You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan teknologi dan adanya perbaikan prosedur pencitraan dan teknik pembedahan
memungkinkan ahli bedah neuro melokalisasi dan mengatasi lesi intrakranial dengan ketepatan
lebih besar dari pada sebelumnya.
Tindakan bedah Intrakranial atau disebut juga kraniotomi, merupakan suatu intervensi
dalam kaitannya dengan masalah-masalah pada Intrakranial. Artinya kraniotomi dilakukan
dengan maksud pengambilan sel atau jaringan intrakranial yang dapat terganggunya fungsi
neorologik dan fisiologis manusia atau dapat juga dilakukan dengan pembedahan yang
dimasudkan pembenahan letak anatomi intrakranial.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu :
1. Mampu mengetahui pengertian kraniotomi.
2. Mampu menjelaskan indikasi penggunaan kraniotomi.
3. Menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja untuk perawatan pasien pre, intra
dan pasca kraniotomi.
4. Mengidentifikasi beberapa tindakan pada proses penatalaksanaan pasien bedah.
5. Mengidentifikasi tindakan tindakan keperawatan praoperatif yang dapat menurunkan resiko
terjadinya infeksi dan komplikasi pascaoperatif.
6. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien operasi kraniotomi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
a. Kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor, mengurangi
TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan perdarahan. (Hinchliff, Sue. 1999).
b. Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk meningkatkan akses
pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth. 2002)
c. Jadi post kraniotomi adalah setelah dilakukannya operasi pembukaan tulang tengkorak untuk,
untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan
perdarahan.
d. Craniektomy adalah insisi pada tulang tengkorak dan membersihkan tulang dengan
memperluas satu atau lebih lubang,. Pembedahan craniektomy dilakukan untuk mengangkat
tumor, hematom, luka, atau mencegah infeksi pada daerah tualang tengkorak.
e. Cranioplasty adalah memperbaiki kerusakan tulang kepala dengan menggunakan bahan plastic
atau metal plate.

2.2 INDIKASI
Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan intrakranial adalah sebagai berikut :
a. Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker.
b. Mengurangi tekanan intrakranial.
c. Mengevakuasi bekuan darah .
d. Mengontrol bekuan darah,
e. Pembenahan organ-organ intrakranial,
f. Tumor otak,
g. Perdarahan (hemorrage),
h. Kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral aneurysms)
i. Peradangan dalam otak
j. Trauma pada tengkorak.

2.3 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Prosedur diagnostik praoperasi dapat meliputi :
a. Tomografi komputer (pemindaian CT)
Untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat edema otak sekitarnya, ukuran ventrikel,
dan perubahan posisinya/pergeseran jaringan otak, hemoragik.
Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemia/infark mungkin tidak
terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma.
b. Pencitraan resonans magnetik (MRI)
Sama dengan skan CT, dengan tambahan keuntungan pemeriksaan lesi di potongan lain.
c. Electroencephalogram (EEG)
Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis
d. Angiografy Serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema,
perdarahan trauma
e. Sinar-X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah
(karena perdarahan,edema), adanya fragmen tulang
f. Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan fungsi korteks dan batang otak
g. Positron Emission Tomography (PET) : menunjukkan perubahan aktivitas metabolisme pada
otak
h. Fungsi lumbal, CSS : dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan subarakhnoid
i. Gas Darah Artery (GDA) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan
dapat meningkatkan TIK
j. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam meningkatkan
TIK/perubahan mental
k. Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap
penurunan kesadaran
l. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup
efektif untuk mengatasi kejang.
(Doenges, Marilynn.E, 1999)

2.4 PENATALAKSANAAN MEDIS


a. PRAOPERASI
Pada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi pasien diterapi dengan medikasi
antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi resiko kejang pascaoperasi. Sebelum pembedahan,
steroid (deksametason) dapat diberikan untuk mengurangai edema serebral. Cairan dapat
dibatasi. Agens hiperosmotik (manitol) dan diuretik (furosemid) dapat diberikan secara
intravena segera sebelum dan kadang selama pembedahan bila pasien cenderung menahan air,
yang terjadi pada individu yang mengalami disfungsi intrakranial. Kateter urinarius menetap
di pasang sebelum pasien dibawa ke ruang operasi untuk mengalirkan kandung kemih selama
pemberian diuretik dan untuk memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien dapat
diberikan antibiotik bila serebral sempat terkontaminasi atau deazepam pada praoperasi untuk
menghilangkan ansietas.
Kulit kepala di cukur segera sebelum pembedahan (biasanya di ruang operasi) sehingga
adanya abrasi superfisial tidak semua mengalami infeksi.

b. PASCAOPERASI
Mengurangi Edema Serebral
Terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral meliputi pemberian manitol, yang
meningkatkan osmolalitas serum dan menarik air bebas dari area otak (dengan sawar darah-
otak utuh). Cairan ini kemudian dieksresikan melalui diuresis osmotik. Deksametason dapat
diberikan melalui intravena setiap 6 jam selama 24 sampai 72 jam ; selanjutnya dosisnya
dikurangi secara bertahap.

Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang


Asetaminofen biasanya diberikan selama suhu di atas 37,50C dan untuk nyeri. Sering kali
pasien akan mengalami sakit kepala setelah kraniotomi, biasanya sebagai akibat syaraf kulit
kepala diregangkan dan diiritasi selama pembedahan. Kodein, diberikan lewat parenteral,
biasanya cukup untuk menghilangkan sakit kepala. Medikasi antikonvulsan (fenitoin,
deazepam) diresepkan untuk pasien yang telah menjalani kraniotomi supratentorial, karena
resiko tinggi epilepsi setelah prosedur bedah neuro supratentorial. Kadar serum dipantau untuk
mempertahankan medikasi dalam rentang terapeutik.
Memantau Tekanan Intrakranial
Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase, sering dipasang pada pasien yang
menjalani pembedahan untuk tumor fossa posterior. Kateter disambungkan ke sistem drainase
eksternal. Kepatenan kateter diperhatikan melalui pulsasi cairan dalam selang. TIK dapat di
kaji dengan menyusun sistem dengan sambungan stopkok ke selang bertekanan dan tranduser.
TIK dalam dipantau dengan memutar stopkok. Perawatan diperlukan untuk menjamin bahwa
sistem tersebut kencang pada semua sambungan dan bahwa stopkok ada pada posisi yang tepat
untuk menghindari drainase cairan serebrospinal, yang dapat mengakibatkan kolaps ventrikel
bila cairan terlalu banyak dikeluarkan. Kateter diangkat ketika tekanan ventrikel normal dan
stabil. Ahli bedah neuro diberi tahu kapanpun kateter tanpak tersumbat. Pirau ventrikel kadang
dilakuakan sebelum prosedur bedah tertentu untuk mengontrol hipertensi intrakranial, terutama
pada pasien tumor fossa posterior

2.5 KOMPLIKASI PASCABEDAH


Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pascabedah intrakranial atau kraniotomi
adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan tekanan intrakranial
b. Perdarahan dan syok hipovolemik
c. Ketidakseimbangan cairan dan elekrolit
d. Infeksi
e. Kejang
(Brunner & Suddarth. 2002).

2.6 ASUHAN KEPERAWATAN


PREOPERASI

a. Pengkajian berdasarkan pola fungsional Gordon pada preoperasi


1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan

Tanyakan pada klien bagaimana pemahaman pasien dan keluarga tentang rencana
prosedur bedah dan kemungkinan gejala sisanya yang dikaji bersamaan dengan reaksi pasien
terhadap rencana pembedahan. Menanyakan pada klien tentang pengalaman pembedahan,
pengalaman anestesi, riwayat pemakaian tembakau, alcohol, obat-obatan. Biasanya klien
mengalami perubahan status kognitif karena pembedahan ang akan dihadapi.

2) Pola nutrisi metabolic

Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan setelah
sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji apa makanan kesukaan klien?kaji riwayat
alergi makanan maupun obat-obatan tertentu. Biasanya sebelum pembedahan, pasien
dipuasakan selama 6-8 jam. Segala bentuk defisiensi nutrisi dan cairan harus di koreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan.
Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi
dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Balance cairan perlu
diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit
serum harus berada dalam rentang normal.

3) Pola eliminasi

Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien? Apakah mengalami gangguan? Kaji
apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?. Biasanya klien yang dipasangi
keteter akan merasa sakit saat BAK .

4) Pola aktivas latihan

Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari sebelum menghadapi


pembedahan, apakah klien dapat melakukannya sendiri atau malah dibantu keluarga, dan
apakah aktivitas terganggu karena perasaan cemas yang dirasakan.

5) Pola istirahat tidur


Kaji perubahan pola tidur klien sebelum menghadapi oprasi, berapa lama klien tidur
dalam sehari? Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri dan lain lain.

Keadaan pasien yang cemas akan mempengaruhi kebutuhan tidur dan istirahat (Ruth F. Craven,
Costance J Himle, 2000). Pada pasien preoperasi yang terencana mengalami kecemasan yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pola tidur antara 3 5 jam, sedangkan kebutuhan tidur
dan istirahat normal adalah antara 7 8 jam. (Gunawan L, 2001).

6) Pola kognitif persepsi

Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan


penglihatan,pendengaran, dan kaji bagaimana klien dalam berkomunikasi? atau lakukan
pengkajian nervus cranial.

7) Pola persepsi diri dan konsep diri

Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya? Apakah
klien merasa rendah diri ? biasanya klien akan merasa rendah diri akibat pembedahan yang
akan dijalani. Klien akan takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan setelah operasi.

8) Pola peran hubugan

Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah
Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat sekitarnya?. Pola peran
hubungan klien dengan orang lain tergantung dengan kepribadiannya. Klien dengan
kepribadian tipe ekstrovert pada orang biasanya memiliki ciri-ciri mudah bergaul, terbuka,
hubungan dengan orang lain lancar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
Hal ini akan menyebabkan seseorang lebih terbuka, lebih tenang serta dapat mengurangi rasa
cemas dalam menghadapi pra operasi.

9) Pola reproduksi dan seksualitas

Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan kepuasan
pada klien berkaitan dengan kecemasan dan ketakutan sebelum operasi? Pada pasien baik
preoperasi maupun postoperasi terkadang mengalami masalah tentang efek kondisi/terapi pada
kemampuan seksualnya

10) Pola koping dan toleransi stress

Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan obat-
obatan untuk menghilangkan stres? Pada pasien pre operasi dapat mengalami berbagai
ketakutan . Takut terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang
ketidaktahuaan atau takut tentang derformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh dapat
menyebabkan ketidaktenangan atau ansietas (Smeltzer and Bare, 2002).

11) Pola nilai dan kepercayaan

Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi pembedahan?

b. Diagnosa keperawatan preoperasi


1. Depresi berhubungan dengan ketidakpastian pengobatan : pembedahan
2. Kurang pengetahuan tentang persiapan pre operasi berhubungan dengan keterbatasan koginitf.
3. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan metastase tumor ke
jaringan lunak.
4. Cemas, berhubungan dengan pengalaman bedah (anesthesi, nyeri) dan hasil akhir dari
pembedahan
5. Kurang pengetahuan mengenai prosedur dan protokol pre-operatif dan harapan pasca-operatif

NANDA
Cemas, berhubungan dengan pengalaman bedah (anesthesi, nyeri) dan hasil akhir dari
pembedahan (p. 242)
Defenisi:
sebuah perasaan ketidaknyamanan, tidak enak atau takut samar-samar disertai oleh
respon otonom sumbernya sering tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu; perasaan
ketakutan yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. itu adalah mengubah sinyal yang
memperingatkan bahaya yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil
langkah-langkah untuk menghadapi ancaman

Batasan karakteristik:
Insomnia
Kawatir
Menggigil
Gelisah
Tidak nafsu makan
Tekanan darah meningkat
Sulit konsentrasi

NOC :
Control kecemasan (p. 116)
Indikator:
Memonitor intensitas kecemasan
Mengeliminasi penyebab kecemasan
Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
Merencanakan strategi koping
Gunakan strategi koping yag efektif
Gunakan teknik relaksasi
Perhatikan hubungan social
Laporkan tidur yang tidak adekuat
Control respon cemas

NIC
Penurunan kecemasan (p.109)
Aktifitas:
o Gunakan ketenangan, meyakinkan pendekatan
o Jelaskan semua prosedur
o Lihat untuk mengerti perspektif pasien terhadap situasi stress
o Sediakan informasi tentang diagnosis, pengobatan, dan prognosis
o Tetap bersama pasien untuk kenyamanan dan mengurangi takut
o Tanggapi perilaku
o Ciptakan suasana untuk menfasilitasi kepercayaan
o Menyemangati secara verbal mengenai perasaan, persepsi, dan ketakutan
o Identifikasi perubahan tingkat kecemasan
o Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menurunkan kecemasan
o Ajarkan klien menggunakan teknik relaksasi
o Gunakan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan, jika diperlukan

POSTOPERASI
a. Pengkajian berdasarkan pola fungsional Gordon pada pasien postoperasi
1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan
pentingnya kesehatan bagi klien? Bagaimana pandangan klien tentang penyakitnya setelah
pembedahan? Apakah klien merasa lebih baik setelah pembedahan?

2) Pola nutrisi metabolic


Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan setelah
sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji apa makanan kesukaan klien?kaji riwayat
alergi klien.
Pada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan makanan sesudah
pembedahan. Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan
decompresi dan drainase lambung. Makanan yang dianjurkan pada pasien post operasi adalah
makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein sangat diperlukan pada proses penyembuhan
luka, sedangkan vitamin C yang mengandung antioksidan membantu meningkatkan daya tahan
tubuh untuk pencegahan infeksi.
Pembatasan diit yang dilakukan adalah NPO (nothing peroral) .
Biasanya makanan baru diberikan jika:
Perut tidak kembung
Peristaltik usus normal
Flatus positif
Bowel movement positif
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti
dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.

3) Pola eliminasi
Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi kliensetelah pembedahan? Apakah mengalami
gangguan? Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?. Biasanya klien
dipasangi keteter pasca operasi. Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 8 jam
post anesthesia inhalasi, IV, spinal.

4) Pola aktivas latihan


Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari, apakah klien dapat
melakukannya sendiri atau malah dibantu keluarga?
Biasanya pasien diposisikan untuk berbaring ditempat tidur agar keadaanya stabil. Biasanya
posisi awal adalah terlentang, tapi juga harus tetap dilakukan perubahan posisi agar tidak terjadi
dekubitus. Pasien yang menjalani pembedahan abdomen dianjurkan untuk melakukan ambulasi
dini.

5) Pola istirahat tidur


Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur dalam
sehari? Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur pasca operasi seperti nyeri dan lain
lain. Biasanya pasien mengalami gangguan tidur karena nyeri pasca operasi.

6) Pola kognitif persepsi


Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan penglihatan,
pendengaran, dan kaji bagaimana klien dalam berkomunikasi?atau lakukan pengkajian nervus
cranial. Kaji apakah ada komplikasi pada kognitif, sensorik, maupun motorik setelah
pembedahan.
Monitor kondisi umum dan neurologis pasien dilakukan seperti biasanya. Jahitan
dibuka pada hari ke 5-7. Tindakan pemasangan fragmen tulang atau kranioplasti
dianjurkan dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian.
CT scan kontrol diperlukan apabila post operasi kesadaran tidak membaik dan untuk
menilai apakah masih terjadi hematom lainnya yang timbul kemudian.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya? Apakah
klien merasa rendah diri? Biasanya klien mengalami gangguan citra tubuh karena efek
pembedahan.

8) Pola peran hubugan


Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah
Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat sekitarnya?

9) Pola reproduksi dan seksualitas


Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan kepuasan
pada klien? Pada klien baik preoperasi maupun postoperasi terkadang mengalami masalah
tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya

10) Pola koping dan toleransi stress


Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan obat-
obatan untuk menghilangkan stres?

11) Pola nilai dan kepercayaan


Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah ada
pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?

b. Diagnosa keperawatan post operasi


Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah:
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pendarahan, edema serebral.
2. Potensial terhadap ketidakefektifan termoregulasi yang berhubungan dengan kerusakan
hipotalamus, dehidrasi, dan infeksi.
3. Potensial terhadap kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan hipoventilasi, aspirasi
dan imobilisasi.
4. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan edema periorbital, balutan kepala, selang
endotrakea dan efek TIK
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan atau ketidakmampuan fisik
6. Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi.
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
8. Resiko tinggi infeksi berhubungan berhubungan dengan tindakan invasif, penurunan tingkat
kesadaran, lamanya, type dari tindakan pembedahan.
9. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.
10. Pola nafas inefektif berhubungan dengan gangguan integritas jaringan otak, hypoxemia
dampak dari anestesi, serebral edema, area pembedahan sekitar medulla obongata atau pons.
11. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penumpukan secret.
12. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan efek anastesi.
13. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah

NANDA
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah
(hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia (hipovolemia,
disritmia jantung) p. 143
Defenisi : resiko untuk penurunan sirkulasi jaringan serebral.
Factor resiko:
Tumor otak
Cedera kepala
Embolus

NOC
Perfusi jaringan otak
Defenisi: meluasnya aliran darah ke sistem saraf otak dan memelihara fungsi otak.
Indicator:
Fungsi neurologis
Tekanan intra cranial dalam batas normal
Tidak ada muntah

NIC
Monitoring tekanan intracranial (p. 345)
Defenisi: mengukur dan menginterpretasikan data pasien untuk meregulasi tekanan intra
cranial
Aktivitas:
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
TUMOR OTAK
Posted by Sarapan Sehat on 9 Juli 2009
Posted in: Keperawatan. 7 Komentar

Ferdynand Felix TL., A.Md.Kep.


Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Kelas Non Reguler
STIK Muhammadiyah Pontianak

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
a. Tumor ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam
setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan
mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, kamus Keperawatan, 1997).
b. Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA,
Standart asuhan Keperawatan St. Carolus, 2000)
c. Karsinoma otak (maligna) adalah neoplasma yang tumbuh di selaput otak.
d. Neoplasama ialah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus
menerus secara terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna
bagi tubuh. (Patologi, dr. Achmad Tjarta 1973).

2. Anatomi Fisiologi

Susunan saraf adalah sistim yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus menerima,
menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistim hormon, susunan saraf
mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan tubuh, organ dan sistim
organ manusia.
a. Susunan saraf sadar (Voluntary nervous system) mengontrol fungsi yang dikendalikan oleh
keinginan atau kemauan kita. Saraf ini mengontrol otot rangka dan menghantarkan impuls
sensori ke otak. Melalui saraf ini kita dapat melakukan gerakan aktif dan menyadari keadaan
diluar tubuh kita dan secara sadar mengendalikannya.
b. Susunan saraf otonom/ tak sadar (automatic nervous system) saraf ini menjaga organ tubuh
bagian dalam supaya berfungsi dengan baik seperti : hati, paru-paru, jantung dan saluran
cerna. Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan seperti makan, metabolisme, sirkulasi darah
dan pernafasan dikendalikan dengan bantuan susunan saraf otonom. Susunan saraf otonom
dibagi menjadi susunan saraf simpatik (menyebabkan tubuh dalam keadaan aktif) dan
susunan saraf para simpatik (sistim pengontrol konstruktif dan menyenangkan).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu:
Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian
dan menahan diri.
Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikan sensasi, berfungsi
mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau, pendengaran dan
ingatan jangka pendek.
Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan
gr. Otak menerima 20% dari curah jantung dam memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen
tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang peling
banyak memakai energi dalam seluruh tubuh dan terutama berasal dari proses metabolisme
oksidasi glukosa.
Dan 65% dari kebutuhan glukosa tubuh digunakan untuk metabolisme otak yang mana 90%
aerobic dan 10% anairobik. Bila otak tidak mendapat aliran darah selama 3 6 menit akan
timbul gangguan fungsional dan kerusakan structural secara menetap. Otak berfungsi sebagai
pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan sistim efektor perifer tubuh, sebagai
pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku.
Dari dalam ke arah luar otak diselubungi oleh tiga lapisan meningen, lapisan pelindung yang
paling luar adalah tengkorak. Otak bukan masa yang uniform, melainkan suatu organ yang
sangat kompleks. Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri dari medulla
oblongat, pons dan mesensefalon (otak tengah).
1. Medulla oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung dengan medulla
spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum dan berfungsi untuk
pergerakan otot rangka.

Di medulla oblongata berkas ini menyebrang ke sisi yang berlawanan yang disebut jalan/
traktus poramidalis. Itu sebabnya jika kerusakan otak bagian kiri akan menyebabkan
kelumpuhan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Selain traktus piramidalis ada kelumpuhan
sel-sel saraf yang terdapat di medulla oblongata yakni pusat otot yang mengontrol fungsi vital
seperti pernafasan, denyut jantung dan tonus pembuluh darah.
2. Pons berupa ninti (neucleus). Pons merupakan switch dari jalur yang menghubungkan
korteks serebri dan serebllum.
3. Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara medulla oblongata dan
diensefalon. Pada mesensefalon terdapat formation retikularis, suatu rangkaian penting yang
antara lain mengatur irama tidur dan bantun, mengontrol refleks menelan dan muntah.
b. Otak kecil (cerebelum)
Cerebellum terletak dibelakang fossa krenialis dan melekat ke bagian belakang batang otak.
Cerebllum berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan mengatur koordinasi gerakan
yang diterima dari segmrn posterior medulla spinalis yang memberi informasi tentang
keregangan otot dan tanda serta posisi-posisi sendi.
c. Otak besar (cerebrum)
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan yaitu : hemisper
kiri dan kanan. Sebagian dari kedua hemisper dipisahkan oleh pistula longitudinal dan
sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang melebar (korpus kolosum).
d. Diensefalon
Dibagi menjadi empat wilayah :
1. Thalamus
Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls ageren dari seluruh tubuh lalu
memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang lebih tinggi.
Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus berupa berkas saraf penting yang datang dari
serebri dan dikompres kedalam rongga yang kecil.
2. Hipotalamus
Hypothalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga mempengaruhi
metabolisme, observasi makanan dan mengatur suhu tubuh, karena letaknya sangat dekat
dengan kelenjar pitviteri.
3. Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat
menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut nemibalismus yang ditandai oleh gerakan kaki
atau tangan yang terhempas kuat pada satu sis tubuh. Gerakan infontuler biasanya lebih nyata
pada tangan dan kaki.
4. Epitalamus
Epitalamus dengan sistim limbic dan berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan
integrasi informasi olfaktorius.

Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :


a. Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita raba dileher
depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang pambuluh darah ini setelah
masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi tiga :
1. Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
2. Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
3. Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri komunikan
posterior.

b. Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat diraba oleh
karna kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping tulang leher, pembuluh darah
ini mendarahi batang otak dan kedua otak kecil, kedua pembuluh darah teersebut akan saling
berhubungan pada permukaan otak pembuluh darah yang disebut anastomosis.
3. Etiologi
Penyeban tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
a. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari beberapa gangguan yang
diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis tuberose,
neurofibromatosis.
b. Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya
neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia masih
belum jelas.
c. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan terbentuknya
neoplasma setelah dewasa.
d. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak).
Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
4. Klasifikasi
Tipe Kasus Patologi
Glioma Jumlah tumor otak Tumbuh pada tiap jaringan dari otak. Infiltrasi dari terutama ke
jaringan hemisfer cerebral.
Tumbuh sangat cepat, sebagian orang bias hidup beberapa bulan sampai tahun.
Meningoma 13 % sampai 18 % tumor primer intracranial Tumbuh dari selaput meningeal
otak. Biasanya jinak tapi bisa berubah menjadi maligna. Biasanya berkapsul dan
penyembuhan melaui bedah sangat mungkin. Pertumbuhan kembali mungkin
Tumor Pituitari Tumor pada semua kelompok umur, tapi lebih sering pada wanita. Tumbuh
dari berbagai jenis jaringan.
Pendekatan pembedahan biasanya berhasil. Kekembuhan kembali mungkin.
Neuroma (Schwannoma, neuro)
Neuroma akustik sangat sering Tumbuh dari sel-sel Schwann di dalam meatus auditori pada
bagian vestibular saraf cranial III. Biasanya jinak bisa berubah menjadi maligna. Akan tmbuh
kembali bila tidak terangkat lengkap. Reseksi bedah sukar karena lokasinya.
Tumor Metastase

Dari 2 % sampai 20 % penderita kanker terjadi metastase ke otak Sel kanker menjangkau
otak lewat sistem sirkulasi. Reaksi bedah sangat sukar, pemgobatan kurang berhasil.
Pemulihan dibawah satu tahun atau dua tahun tidak biasa.

5. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada tumor
otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan oleh tumor
dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang
juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan
oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan
meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel
lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila
tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial,
volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim,
kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang
timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh
massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya
kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan
terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.

6. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala tumor otak sangat bervariasi, tergantung pada tempat lesi dan kecepatan
pertumbuhannya, antara lain :
Daerah Otak Tanda dan Gejala
Lobus Frontalis Gangguan kepribadian
Epilepsi
Afasia mototik
Hemiparesis
Ataksia
Gangguan bicara
Gangguan gaya berjalan
Lobus Oksipitalis Gangguan penglihatan
Lobus Temporalis Halusinasi
Kejang psikomotor
Tinitus (bunyi berdengung atau berdesing)
Kesulitan menyebutkan objek
Lobus Parietalis Tidak mampu merekam gambar
Tidak dapat membedakan mana kiri mana kanan.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel
dan cisterna.
b. CT SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan
dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
d. Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
e. Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
f. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat
radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan
akumulasi abnormal zat radioaktif.

8. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan.
Craniotomi
b. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi
tunggal.
Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada
nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.
c. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.

9. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah :
a. Gangguan fisik neurologist
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
Riwayat keluarga denga tumor
Terpapar radiasi berlebih.
Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia
Kecanduan Alkohol, perokok berat
Terjadi perasaan abnormal
Gangguan kepribadian / halusinasi
b. Pola nutrisi metabolik
Riwayat epilepsi
Nafsu makan hilang
Adanya mual, muntah selama fase akut
Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
c. Pola eliminasi
Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
Bising usus negative
d. Pola aktifitas dan latihan
Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran
Resiko trauma karena epilepsi
Hamiparase, ataksia
Gangguan penglihatan
Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)
e. Pola tidur dan istirahat
Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
Pusing
Sakit kepala
Kelemahan
Tinitus
Afasia motorik
Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
Penurunan memori, pemecahan masalah
kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
Tidak mampu merekam gambar
Tidak mampu membedakan kanan/kiri
g. Pola persepsi dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya dan putus asa
Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Masalah bicara
Ketidakmampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan komunikasi verbal/ bicara pelo )
i. Reproduksi dan seksualitas
Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
Mekanisme koping yang biasa digunakan
Perasaan tidak berdaya, putus asa
Respon emosional klien terhadap status saat ini
Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
Mudah tersinggung
k. Sistem kepercayaan
Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu

2. Diagnosa Keperawatan
DP Pre-Operasi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan
tidak nafsu makan / pertumbuhan sel-sel kanker
2. Nyeri kepala berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker pada otak/mendesak
otak.
3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan kelemahan.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan
citra diri
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
7. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
DP Post-Operasi
1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan
citra diri.
3. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan ketidaktahuan tentang
sumber informasi
4. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak pasti.

3. Rencana Keperawatan
Dp. Pre-Operasi
Dp 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

Dp 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan
tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan:
Nutrisi klien terpenuhi
Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

Dp 3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan


kelemahan.
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang memungkinkan dilakukannya kembali
aktifitas.
Rencana tindakan :
1. Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan
( 0-4 )
R / : seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan.
2. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
R / : Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh tubuh.
3. Bantu untuk melakukan rentang gerak
R / : Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi
4. Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan
R / : Proeses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala, keterlibatan
pasien dalam perencanaan dan keberhasilan.
5. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab.
R / : Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit

Dp 4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral.


Tujuan : Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di ekspresikan
Kriteria Hasil :
Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi :
1. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mangalami
kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
R/ : Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan
pasien dalam bebrapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
2. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
R/ : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapn yang keluar dan tidak
menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata.
3. Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana
R/ : menilai adanya kerusakan motorik
4. Katakan secara langsung pada pasien, bicara perlahan dan tenang
R/ : menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan respon pada informasi
yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.
DP 5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan
citra diri.
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Intervensi:
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R/: Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R/: Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.
R/ : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R/: Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

DP 6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan dengan


kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah mengenai kondisi dan penanganan penyakit setelah
dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Pasien mengerti penyebab ginjal dan komplikasinya.
Rencana Keperawatan :
1. Kaji pemahaman pasien, keluarga mengenai penyebab gagal ginjal dan penanganannya.
R / : Instruksi dasar untuk penyuluhan lebih lanjut.
2. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensinya sesuai dengan tingkat pemahaman klien.
R / : Menambah pengetahuan pasien.

3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara memahami perubahan akibat penyakit.


R / : Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah.

Dp 7. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan


Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan
pengobatan

DP Post Operai
DP 1 : Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
Pasien dapat menjalani aktivitas tanpa merasa nyeri
Ekspresi wajah rileks
Klien mendemonstrasikan ketidaknyamananya hilang
Rencana Keperawatan :
1. Kaji tingkat nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas) tiap 4 6 jam
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
2. Kaji keadaan umum pasien dan TTV
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3. Beri posisi yang menyenangkan bagi pasien
R/ : Untuk membantu pasien dalam pengontrolan nyeri
4. Beri waktu istrahat yang banyak dan kurangi pengunjung sesuai keinginan pasien
R/ : Dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R/ : Membantu dalam penyembuhan pasien

DP 2. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan


citra diri.
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakuakn tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Rencana keperawatan :
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R / : Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R / : Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.
R / : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R / : Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

DP 3. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan ketidaktahuan


tentang sumber informasi
Tujuan : Informasi tentang perawatan diri dan status nutrisi dipahami setalah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Sasaran :
Klien menyatakan pemahaman tentang informasi yang diberikan
Klien menyatakan kesadaran dan merencanakan perubahan pola perawatan diri
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
R/ : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dalam penerimaan informasi, sehingga dapat
memberikan informasi secara tepat
2. Diskusikan hubungan tentang agen penyebab terhadap penyakit Ca. Paru
R/ : Memberikan pemahaman kepada pasien tentang hal-hal yang menjadi pencetus penyakit
3. Jelaskan tanda dan gejala perforasi
R/ : Gejala perforasi adalah nyeri pada dada
4. Jelaskan pentingnya lingkungan tanpa stress
R/ : Untuk mencegah peningkatan stimulasi simpatis
5. Diskusikan tentang metode pelaksanaan stress
R/ : Cara penatalaksanaan stress : relaksasi, latihan dan pengobatan

DP 4 Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak pasti.
Tujuan : Kecemaskan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang.
Intervensi :
1. Mendengarkan keluhan klien dengan sabar.
R / : Menghadapi isu pasien dan perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya.
2. Menjawab pertanyaan klien dan keluarga dengan ramah.
R / : Membuat pasien yakin dan percaya.
3. Mendorong klien dan keluarga mencurahkan isi hati.
R / : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi.
4. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik.
R / : Menjalin hubungan saling percaya pasien.
5. Berikan kenyamanan fisik pasien.
R / : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem/ketidaknyamanan
fisik menetap.

Daftar Pustaka

A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran.Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia
Press.

Juall Carpenito, lynda RN,(1999).Diagnosa dan Rencana Keperawatan. Ed 3. Jakarta : Media


Aesculappius.

Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). Kapita Selekta Kedokteran.


Media Aesculapius.Fakultas Kedokteran : UI.

Syaifuddin.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran (EGC).

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit


Kedokteran (EGC)

https://nurse87.wordpress.com/2009/07/09/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-tumor-otak/

You might also like