berpartisipasi terhadap sekolah, dalam bentuk gagasan penyempurnaan kurikulum, peningkatan
mutu guru, dana dan prasarana/sarana untuk sekolah.
Realitas menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia relatif rendah yang menyebabkan sulitnya bangsa
Indonesia bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Kualitas pendidikan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh dua
faktor yang mendukung, yaitu internal dan eksternal (Dodi Nandika, 2007:16). Faktor internal meliputi jajaran dunia
pendidikan, seperti Depdiknas, Dinas Pendidikan daerah dan sekolah yang berada di garis depan, dan faktor
eksternal yaitu masyarakat pada umumnya. Dua faktor ini haruslah saling menunjang dalam upaya peningkatan
kualitas tersebut. Salah satu implikasi langsungnya ialah pada perlunya program-program yang terkait seperti
penyediaan dan rehabilitasi sarana dan prasarana belajar, guru yang berkualitas, buku pelajaran bermutu yang
terjangkau masyarakat, alat bantu belajar untuk meningkatkan kreativitas, dan sarana penunjang belajar lainnya.
Berkaitan dengan sumber daya pendidikan, hal-hal yang perlu dijadikan acuan dalam perencanaan pengembangan
sekolah adalah pasal-pasal dalam UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 yang mengatur tentang pendidik dan tenaga
kependidikan (pasal 39 sampai dengan pasal 44), sarana dan prasarana pendidikan (pasal 45), dan pendanaan
pendidikan (pasal 46 sampai dengan pasal 49).

PERENCANAAN STRATEGIS DALAM PERSPEKTIF ORGANISASI


Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dijalankan oleh sebuah
organisasi, disamping fungsi lainnya yaitu pengorganisasian, pengarahan dan pengawas- an.
Perencanaan dinilai sebagai salah satu fungsi manajemen yang penting dan mempu- nyai
keterkaitan yang erat dengan setiap fungsi manajemen lainnya. Hal ini mengingat bahwa
perencanaan memuat segala sesuatu yang bersifat menyeluruh sebagai pedoman untuk
melaksanakan semua aktivitas organisasi. Perencanaan pun seringkali juga dikatakan seba- gai
fungsi manajemen yang utama karena menjadi dasar bagi semua fungsi manajemen lainnya yang
dilakukan para manajer. Robbin et al ( (2000 : 247) mengemukakan planning is a process that
defining the organisations objectives or goals, establishing an overall strategy for achieving
those goals, and developing a comprehensive hierarchy of plans to integrate and coordinate
activities. Robbin dan Mary Coulter (2004 : 174) menyatakan bahwa perencanaan mencakup
mendefinisikan sasaran organisasi, menetapkan strategi me- nyeluruh untuk mencapai sasaran itu,
dan menyusun serangkaian rencana yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordi-
nasikan pekerjaan organisasi. Perencanaan menyangkut hasil (apa yang harus dikerjakan) dan
sasaran (bagaimana cara melakukannya).
Menurut Daft (2006 : 315) perencanaan merupakan tindakan untuk menentukan tujuan
organisasi dan apa yang dibutuhkan untuk mencapainya. Kemudian dinyatakan oleh Stoner et al
(1996 : 263) bahwa perencanaan adalah suatu jenis pembuatan keputusan untuk masa depan yang
spesifik yang dikehendaki oleh manajer bagi organisasi mereka. Selanjut- nya menurut Hasibuan
(2006 : 91) bahwa perencanaan adalah fungsi dasar (fundamental) karena organizing, directing,
controlling, evaluating dan reporting harus lebih dahulu direncanakan. Lebih jauh dijelaskan
Stoner et al (1996 : 265) bahwa dalam organisasi, perencanaan adalah proses menetapkan sasaran
dan memilih cara untuk men-capai sasaran tadi. Tanpa rencana, manajer tidak dapat me- ngetahui
bagaimana mengorganisasikan orang dan sumber daya secara efektif. Mereka mung- kin bahkan
tidak mempunyai ide yang jelas mengenai apa yag perlu mereka organisasikan. Tanpa rencana,
manajer dan bawahannya ha- nya mempunyai peluang kecil untuk mencapai sasaran atau
mengetahui kapan dan di mana mereka keluar dari jalur.
Perencanaan juga dijelaskan Handoko (2009 : 77-78), perencanaan adalah proses dasar
dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya. Perencanaan dalam organisasi
adalah esensial, karena dalam ke- nyataannya perencanaan memegang peran-an lebih
dibandingkan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsifungsi pengorganisasian, pe- ngarahan
dan pengawasan sebenarnya hanya melaksanakan keputusankeputusan perenca- naan. Sebelum
manajer dapat meng-organisa- si, mengarahkan, atau mengawasi, mereka harus membuat
rencana-rencana yang mem- berikan tujuan dan arah organisasi. Perenca- naan adalah pemilihan
sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana,
dan oleh siapa.
Kebutuhan akan perencanaan ada di se- mua tingkatan dan pada kenyataannya me-
ningkat di mana tingkatan tersebut mem- punyai dampak potensial terbesar terhadap sukses
organisasi atau tingkatan manajemen atas. Manajer puncak biasanya mencurahkan sebagian besar
waktu perencanaan mereka untuk rencana-rencana jangka panjang dan strategi-strategi
organisasi. Manajer pada tingkatan bawah merencanakan terutama bagi kelompok kerjanya dan
untuk jangka pendek. Menurut Handoko (2009 : 85), dalam suatu organisasi rencana diperinci
melalui tingkatantingkatan yang membentuk hirarki dan paralel dengan struktur organisasi. Pada
setiap ting- katan, rencana mempunyai dua fungsi : menyediakan peralatan untuk pencapaian
serangkaian sasaran dari rencana tingkatan di atasnya, dan sebaliknya menunjukkan sasaran yang
harus dipenuhi rencana tingkatan di- bawahnya. Rencana dari manajemen puncak akan dibuat
menjadi rencana-rencana yang lebih terperinci oleh satuan-satuan manajemen menengah dan lini
pertama. Ada dua tipe utama rencana, yaitu rencana strategik dan rencana operasional. Rencana-
rencana strate- gik dirancang memenuhi tujuan-tujuan organi- sasi yang lebih luas dan rencana-
rencana operasional menguraikan lebih terperinci bagai- mana rencana-rencana strategik akan
dicapai. Perencanaan strategis jelaslah merupakan perencanaan untuk jangka panjang. Keberada-
an perencanaan strategis sudah tentu dapat dijadikan sebagai sesuatu yang dapat menjelaskan
langkah-langkah tindakan organisasi untuk jangka waktu yang panjang tersebut. Perencanaan
strategis dirancang dalam rang- ka menghasilkan rencana jangka panjang yang tersusun dengan
baik dan digunakan untuk menentukan tujuan organisasi serta mencapai tujuan organisasi
tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kemampuan membuat perencanaan strategis
yang baik dan keber- hasilan mengimplementasikan perencanaan strategis tersebut memegang
peranan penting dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian jelaslah bahwa
perenca- naan merupakan suatu fungsi yang sangat pokok dalam organisasi. Perencanaan sudah
sangat sering dikatakan sebagai fungsi yang paling mendasar. Perencanaan selalu menyaji- kan
penentuan tujuan organisasi dan yang disertai dengan cara meraih tujuan tersebut. Perencanaan
senantiasa dijadikan sebagai dasar untuk menjalankan berbagai aktivitas organisasi untuk
mencapai tujuan oganisasi tersebut. Perencanaan mampu membuat seti- ap orang yang ada di
dalam organisasi itu mengetahui dan memahami tentang apa yang ingin dicapai dan bagaimana
cara mencapai- nya. Adanya perencanaan yang baik akan membuat semua aktivitas yang
diakukan menjadi terarah dengan baik pula. Jika semua aktivitas yang dilakukan sudah dijalankan
sebagai mana mestinya maka keberhasilan mencapai tujuan sudah ada di depan mata. Jadi sudah
jelaslah bahwa keberhasilan se- buah organisasi membuat perencanaan yang baik merupakan
suatu usaha untuk mencapai keberhasilan organisasi secara keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat dikata- kan bahwa perencanaan mutlak harus ada dalam setiap organisasi.

ARTI PENTING PERENCANAAN


Perencanaan merupakan suatu hal pokok yang sangat mendasar bagi organisasi. Keberadaannya
membuat segala sesuatu di dalam organisasi tersebut menjadi jelas dan terarah dengan baik.
Sehubungan dengan pentingnya memiliki perencanaan yang baik dalam organi- sasi, maka sudah
tentu perencanaan tersebut mempunyai manfaat yang besar pula. Perencanaan penting sekali
untuk dilaksa- nakan karena ada beberapa alasan mendasar yang menguatkan hal tersebut.
Hasibuan (2006 : 91) telah mengungkapkan pentingnya perencanaan, yaitu : (1) Tanpa
perencanaan berarti tidak ada tujuan yang ingin dicapai ; (2) Tanpa perencanaan tidak ada
pedoman pelak- sanaan sehingga banyak pemborosan ; (3) Perencanaan adalah dasar
pengendalian, karena tanpa ada rencana pengendalian tidak dapat dilakukan ; (4) Tanpa
perencanaan, tidak ada keputusan dan proses manajemen. Menurut Handoko (2009 : 80-81), ada
dua alasan dasar perlunya perencanaan. Perenca- naan dilakukan untuk mencapai 1) protective
benefits yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pem- buatan
keputusan, dan 2) positive benefits dalam bentuk meningkatnya sukses pencapai- an tujuan
organisasi. Perencanaan mempunyai banyak manfaat. Sebagai contoh, perencana- an 1)
membantu manajemen untuk menyesuai- kan diri dengan perubahan-perubahan ling- kungan; 2)
membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama ; 3) memungkinkan
manajer memahami keseluruh- an gambaran operasi lebih jelas ; 4) membantu penempatan
tanggung jawab lebih tepat ; 5) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi ; 6)
memudahkan dalam melakukan koordinasi diberbagai bagian organisasi ; 7) membuat tujuan
lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami ; 8) meminimumkan pe- kerjaan yang tidak
pasti ; dan 9) menghemat waktu, usaha dan dana. Selanjutnya Badrudin (2013 : 54) menge-
mukakan bahwa perencanaan dapat memini- malkan resiko kegagalan dalam organisasi dan
ketidakpastian tindakan dengan mengasumsi- kan kondisi di masa mendatang dan menganalisis
konsekuensi dari setiap tindakan yang akan dilaksanakan. Perencanaan yang disusun dapat
membantu manajer berpandangan masa mendatang dan menekankan setiap tindakan sesuai
tujuan organisasi. Dengan demikian perencanaan berisi tahap-tahap yang diperlu- kan untuk
mencapai tujuan organisasi. Manajer harus bisa menyeimbangkan perencanaan dan fungsi
lainnya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif. Kemudian Robbin dan Mary Coulter
(2004:174-175) menyatakan bahwa sekurang- kurangnya ada empat alasan untuk merencana.
Perencanaan memberi arah, mengurangi dampak perubahan, meminimal- kan pemborosan dan
kegiatan rangkap, dan menjadi standar yang digunakan dalam pe- ngendalian. Perencanaan
menghasilkan usaha yang terkoordinasi. Perencanaan memberi arah ke- pada para manajer dan
juga non manajer. Ketika para karyawan mengetahui kemana arah organisasi atau unit pekerjaan
tertentu dan apa yang harus mereka sumbangkan untuk mencapai sasaran tersebut, mereka da- pat
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka, bekerja sama satu sama lain, dan melakukan
berbagai hal untuk mencapai sasaran itu. Tanpa perencanaan, berbagai departemen dan individu
mungkin bekerja dengan tujuan yang saling bertentangan, se- hingga menghambat organisasi
untuk bergerak secara efisien menuju sasarannya. Perencanaan juga mengurangi ketidakpastian
dengan mendorong para manajer untuk melihat ke depan, mengantisipasi perubahan,
mempertimbangkan dampak perubahan, dan menyusun tanggapan yang tepat. Perencana- an juga
memperjelas akibat dari berbagai tindakan yang mungkin dilakukan oleh para manajer dalam
rangka menanggapi perubah- an. Walaupun perencanaan tidak dapat meng- hapuskan perubahan,
para manajer merenca- na supaya dapat mengantisipasi perubahan dan membuat tanggapan yang
paling efektif terhadap perubahan itu. Selain itu, perencanaan mengurangi kegi- atan-kegiatan
yang tumpang tindih dan sia-sia. Jika berbagai kegiatan kerja dikoordinasikan ke seputar rencana
yang mapan, pemborosan waktu dan sumber daya serta berbagai kegiatan rangkap dapat
diminimalkan. Selain itu, apabila sarana dan hasil diperjelas melalui perencanaan,
ketidakefisienan menjadi jelas dan dapat dikoreksi atau dihilangkan. Akhirnya, perencanaan
digunakan sebagai sasaran atau standar untuk mengendalikan. Apabila kita tidak pasti mengenai
apa yang ingin kita capai, bagaimana kita bias menentukan apakah kita sungguh-sungguh sudah
mencapainya atau belum. Dalam perencanaan, kita menyusun sasaran dan rencana itu. Kemudian,
melalui fungsi pengendalian, kita memperbandingkan kinerja aktual terhadap sasaran tersebut,
mengidentifikasi setiap penyimpangan yang besar, dan mengambil berbagai tindakan koreksi
yang perlu. Tanpa perencanaan, tidak akan ada cara untuk mengendalikan.

JENIS PERENCANAAN
Pada hakikatnya setiap perencanaan yang dibuat oeh organisasi memiliki dasar pijakan
yang kuat terkait dengan apa yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Setiap peren- canaan
yang dibuat selalu mengambil peranan penting dalam rangka mewujudkan kesukses- an
organisasi. Setiap organisasi boleh jadi memiliki perencanaan yang berbeda, namun yang tak
boleh terlupakan adalah bahwa perencanaan tersebut selalu dibuat dengan bertumpu pada
pemikiran tentang kesuksesan organisasi. Perencanaan yang dibuat akan menentukan isi rencana
itu sendiri. Ada dua tipe rencana yaitu (1) rencana-rencana strate- gik (strategic plan), yang
dirancang memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang lebih luas ; dan (2) rencana-rencana
operasional (operational planning), penguraian lebih terperinci bagaima- na rencana-rencana
strategik akan dicapai. Ada dua tipe rencana-rencana operasional, yaitu rencana sekali pakai
(single use plans) dan rencana tetap (standing plans). Rencana sekali pakai dikembangkan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu dan tidak digunakan kembali bila telah tercapai. Rencana tetap
merupakan pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan situasi-situasi yang dapat
diperkirakan dan terjadi berulang-ulang (Handoko, 2009 : 85-86) Kemudian Robbin dan Mary
Coulter (2004 : 178) mengemukakan bahwa rencana strate- gis adalah rencana yang berlaku bagi
organisasi secara keseluruhan, menjadi sa- saran umum organisasi tersebut dan berusaha
menempatkan organisasi tersebut ke dalam lingkungannya. Rencana yang memerinci detail cara
mencapai sasaran menyeluruh itu disebut rencana operasional. Rencana strate- gis cenderung
mencakup kerangka waktu yang lebih panjang. Rencana strategis juga menca- kup perumusan
sasaran sedangkan rencana operasional mendefinisikan berbagai cara untuk mencapai sasaran itu.
Juga, rencana operasional cenderung mencakup periode waktu yang pendek. Rencana strategis
didesain oleh manajer tingkat tinggi dan menentukan sasaran secara luas untuk organisasi .
Rencana operasional berisi rincian untuk melaksanakan, atau mengimplementasikan rencana
strategis tadi dalam kegiatan sehari-hari. Rencana strategis dan operasional berbeda dalam tiga
hal besar. Pertama, kurun waktu. Rencana strategis cen- derung untuk melihat ke depan beberapa
tahun. Bagi rencana operasional, satu tahun sering kali merupakan periode yang relevan. Kedua,
cakupan. Rencana strategis mempe- ngaruhi aktivitas organisasi secara luas, sedangkan rencana
operasional mempunyai cakupan yang sempit dan terbatas. Ketiga, tingkat rincian. Seringkali
sasaran strategis dinyatakan dalam istilah yang tampaknya menyederhanakan dan umum. Tetapi
cakupan yang luas ini perlu untuk mengarahkan orang dalam organisasi untuk memikirkan
operasi perusahaan secara keseluruhan. Sebaliknya, rencana operasional, yang diturunkan dari
perencanaan strategis, dinyatakan dalam rincian yang relatif lebih halus (Stoner et al 1996 : 266-
267). Dengan demikian sangat jelas terlihat bahwa rencana strategis sebagai rencana jangka
panjang yang dibuat untuk meraih tujuan strategis dan rencana opera- sional merupakan rencana
turunan yang merinci tentang bagaimana mencapainya.

PENGERTIAN DAN PROSES PERENCANAAN STRATEGIS


Pada dasarnya, seperti sudah kita ketahui bahwa kata perencanaan strategis merupakan
perpaduan antara kata perencana-an dan kata strategis. Perencanaan, telah diuraikan sebelumnya,
sebagai proses mendasar dalam menentukan apa yang ingin dicapai dan bagai- mana cara
mencapainya. Menurut Siagian (2008 : 15) istilah strategi semula bersumber dari kalangan militer
dan secara popular sering dinyatakan sebagai kiat yang digunakan oleh para jenderal untuk
meme-nangkan suatu peperangan. Dewasa ini istilah strategi sudah digunakan oleh semua jenis
organisasi dan ide-ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula tetap dipertahankan hanya
saja apli- kasinya disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya. Hunger (2001 : 16)
menyatakan bahwa strategi perusahaan meru- pakan rumusan perencanaan komprehensif tentang
bagaimana perusahaan akan menca- pai misi dan tujuannya. Kemudian David (2010 : 18)
mengemukakan bahwa stra-tegi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak
dicapai. Handoko (2009 : 86) menjelaskan bahwa strategi memberikan pengarahan terpadu bagi
organisasi dan berbagai tujuan organisasi, dan memberikan pedoman pemanfaatan sumber daya
sumber daya organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi menghubungkan sumber
daya manusia dengan sumber daya lainnya dengan tantangan dan risiko yang harus dihadapi dari
lingkungan di luar perusahaan. Perencanaan strategis merupakan rencana jangka panjang yang
bersifat menyeluruh, memberikan rumusan arah organisasi atau perusahaan, dan prosedur
pengalokasian sum- berdaya untuk mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu dalam berbagai
kemungkinan keadaan lingkungan. Perencanaan strategis juga merupakan proses pemilihan
tujuan-tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijaksa- naan, program-program strategi yang
diperlu- kan untuk tujuan-tujuan tersebut. Perencanaan strategis adalah proses memutuskan
program- program yang akan dilaksanakan oleh orga- nisasi dan perkiraan jumlah sumber daya
yang akan dialokasikan pada setiap program jangka panjang selama beberapa tahun ke depan.
Hasil dari proses perencanaan strategi berupa dokumen yang dinamakan strategic plan yang
berisi informasi tentang program-program beberapa tahun yang akan datang (Badrudin, 2013 :
96). Pengertian tentang perencanaan strategis juga dikemukan oleh Handoko (2009 : 92) yang
menyatakan bahwa perencanaan strategik (strategic planning) adalah proses pemilihan tujuan-
tujuan organisasi ; penentuan strategi, kebijaksanaan dan program-program strategik yang
diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut ; dan penetapan metode-metode yang diperlukan untuk
menjamin bahwa strategi dan kebijaksanaan telah diimplementasikan. Secara lebih ringkas
perencanaan strategik merupa- kan proses perencanaan jangka panjang yang disusun dan
digunakan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi. Menilik uraian di atas maka
dapat dikatakan bahwa perencanaan strategis dipandang sebagai perencanaan yang dibuat untuk
jangka waktu yang panjang, memiliki cakupan yang luas dan bersifat menyeluruh. Selanjutnya
sangat penting untuk diketahui tentang proses perencanaan strategis yang baik. Hal ini mengingat
bahwa dalam menyu- sun perencanaan strategis haruslah dengan cermat dan teliti karena
perencanaan strategis merupakan perencanaan yang bersifat menyeluruh. Kesalahan dalam
menyusun perencana- an strategis akan berakibat fatal bagi organi- sasi. Handoko (2009 : 94- 98)
menjelaskan bahwa secara ringkas langkah-langkah proses penyusunan strategik dapat diuraikan
sebagai berikut : 1) Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan-pernyataan umum
tentang misi dan tujuan organisasi ; 2) Pengem- bangan profil perusahaan, yang mencerminkan
kondisi internal dan kemampuan perusahaan. Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasikan
tujuan-tujuan dan strategi-strategi yang ada sekarang. Suatu profil perusahaan adalah hasil analisa
internal perusahaan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan dan strategi- strategi yang ada sekarang,
serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya-sumber daya perusahaan yang tersedia ; 3)
Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan ling
kungan ; 4) Analisa internal perusahaan kekuatan dan kelemahan organisasi. Analisis ini
dilakukan dengan memperbandingkan profil perusahaan dengan lingkungan eksternal. Tujuan
proses analisa internal adalah untuk mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahan strategik yang penting bagi perumusan strategi perusahaan ; 5) Identifikasi
kesempatan dan ancaman strategik. Penentuan berbagai kesempatan yang terse- dia bagi
organisasi dan ancaman-ancaman yang harus dihadapi ; 6) Pembuatan keputus- an strategik,
mencakup identifikasi, penilaian dan pemilihan berbagai alternatif strategik ; 7) Pengembangan
strategi perusahaan. Setelah tujuan jangka panjang dan strategi dipilih dan ditetapkan, organisasi
perlu menjabarkannya ke dalam sasaran-sasaran jangka pendek (tahunan) dan strategi-strategi
operasi- onal ; 8) Implementasi strategi, yang me- nyangkut kegiatan manajemen untuk mengo-
perasikan strategi ; 9) Peninjauan kembali dan evaluasi, untuk menilai apakah organisasi berjalan
ke arah tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Proses penyusunan perencanaan strategis yang
diuaraikan diatas, apabila diikuti dengan baik tentu akan menghasilkan perencanaan strategis
yang benar-benar tepat untuk orga- nisasi yang bersangkutan. Setiap orang yang melakukan
penyusunan perencanaan strategis untuk organisasinya hampir bisa dipastikan selalu
mengharapkan perencanaan strategis itu bisa diimplementasikan dengan baik dan dapat mencapai
hasil seperti yang dikehen- daki. Adapun beberapa kriteria dapat diguna- kan untuk menilai
efektivitas perencanaan menurut Handoko (2009 : 103), yaitu men- cakup kegunaan, ketepatan
dan obyektivitas, ruang lingkup, efektivitas biaya, akuntabilitas dan ketepatan waktu.

PERAN PERENCANAAN STRATEGIS DALAM ORGANISASI


Perencanaan strategis sebagai perencana- an jangka panjang yang bersifat menyeluruh
sudah tentu memegang peranan penting dalam organisasi. Keberadaannya diyakini mam- pu
membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik. Hal ini mengingat bahwa perencanaan strategis
dijadikan dasar untuk membuat perencanaan operasional dalam rangka men- capai tujuan
organisasi. Perencanaan strategis dinilai sangat berperan dalam membangun sebuah sistem kerja
yang mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi. Handoko (2009 : 92-94) mengemukakan
bahwa ada tiga alasan yang menunjukkan pentingnya perencanaan strategik. Pertama,
perencanaan strategik memberikan kerangka dasar dalam mana semua bentuk-bentuk
perencanaan lainnya harus diambil. Kedua, pemahaman terhadap perencanaan strategik akan
mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencanaan lain- nya. Ketiga, perencanaan strategik
sering merupakan titik permulaan bagi pemahaman dan penilaian kegiatan-kegiatan manajer dan
organsasi.
Perencanaan strategis juga dikatakan me- miliki peran penting guna memastikan agar
semua anggota organisasi bekerja ke arah tujuan yang sama. Peran perencanaan strategispun
menjadi semakin diperlukan dalam organisasi mengingat adanya kebaikan-kebaik- an yang
terkandung dalam perencanaan strategis tersebut. Handoko (2009 : 99) menyata- kan bahwa
kebaikan utama perencanaan strategik adalah dalam memberikan pedoman yang konsisten bagi
kegiatan-kegiatan organi- sasi. Dengan mempergunakan perencanaan strategik, para manajer
akan memberikan kepada organisasi tujuan-tujuan yang dirumus- kan secara jelas dan metode-
metode bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Jadi organi- sasi mempunyai sasaran dan
pengarahan yang jelas. Di samping itu proses perencanaan strategik, membantu manajer
mengantisipasi masalah-masalah sebelum timbul dan mena- nganinya sebelum menjadi lebih
berat. Kebaikan penting perencanaan strategik lainnya adalah membantu manajer dalam
pembuatan keputusan. Analisis hati-hati dari perencanaan strategik memberikan kepada para
manajer lebih banyak informasi yang mereka perlukan untuk membuat keputusan- keputusan
yang baik. Perencanaan strategik juga meminimumkan kemungkinan kesalahan, karena tujuan
atau sasaran, dan strategi dirumuskan dengan sangat cermat. Hal ini akan mengurangi kesalahan
atau kemungki- nan tidak dapat dikerjakan, terutama dalam organisasi di mana ada periode waktu
yang panjang antara suatu keputusan manajer dan hasilnya. Adanya peran perencanaan strategis
yang sangat penting dalam organisasi juga dapat dilihat secara nyata dalam uraian-uraian beri-
kut ini. Penelitian Nugroho (2010) menguraikan tentang implementasi perencanaan strategis
pada organisasi sosial bidang pendidikan, khususnya pada sebuah sekolah. Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa perencanaan strategis yang disusun pada sebuah sekolah dan
diimplementasikan dengan baik mampu memberikan manfaat yang besar bagi sekolah tersebut
dalam mencapai tujuannya. Proses penyusunan perencanaan strategis yang tertata rapi pada
sebuah sekolah membuat sekolah tersebut berhasil mencapai tujuannya. Adapun proses
penyusunan perencanaan strategis di sekolah ini diawali dengan merumuskan visi sekolah, misi
sekolah dan tujuan sekolah, ke- mudian dilanjutkan dengan membentuk satuan tugas penyusun
perencanaan strategis, selanjutnya ada proses perumusan dan akhirnya penetapan perencanaan
strategis pada sekolah tersebut. Analisis SWOT digunakan dalam menyusun perencanaan
strategis sekolah ini. Adanya analisis tentang kekuatan-kekuatan sekolah, kelemahan-kelemahan
sekolah, peluang-peluang bagi sekolah dan tantangantantangan yang akan dihadapi sekolah
dijadi- kan dasar untuk menyusun perencanaan strategis sekolat tersebut. Selanjutnya dikemuka-
kan pula bahwa implementasi perencanaan strategis pada sekolah ini berjalan efektif. Adapun
faktor-faktor yang berperan dalam mempengaruhi efektivitas implementasi peren- canaan
strategis pada sekolah ini adalah kepemimpinan, pemahaman guru dan staf terhadap rencana
strategis, dukungan dari pemerintah, monitoring dan evaluasi, kerja sama dan tanggung jawab
semua anggota organisasi , dana, dan kerja sama yang baik berupa kerja sama secara internal dan
eksternal. Akhirnya diuraikan bahwa kontribusi implementasi perencanaan strategis bagi sekolah
ini adalah sekolah mempunyai pedo- man dalam menjalankan semua aktivitasnya, sekolah
mempunyai dasar kebijakan sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil menjadi terarah,
memudahkan dalam membuat program tahunan sekolah dan menentukan target-target yang harus
dicapai serta sekolah menjadi berkembang secara efektif (Nugroho, 2010). Studi Ugboro (2011)
menunjukkan dengan jelas bahwa efektivitas perencanaan strategis merupakan alat yang efektif
dari manajemen strategis. Perencanaan strategis diperlukan dalam mencapai tujuan pada
organisasi. Selanjutnya diungkapkan pula bahwa perencanaan strategis yang efektif memerlukan
peran aktif pimpinan organisasi dalam menentukan arah strategis organsasi. Peran aktif lainnya
adalah menciptakan lingkungan yang mengakui kebe- radaan perencanaan strategis sebagai alat
efektif manajemen strategis. Adanya dukungan yang baik dari semua anggota organisasi terhadap
perencanaan strategis tersebut sa- ngat membantu keberhasilan penca-paian tujuan. Perencanaan
strategispun harus bisa merespon perubahan lingkungan yang terjadi dan perencanaan strategis
harus bisa mengha- dapi tantangan yang ada. Penelitian Moutinho dan P.A.Phillips(2002)
menegaskan peran penting perencanaan strategis pada persaingan, kinerja dan efektivitas di
sektor perbankan. Penelitian Sudarma (2003) telah menunjukkan hasil yang berbeda antara
organisasi yang melakukan perencana- an strategis formal dengan organisasi yang melakukan
perencanaan strategis non formal. Dalam hal ini, organisasi yang dimaksud adalah perbankan,
yaitu Bank Perkreditan Rakyat. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa orga- nisasi yang
melaksanakan perencanaan strategis formal memiliki rata-rata kinerja keuang- an yang lebih baik
daripada yang melakukan perencanaan strategis non formal (Sudarma, 2003). Kemudian studi
Elbanna (2009) menge- mukakan tentang praktek perencanaan strate- gis yang mampu
meningkatkan efektivitas perencanaan strategis. Berikutnya adalah penelitian Kargar dan John A.
Parnel (1996) menguraikan adanya keterkaitan karakteristik peren- canaan strategis dan kepuasan
perencanaan pada perusahaan kecil. Kemudian penelitian Pudjadi, Kristianto dan Andre Tommy
(2007) menunjukkan bahwa adanya penggunaan perencanaan strategis informasi membuat pihak
perusahaan dapat mengetahui tentang faktor-faktor penting yang dibutuhkan perusa- haan dalam
rangka mengembangkan suatu sistem informasi yang sejalan dengan strategi perusahaan tersebut.
Berdasarkan beberapa uraian di atas jelas membuktikan bahwa perencanaan strategis dalam
organisasi memegang peranan penting dalam organisasi. Perencanaan strategis mam- pu
memberikan kontribusi yang berarti untuk meraih keberhasilan organisasi. Oleh karena itu sudah
seharusnya setiap organisasi memiliki perencanaan strategis yang tepat untuk dapat mencapai
tujuan organisasinya. Akhirnya dapat dikatakan bahwa organisa- si yang mampu menyusun
perencanaan strate- gis dengan cermat akan mampu menghasilkan perencanaan strategis yang
tepat bagi organi- sasi tersebut. Tujuan organisasi ditetapkan dengan tepat sehingga segala
sesuatu yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan terse but juga akan menjadi lebih jelas.
Semua ang- gota organisasi akan bekerja fokus pada pencapaian tujuan. Semua anggota
organisasi akan melakukan aktivitas ke arah yang sama karena mereka memiliki satu tujuan yang
sama. Adanya keberhasilan menyusun dan mengimplementasikan perencanaan strategis dalam
organisasi akhirnya akan mengantarkan organisasi mencapai kesuksesannya.

Manajemen Sarana & Prasarana Pendidikan dan Keuangan Pendidikan


PENDAHULUAN

Sekolah merupakan sebuah aktifitas besar yang di dalamnya ada empat komponen yang
saling berkaitan. Empat komponen yang dimaksud adalah Staf Tata Laksana Administrasi, Staf
Teknis Pendidikan didalamnya ada Kepala Sekolah dan Guru, Komite sekolah sebagai badan
independent yang membantu terlaksananya operasional pendidikan, dan siswa sebagai peserta
didik yang bisa ditempatkan sebagai konsumen dengan tingkat pelayanan yang harus memadai.
Hubungan keempatnya harus sinergis, karena keberlangsungan operasioal sekolah terbentuknya
dari hubungan simbiosis mutualis keempat komponen tersebut karena kebutuhan akan
pendidikan demikian tinggi, tentulah harus dihadapi dengan kesiapan yang optimal semata-mata
demi kebutuhan anak didik. Berkaitan dengan upaya mewujudkan tujuan tersebut, seringkali
timbul beberapa masalah. Masalah-masalah itu dapat dikelompokan sesuai dengan tugas-tugas
administratif yang menjadi tanggung jawab administrator sekolah. Diantaranya adalah tugas yang
dikelompokan menjadi substansi perlengkapan dan sistem keuangan sekolah.
Manajemen sekolah akan efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia
yang profesional untuk mengoperasikan sekolah, kurikulum yang sesuai dengan tingkat
perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan commitment (tanggung jawab terhadap
tugas) tenaga kependidikan yang handal, dan semuanya itu didukung sarana-prasarana yang
memadai untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar, dana yang cukup untuk menggaji staf
sesuai dengan fungsinya, serta partisipasi masyarakat yang tinggi. Bila salah satu hal diatas tidak
sesuai dengan yang diharapkan atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka efektivitas dan
efisiensi pengelolaan sekolah kurang optimal. Dengan demikian harus ada keseimbangan antara
komponen-komponen diatas. Untuk mencapai keseimbangan tersebut, diperlukan pengelola yang
mengerti dan memahami prinsip-prinsip dalam pegelolaan sarana prasarana sekolah untuk
tercapainya tujuan pendidikan tertentu.

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan


Prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak
langsung menunjang proses pendidikan di sekolah. Dalam pendidikan misalnnya lokasi atau
tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, ruang dan sebagainya. Sedangkan sarana
pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, seperti: ruang, buku, perpustakaan, labolatorium
dan sebagainya.
Sedangkan menurut keputusan menteri P dan K No.079/1975, sarana pendidikan terdiri dari 3
kelompok besar yaitu:
1. Bangunan dan perabot sekolah.
2. Alat pelajaran yang terdiri dari pembukauan dan alat-alat peraga dan labolatarium.
3. Media pendidikan yang dapat dikelompokan menjadi audiovisual yang
menguanakan alat penampil dan media yang tidak menggunakan alat penampil.
Adapun yang bertanggungjawab tentang sarana dan prasarana pendidikan adalah para pengelola
administrasi pendidikan. Secara mikro atau sempit maka kepala sekolah bertanggung jawab
masalah ini, seperti :
1. Hubungan antara peralatan dan pengajaran dengan program pengajaran.
2. Tanggung jawab kepala sekolah dan kaitannya dengan pengurusan dan prosedur
3. Beberapa pedoman administrasi peralatan
4. Administrasi gedung dan perlengkapan sekolah
Dari beberapa uraian diatas, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat
didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan
secara efektif dan efisien.( Bafadal,2003). Definisi ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana
yang ada di sekolah perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di
sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah
bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan
yang amat penting di sekolah, karena keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya
proses pembelajaran disekolah.
Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses sebagaimana
terdapat dalam manajemen yang ada pada umumnya, yaitu : mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan dan pengawasan. Apa yang dibutuhkan oleh
sekolah perlu direncanakan dengan cermat berkaitan dengan sarana dan prasarana yang
mendukung semua proses pembelajaran. Sarana pendidikan ini berkaitan erat dengan semua
perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar
mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar
yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah seperti ;
ruang, perpustakaan, kantor sekolah, UKS, ruang osis, tempat parkir, ruang laboratorium, dll.

2.2 Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan


Secara umum, tujuan manajemen sarana prasarana pendidikan adalah memberi layanan
secara profesional di bidang sarana prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses
pendidikan secara efektif dan efisien. Secara rinci tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem
perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. Dengan perkataan ini, melalui
manajemen perlengkapan pendidikan di harapkan semua perlengkapan yang di dapatkan
oleh sekolah adalah serana dan serana pendidikan yang berkualitas tnggi, sesuai dengan
kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.
2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana prasarana sekolah secara tepat dan
efisien.
3. Untuk menupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, sehingga
keberadaannya selalu dan kondisi siap pakai setiap di perlukan oleh semua personel
sekolah.

2.3 Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan


Agar tujuan-tujuan manajemen perlengkapan bisa tercapai ada beberapa prinsip
yang perlu di perhatikan dalam mengelola perlengkapan di sekolah, prinsip-prinsip yang
dimaksud adalah :
1. Prinsip Pencapaian Tujuan
Pada dasarnya manajemen perlengkapan sekolah di lakukan dengan maksud
agar semua fasilitas sekolah dalam keadaan kondisi siap pakai. Oleh sebab itu,
manajemen perlengkapan sekolah dapat di katakan berhasil bilaman fasilitas sekolah itu
selalu siap pakai setiap saat, pada setiap seorang personel sekolah akan
menggunakannya.
2. Prinsip Efisiensi
Dengan prinsip efisiensi semua kegiatan pengadaan sarana dan prasarana
sekolah di lakukan dengan perencanaan yang hati, sehingga bisa memperoleh fasilitas
yang berkualitas baik dengan harga yang relatif murah. Dengan prinsip efisiensi berarti
bahwa pemakaian semua fasilitas sekolah hendaknya dilakukan dengan sebaik-
baiknya, sehingga dapat mengurangi pemborosan. Maka perlengkapan sekolah
hendaknya di lengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaannya.
Petunjuk teknis tersebut di komunikasikan kepada semua personil sekolah yang di
perkirakan akan menggunakannya. Selanjutnya, bilaman di pandang perlu, di lakukan
pembinaan terhadap semua personel.
3. Prinsif Administratif
Di Indonesia terdapat sejumlah peraturan perundang-undangan yang berkenaan
dengan sarana dan prarana pendidikan sebagai contoh adalah peraturan tentang
inventarisasi dan penghapusan perlengkapan milik negara. Dengan prinsip administratif
berarti semua perilaku pengelolaan perlengkapan pendidikan di sekolah itu hendaknya
selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi, dan pedoman yang telah di
berlakukan oleh pemerintah. Sebagai upaya penerapannya, setiap penanggung jawab
pengelolaan perlengkapan pendidikan hendaknya memahami semua peraturan
perundang-undangan tersebut dan menginformasikan kepada semua personel sekolah
yang di perkirakan akan berpartisipasi dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan.
4. Prinsip Kejelasan Tanggung Jawab
Di Indonesia tidak sedikit adanya kelembagaan pendidikan yang sangat besar
dan maju. Oleh karena besar, sarana dan prasarananya sangat banyak sehingga
manajemennya melibatkan banyak orang. Bilaman hal itu terjadi maka perlu adanya
pengorganisasian kerja pengelolaan perlengkapan pendidikan. Dalam
pengorganisasiannya, semua tugas dan tanggung jawab semua orang yang terlibat itu
perlu dideskripsikan dengan jelas.
5. Prinsip Kekohesifan
Dengan prinsip kekohesfan berarti manajemen perlengkapan pendidikan di
sekolah hendaknya terealisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat
kompak. Oleh kerena itu, walaupun semua orang yang terlibat dalam pengelolaan
perlengkapan itu telah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, namun
antara satu dengan yang lainnya harus selalu bekerja sama dengan baik.

2.4 Proses-Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan


Sebelum telah ditegaskan bahwa manajemen sarana dan prasarana sekolah merupakan
proses kerjasama pendayagunaan semua perlengkapan sekolah secara efektif dan efisien. Satu hal
yang perlu di pertegas dalam definisi tersebut adalah bahwa manajemen sarana prasarana sekolah
merupakan suatu proses pendayagunaan yang sasarannya adalah perlengkapan pendidikan,
seperti perlengkapan sekolah, perlengkapan perpustakaan, media pengajaran, dan perlengkapan
lainnya, manajeman perlengkapan sekolah itu terwujud sebagai suatu proses yang terdiri atas
langkah-langkah tertentu secara sistematis. Secara sederhana manajemen sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah mencakup kegiatan-kegiatan pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan
pemeliharaan, inventarisasi, dan penghapusan sarana dan prasarana pendidika. Dalam makalah
ini tentu tidak mungkin membahasnya secara keseluruhan dan rinci. Berikut ini hanya dibahas
tiga hal sangat penting, yaitu: (1) pengadaan sarana dan prasarana; (2) pemeliharaan sarana dan
prasarana; (3) penghapusan sarana dan prasarana sekolah.
Akhir- akhir ini banyak sekali uraian tentang langkah-langkah manajemen sarana
prasarana sekolah sebagaimana di kemukakan oleh para teoritisi penggelolaan perlengkapan
pendidikan. Stoops dan Johnson (1967) pernah menggungkapkan bahwa langkah-langkah
manajemen sarana prasarana pendidikan itu meliputi analisis kebutuhan, analisis anggaran,
seleksi, penetapan kebutuhan, pembelian, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemakaian,
inventarisasi dan pemeliharaan. Sementara pakar manajemen pendidikan lainnya menyimpulkan
bahwa manajemen sarana prasarana pendidikan disekolah itu meliputi analisis dan penyusunan
kebutuhan, pengadaan, penyaluran, pemakaian dan pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan.
Kegiatan seperti analisis dan penyusunan kebutuhan, pembelian, penerimaan
perlengkapan sekolah yang pada dasarnya dilakukan oleh pengelola perlengkapan pendidikan
sebagai perencanaan pengadaan perlengkapan. Oleh karena itu, semua kegiatan tersebut dapat
dikategorikan dengan pengadaan perlengkapan pendidikan. Begitu perlengkapan sekolah yang
diadakan itu diterima, lalu semuanya disimpan untuk di distribusikan kepada unit-unit yang akan
memakainya. Sementara dipakai, semua perlengkapan sekolah hendaknya selalu dipelihara,
sehingga secara keseluruhan dalam keadaan siap pakai. Selanjutnya secara periodik semua
perlengkapan sekolah tersebut di inventarisasikan. Apabila dalam inventarisasinya ternyata ada
sejumlah perlengkapan yang sudah tidak layak pakai maka perlu dilakukan penghapusan. Pada
gilirannya nanti, semua hasil inventarisasi dan penghapusan tersebut dijadikan analisis kebutuhan
untuk pengadaan perlengkapan sekolah pada masa berikutnya.
1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengadaan sarana dan prasarana sekolah biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan perkembangan pendidikan program sekolah, menggantikan barang-barang yang
rusak, hilang, di hapuskan, atau sebab-sebab lain yang dapat di pertanggung jawabkan. Dengan
pengadaan tersebut diharapkan dapat menjaga tingkat persediaan barang setiap tahun anggaran
mendatang. Berkenaan dengan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah ada tiga
hal yang perlu dipahami. Pertama, bahwa pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
harus melalui perencanaan yang hati-hati. Kedua, bahwa banyak cara dalam pengadaan
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Ketiga, bahwa pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah harus diadministrasikan dengan tertib, sehingga semua pegeluaran uang
yang berkenaan dengan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah itu dapat
dipertanggungjawabkan baik kepada Pemerintah, Yayasan Pembina, maupun masyarakat.

a. Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah


Pengadaan sarana dan prasarana sekolah seharusnya di rencanakan dengan hati-hati
sehingga semua pengadaannya selalu sesuai dengan, atau memenuhi kebutuhan pengadaan
saranadan prasarana sekolah. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dapat
didefinisikan sebagai suatu proses memikirkan dan menetapkan program pengadaan fasilitas
sekolah, baik yang berbentuk sarana maupun prasarana pendidikan di masa yang akan datang
untuk mencapai tujuan tertentu. Soekarno (1987) mendeskripsikan langkah-langkah perencanaan
pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah sebagai berkut:
1. Menempuh semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang
diajukan oleh setiap unit kerja dan atau menginvestarisasi kekurangan
perlengkapan sekolah.
2. Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode
tertentu, misalnya untuk satu triwula atau satu tahun ajaran.
3. Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan
yang tersedia sebelumnya.
4. Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah
yang tersedia. Apabila dana yang tersedia tidak mencukupi untuk pengadaan
semua kebutuhan itu, maka perlu dilakukan seleksi terhadap semua kebutuhan
perlengkapan yang telah direncanakan dengan melihat urgensi setiap
perlengkapan yang dibutuhkan. Semua perlengkapan yang urgen segera
didaftar.
5. Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan yang urgen dengan
dana atau anggaran yang tersedia, maka perlu dilakukan seleksi lagi dengan
cara membuat skala prioritas.
6. Penetapan rencana pengadaan akhir.
Bahwa perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah itu tidak
mudah. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan di masa yang
akan datang dan bagaimana pengadaannya secara sistematis, rinci, teliti berdasarkan informasi
yang realistik tentang kondisi sekolah.
b. Cara Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengadaan perlengkapan pendidikan pada dasarnya merupakan upaya merealisasikan
rencana pengadaan perlengkapan yang telah di susun sebelumnya. Sering kali sekolah mendapat
bantuan sarana dan prasarana pendidikan dari Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional, Dinas Pendidikan Nasional Provinsi, dan Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten.
Dalam kaitan itu ada beberapa cara yang ditempuh untuk mendapatkan perlengkapan
yang dibutuhkan di sekolah, yaitu sebagai berikut:
1. Pengadaan perlengakapan dengan cara membeli, baik secara langsung di Pabrik,
di Toko, maupun melalui pemesanan terlebih dahulu.
2. Pengadaan perlengkapan dengan cara mendapatkan hadiah atau meminta
sumbangan kepada orang tua murid, lembaga-lembaga sosial tertentu yang tidak
mengikat.
3. Pengadaan perlengkapan dengan cara tukar menukar barang lebih yang dimiliki
sekolah dengan barang lain yang belum dimiliki sekolah.
4. Pengadaan perlengkapan dengan cara meminjam/menyewa.

c. Administrasi Sarana dan Prasarana Pendidikan


Secara definitif, inventarisasi dapat diartikan sebagai pencatatan dan penyusunan daftar
barang milik negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau
pedoman-pedoman yang berlaku.
Kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan meliputi dua kegiatan,
yaitu pertama,kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode
barang; dan keduakegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan.
Pencatatan sarana dan prasarana sekolah :
1. Buku Penerimaan Barang.
2. Buku Pembelian Barang.
3. Buku Induk Inventaris.
4. Buku Golomgan Invevtaris.
5. Buku Bukan Iventaris.
6. Buku (Kartu) Stok Barang
Pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang tergolong barang inventaris.
Caranya dengan membuat kode barang dan menempelkannya atau menuliskannya
pada badan barang perlengkapan yang tergolong sebagai barang investaris. Kode
barang adalah sebuah tanda yang menunjukkan pemilikan barang. Kode tersebut pada
badan barang perlengkapan yang sekiranya mudah dibaca dan dilihat. Tujuan
pembuatan dan penulisan kode tersebut adalah untuk memudahkan semua pihak dalam
mengenal kembali semua perlengkapan disekolah, baik ditinjau dari kepemilikan,
penanggung jawab, maupun jenis dan golongannya. Biasanya kode barang itu
berbentuk angka atau numerik yang menunjukkan departemen, lokasi, sekolah, dan
barang.
Semua perlengkapan pendidikan disekolah yang tergolong barang inventaris
harus dilaporkan. Laporan tersebut seringkali disebut dengan istilah laporan mutasi
barang. Pelaporan dilakukan dalam periode tertentu, misalnnya sekali dalam satu
triwulan. Dalam satu tahun ajaran misalnnya, pelaporan dilakukan disetiap bulan Juli,
oktober, Januari dan April tahun berikutnya.
2. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Ada beberapa macam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
ditinjau dari sifat maupun waktunya.
Ditinjau dari sifatnya ada empat macam pemeliharaan sarana prasarana
pendidikan di sekolah. Keempat macam pemeliharaan tersebut:
1. Pemeliharaan perlengkapan bersifat pengecekan
2. Pemeliharaan yang bersifat pencegahan
3. Pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan
4. Perbaikan berat
Ditinjau dari waktu pemeliharaannya ada dua macam pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah:
1. Pemeliharaan sehari-hari, Sepeti menyapu, mengepel lantai,
membersihkan pintu.
2. Pemeliharaan berkala, misalnya pengontrolan genting, pengapuran
tembok
3. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Secara defenitif, penghapusan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan
meniadakan barang-barang milik lambaga (bisa juga milik negara) dari daftar inventaris
dengan cara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai salah
satu aktivitas dalam pengelolaan sarana prasarana pendidikan, penghapusan bertujuan
untuk:
1. Mencegah dan atau membatasi kerugian yang lebih besar sebagai akibat
pengeluaran dana untuk perbaikan perlengkapan yang rusak.
2. Mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan perlengkapan yang
tidak berguna lagi.
3. Membebaskan lembaga dari tanggungjawab pemeliharaan dan
pengamanan.
4. Meringankan beban inventarisasi.
Kepala sekolah memiliki untuk melakukan penghapusan terhadap perlengkapan
sekolah. Namun perlengkapan yang akan dihapus harus memenuhi persyaratan-
persyaratan penghapusan. Demikian pula prosedurnya harus mengikuti peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Barang-barang yang memenuhi syarat untuk
dihapus adalah:
1. Barang-barang dalam keaadan rusak berat sehingga tidak dapat
manfaatkan lagi
2. Barang-barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan
3. Barang-barang kuno yang penggunaannya tidak efisien lagi
4. Barang-barang yang terkena larangan
5. Barang-barang yang mengalami penyusutan diluar kekuasaan pengurus
barang
6. Barang-barang yang pemeliharaan tidak seimbang dengan
penggunaannya
7. Barang-barang yang berlebihan dan tidak digunakan lagi
8. Barang-barang yang dicuri
9. Barang-barang yang diselewengkan
10. Barang-barang yang terbakar atau musnah akibat adanya bencana alam
4. Pendistribusian Sarana Prasarana Sekolah
Penditribusian atau penyaluran perlengkapan merupakan kegiatan pemindahan
barang dan tanggung jawab penyimpanan kepada unit-unit atau orang-orang yang
membutuhkan barang itu. Dalam prosesnya ada 3 hal yang harus di perhatikan yaitu
ketepatan barang yang di sampaikan, baik jumlah maupun jenisnya; ketepatan sasaran
penyampaiannya, ketepatan kondisi barang yang di salurkan. Dalam rangka itu paling
tidak 3 langkah yang sebaiknya di tempuh pleh bagian penanggung jawab penyimpanan
atau penyaluran, yaitu :
1. Penyusunan alokasi barang;
2. Pengiriman barang;
3. Penyerahan barang.
Untuk dapat di katakan berjalan secara efektif, dalam pendistribusian harus
memenuhi beberapa asas pendistribusian. Ada beberapa asas pendistribusian yang
perlu di perhatikan,yaitu :
1. Asas ketepatan
2. Asas kecepatan
3. Asas keamanan
4. Asas ekonomi
2.5 Pengertian Manajemen Keuangan Pendidikan
Manajemen keuangan adalah sumber daya yang diterima yang akan
dipergunakan untuk penyelenggaraan pendidikan. Manajemen keuangan dimaksudkan
sebagai suatu manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan.
Menurut Jones (1985), manajemen keuangan meliputi:
1. Perencanaan financial, yaitu kegiatan mengkoordinir semua sumber daya
yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematik tanpa
efek samping yang merugikan.
2. Pelaksanaan (implenmentation involves accounting), yaitu kegiatan
berdasarkan rencana yang telah dibuat.
3. Evaluasi, yaitu proses penilaian terhadap pencapaian tujuan.
2.6 Tujuan Manajemen Keuangan Pendidikan
Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan
sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan,
dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan
efisien. Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah.
2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.
3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah
dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai
dalam pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara
benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
2.7 Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Pendidikan
Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-
undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas
masing-masing prinsip tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan
efisiensi.
1. Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen
berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan,
bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam
manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan
jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa
memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi
keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua,
masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di
sekolah. Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara
pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui penyediaan
informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai. Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh semua warga
sekolah dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan belanja
sekolah (RAPBS) bisa ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di depan
ruang tata usaha sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu dapat
dengan mudah mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui berapa jumlah uang
yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan digunakan untuk apa saja uang itu.
Perolehan informasi ini menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap sekolah.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena
kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang
menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti
penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan
yang berlaku maka pihak sekolah membelanjakan uang secara bertanggung jawab.
Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah.
Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu
1. adanya transparansi para penyelenggara sekolah dengan menerima
masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah.
2. adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya.
3. adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam
menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang
murah dan pelayanan yang cepat.
3. Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Garner(2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena sebenarnya efektivitas
tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan
dengan pencapaian visi lembaga. Effectiveness characterized by qualitative outcomes.
Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dikatakan
memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan
untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan
dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
4. Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efficiency
characterized by quantitative outputs (Garner,2004). Efisiensi adalah perbandingan
yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau antara daya dan hasil.
Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. Menurut Depdiknas (2000)
bahwa manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan
keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban
dan pelaporan Dengan demikian, manajemen keuangan sekolah dapat diartikan
sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan,
pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah.
Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal:
1. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya : Kegiatan dapat
dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang sekecil-
kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.
2. Dilihat dari segi hasil : Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan
penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-
banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya.
2.8 Tugas Manajer Keuangan Pendidikan
Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan menganut asas pemisahan tugas
antara fungsi Otorisator, Ordonator, dan Bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang
diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan
pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan
pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan
berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. Bendaharawan adalah pejabat yang
berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang serta
diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.
Kepala Sekolah, sebagai manajer, berfungsi sebagai Otorisator dan dilimpahi
fungsi Ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun, tidak dibenarkan
melaksanakan fungsi Bendaharawan karena berkewajiban melakukan pengawasan ke
dalam. Sedangkan Bendaharawan, di samping mempunyai fungsi-fungsi
Bendaharawan, juga dilimpahi fungsi ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.
Manajer keuangan sekolah berkewajiban untuk menentukan keuangan sekolah, cara
mendapatkan dana untuk infrastruktur sekolah serta penggunaan dana tersebut untuk
membiayai kebutuhan sekolah. Tugas manajer keuangan antara lain:
1. Manajemen untuk perencanaan perkiraan.
2. Manajemen memusatkan perhatian pada keputusan investasi dan
pembiayaannya
3. Manajemen kerjasama dengan pihak lain
4. Penggunaan keuangan dan mencari sumber dananya
Seorang manajer keuangan harus mempunyai pikiran yang kreatif dan dinamin.
Hal ini penting karena pengelolaan yang dilakukan oleh seorang manajer keuangan
berhubungan dengan masalah keuangan yang sangat penting dalam penyelenggaraan
kegiatan sekolah. Adapun yang harus dimiliki oleh seorang manajer keuangan yaitu
strategi keuangan. Strategi tersebut antara lain:
Strategic Planning
Berpedoman keterkaitan antara tekanan internal dan kebutuhan ekternal yang datang
dari luar. Terkandung unsur analisis kebutuhan, proyeksi, peramalan, ekonomin dan
financial.
Strategic Management
Upaya mengelolah proses perubahan, seperti: perencanaan, strategis, struktur
organisasi, kontrol, strategis dan kebutuhan primer.
Strategic Thinking
Sebagai kerangka dasar untuk merumuskan tujuan dan hasil secara
berkesinambungan.
2.9 Proses Manajemen Keuangan Pendidikan
Komponen keuangan sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan
terlaksananya kegiatan belajar-mengajar bersama komponen komponen lain. Dengan kata lain,
setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya. Dalam tataran pengelolaan Vincen P
Costa (2000 : 175) memperlihatkan cara mengatur lalu lintas uang yang diterima dan
dibelanjakan mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan
sampai dengan penyampaian umpan balik. Kegiatan perencanaan menentukan untuk apa, dimana,
kapan dan beberapa lama akan dilaksanakan, dan bagaimana cara melaksanakannya. Kegiatan
pengorganisasian menentukan bagaimana aturan dan tata kerjanya. Kegiatan pelaksanaan
menentukan siapa yang terlibat, apa yang dikerjakan, dan masing-masing bertanggung jawab
dalam hal apa. Kegiatan pengawasan dan pemeriksaan mengatur kriterianya, bagaimana cara
melakukannya, dan akan dilakukan oleh siapa. Kegiatan umpan balik merumuskan kesimpulan
dan saran-saran untuk kesinambungan terselenggarakannya Manajemen Operasional Sekolah.
Muchdarsyah Sinungan menekankan pada penyusunan rencana (planning) di dalam setiap
penggunaan anggaran. Langkah pertama dalam penentuan rencana pengeluaran keuangan adalah
menganalisa berbagai aspek yang berhubungan erat dengan pola perencanaan anggaran, yang
didasarkan pertimbangan kondisi keuangan, line of business, keadaan para nasabah/konsumen,
organisasi pengelola, dan skill para pejabat pengelola.
Proses pengelolaan keuangan di sekolah meliputi:
Perencanaan anggaran Sekolah
Kepala Sekolah hendaknya mengetahui sumber-sumber dana yang merupakan sumberdaya
sekolah. Sumber dana tersebut antara lain meliputi:
1. Anggaran rutin
2. Dana Penunjang Pendidikan (DPP)
3. Subsidi Bantu Penyelenggaraan Pendidikan (SBPP)
4. Bantuan Operasional dan Perawatan (BOP)
5. Badan Pembantu Penyelenggaran Pendidikan (BP3)
6. Donatur, Badan Usaha serta sumbangan lain-lain.
Ada juga sekolah yang mengembangkan penggalian dana dalam bentuk:
1. Amal Jariah
2. Zakat Mal
3. Uang Syukuran
4. Amal Jumat
Pelaksanaan Anggaran Belanja Sekolah
Dalam mempergunakan anggaran, ada asas yang lazim dijadikan pedoman yaitu asas
umum pengeluaran negara, bahwa manfaat penggunaan uang negara minimal harus sama apabila
uang tersebut digunakan sendiri oleh masyarakat. Asas ini tercermin dalam prisip-prinsip yang
dianut dalam pelaksanaan APBN seperti prinsip efisien, pola hidup sederhana dan sebagainya.
Setiap melaksanakan kegiatan yang memberatkan anggran belanja, ada ikatan-ikatan yang
berupa: pembatasan-pembatasan, larangan-larangan, keharusan-keharusan dan prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan setiap petugas yang diberi wewenang dan kewajiban mengelola uang
negara.
Ketentuan yang berupa pembatasan dan larangan-larangan terdapat dalam peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara. Antara lain: Undang-
Undang Perbendaharaan Negara pasal 24,28,30, yaitu pengeluaran yang melampaui kredit
anggaran atau tidak tersedia anggarannya, tidak boleh terjadi. Kredit-kredit yang disediakan
dalam anggaran tidak boleh ditambah baik langsung maupun tidak langsung karena adanya
keuntungan bagi negara. Barang-barang milik negara berupa apapun tidak boleh diserahkan
kepada mereka yang mepunyai tagihan terhadap negara. Ketentuan-ketentuan tersebut pada
hakikatnya mengacu pada hal yang sama yaitu membatasi penggunaan anggaran oleh pemerintah
dalam jumlah seperti yang diterapkan tercantum dalam anggaran dan hanya untuk kegiatan
seperti yang dimaksud dalam kredit anggaran masing-masing (Widjanarko, Sahertian,
1996/1997). Selanjutnya penggunaan dana di sekolah sebagaimana telah dikemukan diatas, dana
rutin, DPP, BOP, dipergunakan sesuai dengan mata anggaran yang ditentukan. Sedang untuk
dana BP3 dan dana lainnya dipergunakan sesuai dengan yang ditentukan juga.
Penyelenggaraan Pembukaan dan Penyampaian Laporan
Pembukuan anggaran baik penerimaan maupun pengeluaran harus dilakukan secara tertib,
teratur dan benar. Pembukuan yang tertib, akan mudah diketahui perbandingan antara proyek
baik fisik maupun sumber daya manusia. Setiap saat pembukuan harus dapat menggambarkan
mutasi yang paling akhir. Dari pembukuan yang baik, tertib, teratur, lengkap dan Up To Date
akan dapat disajikan pelaporan yang baik, lengkap dan bermanfaat. Penbuatan laporan secara
teratur dan periodik dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentu yang berlaku.
Pengawasan Pelaksanaan Anggaran Sekolah
Pemeriksaan kas sewaktu-waktu dan penutupan buku kas umum secara bulanan
merupakan tanggungjawab kepala sekolah. Pemeriksaan kas ini didasarkan pada buku kas umum
yang dipergunakan oleh bendaharawan untuk mencatat transaksi kas yang menjadi
tanggungjawab kepala sekolah.
2.10 Sumber Sumber Manajemen Keuangan Pendidikan
1. Dana dari Pemerintah
Dana dari pemerintah disediakan melalui jalur Anggaran Rutin dalam Daftar Isian
Kegiatan (DIK) yang dialokasikan kepada semua sekolah untuk setiap tahun ajaran. Dana ini
lazim disebut dana rutin. Besarnya dana yang dialokasikan di dalam DIK biasanya ditentukan
berdasarkan jumlah siswa kelas I, II dan III. Mata anggaran dan besarnya dana untuk masing-
masing jenis pengeluaran sudah ditentukan Pemerintah di dalam DIK. Pengeluaran dan
pertanggungjawaban atas pemanfaatan dana rutin (DIK) harus benarbenar sesuai dengan mata
anggara tersebut. Selain DIK, pemerintah sekarang juga memberikan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS). Dana ini diberikan secara berkala yang digunakan untuk membiayai seluruh
kegiatan operasional sekolah.
2. Dana dari Orang Tua Siswa
Pendanaan dari masyarakat ini dikenal dengan istilah iuran Komite. Besarnya sumbangan
dana yang harus dibayar oleh orang tua siswa ditentukan oleh rapat Komite sekolah. Pada
umumnya dana Komite terdiri atas :
1. Dana tetap bulan sebagai uang kontribusi yang harus dibayar oleh orang tua setiap
bulan selama anaknya menjadi siswa di sekolah
2. Dana incidental yang dibebankan kepada siswa baru yang biasanya hanya satu kali
selama tiga tahun menjadi siswa (pembayarannya dapat diangsur).
3. Dana sukarela yang biasanya ditawarkan kepada orang tua siswa terterntu yang
dermawan dan bersedia memberikan sumbangannya secara sukarela tanpa suatu ikatan
apapun.
3. Dana dari Masyarakat
Dana ini biasanya merupakan sumbangan sukarela yang tidak mengikat dari anggota-
anggota masyarakat sekolah yang menaruh perhatian terhadap kegiatan pendidikan di suatu
sekolah. Sumbangan sukarela yang diberikan tersebut merupakan wujud dari kepeduliannya
karena merasa terpanggil untuk turut membantu kemajuan pendidikan. Dana ini ada yang
diterima dari perorangan, dari suatu organisasi, dari yayasan ataupun dari badan usaha baik milik
pemerintah maupun milik swasta.
4. Dana dari Alumni
Bantuan dari para Alumni untuk membantu peningkatan mutu sekolah tidak selalu dalam
bentuk uang (misalnya buku-buku, alat dan perlengkapan belajar). Namun dana yang dihimpun
oleh sekolah dari para alumni merupakan sumbangan sukarela yang tidak mengikat dari mereka
yang merasa terpanggil untuk turut mendukung kelancaran kegiatankegiatan demi kemajuan dan
pengembangan sekolah. Dana ini ada yang diterima langsung dari alumni, tetapi ada juga yang
dihimpun melalui acara reuni atau lustrum sekolah.
5. Dana dari Peserta Kegiatan
Dana ini dipungut dari siswa sendiri atau anggota masyarakat yang menikmati pelayanan
kegiatan pendidikan tambahan atau ekstrakurikuler, seperti pelatihan komputer, kursus bahasa
Inggris atau keterampilan lainnya.
6. Dana dari Kegiatan Wirausaha Sekolah
Ada beberapa sekolah yang mengadakan kegiatan usaha untuk mendapatkan dana. Dana
ini merupakan kumpulan hasil berbagai kegiatan wirausaha sekolah yang pengelolaannya dapatj
dilakukan oleh staf sekolah atau para siswa misalnya koperasi, kantin sekolah, bazaar tahunan,
wartel, usaha fotokopi, dll.

2.11 Pengelolaan Manajemen Keuangan di Sekolah


Penyusunan dan pengelolaan keuangan dilaksanakan atas landasan ketentuan perundang-
undangan, yaitu :
1. UUD 1945 pasal 23 ayat (1) mengenai APBN.
2. Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dan Menteri Keuangan RI No.0257/K/1974; No.221 th.1974; No.Kep.1606/M.K/I/II/1974
tentang Peraturan Sumbangan Pembinaan Pendidikan.
3. Keputusan Presiden tentang Penghapusan Sumbangan Pembinaan Pendidikan
Sekolah Dasar.
4. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, P dan K dan Menteri Keuangan RI
No.33 tahun 1978; No.038/K/1978 tentang Pedoman Pengelolaan Subsidi Bantuan Biaya
Penyelenggaran Sekolah Dasar Negeri.
Pengelolaan akan dianggap efektif apabila merujuk pada Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah (RAPBS) untuk satu tahun pelajaran, para kepala sekolah bersama semua
pemegang peran di sekolah pada umumnya menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1. Merancang suatu program sekolah yang ideal untuk mencapai tujuan yang
diinginkan pada tahun pelajaran yang bersangkutan.
2. Melakukan inventarisasi semua kegiatan dan menghitung perkiraan kebutuhan
dana penunjang.
3. Melakukan peninjauan ulang atas program awal berdasarkan kemungkinan
tersedianya dana pendukung yang dapat dihimpun.
4. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun pelajaran yang
bersangkutan.
5. Melakukan perhitungan rinci pemanfaatan dana yang tersedia untuk masing-
masing kegiatan (Depdiknas, 2000 : 178 179)
6. Menuangkan perhitungan-perhitungan rinci tersebut ke dalam suatu format yang
telah disepakati untuk digunakan oleh setiap sekolah.
7. Pengesahan dokumen RAPBS oleh instansi yang berwenang
Dengan tersedianya dokumen tertulis mengenai RAPBS tersebut Kepala Sekolah dapat
mengkomunikasikannya secara terbuka kepada semua pihak yang memerlukan. Sumber dana
yang tersedia di dalam RAPBS di manfaatkan untuk membiayai berbagai kegiatan manajemen
operasional sekolah pada tahun pelajaran yang bersangkutan. Pada umumnya pengeluaran dana
yang dihimpun oleh sekolah mencakup 5 kategori pembiayaan sebagai berikut :
1. Pemeliharaan, rehabilitasi dan pengadaan sarana/prasarana pendidikan.
2. Peningkatan kegiatan dan proses belajar mengajar.
3. Peningkatan kegiatan pembinaan kesehatan
4. Dukungan biaya kegiatan sekolah dan peningkatan personil
5. Kegiatan rumah tangga sekolah dan BP3
Dana yang tersedia didalam RAPBS dapat sekaligus mencakup kegiatan untuk
pengembangan sekolah. Namun demikian dana untuk keperluan pengembangan sekolah dapat
disediakan secara khusus, sebagai tambahan dari RAPBS yang telah disusun. Untuk mencapai
suatu tujuan tertentu yang telah diprogramkan sekolah dalam satu tahun pelajaran, diperlukan
tersedianya sejumlah dana tertentu pula. Berapa besarnya dana yang diperlukan oleh sekolah agar
tujuan itu dapat dicapai telah dihitung secara cermat oleh setiap sekolah melalui penyusunan
RAPBS. Apabila jumlah dana yang diperlukan pada satu tahun pelajaran dibagi dengan jumlah
semua siswa kelas I, II dan III di sekolah itu, maka akan ditemukan Satuan Harga Per Siswa
(SHPS). Jumlah dana yang diperlukan oleh setiap sekolah sangat beragam. Jumlah siswa pada
setiap sekolah pun berbeda-beda. Oleh karena itu SHPS pada masing-masing sekolah dengan
sendirinya akan berbeda pula. Meskipun demikian sebenarnya harus ada suatu patokan SHPS
minimal agar suatu mutu pendidikan tertentu dapat dicapai secara nasional.

2.12 Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah


Kepala sekolah wajib menyampaikan laporan dibidang keuangan terutama mengenai
penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah. Pengevaluasian dilakukan setiap triwulan atau
per semester. Dana yang digunakan akan dipertanggungjawabkan kepada sumber dana. Jika dana
tersebut diperoleh dari orang tua siswa, maka dana tersebut akan dipertanggung jawabkan oleh
kepala sekolah kepada oran gtua siswa. Begitu pula jika dana tersebut bersumber dari pemerintah
maka akan dipertanggungjawabkan kepada pemerintah.

PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya setiap sekolah sudah menyelenggarakan sistem pengelolaan yang baik,
tetapi sistem yang efektif kurang dilaksanakan. Ketidakdisiplinan dalam penggunaan anggaran,
serta pemimpin yang boros selalu menjadi fenomena tersendiri. Untuk itu diperlukan
kepemimpinan dan manajemen pengelolaan yang efektif menuju keseimbangan antara sistem
yang ada dalam mendistribusikan sumber-sumber dana pendidikan di Indonesia.
Pelaksanaan administrasi peralatan dan perlengkapan sudah merupakan pekerjaan rutin
dan orang-orang di hadapkan kesukaran-kesukaran yang kurang berarti, namun untuk
penyempurnaan pekerjaan para ahli menyarankan beberapa pedoman pelaksanaan
administrasinya, sbb :
1. Hendaknya kepala sekolah sebagai administrator tidak terlalu
menyibukkan dirinya secara langsung dengan urusan pelaksanaan administrasi
peralatan dan perlengkapan pengajaran
2. Melakukan sisi pencatatan yang tepat sehingga mudah di kerjakan
3. Administrasi peralatan dan perlengkapan pengajaran harus senantiasa
ditinjau dari segi pelayanan untuk turut memperlancar pelaksanaan program
pengajaran
Kondisi-kondisi diatas akan terpenuhi jika administrator mengikutsertakan semua guru
dalam perencanaan seleksi, distribusi dan penggunaan serta pengawasan peralatan dan
perlengkapan pengajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Bafadal, Ibrahim. 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah. Jakarta : PT BUMIKARSA.


Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah. 2007. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Soepardi,Imam. 1988. Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jember : FKIP Universitas
Jember
Natawijaya, Rochman.1981. Ilmu Keguruan Pendidikan Nasional. Jakarta : PT New
Aqua Press.
Burhanuddin, Yusak.2005. Administrasi Pendidikan. Bandung : CV.Pustaka Setia
Sutisna, Oteng.1983. Administrasi Pendidikan : Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional.Bandung : Angkasa.
Sahertian, P.A,1994. Dimensi Administrasi Pendidikan.Surabaya : Usaha Nasional.
Tim Pakar Manajemen Pendidikan UM. 2003. Manajemen Pendidikan: Analisis
Substansi dan Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan.Malang : UM
PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS

INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN DEPDIKNAS

( Acuan Inmendiknas No : 1/U/2016 )

I. RASIONAL

Banyak cara dalam penyusunan rencana strategik sebuah lembaga


sesuai dengan konsep yang dikembangkan para ahli manajemen,
akan tetapi bila sebuah lembaga telah memiliki acuan yang telah
ditetapkan sebaiknya acuan tersebut sebagai rujukan utama. Teori
dan konsep rencana strategi sebagian besar lahir dari konsep
bisnis, misalnya: IE (Internal-Eksternal) matrik, SPACE (Strategic
Position and Action Evaluation) matrik, Grand Strategy matrik,
TOWS matrik dan BCG, dan sebagai penetapan alternative strategi
dapat menggunakan QSPM (Quantitative Strategies Planning
Matriks) . Diantara konsep-konsep tersebut yang tidak
menggunakan parameter bisnis adalah: Matrik TOWS. Sehingga
dalam penyusunan renacana strategis yang akan dibahas akan
mengambil rujukan Inmendiknas No: 1/U/2002 yang menggunakan
konsep TOWS matrik.

Dengan mempelajari Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999,


tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, disusul dengan
Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara nomor
:589/IX/6/Y/99 tentang penjelasan teknis penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, juga merujuk pada
Instruksi Mendiknas No. 1/U/2002 tentang Pelaksanaan
Akuntabilitas di lingkungan Depdiknas, maka penyusunan Rencana
Strategi sekolah sebaiknya, menggunakan referen peraturan
tersebut, agar memudahkan para Manajemen maupun Pelaksana
dalam menyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP).

Pengembangan sistematika penulisan rencana strategi


dimungkinkan untuk dikembangkan lebih rinci maupun lebih
komprehensif, hal tersebut sangat tergantung pada kesiapan tim
penyusun renstra lembaga yang bersangkutan. Dalam dokumen
rencana strategik perlu dilampiri Renstra dalam bentuk matrik yang
mengikuti format PS yang dikeluarkan oleh Lembaga Administrasi
Negara (LAN). Dalam matrik tersebut telah tersusun sedemikian
rupa sehingga memudahkan dalam penyusunan laporan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam bentuk LAKIP.

Penyusunan rencana strategi sebuah lembaga yang perlu


dipertimbangkan adalah adanya kaitan yang erat antara Renstra
dan LAKIP, sehingga petugas penyusun laporan akuntabilitas akan
dengan mudah melihat keterkaitan antara keduanya. Dengan logika
demikian maka dapat disimpulkan bahwa laporan akuntabilitas
tersebut merupakan satu tolok ukur keberhasilan dari renstra
lembaga tersebut.

Semoga penjelasan teknis penyusunan dokumen renstra ini dapat


membantu tim penyusun renstra lembaga untuk memahami
langkah-langkah penyusunan. Akhirnya dengan harapan semoga
penyusunan renstra di masing-masing lembaga memiliki persepsi
yang sama dan tidak menutup kemungkinan setiap lembaga untuk
mengembangkan sesuai dengan dinamika yang terjadi di
lingkungan masing-masing.

II. KONSEP RENCANA STRATEGIS

1. Pengertian.

Rencana strategis dalam teori manajemen dikenal dengan istilah


manajemen strategis. Konsep manajemen strategis sering
digunakan dalam dunia bisnis. Dan dalam sistem manajemen
modern mengimplementasikan konsep tersebut dalam sebuah
organisasi lebih sering disebut dengan istilah Rencana Strategis
atau merupakan Strategi yang direncanakan atau disesain sesuai
dengan kondisi lingkungan yang ada. Berikut beberapa ahli
manajemen mendiskripsikan pengertian strategi:

Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaftif


terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan
kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi (Argyris :
1985 , Mintzberg : 1979 , Steiner dan Miner : 1977 ).
Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan
bersaing (Porter : 1985).
Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti
debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah
dan lain-lain, baik secara langsung maupun tidak langsung
menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan (Andrews : 1980 , Chaffe :
1985).
Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus menerus, dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa
depan (Hamel dan Prahalad : 1995).
Strategic management can be defined as the art and science of
formulating, implementing, and evaluating cross-functionals that
enable an organization to achieve its objective (Fred R. David ;
2003)

Dari beberapa pengertian yang diutarakan para ahli manajemen


tersebut pada dasarnya menjelaskan bahwa strategi mengandung
pengertian-penertian sebagai berikut:

a. Merupakan tujuan jangka panjang untuk mencapai keunggulan


bersaing.

b. Merupakan respon jang adaftif terhadap kondisi yang akan


datang.

c. Merupakan kegiatan terus menerus yang senantiasa meningkat.

d. Yang selalu berorientasi pada pelanggan/ kastemer.

e. Merupakan kekuatan motivasi bagi penyelenggara dan


masyarakat

f. Selalu bertitik tolak dari peluang dan ancaman, kekuatan dan


kelemahan
g. Selalu berangkat dari apa yang dapat terjadi dan bukan apa yang
terjadi

h. Merupakan paduan konsep dan seni dalam merumuskan,


melaksanakan dan mengevaluasi untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Fungsi Perencanaan.

a. Penerjemah kebijakan Umum: kebijakan umum ditetapkan oleh


pimpinan, perlu diterjemahkan secara konkrit, jelas, komprehensi
dan bertahap.

b. Perkiraan yang bersifat ramalan: perkiraan masa depan yang


dianalisis secara ilmiah berdasarkan fakta dan data masa lalu dan
sekarang

c. Berfungsi ekonomi: sumber daya yang terbatas, maka


pemanfaatannya perlu perencanaan yang matang sesuai dengan
kebutuhan

d. Memastikan suatu kegiatan: rencana yang mengatur hak dan


kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta wewenang mereka,
sehingga staf akan bekerja dengan penuh kepastian.

e. Alat koordinasi: koordinasi merupakan kegiatan penting dalam


pelaksanaan fungsi manajemen dalam mencapai tujuan, kaitan
pekerjaan satu dgn yang lain, kapan dan bagaimana pelaksanaan,
sehingga menjadi terpadu dan harmonis

f. Alat/sarana pengawasan: manajer untuk mengetahui apakah


suatu kegiatan telah dilakukan dengan hasil memuaskan, realisasi
sesuai/tidak.

3. Macam Perencanaan.

a. Dilihat dari sisi waktu :

1) Perencanaan Jangka Panjang: perencanaan masih berbentuk


garis-garis besar yang bersifat sangat strategis dan umum, rencana
menjangkau waktu 20 30 tahun ke depan.
2) Perencanaan Jangka Menengah: perencanaan jangka panjang
dipecah menjadi beberapa tahapan pelaksanaan jangka menengah,
setiap tahapan disesuaikan dengan prioritas, dengan rentang waktu
3 5 tahun.

3) Perencanaan Jangka Pendek: kurun waktu paling lama satu


tahun, mungkin satu bulan, kwartal, atau tengah tahun.
Perencanaan ini lebih konkret, rinci, terukur dan sasaran jelas,
penjadwalan, metode dan sumber daya.

b. Dilihat dari sisi tingkatan manajemen :

1) Perencanaan Strategis: seni dan ilmu untuk pembuatan,


penerapan, dan evaluasi keputusan strategis antar fungsi yang
memungkinkan organisasi mencapai tujuan.

2) Perencanaan Operasional: merupakan bagian dari rencana


strategis, lebih mengarah pada bidang fungsional, sifatnya spesifik
dan jangka pendek.

4. Pendekatan

Pendekatan dalam membuat perencanaan sebuah organisasi


menurut (Husein Umar: 2001) ada beberapa pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan Atas Bawah (Top Down Approach): Perencanaan


dibuat pimpinan, unit dibawahnya tinggal melaksanakan.

b. Pendekatan Bawah Atas (Bottom Up Approach): Pimpinan


memberikan gambaran situasi dan kondisi (visi, misi, tujuan sasaran
dan sumber daya), memberi kewenangan kepada unit di bawah.

c. Pendekatan Campuran (Combination Approach): Pimpinan


memberikan petunjuk perencanaan secara garis besar, rencana
detail diserahkan kpd kreativitas unit di bawahnya.

d. Pendekatan Kelompok (Group Approach): Perencanaan dibuat


oleh sekelompok tenaga ahli, biasanya Biro Perencanaan.

5. Tahapan Strategi
Menurut (David: 2003) The strategic management process consists
of three stages: strategy formulation, strategy implementation, and
strategy evaluation. Pada dasarnya proses manajemen strategis
mengikuti 3 tahapan tersebut, yaitu: rumusan kebijakaan strategi,
strategi pelaksanaan dan strategi evaluasi. Dokumen rencana
strategi akan berisi kebijakan strategi dan rancangan strategi
pelaksanaan, sedangkan pelaksanaan dan strategi evaluasi dalam
bentuk laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP).

The strategic formulation includes developing a vision and mission,


identifying an organizations external opportunities and threats,
determining internal strengths and weaknesses, establishing long-
term objectives, generating alternative strategies, and choosing
particular strategies to pursue. Sebagian besar dokumen rencana
strategis merupakan uraian tentang strategic formulation secara
garis-garis besar dari sebuah lembaga atau organisasi.

Strategy implementation requires a firm to establish annual


objectives, devise policies, motivate employees, and allocate
resources so that formulated strategies can be executed. Strategi
implemetasi dapat digunakan sebagai lampiran dokumen rencana
strategis dalam bentuk matrik atau format, hal tersebut akan
mempermudah dalam penyusunan laporan akuntabilitas.

Strategy evaluation is the final stage in strategic management,


and three fundamental strategy evaluation activities are:

a. Reviewing external and internal factors that are the bases for
current strategies

b. Measuring performance, and

c. Taking corrective actions.

Strategi evaluation akan menjadi bagian penting dari laporan


akuntabilitas kinerja sebuah lembaga atau organisasi.

6. Model-model penyusunan rencana strategis.


III. STRATEGI PENYUSUNAN RENSTRA.

1. Tim penyusun

Tim penyusun renstra disarankan merupakan representasi dari


seluruh unit kerja yang ada di lembaga tersebut. Akan lebih efektif
bila anggota tim tersebut adalah mereka yang langsung menangani
program di setiap unit kerja. Jumlahnya lebih baik tidak lebih dari 5
orang sebagai tim inti. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka
tim tersebut dapat melakukan presentasi dihadapan staf pimpinan
dan staf lain yang relevan untuk mendapatkan masukan, kritik dan
saran-saran.

2. Strategi penyusunan.

Strategi penyusunan dapat ditempuh melalui tim kecil penyusunan


renstra. Kegiatan menjaring informasi dapat ditempuh melalui
brainstorming kemudian disusun dalam satu sistematika yang
ditetapkan. Untuk mencari masukan tidak harus melalui pertemuan
formal akan tetapi dapat ditempuh dengan cara konsultasi pada
pimpinan unit kerja yang di perlukan informasinya dan dianjurkan
juga menjaring informasi dari stake holders lainnya, seperti orang
tua (komite sekolah), Dinas Pendidikan atau pihak-pihak lain yang
peduli terhadap sekolah tersebut. Dalam menyusun kerangka pikir
renstra harus selalu memperhitungkan visi, misi, tupoksi
lembaga/unit dan kebijakan pimpinan. Penyempurnaan perlu
dilakukan terus menerus sejalan dengan kebijakan pimpinan
lembaga maupun kebijakan pendidikan nasional.

IV. SISTEMATIKA DAN KOMPONEN RENSTRA

Penulisan dokumen rencana stratejik menurut Inmendiknas No.


1/U/2002 disarankan dengan struktur penulisan seperti berikut:

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
A. Rasional.

B. Dasar Hukum

C. Tujuan.

D. Sasaran.

BAB II : ORGANISASI DAN TATA KERJA.

A. Organisasi

B. Tugas Pokok dan Fungsi

C. Mekanisme Kerja.

BAB III : RENCANA STRATEGIS.

A. Visi, Misi dan Nilai-nilai.

B. Tujuan, Sasaran dan Aktivitas Organisasi.

C. Analisa Lingkungan Internal (ALI) dan Analisa Lingkungan


Eksternal (ALE).

D. Strategi pendekatan kebijakan.

E. Program dan Kegiatan.

BAB IV : PENUTUP

LAMPIRAN.

1. Matrik Rencana strategis model PS

2. Matrik Jadwal Pentahapan.

3. Matrik Diskripsi Program.

V. PENJELASAN TEKNIS PENULISAN


Untuk mempermudah dalam penyusunan rencana strategis, berikut
diberikan penjelasan teknis sebagaimana aturan dalam
mengembangkan penyusunan Renstra. Penggunaan susunan
kalimat sepenuhnya diserahkan pada tim penyusun Renstra
lembaga yang bersangkutan, selama memenuhi persyaratan :
keterbacaan dan mudah dimengerti oleh pembacanya.

KATA PENGANTAR :

Kata pengantar merupakan pengantar dari Pimpinan Unit Kerja


yang bersangkutan dan uraiannya pada umumnya berisi tentang :
Pentingnya penyusunan renstra, kebijakan pokok lembaga,
keterlibatan seluruh unsur, proses penyusunan dan ucapan terima
kasih.

DAFTAR ISI

Daftar Isi merupakan petunjuk bagi pembaca untuk mecari halaman


berapa yang akan dibaca. Daftar Isi dapat dibuat lebih rinci sesuai
dengan rincian yang ditulis. Kata Pengantar dan Daftar Isi diberikan
nomor halaman menggunakan romawi kecil (i, ii, iii dst).
Sedangkan untuk Bab I sampai Lampiran nomor halaman
mengunakan angka (1, 2, 3 dst).

BAB I : PENDAHULUAN

A. Rasional.

Rasional berisi uraian tentang perlunya penyusunan renstra dalam


mencapai visi dan misi lembaga, dukungan peraturan dan
perundangan yang mewajibkan lembaga menyusun renstra.
Kebijakan-kebijakan penting dari pimpinan Departemen maupun
Direktorat Jenderal yang dapat dijadikan rujukan akan lebih
melengkapi rasional yang akurat. Pendekatan manajemen baik
secara konsep maupun pengalaman emperik, penjelasan teknis
juga perlu diperhatikan. Uraian rasional cukup singkat, jelas dan
mudah dimengerti sehingga pembaca dapat mengikuti alur
pemikiran tentang penyusunan renstra.
B. Dasar Hukum

Dasar hukum memuat daftar urutan UU, PP, Perpres, Inpres,


Permendiknas dan Instruksi Menteri maupun SK Dirjen sebagai
landasan hukum yang mewajibkan penyusunan renstra atau
merupakan suplemen tentang Rencana Strategis.

C. Tujuan Penulisan

Menjelaskan tujuan penulisan Renstra tersebut, yaitu penyusunan


renstra dalam mencapai visi dan misi lembaga.

D. Sasaran Penulisan

Sasaran yang dimaksud adalah sasaran penulisan atau indikator


keberhasilan dari penulisan renstra ini, merupakan pernyataan hasil
yang hendak dicapai.

BAB II : ORGANISASI DAN TATA KERJA.

A. Organisasi

Menjelaskan dasar hukum dari struktur organisasi sekolah yang


bersangkutan, baik melalui narasi maupun bagan struktur
organisasi, atau menggunakan keduanya yaitu narasi dan bagan
struktur organisasi.

B. Tugas Pokok dan Fungsi

Menjelaskan tugas pokok dan fungsi sekolah dari eselon yang


paling tinggi sampai eselon yang rendah. Biasanya diambil dari SK
Organisasi dan Tata Kerja lembaga tersebut (contoh :
untuk Dit.Jen Mutendik dari Permendiknas Nomor: 8 Tahun 2005).

C. Mekanisme Kerja.

Menjelaskan mekanisme kerja lembaga baik internal maupun


eksternal, dapat diambil dari SK yang berlaku dan dapat dilengkapi
atau dijelaskan dengan bagan mekanisme kerja internal dan
eksternal.
BAB III : RENCANA STRATEGIS.

A. Kebijakan Nasional Strategis

Dalam kerangka penulisan renstra kebijakan nasional tidak


dimasukkan, tetapi akan lebih lengkap bila kebijakan nasional
tersebut perlu dimunculkan sebagai acuan penulisan dan
pengembangan rencana strategi. Kebijakan Nasional Strategis
diambil dari kebijakan tingkat Nasional, biasanya sudah tertuang
dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan Rencana
Strategis yang disusun oleh Departemen Pendidikan Nasional atau
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Dari
beberapa kebijakan yang ada diambil kebijakan yang sesuai dengan
Tupoksi lembaga.

B. Visi, Misi dan Nilai-nilai.

Menjelaskan visi, misi dan nilai-nilai yang disusun dengan urutan :

1. Visi : diambil dari visi lembaga (kalau sudah ada), kalau belum
ada maka perlu disusun terlebih dahulu.

2. Misi : diambil dari misi lembaga (kalau sudah ada)

3. Nilai-nilai : berisi tentang nilai-nilai dasar atau falsafah yang


dijunjung tinggi oleh seluruh staf untuk dijadikan landasan
operasional dalam mencapai visi dan misi lembaga.

C. Tujuan, Sasaran dan Aktivitas Organisasi.

1. Tujuan : menjelaskan tujuan dari setiap misi lembaga, yang dapat


diuraikan dalam satu atau beberapa tujuan

2. Sasaran : menguraikan tentang sasaran setiap tujuan, sebaiknya


penulisan sasaran dengan pernyataan kuantitatif yang hendak
dicapai dalam jangka panjang.
3. Aktivitas Organisasi : menguraikan daftar kegiatan manajemen
mulai dari penyusunan renstra, koordinasi, memfasilitasi,
konsolidasi, pengendalian melalui monitor dan evaluasi, tindak
lanjut hasil ME dan penulisan laporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah (LAKIP)

D. Analisa Lingkungan Internal (ALI) dan Analisa Lingkungan


Eksternal (ALE).

1. Analis Lingkungan Internal (ALI)

Menguraikan analisa lingkungan internal terbagi dalam 2 kondisi


yaitu :

a. Kekuatan : menguraikan tentang potensi yang dimiliki lembaga


yang diperkirakan akan mampu memberikan dukungan yang kuat
untuk mencapai visi dan misi lembaga.

b. Kelemahan : menguraikan tentang kelemahan lembaga yang


diperkirakan akan menghambat tetapi dibutuhkan dalam mencapai
visi dan misi lembaga.

2. Analisa Lingkungan Eksternal (ALE)

Menguraikan hasil analisa lingkungan eksternal yang terbagi dalam


2 kondisi :

a. Peluang : menguraikan kondisi peluang yang ada di luar


lembaga, yang memungkinkan dapat mendukung tercapainya visi
dan misi lembaga.

b. Ancaman : menguraikan kondisi di luar lembaga yang merupakan


ancaman lembaga atau minimal akan menghambat lembaga dalam
mencapai visi dan misi lembaga.

E. Strategi pendekatan kebijakan.

Menguraikan strategi pendekatan yang perlu di tempuh dengan cara


anallisa strategi TOWS, menjadi strategi: S O; S T; W O; dan
W T dan rumusan strategi tersebut dapat juga dijadikan kebijakan
sekolah.

1. Strategi SO: Optimalkan S dan O sehingga menjadi strategi


yang produktif dan efektif.

2. Strategi ST: Optimalkan S dan menekan T sehingga menjadi


strategi yang produktif.

3. Strategi WO: Minimalkan W dan optimalkan O sehingga menjadi


strategi yang dapat memanfaatkan peluang dalam mencapai visi
dan misi.

4. Strategi WT: Minimalkan W dan T atau pertahankan kondisi W


dan T kalau bisa di minimize dengan strategi ini.

Dalam merumuskan strategi pendekatan matrik TOWS diperlukan


kemampuan dan wawasan yang cukup luas khususnya tentang
kebijakan lembaga yang bersangkutan, tupoksi lembaga, arah visi
dan misi. Strategi yang dihasilkan merupakan kebijakan makro dari
sekolah tersebut, oleh karena itu dalam penulisannya memiliki
cakupan yang luas. Rumusan kebijakan ini akan menjadi rujukan
dalam penetapan program-program lembaga, selanjutnya diuraikan
menjadi kegiatan yang lebih terinci, realistis dan terukur.

F. Program dan Kegiatan.

Pada dasarnya menguraikan program jangka panjang dalam bentuk


kegiatan kegiatan yang harus dilakukan dalam mencapai sasaran
yang telah ditetapkan. Program dinyatakan dalam kata benda dan
merupakan program dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Program dan kegiatan ini disarankan
mengacu pada program dan kegiatan setiap unit kerja atau sub unit
kerja, seperti kebijakan yang disebutkan sebelumnya. Dalam
dokumen Renstra cukup sampai program-program lembaga..

Program : merupakan pernyataan kumpulan kegiatan yang


mengacu pada tujuan dan tupoksi Unit Kerja tersebut (biasanya
dalam bentuk kalimat yang dibendakan)
Kegiatan : merupakan uraian dari program dalam bentuk kegiatan-
kegiatan untuk mencapai sasaran, sesuai dengan kebijakan
lembaga. Penulisan kegiatan dalam bentuk kalimat kerja dan
terukur secara kuantitas yang akan dicapai dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.

Penulisan kegiatan bila diuraikan dalam matrik PS-1/2/3/4/5 maka


kegiatan tersebut pernyataannya harus sudah terukur.

BAB IV : PENUTUP

Dalam uraian penutup menjelaskan proses penyusunan yang


berhasil dengan baik atas dukungan semua pihak, dan hasilnya
akan dapat bermanfaat bagi seluruh pimpinan maupun staf
sehingga semua pihak dapat memberikan kontribusi dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari. Biasanya juga termasuk
ungkapan terima kasih.

LAMPIRAN.

Dalam lampiran dokumen renstra dapat dilampirkan beberapa


matrik sebagai ringkasan dokumen renstra. Matrik tersebut antara
lain:

1. Matrik Rencana strategis model PS

2. Matrik Pentahapan.

3. Matrik Diskripsi Program.

VI. PENUTUP

Demikian penjelasan teknis penyusunan rencana strategi sekolah


dengan rujukan Inmendiknas Nomor: 1/U/2000. Namun demikian
tidak menutup kemungkinan masing-masing sekolah dapat
mengembangkan sesuai dengan kebijakan maupun tuntutan
sekolah setempat. Yang terpenting adalah dokumen Rencana
Strategi dapat diukur untuk diketahui tingkat kinerjanya melalui
laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Semoga
penjelasan teknis ini dapat membantu tim dalam menyusun rencana
strategi lembaga dan laporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah (LAKIP).
TESIS UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN SARANA
PRASARANA PENDIDIKAN DI SMA (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembangunan bidang pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dalam rangka
pengejawantahan salah satu cita-cita yang sangat mulia dan luhur, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi keinginan itu
belum sepenuhnya terwujud. Dalam upaya tersebut, masyarakat dan pemerintah seharusnya bahu-membahu dalam upaya
mencerdaskan seluruh komponen bangsa melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sebagaimana yang telah disabdakan
Rasulullah SAW adalah suatu keharusan bagi setiap muslimin dan muslimah, sebab pendidikan sangat penting perannya bagi
umat manusia untuk mempertahankan eksistensi dirinya di tengah kehidupan global. Dengan berpendidikan, manusia mampu
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersusun dan terprogram. Kegagalan dunia pendidikan dalam
menyiapkan masa depan umat manusia, merupakan kegagalan bagi kelangsungan kehidupan bangsa. Menyadari akan hal tersebut,
pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi
penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan mengandung pembinaan kepribadian. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan ialah
melalui proses pembelajaran. Pembelajaran bisa dilaksanakan secara formal maupun non formal, baik
melalui sekolah maupun luar sekolah, sehingga diharapkan seluruh komponen bangsa bisa mengenyam
dan menikmati pendidikan sebagai kebutuhan primer masyarakat sebagaimana termaktub dalam UUD
45.
Pada tahun 1950-an, tepatnya setelah 5 tahun Indonesia merdeka, pemerintah telah melakukan suatu usaha-usaha untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa khususnya generasi muda. Meskipun berjalan dengan apa adanya, beberapa lembaga pendidikan
telah didirikan mulai tingkat Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi. Pada masa itu, peralatan, sistem penerangan, sistem
persuaraan (mikrofon) sangat sederhana, sesuai dengan apa yang ada di tempat-tempat tersebut. Belum lagi tentang sistem visual,
perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya. Semuanya serba terbatas. Tak ada rotan, akar pun jadi. Yang penting pendidikan
harus tetap berjalan. Lain halnya dengan keadaan sekarang, ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan pesatnya,
sehingga menuntut kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan itu sendiri.
Pengembangan, peningkatan dan perbaikan pendidikan harus dilakukan secara holistis dan stimulan. Diantaranya pengadaan
fasilitas di sekolah seperti sarana dan prasarana pendidikan tidak bisa diabaikan dalam proses pendidikan, khususnya dalam
proses pembelajaran. Dalam pembaharuan pendidikan tentu saja fasilitas merupakan hal yang dapat mempengaruhi kelangsungan
inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya inovasi pendidikan bisa dipastikan tidak berjalan dengan baik. Fasilitas belajar
mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu jika dalam menerapkan
suatu inovasi pendidikan maka fasilitas perlu diperhatikan.
Dewasa ini masih sering ditemukan banyaknya sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh sekolah yang diterima sebagai
bantuan, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat yang penggunaannya tidak optimal dan bahkan tidak dapat lagi digunakan
sesuai dengan fungsinya. Penyebab hal tersebut terjadi antara lain karena kurangnya kepedulian terhadap sarana dan prasarana
yang dimiliki serta tidak adanya pengelolaan yang memadai. Seiring dengan perubahan pola pemerintahan setelah
diberlakukannya otonomi daerah, maka pola pendekatan manajemen sekolah saat ini berbeda pula dengan sebelumnya, yakni
lebih bernuansa otonomi.
Mengoptimalkan penyediaan, pendayagunaan, perawatan dan pengendalian sarana dan prasarana
pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, diperlukan penyesuaian sarana dan prasarana
yang mengacu kepada mutu. Masalah sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya cukup
kompleks. Sekolah dituntut memiliki kemandirian untuk mengatur dan mengurus kepentingan sekolah
menurut kebutuhan dan kemampuan sendiri serta berdasarkan pada mutu, aspirasi dan partisipasi
warga sekolah dengan tetap mengacu pada peraturan dan perundang-undangan pendidikan nasional
yang berlaku.
Dalam UUSPN Nomor 20 tahun 2003 BAB XII Pasal 45 dijelaskan mengenai sarana dan prasarana :
(1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta
didik.
(2) Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
UU di atas diperjelas dengan diturunkannya Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dalam BAB I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 8 disebutkan sebagai berikut :
"Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar,
tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi dan
berkreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi."
Secara spesifik standar sarana dan prasarana dijelaskan dalam PP No. 19 Tahun 2005 bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan
bahwa :
1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.
2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin,
instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang atau tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Pada dasarnya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan salah satu bidang kajian dari manajemen sekolah (school
management) atau administrasi pendidikan (educational administration) dan sekaligus menjadi tugas pokok kepala sekolah.
Kualitas suatu sekolah sangat ditunjang oleh sarana dan prasarana pendidikan.
Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Oleh sebab itu sarana dan
prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. u Bagi sekolah yang mempunyai
kelengkapan sarana dan prasarana yang lengkap dapat menumbuhkan gairah dan motivasi dalam proses pembelajaran, hal ini
tentu tidak terlepas dari peranan kepala sekolahnya.
Kepala sekolah sebagai top leader lembaga formal mempunyai peranan penting dan kekuasaan penuh pada lembaga yang
dipimpinnya. Oleh sebab itu mau tidak mau harus bertanggungjawab atas keseluruhan prilaku manajemen yang terjadi di sekolah.
Kontrol dan koreksi merupakan tanggungjawab yang harus dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kondisi-
kondisi ruangan sekolah beserta perlengkapannya termasuk halaman, toilet, dan tempat-tempat bermain. Hal sekecil apapun harus
menjadi target pengawasan dan hal ini tidak terlepas dari tanggung jawab kepala sekolah beserta stafnya dalam mewujudkan
lingkungan sekolah yang nyaman, efektif dan tentu saja harus menarik peserta didik untuk ber internalisasi di dalam sekolah
tersebut, sehingga seorang manajer atau kepala sekolah harus bekerja seoptimal mungkin dan mempunyai komitmen terhadap
proses dan hasil kerja yang bermutu selaras dengan ajaran Islam.
Dalam praktek di Indonesia kepala sekolah adalah guru senior yang dipandang memiliki kualifikasi menduduki jabatan tersebut
yang berfungsi memaksimumkan, mendayagunakan sumber daya yang tersedia secara produktif untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan bagi unit kerjanya. Sebagai pemimpin di lembaga pendidikan, kepala sekolah bertanggungjawab menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif yang memungkinkan anggota sekolah mendayagunakan dan mengembangkan potensinya secara
optimal.
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer sarana dan prasarana, kepala sekolah mengelola semua yang
terdapat di sekolah yang meliputi gedung, pekarangan, dan peralatan secara lebih berdaya guna. Segala sesuatu yang ada di
sekolah sedapat mungkin dimanfaatkan sebagai pelayanan untuk menunjang proses belajar mengajar. Sebagai pengelola kantor,
kepala sekolah berperan menentukan kelancaran jalannya administrasi dan ketertiban kerja di sekolah, karena kepala sekolah
memegang peranan yang sangat penting sebagai penguasa di sekolah, kepala sekolah diharapkan mampu memelihara ketertiban
sekolah.
Peranan kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertolak dari hakekat administrasi
pendidikan sebagai pendayagunaan berbagai sumber (manusia, sarana dan prasarana serta berbagai
media pendidikan lainnya) secara optimal, relevan, efektif dan efisien guna menunjang pencapaian
tujuan pendidikan. Sebagai administrator ia bekerja sama dengan orang lain dalam lingkup
pendidikan (sekolah). Dia melibatkan komponen manusia dengan berbagai potensinya dan juga
komponen-komponen dengan berbagai jenisnya. Semua harus ditata dan dikoordinasikan atau
didayagunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Administrasi pendidikan meliputi delapan subtansi sebagai bidang garapannya yaitu administrasi peserta didik, administrasi
kepegawaian, administrasi kurikulum, administrasi sarana prasarana, administrasi anggaran atau biaya, administrasi tatalaksana
atau tata usaha, administrasi organisasi, dan administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat. Untuk mengelola seluruh
substansi pendidikan tersebut, seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai administrator hendaknya memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap terhadap fungsi-fungsi manajemen.
Kepala sekolah dalam melaksanakan peran fungsinya mengelola pendidikan tentang substansi administrator sekolah yang satu
bidang garapannya adalah pengelolaan gedung sekolah hendaknya menyiapkan jadwal kegiatan penambahan gedung sekolah,
mengkoordinir rencana-rencana untuk perubahan dan penambahan gedung sekolah, mengkoordinir kegiatan-kegiatan dari seksi-
seksi, bidang-bidang, kelompok-kelompok untuk meningkatkan efisiensi dan keharmonisan. Kemampuan mengelola administrasi
sarana dan prasarana harus diwujudkan dalam pengembangan, misalnya administrasi gedung, ruang, meubeler, buku, alat-alat
labor dan sebagainya.
Dalam kaitannya penulisan tesis ini fungsi manajemen yang dapat dijangkau sesuai dengan kondisi di lapangan berfokus pada
fungsi Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Sarana Prasarana Pendidikan serta memusatkan pada penerapan salah satu
fungsi-fungsi manajemen yaitu penggerakan (actuating) yang substansinya adalah pada bidang sarana dan prasarana.
Substansi sarana dan prasarana oleh peneliti di SMAN X, sedangkan faktor pendorong peneliti memilih sekolah ini sebagai lokasi
penelitian adalah menurut pengamatan sementara SMA Negeri 7 dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir sampai tesis ini
ditulis di bidang sarana prasarana mengalami perubahan positif di lingkungannya dibandingkan dengan 2 (dua) tahun sebelumnya
seperti yang dikemukakan oleh kepala sekolah.
Merespon dari kondisi riil yang dijelaskan oleh kepala sekolah melalui wawancara pendahuluan tersebut di atas maka peneliti
menetapkan bidang sarana dan prasarana pendidikan di sekolah sebagai pokok permasalahan yang hendak dikaji dan diteliti
dalam penulisan tesis ini.
Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah sarana dan prasarana pendidikan dari semua benda bergerak atau tidak bergerak yang
diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan proses kegiatan belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung.
Selain dari hal tersebut dipilihnya bidang sarana dan prasarana pendidikan sebagai fokus kajian dan fokus penelitian karena
kenyataan di lapangan dibidang ini menunjukkan kurang layaknya untuk sebagai faktor penunjang dalam penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien serta kurang menunjukkan sekolah yang produktif secara kualitas maupun
kuantitas.
Secara umum manajemen sarana prasarana memberikan layanan secara profesional di bidang sarana dan prasarana pendidikan
dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Bafadal telah menjelaskan melalui prinsip-prinsip
manajemen sarana dan prasarana pendidikan bahwa semua fasilitas di sekolah harus dalam keadaan kondisi siap pakai dan semua
kegiatan pengadaan sarana dan prasarana sekolah dilakukan dengan perencanaan yang hati-hati, sehingga bisa memperoleh
fasilitas yang berkualitas baik dengan harga yang relatif murah.
Pendapat lain juga mengemukakan bahwa sarana prasarana pendidikan merupakan fasilitas yang berfungsi untuk tempat
terselenggaranya proses pendidikan seperti gudang dan laboratorium beserta perlengkapannya.
Untuk itu dalam penelitian ini peneliti memberi judul "UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
SARANA PRASARANA PENDIDIKAN", sedangkan dipilihnya SMAN X sebagai fokus penelitian karena sekolah ini dinilai
belum meningkatnya jumlah siswa, prestasi akademik, non akademik dan fisik sekolah yang memprihatinkan.

B. Fokus Penelitian
Berangkat dari hasil data-data yang telah dikumpulkan di lapangan dan bertolak dari permasalahan umum serta memperhatikan
kondisi khusus yang tergambar pada konteks penelitian. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui dan memahami "Upaya
Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Sarana Prasarana Pendidikan" serta memusatkan pada penerapan salah satu fungsi-fungsi
manajemen yaitu penggerakan (actuating) yang substansinya adalah pada bidang "sarana dan prasarana".
Penanganan dan pengelolaan sarana prasarana di sekolah membutuhkan suatu proses yang tidak mudah, apalagi sarana prasarana
merupakan hal mendasar bagi pelaksanaan pendidikan di sekolah atau madrasah. Berdasarkan fokus umum (general focus)
penelitian yaitu Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Sarana Prasarana Pendidikan, serta supaya alur pikir dirasa
sistematis dan mudah dipahami, maka jabaran fokus khusus (specific fokus) penelitian dirumuskan seperti berikut ini :
1. Upaya apa yang dilakukan oleh kepala sekolah SMAN X Kecamatan Sangir Batang Hari dalam meningkatkan sarana prasarana
pendidikan di lembaga yang dipimpinnya ?
2. Sarana prasarana apa saja yang menjadi prioritas untuk dikembangkan oleh kepala sekolah SMAN X ?
3. Bagaimana realisasi peningkatan sarana prasarana pendidikan di SMAN X ?
4. Bagaimana manfaat pengembangan sarana prasarana pendidikan bagi perkembangan akademik siswa SMAN X ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah SMAN X dalam meningkatkan sarana prasarana pendidikan di lembaga
yang dipimpinnya
2. Untuk mengetahui sarana prasarana yang dijadikan prioritas untuk dikembangkan kepala sekolah SMAN X
3. Mengetahui realisasi peningkatan sarana prasarana pendidikan di SMAN X
4. Untuk mengetahui manfaat pengembangan sarana prasarana pendidikan terhadap perkembangan akademik siswa di SMAN X

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan kiranya dapat memberikan manfaat yang mendalam dan komprehensif tentang upaya kepala
sekolah dalam meningkatkan sarana prasarana pendidikan. Idealnya penelitian ini secara praktis dan teoritis berarti bagi beberapa
kepentingan, diantaranya :
1. Secara Praktis yaitu memberikan informasi kepada sekolah atau lembaga atau yayasan tentang pentingnya upaya kepala
sekolah dalam meningkatkan sarana prasarana pendidikan
2. Secara Teoritis
a. Pengembangan ilmu manajemen pendidikan terutama berkenaan dengan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan sarana
prasarana pendidikan, yang memberikan implikasi praktis bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah sehingga tujuan dapat
tercapai
b. Diharapkan dapat menjadi pegangan, rujukan atau sebagai masukan bagi masyarakat
c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian serupa di masa yang akan datang
3. Peneliti : Sebagai acuan utama dalam pendidikan khususnya terkait dengan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan sarana
prasarana pendidikan.

Pelaksanaan Manajemen Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di SMP Islam Al-


Azhar Kelapa Gading Surabaya
Posted on December 24, 2013 by liyaasatya

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sarana dan prasarana sekolah merupakan salah satu faktor penunjang dalam pencapaian keberhasilan proses belajar
mengajar di sekolah. Tentunya hal tersebut dapat dicapai apabila ketersedian sarana dan prasarana yang memadai disertai
dengan pengelolaan secara optimal.

Seiring dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang lebih dikenal dengan istilah KTSP
dimana penerapan desentralisasi pengambilan keputusan, memberikan hak otonomi penuh terhadap setiap tingkat satuan
pendidikan, untuk mengoptimalkan penyedian, pendayagunaan, perawatan dan pengendalian sarana dan prasarana
pendidikan. Sekolah dituntut untuk memiliki kemandirian untuk mengatur dan mengurus kebutuhan sekolah menurut
kebutuhan berdasarkan aspirasi dan partisipasi warga sekolah dengan tetap mengacu pada peraturan dan perundang
undangan pendidikan nasional yang berlaku.

Untuk mewujudkan dan mengatur hal tersebut pemerintah melalui PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pasal 1 ayat (8) mengemukakan standar sarana dan prasarana adalah Standar Nasional Pendidikan yang
berkaitan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat olah raga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel
kerja, tempat bermain, tempat berekreasi dan berkreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Selanjutnya PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan
bahwa; (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,
buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan

Sarana dan prasarana pendidikan juga menjadi salah satu tolok ukur dari mutu sekolah. Tetapi fakta dilapangan banyak
ditemukan sarana dan prasarana yang tidak dioptimalkan dan dikelola dengan baik untuk itu diperlukan pemahaman dan
pengaplikasian manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan berbasis sekolah. Bagi pengambil kebijakan di
sekolah pemahaman tentang sarana dan prasarana akan membantu memperluas wawasan tentang bagaimana ia dapat
berperan dalam merencanakan, menggunakan dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang ada sehingga dapat
dimanfaatkan dengan optimal guna mencapai tujuan pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana di SMP Islam Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan adalah :

1. Mengetahui tentang manajemen sarana dan prasarana.


2. Mengenali permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.
3. Menyusun rencana tindak lanjut atau penyelesaian yang ada pada manajemen pemeliharaan sarana dan prasarana
sekolah.

D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan adalah :

1. Bagi Sekolah : Diharapkan bisa menjadi acuan bagi kepala sekolah dalam memberikan pembinaan terhadap
petugas/pelaksana lapangan bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana perlu diadakana secara benar dengan
program perencanaan yang matang. Program perencanaan pemeliharaan ini bisa dijadikan kegiatan pemeliharaan
secara terarah untuk dapat mempertahankan umur atau masa efektif dari penggunaan sarana dan prasarana
sekolah itu sendiri.
2. Bagi Mahasiswa : Mahasiswa dapat mengetahui tentang manajemen pemeliharaan sarana dan prasarana
dan mengenai gambaran nyata bidang ilmu manajemen pendidikan mengenai pengertian pemeliharaan sarana dan
prasarana di SMP Islam Al Azhar Kelapa Gading Surabaya.

E. Ruang Lingkup

Hal ini dibatasai pada variabel yang akan diteliti yaitu manajemen pemeliharaan sarana dan prasaran sekolah mengenai
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
di SMP Islam Al Azhar Kelapa Gading Surabaya.

F. Sasaran Kegiatan

Lembaga yang dijadikan sasaran kegiatan magang Program Studi Manajemen Pendidikan Angkatan 2010 salah satunya
berada di Yayasan Pesantren Islam Al Azhar Kelapa Gading Surabaya, khususnya pada jenjang Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di Jalan Taman Bhaskara Utara Surabaya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Sarana dan Prasarana

Sarana adalah perangkat yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan, yang dimaksud sarana sekolah adalah (1)
sumber belajar seperti: buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, koran, modul, lembar kerjak,
kaset Video, VCD, CD-ROM dan sebagainya. (2) Media pembelajaran seperti radio, cassette recorder,TV, OHP, Wireless,
Slide Projector, LD/LCD/VCD/DVD Player, komputer dan sebagainya. (3) Sarana Informasi dan Teknologi (IT) seperti
internet. Banyak kasus terjadi di beberapa sekolah yang mendapat bantuan proyek pengadaan fasilitas pendidikan
misalnya:

1. Peralatan rusak sebelum dipakai, karena sekolah tidak mempunyai tenaga ahli yang dapat mengoperasikan alat
baru tersebut, sehingga alat yang baru itu dibiarkan kena debu, lembab dan akhirnya rusak.
2. Peralatan laboratorium cepat rusak, karena banyak guru tidak mahir menggunakannya dan siswa sering coba-
coba, sementara tenaga laboran tidak memiliki kemampuan merawatnya.
3. Sekolah tidak mengalokasikan dana perawatan yang cukup, karena memang tidak ada program yang lengkap.
4. Kamar mandi/WC kantor pimpinan sekolah selalu mendapat perawatan rutin setiap hari dan bahkan diberi bahan
pengharum padahal pemakainya hanya 1 atau 2 orang, sementara kamar mandi/WC siswa dengan jumlah
pemakai banyak jarang dibersihkan, sehingga ada sekolah yang kamar mandi/WC untuk siswa kotor berbau,
bahkan kran bocor dibiarkan sampai berbulan-bulan dan tidak sedikit sekolah yang hanya mempunyai sumber air
yang terbatas sehingga siswa sering tidak menyiram bekas buang air mereka. Tidak jelas siapa yang harus
memeriksa, kepada siapa dilaporkan, kapan diganti, tersediakah cadangan kran di sekolah, dan sebagainya.

Prasarana adalah perangkat pendukung yang digunakan untuk menunjang suatu penyelenggaraan kegiatan. Sedangkan
prasarana belajar adalah ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang TU, ruang OSIS, ruang kelas, laboratorium,
kantin, koperasi, tempat ibadah, lapangan Olahraga, kamar mandi/WC.

Menurut Sasongko (2006:5.10) menyebutkan bahwa yang termasuk sarana dan prasarana pendidikan adalah alat
peraga/alat praktek, laboratorium, perpustakaan, ruang keterampilan, ruang UKS, ruang Olah Raga, ruang kantor, ruang
BP, gedung dan perabot.

B. Perawatan atau Pemeliharaan Sarana dan Prasarana


Perawatan atau pemeliharaan adalah suatu usaha yang dilakukan dalam rangka meningkatkan, mempertahankan, dan
mengembalikan fasilitas dalam kondisi yang baik dan tetap berfungsi.

Menurut Soenarto (2002: 6) dalam buku pedoman manajemen perlengkapan sekolah, pemeliharaan atau perawatan adalah
upaya untuk membuat kondisi sarana dan prasarana tetap terjaga dengan baik dan menghindari kerusakan yang terlalu dini.
Dengan demikian peralatan yang terawat dengan baik akan mudah untuk dipakai dan dapat menghemat biaya pembelian
barang baru.

Menurut Sarjiman (2002:4) dalam buku pelatihan Manajemen Perawatan Preventif Sarana dan Prasarana menyatakan
bahwa perawatan atau pemeliharaan adalah merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempertahankan atau
mengembalikan peralatan pada kondisi yang dapat diterima. Kondisi peralatan yang selalu dapat diterima tersebut
dimaksudkan agar sarana atau fasilitas sekolah dalam keadaan siap pakai seoptimal mungkin, untuk meningkatkan unjuk
kerja dan memperpanjang usia pakai, mengetahui adanya keruskan atay gejala kerusakan serta untuk menghindari
terjadinya kerusakan lebih fatal.

Pemeliharaan peralatan dan fasilitas sekolah yang lainnya memang perlu dilakukan oleh setiap sekolah. Fasilitas yang
selalu terawat dengan baik akan membuat pekerjaan berjalan dengan lebih lancar. Pekerjaan yang berjalan tanpa adanya
kendala dibidang peralatan atau fasilitas lain tersebut akan mengefektifkan pekerjaan dalam upaya mencapai tujuan
sekolah.

1. Perawatan Terencana. Menurut (Soenarto 2002:4) menyatakan bahwa perawatan terencana adalah jenis
perawatan yang diprogramkan, diorganisir, dijadwal, dianggarkan, dan dilaksanakan sesuai dengan rencana, serta
dilakukan monitoring dan evaluasi. Perawatan terencana dibedakan menjadi dua, yakni perawatan terencana yang
bersifat pencegahan atau perawatan preventif, dan perawatan terencana yang bersifat korektif. Menurut
(Depdikbud, 1999:2) menyatakan bahwa perawatan preventif merupakan perawatan yang bersifat pencegahan,
adalah perawatan sarana dan prasarana pendidikan yang secara sadar dilakukan melalui tahapan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, serta monitoring dengan tujuan untuk mencegah terjadinya gangguan kemacetan
atau kerusakan fasilitas atau peralatan sekolah. Perawatan preventif adalah perawatan yang dilakukan pada selang
waktu tertentu dan pelaksanaannya dilakukan secara rutin dengan beberapa kriteria yang ditentukan sebelumnya
dengan tujuan untuk mencegah dan mengurangi kemungkinan suatu komponen tidak memenuhi kondisi
normal. Perawatan korektif merupakan perawatan yang dilakukan terhadap sarana dan prasarana pendidikan yang
secar sadar dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, serta monitoring dengan
tujuan untuk mengembalikan fasilitas atau peralatan pada kondisi standar, sehingga dapat berfungsi dengan
normal.
2. Perawatan Tidak Terencana. Menurut (Soenarto, 2002:4) menyatakan bahwa perawatan tidak terencana adalah
jenis perawatan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang belum diperkirakan sebelumnya. Pekerjaan
perawatan ini tidak direncanakan, tidak dijadwalkan. Umumnya tingkat kerusakan yang terjadi adalah pada
tingkat keruskan berat. Karena tidak direncanakan sebelumnya, maka juga disebut perawatan darurat

C. Perawatan Preventif

Menurut (Depdiknas, 2000: 205) menyatakan bahwa perawatan preventif adalah tindakan perawatan yang dilakukan secara
periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik sekolah, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya
dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan
biaya efekti perawatan sarana dan prasarana sekolah

Menurut Soenarto (dalam Depdiknas, 2002:4) tujuan perawatan preventif adalah mencakup: (1) agar sarana dan prasarana
pendidikan selalu dalam kondisi prima, tetap berfungsi dan siap dipakai secara optimal, (2) memperpanjang umur
pemakaian, (3) menjamin kelancaran kegiatan pembelajaran, (4) menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pemakai,
(5) mengetahui kerusakan secara dini atau gejala kerusakan, (6) menghindari terjadinya keruskan secara mendadak, (7)
menghindari terjadinya kerusakan fatal.

Menurut (Depdikbud, 1999:4) disebutkan bahwa ada empat tujuan pokok perawatan preventif, yaitu untuk: (1)
memperpanjang usia pakai perlatan. Hal ini sangat penting jika dilihat dari aspek biaya, karena untuk membeli satu
peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat bagian dari peralatan tersebut, (2) menjamin peralatan
selalu siap dan dalam kondisi optimal untuk mendukung kegiatan kerja, shingga diharapkan akan diperoleh hasil yang
optimal pula; 3) menjamin kesiapan operasional peralatan yang diperlukan terutama dalam keadaan darurat, adanya unit
cadangan, pemadam kebakaran, dan penyelamat; 4) menjamin keselamatan siswa yang menggunakan peralatan terebut.
D. Manajemen Perawatan Preventif Sarana dan Prasarana Sekolah

1. Pengertian manajemen

Menurut Soenarto (2002:5) menyatakan secara umum bahwa manajemen adalah proses pengelolaan sumber daya untuk
mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Dalam penerapan manajemen ini lebih jauh dikatakannya bahwa
sumberdaya yang dikelolah meliputi 6 M, yaitu: man, money, materials, machines, method, dan minutes (manusia, uang,
bahan, mesin atau peralatan, metode atau cara, dan waktu). Sedangkan fungsi manajemen meliputi empat kegiatan, yaitu
planning, organizing, actuating dan controlling (perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengontrolan). Dari
definisi diatas dapat diartikan bahwa manajemen adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan
pengontrolan sumber daya manusia, biaya, bahan dan alat atau mesin, metode atau cara dan waktu untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Lebih jauh Soenarto (2002:5) menyatakan bahwa efektifitas merupakan landasan untuk mencapai sukses. Jadi efektifitas
berkenaan dengan derajat pencapaian tujuan baik secara eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh rencana dapat
dilaksanakan dan berapa jauh tujuan tercapai. Sedangkan Efisiensi merupakan sumberdaya minimal yang digunakan untuk
mencapai kesuksesan tersebut. Jadi efisien berarti optimasi penggunaan sumber daya, yaitu termudah cara
mengerjakannya, termurah biayanya, tersingkat waktunya, teringan bebannya, terpendek langkahnya.

Menurut (Sufyarma, 2003:190), dibidang pendidikan manajemen mempunyai pengertian sebagai proses kegitan bersama
dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas yang ada, baik personal, material, maupun spiritual untuk
mencapai tujuan pendidikan

Manajemen dalam lingkungan pendidikan adalah memberdayakan berbagai sumber baik manusia, sarana dan prasarana,
serta media pendididkan lainnya secara optimal, relevan, efektif dan efisien guna menunjang pencapaian tujuan
pendidikan.

Menurut Suryosubroto (2004:27) menyebutkan bahwa manajemen pendidikan adalah 1) bentuk kerja sama personel
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, 2) suatu proses yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan
dimulai dari perencanaan, pengorganisasin, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian tentang usaha sekolah
untuk mencapai tujuannya; 3) usaha untuk melakukan pengelolaan sistem pendidikan, 4) kegiatan memimpin, mengambil
keputusan serta berkomunikasi dalam organisasi sebagai usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. Koont O. Doncel
(dalam Sagala, 2007:55) mengemukakan bahwa :

Management is process of designing and maintaining an evironment in which individuals, working together in groups,
efficiency accomplish selected aims. This basic definition needs to be expanded (1) as manager people carry out the
managerial function of planning, organizing, staffing, leadingand controlling; (2) management applies to any kind of
organization; (3) it applies to managers to all organizational level; (4) the aim of all managers is the same to create as
surpluus; and (5) managing is concernid with productivity; this implies effectiveness and efficiency.

Pengertian di atas mengandung arti bahwa manajemen adalah proses merencanakan dan mempertahankan lingkungan di
mana individu dapat bekerja sama dalam kelompok, secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Pengertian ini memberi
arti (1) sebagai manajer melaksanakan fungsi manajemen antara lain; perencanaan, pengorganisasian, pembagian staff,
mengarahkan dan pengawasan; (2) menerapkan manajemen untuk perbaikan organisasi; (3) berlaku untuk manajer setiap
level organisasi; dan (4) tujuan setiap manager adalah sama untuk mencapai surplus, dimana manajemen memberikan
perhatian terhadap produktifitas dan etos kerja yang tinggi berimplikasi efectivitas dan efisiensi.

Uraian di atas menegaskan bahwa manajemen sekolah adalah proses memimpin dan membimbing penyelenggaraan
pekerjaan sekolah sebagai suatu organisasi dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
Karena itu prinsip-prinsip manajemen sekolah yang dapat dipegang adalah untuk memperoleh hasil yang paling efektif
melalui orang-orang yang profesional mengacu pada visi dan misi sekolah dengan cara melakukan proses manajemen.
Proses manajemen tersebut yaknimenjalankan fungsi pokok program sekolah yang ditampilkan oleh seorang pimpinan
sekolah sebagai penanggung jawab institusi sekolah, guru sebagai penanggung jawab pelayanan belajar pada peserta didik,
dan tenaga kependidikan sebagai penanggung jawab pelayanan teknis kependidikan di sekolah yang menerapkan fungsi-
fungsi manajemen yaitu: perencanaan program kegiatan sekolah, pengorganisasian tugas-tugas pokok sekolah,
penggerakkan seluruh sistem sekolah, dan pengawasan kinerja sekolah. Fungsi-fungsi manajemen tersebut di atas juga
diterapkan dalam kegiatan bidang administrasi pendidikan bidang sarana dan prasarana di sekolah pada sub bagian
pemeliharaan sarana dan prasarana.
2. Obyek Pemeliharaan

Menurut Hornby (1990:849) mendefinisikan bahwa, Object is solid thing that can be seen and touched.

Obyek adalah benda keras yang dapat dilihat dan disentuh. Dari definisi tersebut jelas bahwa obyek merupakan benda-
benda yang digunakan sebagai alat atau bahan untuk mendukung suatu kegiatan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai
dengan mudah dan sesuai harapan. Adapun obyek yang perlu dipelihara adalah sarana, prasarana atau fasilitas sekolah,
antara lain bangunan gedung, peralatan kantor, listrik atau penerangan, meubeler, peralatan dan bahan praktikum.

BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL MAGANG

A. Paparan Data

Pelaksanaan magang di SMP Islam Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya di mulai dengan pengajuan surat permohonan izin
magang pada hari Selasa tanggal 26 Maret 2013, dan dilanjutkan dengan melakukan observasi di minggu berikutnya
dengan melakukan pengamatan langsung di seluruh aspek sekolah. Namun, diberlakukan peraturan bahwa observer hanya
dibatasi 2 orang saja yang dapat melakukan observasi pada setiap minggunya. Sehingga pada minggu-minggu berikutnya,
kami bergilir untuk melakukan observasi pada masing-masing bagian yang kami amati.

Manajemen sarana dan prasarana sekolah SMP Islam Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya ini dibawah naungan satu
yayasan. Dalam satu yayasan ini terdapat tiga konsentrasi jenjang yaitu TK, SD, dan SMP. Jika ada kerusakan sarana dan
prasarana pada salah satu jenjang sekolah maka jenjang sekolah yang bersangkutan membuat form pengaduan kerusakan
untuk pengajuan dana kepada yayasan.

Terdapat program berkala dan program tidak berkala pada sistem manajemen perawatan sarana dan prasarana sekolah,
yaitu penggolongan yang membutuhkan perawatan secara berkala (tiba-tiba) dan penggolongan yang membutuhkan
perawatan bisa kapan saja.

B. Hasil Magang

Berdasarkan magang yang telah dilakukan maka didapat hasil pemeliharaan sarana dan prasarana di SMP Islam Al-Azhar
Kelapa Gading Surabaya ini. Kami memberikan program kerja untuk pemeliharaan sarana dan prasarana berupa
pengorganisasian kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, pelaksanaan dan pembiasaan pemeliharaan sarana
dan prasarana sekolah dan pendataan sarana dan prasarana sekolah (menggunakan form data sarana dan prasarana). Hal ini
dimaksudkan untuk lebih menekankan pada aktifitas untuk mengurangi peluang sarana dan prasarana sekolah yang
memerlukan perbaikan yang bersifat mendesak, memperkecil kebutuhan sarana dan prasarana yang memerlukan
perawatan, dan memperkecil kemungkinan untuk pengeluaran dana.

BAB IV PEMBAHASAN

A. Hasil Temuan

Dari hasil wawancara dan observasi langsung telah didapat hasil temuan lapangan yaitu mengenai pemeliharaan sarana dan
prasarana di SMP Islam Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya meliputi : sekolah telah melakukan pelaksanaan pemeliharaan
sarana dan prasarana berupa pemasangan poster-poster menarik di dinding sekolah dan sepanjang koridor yang berupa
kata-kata mutiara untuk penyemangati siswa-siswi agar mau memperhatikan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah,
penulisan name tag dimasing-masing bangku siswa, ini dimaksudkan untuk menjadikan mereka bertanggung jawab atas
bangkunya sendiri untuk tidak mencorat-coret sarana yang disediakan.

B. Temuan Masalah

Masalah yang diangkat adalah kendala pengadaan dana dari yayasan jika ada sarana dan prasarana dari jenjang SMP yang
memerlukan perawatan dan kebutuhan yang bersifat mendesak, namun yayasan lebih memperhitungkan pemberian dana
pada TK terlebih dahulu kemudian SD dan terakhir SMP.
Berikutnya adalah masalah dari program kerja yang kurang detail dalam pembagian tugas serta sebagian besar guru tidak
mau untuk diberi tugas tambahan menjadi tim koordinasi pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.

C. Rencana Tindak Lanjut (RTL) dalam Bentuk Program Kerja

1. Rencana Tindak Lanjut

Dari hasil temuan masalah di atas maka dapat diberlakukan rencana tindak lanjut yang kami buat yaitu :

1. Penekanan pada aktifitas pemeliharaan sarana dan prasarana. Ini dimaksudkan untuk mengurangi peluang sarana
dan prasarana sekolah yang memerlukan perbaikan yang bersifat mendesak.
2. Pemeliharaan rutin kegiatan evaluasi sarana dan prasarana sekolah, yaitu mengevaluasi keadaan sekolah berupa
pengisian form tertulis. Dimaksudkan agar diberlakukan pengecekan rutin setiap bulannya. Kegiatan ini akan
memperkecil kebutuhan sarana dan prasarana yang memerlukan perawatan, tapi tidak lepas tanggung jawab
kepada semua warga sekolah untuk terus memelihara sarana dan prasarana sekolahnya sendiri.
3. Pengorganisasian kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah. Anggota meliputi siswa, para guru, kepala
sekolah, komite sekolah bahkan warga masyarakat di sekitar sekolah.

2. Program Kerja

a. Penekanan Pada Aktifitas Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Supaya penerapan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah berjalan baik, maka disarankan untuk menggunakan tahapan
langkah sebagaimana meliputi :

1. Penyadaran pentingnya pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah sebagai bagian dari Manajemen Aset.
2. Pemahaman apa dan siapa yang terlibat pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah; obyek pemeliharaan (gedung
dan komponennya), proses, persiapan, pelaksanaan dan monitoring-evaluasi pemeliharaan sarana dan prasarana
sekolah.
3. Pengorganisasian kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
4. Pelaksanaan dan Pembiasaan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
5. Pendataan sarana dan prasarana sekolah (menggunakan form data sarana dan prasarana)

Sumber : Petunjuk Teknis Pemeliharaan & Perawatan Aset Sarana-Prasarana Sekolah Bersama Masyarakat (Buku III)
Decentralized Basic Education (Dbe-1) Usaid

Tahap I : Penyadaran Pentingnya Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sekolah


1. Langkah-1 Persiapan : Kepala sekolah mengundang Kelompok Kerja dan membentuk tim kecil untuk
menginisiasi Pengantar Pemahaman Pentingnya Pemeliharaan Sarana-Prasarana Sekolah (PSPS) (Perlu
Karangka Acuan Kerja/KAK Tim PSPS) Kepala sekolah dan guru atau tim kecil yang ditunjuk mengenalkan
Buku Panduan Pemeliharaan Sarana Prasarana Sekolah Menyusun program pengenalan dan penyadaran akan
pentingnya Pemeliharaan ini.
2. Langkah-2 Pengenalan dan Penyadaran Pentingnya Pemeliharaan dan Tanggung Jawab Bersama : Pengenalan
dan Penyadaran kepada siswa dan guru: Sasarannya ialah untuk : (1) Menanamkan rasa memiliki atas sarana-
prasarana yang ada. (2) Kebiasaan baik (mencegah lebih daripada harus memperbaiki karena terlanjur rusak). Dan
(3) Mengenalkan lingkup kegiatan kebersihan (kelas dan lingkungan sekitar) pengaturan piket sebagai bagian dari
proses belajar kepedulian pada kualitas lingkungan.

Menjelaskan manfaat yang diharapkan dari kegiatan pemeliharaan sarana-prasarana dan lingkungan sekolah antara lain
mencakup : (1) Jika sarana-prasarana sekolah dan lingkungannya terpelihara baik, umur bangunan dan komponen-
komponen bangunan akan awet, berarti tidak perlu mengadakan penggantian dalam waktu yang singkat. (2) Pemeliharaan
yang dilakukan secara rutin, agar kerusakan komponen bangunan jarang terjadi, sehingga biaya perbaikan dapat ditekan
seminimal mungkin. (3) Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka kondisi bangunan gedung akan terjaga
penampilannya (tidak kumuh, kusam, tetap terlihat kokoh dan menarik), sehingga kesan bagi orang yang melihatnya akan
memberikan rasa aman (tidak takut ambruk, kebocoran, terpeleset) dan nyaman untuk menggunakannya.

Tahap II : Pemahaman Tentang Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sekolah

1. Langkah-1. Menjelaskan permasalahan yang dihadapi. Menguraikan sumber penyebab masalah menurunnya
kualitas aset sarana-prasarana sekolah yang diakibatkan oleh kebiasaan yang tidak tepat sebagaimana di bawah
ini. Lanjutnya dengan mendiskusikannya.Permasalahan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana. Sebelum membahas
tentang tindakan dalam Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sekolah, hal yang penting diketahui ialah bahwa
banyak masalah yang terjadi yang justru disebabkan oleh perilaku para pengguna gedung sekolah sendiri,
sehingga pencegahan masalah ini seharusnya merupakan tindakan yang pertama dilakukan. Sekolah dan
Lingkungannya adalah Aset milik Kita Bersama. Marilah kita jaga kebersihan dan kondisinya, dengan
Menghindari Kebiasaan Kurang Baik di atas, Menerapkan Cara Penggunaan yang Baik, dan melaksanakan
Kegiatan Pemeliharaan Aset Milik Kita Bersama ini sebagai Kebiasaan Sehari-hari.
2. Langkah-2 menjelaskan jenis dan lingkup kegiatan pemeliharaan. Jelaskan Jenis-jenis kegiatan pemeliharaan
menurut waktu/frekuensi dan lingkup kegiatan untuk setiap jenis pemeliharaan tersebut. Sebagaimana diuraikan
dalam Buku Pengertian dan Acuan Manajemen Sarana Prasarana Sekolah, kegiatan pemeliharaan menurut
frekuensi/waktu pelaksanaannya dibagi dalam dua kelompok, yaitu: Kegiatan Pemeliharaan Rutin (Harian,
Mingguan) dan Kegiatan Pemeliharaan Bulanan & Berkala.

Sumber : Petunjuk Teknis Pemeliharaan & Perawatan Aset Sarana-Prasarana Sekolah Bersama Masyarakat (Buku III)
Decentralized Basic Education (Dbe-1) Usaid

Kegiatan pemeliharaan rutin harian dan mingguan terutama ialah untuk memelihara kebersihan dengan menyapu, melap,
mengepel dan sebagainya, disertai kegiatan meringkas dan merapikan, sehingga segala sesuatu (peralatan belajar, alat
pembersih, dsb) berada pada tempat yang semestinya. Termasuk juga kegiatan mencatat kalau ada peralatan, sarana-
prasarana yang menunjukkan tanda-tanda akan rusak, sehingga dari kegiatan ini dapat mengusulkan tindakan perawatan
sejak dini. Kadang ini hanya memerlukan tindakan menggeser genteng atau membersihkan talang agar kebocoran dicegah.

Dengan adanya SARC (School Asset Report Card) sebagai hasil dari inventarisasi atas aset sarana prasarana sekolah maka
tiap ruang kelengkapan sarana prasarananya sudah terdata. Sebaiknya copy dari SARC itu ditempel di tiap ruang, dan
kepada peggunanya (siswa, guru) perlu menggunakan data tersebut untuk memotivasi kegiatan pemeliharaan rutin. Jangan
sampai kerusakan sarana prasarana terjadi, apalagi kalau sampai ada yang hilang. Untuk itu penting agar baik dalam proses
inventarisasi aset maupun dalam pemanfaatan SARC tersebut dilakukan proses sosialisasi kepada semua pemangku
kepentingan, terutama untuk para pengguna yaitu siswa dan guru.

b. Pemeliharaan Rutin Kegiatan Evaluasi Sarana dan Prasarana Sekolah

Pada pemeliharaan rutin kegiatan evaluasi sarana dan prasarana di sekolah ini maka perlu mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut :

1. Langkah-1 Menyepakati jenis kegiatan yang dilaksanakan untuk Pemeliharaan Rutin (Harian, Mingguan).
Jelaskan jenis dan lingkup kegiatan yang perlu dikerjakan dalam pemeliharaan gedung dan lingkungan sekolah.
Pemeliharaan disini mencakup kegiatan, anatara lain: Membersihkan dan menjaga kebersihan semua komponen
di dalam kelas, luar kelas dan lingkungannya Merapikan peletakan benda-benda, seperti meja, kursi, bangku,
sapu, penggaris, kapur, alat tulis dan benda lainnya Saling mengingatkan untuk mnggunakan dan meletakkan alat
atau komponen bangunan secara benar (parkir kendaraan pada tempatnya, menutup pintu tidak dibantig, tidak
bermain dengan kunci, slot, dst) Mengisi formulir laporan kegiatan dan kondisi komponen yang ada.
2. Langkah-2 Membagi tugas dan area Pemeliharaan harian/mingguan. Kegiatan pemeliharaan rutin merupakan
sarana pendidikan kepada murid untuk selalu memelihara lingkungannya serta manfaat lain seperti: (1)
Membangkitkan dan menanamkan rasa memiliki sekolah kepada murid. (2) Membina murid untuk belajar disiplin
dengan cara yang efektif dan di terima oleh semua murid. (3) Memupuk rasa tanggung jawab, mencerminkan
budaya kepada murid untuk menjaga dan memelihara keutuhan dan kebersihan dari lingkungan dan gedung
sekolah. Tugas siswa (difasilitasi Guru) dan tugas penjaga sekolah, yaitu kepada murid disampaikan lebih jelas
dan bertahap: Dijelaskan sekali lagi pentingnya kegiatan pemeliharaan rutin ini. Dijelaskan kegiatan-kegiatan apa
saja yang harus dilakukan dalam pemeliharaan. Dijelaskan standar pemeliharaan yang baik itu bagaimana (bersih
seperti apa) Pembagian tugas dan penggiliran (Piket) disepakati pada tingkat kelas, difasilitasi oleh Guru atau
Ketua Kelas, dan dipersilahkan untuk membagi regu piket sesuai jumlah kegiatan yang dilakukan, agar tiap siswa
punya tugas yang jelas. Tugas guru dan kepala sekolah, yaitu kepada para guru dan kepala sekolah, disampaikan
lebih jelas dan bertahap: Dijelaskan sekali lagi pentingnya kegiatan pemeliharaan rutin ini. Dijelaskan kegiatan-
kegiatan apa saja yang harus dilakukan dalam pemeliharaan oleh guru da kepala sekolah Dijelaskan standar
pemeliharaan yang baik itu bagaimana (bersih seperti apa) Supaya banyak member contoh kepada siswa dan
anak-anak pada umumnya. Tugas penjaga sekolah, yaitu kepada penjaga sekolah, seperti kepada murid,
disampaikan lebih jelas dan bertahap: Dijelaskan sekali lagi pentingnya kegiatan pemeliharaan rutin ini.
Dijelaskan kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan dalam pemeliharaan oleh Penjaga Sekolah.
Dijelaskan standar pemeliharaan yang baik itu bagaimana (bersih seperti apa).
3. Langkah-3 Menjelaskan penggunaan Daftar Periksa (Simak) dalam pelaksanaan Pemeliharaan. Berikutnya
disampaikan daftar periksa/simak yang dapat digunakan sebagai petunjuk teknis tentang komponen apa saja yang
mesti ditangani pemeliharaannya. Formulir ini adalah contoh, untuk setiap sekolah sesuai dengan kondisi dan
situasinya dapat disesuaikan dan disepakati. Apakah dilakukan sedikit modifikasi, pengurangan atau penambahan,
serta diperjelas kegiatan yang sebaiknya dilakukan. Dan yang paling penting, pisahkan dahulu: Mana yang layak
untuk dikerjakan oleh siswa berta guru sebagai fasilitatornya; Mana yang lebih layak untuk dikerjakan oleh
Penjaga Sekolah.

Pada pemantauan kegiatan bulanan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah-1 Menyepakati jenis kegiatan yang dilaksanakan untuk Pemeliharaan Bulanan dan Berkala.
2. Langkah-2 Menyepakati siapa yang ditunjuk sebagai pelaksana kegiatan Pemeliharaan Bulanan dan Berkala
Dikerjakan oleh pihak internal sekolah dan stakeholders Dikerjakan oleh tukang, pekerja (dikontrakkan) proses
penugasan (tender, penunjukan) Langkah-3 Menjelaskan penggunaan Daftar Periksa (Simak) dalam pelaksanaan
Pemeliharan.

c. Pengorganisasian Kegiatan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Berikut adalah langkah-langkahnya:


1. Langkah-1 Menyusun Struktur Organisasi, Kegiatan pemeliharaan gedung dan lingkungan sekolah merupakan
kegiatan semua warga sekolah, baik para siswa, para guru, kepala sekolah, komite sekolah bahkan warga
masyarakat di sekitar sekolah. Jadi bukan tugas penjaga sekolah saja, sebagaimana anggapan umum selama ini.
Karena selain jumlah tenaga penjaga sekolah yang terbatas, berbagai permasalahan (uraian di atas) adalah
menyangkut keterlibatan semua pihak. Untuk menerapkan pesan-pesan tersebut diatas, langkah pertama yang
perlu dilakukan ialah menyusun organisasi dan pembagian kerja di antara para stekaholders. Di bawah ini adalah
bentuk tipikal pengorganisasian kegiatan pemeliharaan gedung dan lingkungan sekolah berbasis masyarakat.
Sebagaimana dibahas pada tahap sebelumnya, kegiatan pemeliharaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
pemeliharaan rutin atau harian yang bisa dilaksanakan oleh siswa, guru dan petugas; kedua, pemeliharaan berkala
pada bagian yang sulit dijangkau seperti atap, saluran, serta yang membutuhkan tenaga (tukang) dari luar yang
perlu dibayar. Untuk yang kedua ini diperlukan organisasi atau panitia tersendiri, yang sebaiknya dibentuk dan
punya masa kerja yang cukup lama, paling tidak satu tahun.

Sumber : Petunjuk Teknis Pemeliharaan & Perawatan Aset Sarana-Prasarana Sekolah Bersama Masyarakat (Buku III)
Decentralized Basic Education (Dbe-1) Usaid

Jadi setelah langkah memberikan pemahaman mengenai pentingnya gedung dan lingkungan sekolah yang bersih,
berkondisi baik, serta menyadarkan bahwa pemeliharaan sekolah adalah tanggung jawab bersama karena sekolah adalah
milik bersama siswa, guru, penjaga sekolah, kepala sekolah, warga lingkungan, maka berikutnya adalah mengorganisir
kegiatan pemeliharaan.

Langkah penyusunan organisasi pemeliharaan ini ialah sebagai berikut:

1. Mengadakan pertemuan dengan stakeholders Sekolah, yaitu: kepala sekolah, para guru, penjaga sekolah, wakil
dari siswa, wakil dari komite sekolah, wakil dari warga
2. Mengingatkan lagi akan pentingnya upaya bersama (gotong-royong) dalam pemeliharaan gedung dan lingkungan
sekolah
3. Menyampaikan lingkup tugas Pemeliharaan Rutin (Harian, Mingguan) dan Pemeliharaan Berkala kepada para
hadirin
4. Menunjukkan tipikal (pola) struktur organisasi Pemeliharaan, meminta pendapat untuk persetujuan atas struktur
5. Membahas tugas, tanggung-jawab, wewenang (sebagaimana Tabel berikut) dan membacakan hasilnya
6. Mendiskusikan siapa-siapa saja personil yang mengisi struktur organisasi tersebut
7. Khusus untuk Pemeliharaan Rutin, dilanjutkan dengan membagi tugas atau area halaman yang jadi tanggung-
jawab tiap kelas (untuk siswa dan guru kelas yang membimbing.
8. Menyampaikan hasil pembagian tugas tersebut ke semua hadirin (pleno).

2. Langkah-2 Melakukan Pembagian Peran/Tanggung-jawab. Serangkaian Tabel berikut ini adalah petunjuk teknis untuk
menyusun uraian tugas dan tanggung jawab dan wewenang dari tiap posisi dalam organisasi pemeliharaan gedung dan
lingkungan sekolah. Uraian dalam table ini bisa digunakan sebagai arahan untuk didiskusikan dan disepakati bersama
seluruh stakeholder, serta kemungkinan modifikasi jika dibutuhkan.
BAB VI PENUTUP

A. Simpulan

Manajemen sarana dan prasarana sekolah SMP Islam Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya ini dibawah naungan satu
yayasan. Dalam satu yayasan ini terdapat tiga konsentrasi jenjang yaitu TK, SD, dan SMP. Jika ada kerusakan sarana dan
prasarana pada salah satu jenjang sekolah maka jenjang sekolah yang bersangkutan membuat form pengaduan kerusakan
untuk pengajuan dana kepada yayasan. Terdapat program berkala dan program tidak berkala pada sistem manajemen
perawatan sarana dan prasarana sekolah, yaitu :

1. Penggolongan yang membutuhkan perawatan secara berkala (tiba-tiba)


2. Penggolongan yang membutuhkan perawatan bisa kapan saja

Dan dari hasil temuan masalah, maka dapat dirumuskan rencana tindak lanjutnya yaitu :

1. Penenkanan pada aktifitas pemeliharaan sarana dan prasarana. Ini dimaksudkan untuk mengurangi peluang sarana
dan prasarana sekolah yang memerlukan perbaikan yang bersifat mendesak.
2. Pemeliharaan rutin kegiatan evaluasi sarana dan prasarana sekolah, yaitu mengevaluasi keadaan sekolah berupa
pengisian form tertulis. Dimaksudkan agar diberlakukan pengecekan rutin setiap bulannya. Kegiatan ini akan
memperkecil kebutuhan sarana dan prasarana yang memerlukan perawatan, tapi tidak lepas tanggung jawab
kepada semua warga sekolah untuk terus memelihara sarana dan prasarana sekolahnya sendiri.
3. Pengorganisasian kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah. Anggota meliputi siswa, para guru, kepala
sekolah, komite sekolah bahkan warga masyarakat di sekitar sekolah.

B. Saran

Sebagaimana disampaikan di depan, setiap sekolah bagaimanapun kondisinya tentu mempunyai aset yang seharusnya
dikelola dengan baik. Aset sarana-prasarana sekolah dan lingkungannya merupakan wahana belajar yang perlu
diperlakukan sebagai amanah yang perlu dikelola dengan baik. Saran yang dapat penulisan sampaikan adalah :

1. Kegiatan rutin pemeliharaan, sebagai bagian dari manajemen sarana-prasarana sekolah dapat diharapkan agar
nilai gunanya tidak merosot. Dan kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan oleh warga sekolah
sendiri (siswa, guru, penjaga, komite sekolah, masyarakat sekitar) dapat menjadi wahana pembelajaran bagi
seluruh warga dan pemangku kepentingan sekolah untuk peduli kapada kondisi lingkungan, serta wahana untuk
memupuk semangat gotong-royong menjaga aset milik bersama tersebut.
2. Pada bagian lain, kegiatan manajemen sarana-prasarana yang menyangkut kegiatan inventarisasi atau
penyusunan data-base sarana-prasarana sekolah, penyusunan program pemeliharaan, perawatan, perbaikan dan
pembangunan (kembali) gedung sekolah, perangkat dan lingkungannya. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi
Dinas dalam menginventarisir dan memantau kondisi sarana-prasarana sekolah-sekolah di dalam wilayah
kewenangannya. Sehingga memudahkan Dinas dalam merencanakan program/kegiatan perawatan dan perbaikan
sarana-prasarana tersebut.

LAMPIRAN

Tabel 1. Formulir Pemantauan Kegiatan Pemeliharaan Sarana-Prasarana Sekolah Pemeliharaan Harian

Hari/Tanggal :
Penyelia (Supervisor) :
Tanda tangan :
Pelaksana
No. Pemeliharaan yang Dilakukan Kelas Kegiatan yang Dilakukan Ket.
Menggeser perabotan dalam
Pemeliharaan ruang dalam/ ruangan, menyapu dan
1. selasar mengepel lantai
Membersihkan daun pintu dan
Pembersihan daun pintu dan jendela kaca menggunakan
2. jendela, permukaan kaca lap/ kemucing
Membersihkan closet,
menguras bak air, menggosok
lantai dengan sikat,
Pembersihan KM/WC dan mengelontor lubang avour dan
3. saluran pembuangan closet
Mematikan lampu ruangan
setelah ruangan tidak
4. Memeriksa penggunaan listrik dipergunakan
Mengunci semua pintu dan
jendela setelah kegiatan
belajar mengajar berakhir
Mengunci semua pintu dan demi keamanan ruangan dan
5. jendela isinya

Tabel 2. Formulir Pemantauan Kegiatan Pemeliharaan Sarana-Prasarana Sekolah Pemeliharaan Mingguan

Minggu (Tgl..s/d..) Bulan/Tahun :


Penyelia (Supervisor) :
Tanda tangan :
Pelaksana
No. Pemeliharaan yang Dilakukan Kelas Kegiatan yang Dilakukan Ket.
Menggeser perabotan dalam
Pemeliharaan ruang dalam/ ruangan, menyapu dan
1. selasar mengepel lantai
Membersihkan daun pintu dan
Pembersihan daun pintu dan jendela kaca menggunakan
2. jendela, permukaan kaca cairan pembersih
Membersihkan closet,
menguras bak air, menggosok
lantai dengan sikat,
Pembersihan KM/WC dan mengelontor lubang saluran
3. saluran pembuangan pembuangan
Menyapu halaman,
mengumpulkan sampah
berceceran, membersihkan
saluran drainase dari sampah
atau endapan tanah, potong
ranting dan dedaunan pohon di
sekitar bangunan, pangkas/
Pembersihan halaman dan cabut rumput liar yang tumbuh
4. saluran drainase di halaman
Memeriksa kondisi tanah yang
ada di sekitar pondasi
bangunan apakah mengalami
erosi/tidak. Memastikan bahwa
tanah di sekitar tidak terdapat
sarang rayap yang akan
berpengaruh terhadap
Pemeriksaan kondisi halaman komponen kayu bangunan dan
5. dan sekitar bangunan pondasi

Tabel 3. Formulir Pemantauan Kegiatan Pemeliharaan Sarana-Prasarana Sekolah Pemeliharaan Berkala

Bulan/Semester (../..) Tahun :


Penyelia (Supervisor) :
Pelaksana :
Tanda tangan :
Pemeliharaan yang
No. Dilakukan Hari Permasalahan Kegiatan yang Dilakukan
1. Memeriksa kondisi
penutup atap, rangka atap
dan planfond dan
eternity, terisi dan talang
seluruh keliling
bangunan, listplank dan
kerpus

1. Memeriksa kosen, daun


pintu dan jendela, kaca,
penggantung dan
pengunci partisi

1. Memeriksa kondisi
plesteran dan sponegan
dinding, permukaan
lantai

1. Memeriksa kondisi
instalasi mekanikal dan
elektrikal

1. Memeriksa kondisi
kelengkapan KM/WC.
Pemeriksaan bangunan Sumber air bersih, septic
gedung dan kelengkapan tank dan peresapan
1. komponen bangunan
1. Memotong pepohonan,
memusnahkan sarang
serangga/rayap

1. Pemeriksaan kondisi
halaman, pagar halaman,
Pemeriksaan kondisi jalan setapak, paving
halaman dan sekitar halaman, saluran drainase
2. bangunan

Tabel 4. Formulir Pemantauan Kegiatan Pemeliharaan Sarana-Prasarana Sekolah Pemeliharaan Bulanan

Pemeliharaan yang
No. Dilakukan Minggu Ke- Permasalahan Kegiatan yang Dilakukan
Memeriksa kondisi plesteran
dan sponegan dinding,
1. permukaan lantai
Memeriksa kondisi instalasi
2. mekanikal dan elektrikal

DAFTAR RUJUKAN

Decentralized Basic Education (Dbe-1) Usaid. 2010. Petunjuk Teknis Pemeliharaan & Perawatan Aset Sarana-
Prasarana Sekolah Bersama Masyarakat (Buku III). Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Buku Pelatihan Manajemen Perawatan Preventif. Jakarta
Marizadenia. 2012. Manajemen Pemeliharaan Sarana dan Prasarana, (Online), (http://ms-
marizadenia.blogspot.com/2012/01/manajemen-pemeliharaan-sarana-dan-prasarana.html, diakses 1 Januari 2013)

Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 1 ayat 8.

Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VII Pasal 42.

Sarjiman. 2002. Buku Pelatihan Manajemen Perawatan Preventif Sarana dan Prasarana. Jakarta

Soenarto. 2002. Pedoman Manajemen Perlengkapan Sekolah, Pemeliharaan atau Perawatan. Jakarta

You might also like