You are on page 1of 8

HUBUNGAN EMPATI DAN KETANGGAPAN PERAWAT DENGAN TINGKAT

KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN


KEPERAWATAN DI RUANG PENYAKIT DALAM
RSUD DR. HI. BOB BAZAR, SKM KALIANDA
LAMPUNG SELATAN TAHUN 2017

Puspita Dewi, A.Md.Kep1, dr. Zamahsjari Sahli, MKM.,AAAK2


1. Mahasiswa Program Studi Keperawatan, STIKES Mitra Lampung. Jl. ZA. Pagaralam No. 7,
Gedungmeneng, Gedong Meneng, Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Lampung 40115.
E-mail : puspita.dewi8263@yahoo.com
2. Dosen STIKES Mitra Lampung. Jl. ZA. Pagaralam No. 7, Gedungmeneng, Gedong Meneng,
Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Lampung 40115.

ABSTRACT

Patient satisfaction is the level of a person's feelings after comparing the performance of the
product or the result that the patient feels with his expectations. Satisfaction ranging from the
acceptance of the patient from the first come, until the patient stayed the hospital. The level of patient
satisfaction with other factors such as the attitude of the service, the condition of the room, the
completeness of facilities and facilities, including the right of the patient from the right of his / her
own body / privacy rights arising from TROS (right of self-determination). This study aims to
determine the correlation of empathy and responsiveness / responsiveness of nurses with the level of
patient satisfaction to the nursing service in the hospital room dr. Hi. Bob Bazar, SKM Kalianda
Lampung Selatan Year 2017.
Independent variable in this research is nurse empathy and responsiveness with dependent
variable. This research is a quantitative research with cross sectional approach. The sampling was
using accidental sampling with a sample size of 195 people. Data collection by using questionnaire
sheet to patient. Furthermore, in doing data analysis with chi square analysis.
The result of this research shows that there is a significant correlation between nurse empathy to
patient satisfaction level (P = 0,000 < = 0,05) as well as the nurse's perception variable indicates a
significant correlation between nurse's responsiveness to level of patient satisfaction (P = 0,000 < =
0.05). It is suggested that the RSUD Dr. Hi. Bob Bazar, SKM Kalianda South Lampung improves
nursing services by providing better empathy and perception. Nurses can help the patient process
faster and improve patient satisfaction.

Keyword : empathy, responsiveness, and patient satisfaction

menyelenggarakan pelayanan kesehatan.


1. PENDAHULUAN Adapun yang dimaksud dengan pelayanan
Didalam Sistem Kesehatan Nasional kesehatan ialah setiap upaya yang
disebutkan bahwa Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara sendiri ataupun
pada hakekatnya adalah penyelenggaraan bersama-sama dalam satu organisasi untuk
upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencapai kemajuan hidup sehat bagi setiap mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
penduduk agar dapat mewujudkan derajat memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga
kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes kelompok dan ataupun masyarakat.
RI 2009). Agar pelayanan kesehatan masyarakat
Blum (1974), mengatakan: untuk dapat dapat mencapai tujuan yang diinginkan,
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak syarat yang harus dipenuhi. Syarat
banyak hal yang perlu dilakukan. Salah satu yang dimaksud paling tidak mencakup
diantaranya yang dipandang mempunyai delapan hal pokok yang tersedia (available),
peranan yang cukup penting ialah wajar (appropriate), berkesinambungan
(continue), dapat diterima (acceptable), dapat ditunjukkan oleh hasil survey penelitian
dicapai (accessible), dapat dijangkau Citizen Report Card (CRC) oleh Indonesia
(affordable), efisien (efficient) dan bermutu Corruption Watch (ICW) (2010), yang
(quality). Kedelapan syarat pelayanan mengambil sampel pasien Rawat Inap
kesehatan ini sama pentingnya. Namun pada sebanyak 738 pasien di 23 Rumah Sakit
akhir-akhir ini, dengan semakin majunya ilmu (Umum dan Swasta). Survey tersebut
pengetahuan dan teknologi kedokteran maka dilakukan di lima kota besar di Indonesia dan
semakin baik pula tingkat pendidikan serta ditemukan 9 poin permasalahan, salah satunya
keadaan sosial ekonomi masyarakat, dimana adalah sebanyak 65,4% pasien mengeluh
kebutuhan dan tuntutan akan pelayananan terhadap sikap perawat yang kurang ramah,
kesehatan masyarakat semakin meningkat kurang simpatik dan jarang tersenyum.
(Widiyo Ertanto, 2002: 1) Data Kepuasan pelayanan Rumah Sakit di
Kepuasan pasien tergantung pada kualitas Provinsi lampung, dalam pemberitaan media
pelayanan. Kepuasan pasien adalah tingkat masa mengatakan sebagian besar masyarakat
perasaan seseorang setelah membandingkan Bandar Lampung sangat tidak puas dengan
kinerja produk atau hasil yang pasien rasakan pelayanan RSUD Yang berada di Bandar
dengan harapannya. Dengan konsumen merasa Lampung, hal tersebut berdasarkan hasil survei
puas terhadap suatu penggunaan jangka Pusbik (Pusat Studi Kebijakan Publik) pada
panjang, sebab rasa puas konsumen akan Desember 2012 hingga Maret 2013, dalam hal
mempengaruhi tindakan yang didasarkan pada ini masyarakat mengaku tidak puas terhadap
pengalaman masa lalu dimana selanjutnya pelayanan petugas, sarana dan fasilitas, serta
mereka tidak akan mudah berpindah jasa prosedur dalam pelayanan. (Tribun Lampung).
karena stimulasi pemasaran. Kepuasan RSUD Dr. Hi. Bob Bazar Kalianda Sebagai
dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari rumah sakit rujukan di Lampung Selatan
pertama kali datang, sampai pasien berperan melayani pasien rujukan dari
meninggalkan rumah sakit. Pelayanan Puskesmas, Rumah Sakit lain dan pasien yang
dibentuk berdasarkan 5 prinsip Service Quality datang sendiri untuk mendapatkan pelayanan
yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan dan kesehatan yang tidak mereka dapatkan di
kenyamanan layanan (Wike, 2009: 4). puskesmas. Sudah seharusnya RSUD Dr. Hi.
Tingkat kepuasan pasien terhadap Bob Bazar Kalianda memiliki standar
pelayanan Rumah Sakit di Indonesia masih pelayanan yang memadai, dimana Rumah
minim. Berdasarkan pantauan YLKI (Yayasan Sakit Umum Daerah Dr. Hi. Bob Bazar SKM
Lembaga Konsumen Indonesia), keluhan mempunyai kapasitas 176 tempat tidur (TT),
pasien yang disampaikan melalui lima media diketahui bahwa Bed Occupancy Rate (BOR),
cetak sepanjang tahun 2012 terdapat 54 kasus rata-rata 51,31%, Padahal di Wilayah
keluhan yang terdistribusi dalam lima ragam Kalianda tidak terdapat Rumah Sakit lain yang
keluhan, meliputi keluhan mengenai dapat menjadi alternative bagi masyarakat.
informasi/pembayaran, sarana/prasarana, tidak Tingkat kepuasan pasien dipengaruhi
memenuhi SOP (Standard Operating berbagai faktor lainnya seperti sikap pemberi
Procedure), dokter tidak profesional serta pelayanan, kondisi ruangan, kelengkapan
keamanan dan kenyamanan. Pada tahun 2013 sarana dan fasilitas, termasuk didalamnya hak
jumlah keluhan bertambah menjadi enam pasien dari hak atas badan sendiri/hak privasi
ragam yaitu penambahan keluhan mengenai yang timbul dari TROS (The Right Of Self
pembayaran administrasi. Informasi dan determination) (Fred, 1988).
pelayanan, merupakan masalah yang paling Pemberi pelayanan di Rumah Sakit salah
banyak dikeluhkan oleh konsumen sepanjang satunya adalah Perawat. Perawat berperan
tahun 2012 dan 2013 dengan jumlah total penting dalam peningkatan kepuasan pasien.
sebanyak 27 kasus. Artinya informasi dan Sebagai perawat dibutuhkan kemampuan
pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah khusus yang tidak semua orang memilikinya,
sakit dianggap masih belum cukup, bahkan yaitu kemampuan empati. Perawat yang
malah mengecewakan pasien. Sehingga data diharapkan memiliki kemampuan empati,
tersebut menunjukkan masih kurangnya yaitu kemampuan untuk melakukan aksi
tingkat kepuasan pasien di Indonesia terhadap komunikasi secara sadar kepada pasien
pelayanan rumah sakit, termasuk pelayanan sehingga dapat memahami dan merasakan
perawat ( YLKI, 2014). Hal yang sama suasana hati pasien tersebut, mampu melihat
permasalahan dari sudut pandang pasien, dan Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui
tidak bersikap menghakimi, menyalahkan atau hubungan empati dan
menghina pasien. Perilaku yang muncul dari ketanggapan/responsiveness perawat dengan
tiap perawat terhadap pasien berbeda-beda, hal tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
ini terkait dengan kemampuan empati perawat keperawatan. Hipotesis dalam penelitian ini
itu sendiri, adapun yang mempengaruhi adalah ada hubungan antara empati dan
kemampuan empati, yaitu: pikiran yang ketanggapan perawat dengan tingkat kepuasan
optimis, tingkat pendidikan, keadaan psikis pasien. Penelitian ini diharapkan dapat
(mood), pengalaman, usia, jenis kelamin, latar dijadikan bahan literatur tambahan dalam
belakang sosial budaya, status sosial, dan bidang ilmu keperawatan, khususnya
beban hidup. (Wuryanano,2007) hubungan empati dan
Faktor-faktor tersebut diperlukan untuk ketanggapan/responsiveness perawat dengan
menunjang perawat dalam meningkatkan tingkat kepuasan pasien, serta sebagai
kemampuan empati ketidak puasan pasien informasi serta bahan masukan dalam rangka
menyangkut dimensi mutu layanan seperti peningkatan pelayanan rawat inap di RSUD
keandalan petugas, dimana pemeriksaan Dr. Hi. Bob Bazar, SKM Kalianda Lampung
pasien tidak tepat waktu, waktu pelayanan Selatan.
yang lama, ketanggapan perawat, seperti
lambatnya mendapatkan pelayanan atau 2. KAJIAN LITERATURE
pengobatan, lambatnya perawat menanggapi Kepuasan adalah tingkat perasaan
keluhan pasien, jaminan , seperti petugas jaga seseorang setelah membandingkan
judes dan cerewet, petugas sering salah dalam kinerja/hasil yang dirasakannya dengan
memasang infus, empati seperti perawat yang harapannya. (Supranto, 2011)
kurang memperhatikan pasien, perawat tidak Pasien akan merasa puas apabila kinerja
membantu pasien ketika pasien kesulitan ke layanan kesehatan yang diperoleh sama atau
kamar mandi/makan dan bukti Langsung melebihi harapannya dan sebaliknya,
seperti ruangan yang kotor, tidak nyaman, alat- ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien
alat kebutuhan pasien rusak. (Pohan,2006) akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan
Hasil penelitian yang dilakukan Wulandari yang diperolehnya tidak sesuai dengan
(2015) menunjukan ada hubungan antara harapannya. Kepuasan pasien adalah suatu
layanan keperawatan (aspek perhatian, aspek tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
penerimaan, aspek komunikasi, aspek akibat dari kinerja layanan kesehatan yang
kerjasama, dan aspek tanggung jawab) dengan diperolehnya setelah pasien
kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit membandingkannya dengan apa yang
Umum Daerah (RSUD) Ungaran Kabupaten diharapkannya (Pohan, 2006).
Semarang. Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat
Hasil prasurvey terhadap 30 pasien tentang disimpulkan bahwa kepuasan pasien adalah
ketidakpuasan terhadap pelayanan yang suatu perasaan senang yang langsung
diberikan oleh petugas kesehatan, diperoleh dirasakan oleh pasien ketika harapan pasien
sebanyak 21 pasien (70,0%) merasa tidak puas terhadap suatu produk terpenuhi atau bahkan
dan hanya 9 pasien (30%) yang merasa puas melampaui harapan pelanggan atau Suatu
terhadap pelayanan di RSUD Dr. H. Bob perasaan yang dirasakan oleh pasien dari
Bazar, SKM Kalianda. Keluhan tersebut dampak yang dihasilkan pelayanan petugas
berupa lambatnya pelayanan, perawat kurang pendaftaran sesuai dengan harapan yang
memperhatikan pasien, perawatan yang tidak diinginkan.
baik, sikap yang tidak baik dan ramah, perawat Menurut (Supranto, 2011), faktor-faktor
yang tidak ada ketika dibutuhkan oleh pasien. yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien
Berdasarkan hal di atas, maka peneliti antara lain :
tertarik untuk meneliti mengenai hubungan 1. Tangibles (wujud nyata) adalah wujud
empati dan ketanggapan perawat dengan langsung yang meliputi fasilitas fisik, yang
tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan mencakup kemutahiran peralatan yang
keperawatan di Ruang penyakit Dalam digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM
RSUD Dr. Hi. Bob Bazar, SKM Kalianda dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan
Lampung Selatan Tahun 2017. jenis jasa yang diberikan.

9
2. Reliability (keandalan) adalah pelayanan perluasan imajinatif dari perasaan orang
yang disajikan dengan segera, memuaskan sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.
merupakan aspek-aspek keandalan sistem Faktor faktor empati antara lain :
pelayanan yang diberikan, meliputi : 1. Memberikan Perhatian Secara Individu
kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan Kepada Pelanggan/Pasien
rencana, kepedulian terhadap keluhan Kemampuan untuk dapat memenuhi
pelanggan, keandalan penyampaian jasa keinginan dan kebutuhan pelanggan/pasien
sejak awal, ketepatan waktu pelayanan merupakan suatu nilai tambah bagi
sesuai dengan janji (standar waktu yang perusahaan atau rumah sakit tersebut
digunakan) dan keakuratan penanganan dimana pihak rumah sakit mengerti dan
pasien. menganalisis kebutuhan dan keinginan
3. Responsiveness (daya tanggap) adalah pasien.
keinginan untuk membantu dan 2. Bertanggung Jawab Terhadap Keamanan
menyediakan jasa yang dibutuhkan dan Kenyamanan Pasien
konsumen. Kebutuhan tersebut meliputi Rasa aman merupakan suatu yang
kejelasan waktu penyampaian jasa, diperlukan oleh setiap manusia dalam
ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan menjalankan kehidupannya dan ini sudah
administrasi, kesediaan petugas/perawat menjadi keharusan,demikian pula hal nya
dalam membantu konsumen/pasien, dan dengan pasien rumah sakit. (Supranto,
keluangan waktu pegawai dalam 2011)
menanggapi permintaan pasien dengan
cepat. Responsiveness (daya tanggap) adalah
4. Assurance (jaminan) adalah adanya keinginan untuk membantu dan menyediakan
jaminan bahwa jasa yang ditawarkan jasa yang dibutuhkan pasien. Kebutuhan
memberikan jaminan keamanan yang tersebut meliputi kejelasan waktu
meliputi kemampuan SDM, rasa aman penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan
selama berurusan dengan karyawan, dalam pelayanan keperawatan, kesediaan
kesabaran karyawan dan dukungan petugas dalam membantu pasien, dan
pimpinan terhadap staf. keluangan waktu perawat dalam menanggapi
5. Empathy (empati) adalah berkaitan dengan permintaan pasien dengan cepat. (Supranto,
pemberian perhatian penuh kepada pasien, 2011)
pemahaman akan kebutuhan pasien,
perhatian terhadap kepentingan pasien Faktor-FaktorKetanggapan / Responsiveness
dan kesesuaian waktu pelayanan 1. Kemampuan rumah sakit/perawat untuk
dengan kebutuhan pasien. cepat tanggap dalam menghadapi masalah
yang timbul.
Menurut teori Allport, taufik (2012) Empati hal ini mencerminkan tanggung jawab
adalah suatu perasaan dalam diri seseorang terhadap pasien pasien.
yang sesuai dengan apa yang dirasakan oleh 2. Kemampuan perawat cepat tanggap
orang lain secara psikologis. Empati memiliki terhadap keluhan yang di sampaikan oleh
beberapa fungsi yang dapat membantu pasien.
seseorang dalam bersosial, berinteraksi, Dalam faktor ini diperlukan suatu
berkomunikasi, dan bersikap di lingkungan kemampuan untuk cepat tanggap dari
masyarakat. Sebagai perawat dibutuhkan perawat terhadap keluhan yang di
kemampuan khusus yang tidak semua orang sampaikan oleh pasien,sesuatu masalah
memilikinya, empati suatu pemahaman yang diantisipasi dengan baik dan cepat
tentang kondisi dasar manusia dan perasaan oleh perawat dapat memberikan suatu
kekeluargaan dengan semua orang. Orang kesan yang baik kepada pasien dan mereka
yang sehat memiliki kapasitas untuk tidak akan menjadi kecewa dan terus
memahami kesakitan-kesakitan, pen deritaan mengingat kejadian itu.
penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan
kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri 3. METODE PENELITIAN
kehidupan manusia.Empati ini timbul melalui Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain survey analitik
menggunakan pendekatan cross sectional. (54,9%) dan Perempuan berjumlah 88 orang
Objek penelitian adalah hubungan empati (45,1%), dari hasil tersebut diketahui jumlah
dan ketanggapan /responsiveness perawat responden jenis kelamin laki-laki lebih banyak
dengan tingkat kepuasan keluarga terhadap dibanding dengan jenis kelamin perempuan
pelayanan keperawatan, subjek penelitian yang menjadi responden dalam penelitian ini
(Tabel 1)
adalah pasien diruang penyakit dalam,
penelitian akan dilakukan di Ruang Tabel 1 Karakteristik Responden
Penyakit Dalam RSUD Dr. Hi. Bob Bazar,
SKM Kalianda Lampung Selatan, Variabel Kumulatif
Frek Persen
Persen
penelitian dilaksanakan pada bulan Juli
20 29 25 12.8 12.8
Tahun 2017.
30 39 110 56.4 69.2
Penentuan jumlah populasi pada Usia 40 49 33 16.9 86.2
penelitian ini didasarkan pada jumlah > 50 27 13.8 100.0
kunjungan pasien per bulan rata-rata Total 195 100.0
sebanyak 379 pasien. Penentuan besarnya
sampel peneliti menggunakan rumus SD 56 28.7 28.7
Slovin dalam Notoatmodjo (2010). SMP 107 54.9 83.8
Pendidikan
Sehingga didapatkan sampel sebanyak 195 SMA 32 16.4 100.0
responden. Teknik pengambilan sampel Total 195 100.0
pada penelitian ini adalah menggunakan
metode accidental sampling adalah metode Laki-Laki 107 54.9 54.9
Jenis
pengambilan sample dimana responden Perempuan 88 45.1 100.0
Kelamin
diambil berdasarkan sample yang ada atau Total 95 100.0
yang tersedia saja (Notoadmodjo,2010).
Dimana untuk memperoleh data peneliti .
menemui subyek yang sesuai dengan Tabel 2 Empati Perawat Pada Pasien
kriteria inklusi.
Dalam penelitian ini variabel yang telah Empati Frekuensi (%)
digunakan adalah menghubungkan antara
variabel independen (pengaruh) adalah Baik 155 79,49
empati perawat dan Tidak Baik 40 20,51
ketanggapan/responsiveness perawat
dengan variabel dependen (dipengaruhi) Total 195 100
adalah kepuasan pasien.
Analisis data penelitian ini Dari hasil tabel diatas dapat dijelaskan
menggunakan analisis data kuantitatif. bahwa empati perawat pada pasien menurut
Data yang dikumpulkan akan dilakukan respon pasien yaitu empati yang baik dari
perawat terhadap pasien ada sebanyak 155
analisis univariat dan analisa bivariat.
orang (79,49%) yang memilih bahwa pasien
Analisa univariat dilakukan untuk melihat merasakan empati yang baik dari perawat
distribusi frekuensi dengan menggunakan sedangkan 40 orang (20,51%) pasien
rumus presentase. Analisis Bivariat merasakan bahwa empati perawat tidak baik
digunakan untuk dua variabel yang terhadap pasien. Dapat disimpulkan bahwa
berhubungan. Uji statistik yang digunakan empati baik perawat lebih banyak dirasakan
adalah uji Chi Square dibanding dengan empati yang tidak baik
terhadap pasien
Hasil distribusi ketanggapan perawat
4. HASIL DAN PEMBAHASAN diperoleh hasil bahwa ketanggapan perawat
terhadap pasien berdasarkan 195 responden
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik yaitu menurut 158 orang (81,03%)
responden pada variabel Jenis Kelamin yaitu ketanggapan yang baik perawat terhadap
Jenis kelamin Laki-Laki berjumlah 107 orang pasien sedangkan 37 orang (18,97%)
menganggap ketanggapan pasien masih tidak RSUD. Dr. Hi. Bob Bazar, SKM Kalianda
baik. Dapat disimpulkan bahwa ketanggapan Lampung Selatan Tahun 2017
pasien yang baik lebih banyak yang merasakan
pada pasien dibanding dengan ketanggapan 1. Hubungan Ketanggapan Perawat
pasien yang tidak baik (Tabel 3).
Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien
Tabel 3 Ketanggapan Perawat terhadap
Dari hasil penelitian di ruang penyakit
Pasien
dalam RSUD. Dr. Hi. Bob Bazar, SKM
Ketanggapan Frekuensi (%)
Kalianda Lampung Selatan untuk mengetahui
Baik 158 81,03 hubungan antara ketanggapan perawat
terhadap tingkat kepuasan pasien, didapatkan
Tidak Baik 37 18,97 hasil sebagai berikut : Empati perawat
terhadap tingkat kepuasan pasien yaitu
Total 195 100 sebanyak 146 orang (74,87%) merasakan puas
dengan Empati yang baik dari perawat dan 9
orang pasien (4,62%) merasakan empati yang
Pada penelitian ini variabel dependen yaitu baik dari perawat tetapi tidak puas terhadap
kepuasan pasien terhadap pelayanan pelayanan atau empati perawat terhadap pasien
keperawatan di ruang penyakit dalam RSUD tersebut, sedangkan sebanyak 13 orang
Dr.Hi. Bob Bazar, SKM Kalianda Lampung (6,67%) merasakan empati yang kurang atau
Selatan Tahun 2017 yaitu sebagai berikut : tidak baik tetapi pasien merasakan puas
terhadap pelayanan yang diberikan.
Tabel 4 Kepuasan Pasien Terhadap Hasil uji statistik didapat nilai P = 0,000
Pelayanan Keperawatan pada = 0,05 dapat disimpulkan bahwa hasil
hasil uji statistik menunjukan bahwa ada
Kepuasan Pasien Frekuensi (%) hubungan yang signifikan antara empati
perawat terhadap tingkat kepuasan pasien
Puas 159 81,54 (P=0,000 < = 0,05 ) (Tabel 5)
Hasil analisis hubungan ketanggapan
Tidak Puas 36 18,46 dengan kepuasan pasien menunjukan bahwa
ketanggapan perawat terhadap tingkat
Total 195 100 kepuasan pasien yaitu sebanyak 147 orang
(75,38%) merasakan puas dengan ketanggapan
yang baik dari perawat dan 11 orang (5,65%)
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang merasakan ketanggapan yang
kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat baik dari perawat tetapi tidak puas terhadap
yaitu dari 159 orang (81,54%) menyatakan pelayanan atau ketanggapan perawat terhadap
puas terhadap pelayanan perawat di ruang pasien tersebut, sedangkan sebanyak 12 orang
penyakit dalam sedangkan 36 orang (18,46%) (6,15%) merasakan ketanggapan perawat yang
merasakan tidak puas terhadap pelayanan kurang atau tidak baik dan pasien merasakan
keperawatan di ruang penyakit dalam tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan

Tabel 5. Hubungan Antara Empati Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien

Kepuasan Pasien
Empati Total
Puas Tidak Puas p value OR
Perawat
N % N % N %
Baik 146 74,87 9 4,62 155 79,49
Tidak Baik 13 6,67 27 13,84 40 20,51 0,000 33,69
Total 159 81,54 36 18,46 195 100
Tabel 6 Hubungan Ketanggapan Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien

Kepuasan Pasien
Ketanggapan Total
Puas Tidak Puas p value OR
Perawat
N % N % N %

Baik 147 75,38 11 5,65 158 81,03

Tidak Baik 12 6,15 25 12,82 37 18,97 0,000 27,84

Total 159 81,54 36 18,46 195 100

Hasil uji statistik didapat nilai P = 0,000 dalam menanggapi keluhan pasien tergantung
pada = 0,05 dapat disimpulkan bahwa hasil kepada perawat tersebut. Selain kompeten dan
hasil uji statistik menunjukan bahwa ada mempunyai kemampuan/ skill yang baik,
hubungan yang signifikan antara Ketanggapan perawat harus bekerja dengan hati yang ikhlas.
perawat terhadap tingkat kepuasan pasien
(P=0,000 < = 0,05) (Tabel 6). 5. KESIMPULAN
Empati perawat dengan kepuasan pasien Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
sangat erat hubungannya karena perlakuan disimpulkan sebagai berikut :
perawat sebagai provider dimana pelayanan a. Distribusi frekuensi empati perawat paling
perawat harus dapat dirasakan dan memberi tinggi sebanyak 155 orang merasakan
dampak yang positif terhadap pasien sebagai Empati perawat yang baik dari perawat
customer (pelanggan) pelayanan keperawatan sedangkan 40 orang lainnya menyatakan
di rumah sakit . Kepuasan pasien adalah Empati perawat tidak baik.
keluaran (outcome) layanan kesehatan. b. Distribusi frekuensi ketanggapan pasien
Dengan demikian, kepuasan pasien merupakan paling tinggi sebanyak 158 (81,03%)
salah satu tujuan dari peningkatan layanan dengan ketanggapan baik dan 37 (18,97%)
kesehatan. Analisis survei kepuasan pasien ketanggapan yang tidak baik
yang berkesinambungan akan menghasilkan c. Distribusi frekuensi Tingkat Kepuasan
informasi baik untuk inovasi organisasi Pasien, terhadap pelayanan perawat paling
ataupun sikap personel dengan tujuan baik tinggi yaitu dari 159 orang (81,54%)
kearah peningkatan kepuasan pasien ataupu menyatakan puas terhadap pelayanan
peningkatan mutu layanan kesehatan perawat di ruang penyakit dalam sedangkan
Responsiveness (daya tanggap), yaitu suatu 36 orang (18,46%) merasakan tidak puas
kebijakan untuk membantu dan memberikan d. Ada hubungan yang signifikan antara
pelayanan yag cepat (responsif) dan tepat empati perawat terhadap tingkat kepuasan
kepada pelanggan, dengan penyampaian pasien (P = 0,000 > = 0,05).
informasi yang jelas. Ketanggapan perawat e. Ada hubungan yang signifikan antara
berhubungan dengan aspek kesigapan dari ketanggapan perawat terhadap tingkat
perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien kepuasan pasien (P = 0,000 < = 0,05).
akan pelayanan yang diinginkan. Tingkat
kesigapan dari petugas kesehatan dalam 6. REFERENSI
memberikan pelayanan merupakan salah satu
aspek yang mempengaruhi penilaian pasien Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian :
atas mutu pelayanan yang diselenggarakan. Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi.Revisi).
Membiarkan konsumen menunggu merupakan Jakarta : Rineka Cipta
persepsi yang negative dalam kualitas
pelayanan. Cepat tanggap atau tidaknya Azis.(2010). Metode Penelitian Keperawatan
perawat terhadap keluhan pasien akan sangat dan Tekhnik Analisa Data.Jakarta: Salemba
mempengaruhi kepuasan dari pasien tersebut. Medika
Menurut asumsi peneliti, ketanggapan perawat
Azis.(2010).Konsep Dasar Keperawatan. Taufik.(2012). Empati: pendekatan psikologi
Jakarta Salemba Medika http://www. sosial. Jakarta: Raja Grafindo.
kompasiana.com/omi29/sifat-caring-empati
dan-altruisme-bagi-perawat. Di akses 13 mei Ulinuha (2014) Kepuasan Pasien Badan
2017 Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Terhadap Pelayanan di Unit Rawat Jalan
Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian (URJ) Rumah Sakit Permata Medika
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Semarang Tahun 2014

Pohan, Imbalo S. (2006). Jaminan Mutu Wuryanano.(2007).The 21 Priciples to Build


Layanan Kesehatan : Dasar-Dasar Pengertian and Develop Fighting Spirit.Jakarta: PT. Elex
Dan Penerapan. Jakarta: EGC Media Komputindo.

Suaib (2014) Kualitas Pelayanan Kesehatan Yuniarti (2015) Hubungan Antara Kualitas
Dengan Kepuasan Pasien BPJS Di RSUD Pelayanan Rumah Sakit dengan Tingkat
Kabupaten Luwu.naskah tidak di publikasikan Kepuasan Pasien BPJS Di Ruang Perawatan
RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota
Supranto, M.A.,APU. (2011). Pengukuran PontiSanak Tahun 2015 naskah tidak di
Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk publikasikan
Menaikkan Pangsa Pasar ( Cetakan Keempat).
Jakarta : PT. Rineka Cipta

You might also like