Professional Documents
Culture Documents
SURIYANTI SIREGAR
125102090
2013
Abstrak
Suriyanti Siregar
Latar belakang : bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan penyumbang terbesar kematian
dan kesakitan bayi. Kejadian bayi berat lahir rendah berhubungan dengan banyak faktor
seperti faktor kesehatan ibu, perilaku selama hamil, lingkungan serta faktor janin dan
plasenta. Perilaku yang buruk selama kehamilan seperti paparan asap rokok dapat
mempengaruhi suplai oksigen dari tubuh ibu ke janin dan plasenta. Paparan asap rokok juga
dapat menurunkan kadar asam folat ibu yang berakibat terganggunya pertumbuhan janin di
dalam kandungan.
Tujuan : untuk mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah
(BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.
Metodologi : penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 76 orang. Pengambilan sampel diakukan secara sampling
aksidental. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.
Analisa data digunakan dengan chi square. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari
Maret 2013.
Hasil : hasil uji statistik fishers exact test diperoleh ada hubungan antara suami perokok
dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) (nilai p = 0,000)
Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa Suami Perokok mempengaruhi
terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR). Oleh karena itu disarankan kepada responden
untuk meningkatkan pemahaman bahaya rokok terhadap kesehatan, terutama terhadap janin
dan kemudian berupaya untuk mengendalikan resiko yang terjadi terutama BBLR .
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul, Hubungan antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan pada program D-IV Bidan Pendidik Falkultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan moril maupun
materil dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Pelaksana Program Studi D-IV Bidan
3. Mula Tarigan, SKp. M. Kes selaku pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah
dapat menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan berharga dalam menyelesaikan
4. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan SMF Obgyn yang telah memberikan izin kepada penulis
5. Seluruh dosen dan staf administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Falkultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta nasehat selama
T.A. 2012/2013 yang telah banyak memberi dukungan terhadap peneliti dalam menyelesaikan
Peneliti menyadari atas kekurangan dari Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti memberikan
kesempatan kepada berbagai pihak untuk melakukan koreksi dan kritik untuk kesempurnaan laporan
ini, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.
Penulis
(Suriyanti Siregar)
ABSTRAK. ...................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. PEROKOK
1) Pengertian Perokok .......................................................................... 7
2) Komponen Racun dalam Rokok ...................................................... 8
1. Zat Kimia.................................................................................. 8
2. Nikotin...................................................................................... 9
3. Timah hitam ............................................................................. 9
4. Gas Karbon monoksida ............................................................ 10
5. Tar ............................................................................................ 10
3) Bahaya Perokok Aktif dan Fasif .................................................... 11
B. Pembahasan. .......................................................................................... 30
1. Interpretasi data diskusi hasil. ....................................................... 30
A. Kesimpulan........................................................................................... 36
B. Saran..................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Tabel 5.2 Distribusi Suami perokok dan tidak merokok di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2013............................................................................................ 28
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi jumlah BBLR di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013
................................................................................................................. 29
Tabel 5.4 Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013. ................................................ 29
Skema 1. Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul Hubungan Antara Suami Perokok
dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2013.....................................19
Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawata
USU
Lampiran 7 : Balasan Surat Izin Penelitian dari RSU Dr. Pirngadi Medan
Abstrak
Suriyanti Siregar
Latar belakang : bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan penyumbang terbesar kematian
dan kesakitan bayi. Kejadian bayi berat lahir rendah berhubungan dengan banyak faktor
seperti faktor kesehatan ibu, perilaku selama hamil, lingkungan serta faktor janin dan
plasenta. Perilaku yang buruk selama kehamilan seperti paparan asap rokok dapat
mempengaruhi suplai oksigen dari tubuh ibu ke janin dan plasenta. Paparan asap rokok juga
dapat menurunkan kadar asam folat ibu yang berakibat terganggunya pertumbuhan janin di
dalam kandungan.
Tujuan : untuk mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah
(BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.
Metodologi : penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 76 orang. Pengambilan sampel diakukan secara sampling
aksidental. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.
Analisa data digunakan dengan chi square. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari
Maret 2013.
Hasil : hasil uji statistik fishers exact test diperoleh ada hubungan antara suami perokok
dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) (nilai p = 0,000)
Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa Suami Perokok mempengaruhi
terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR). Oleh karena itu disarankan kepada responden
untuk meningkatkan pemahaman bahaya rokok terhadap kesehatan, terutama terhadap janin
dan kemudian berupaya untuk mengendalikan resiko yang terjadi terutama BBLR .
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah
mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990 yaitu sebesar
20 per 1000 kelahiran hidup. Dari data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dari
tahun 2003 turun menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 sudah turun
menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2010, dalam Amalia, 2011).
tahun 2007, angka kematian bayi (AKB), berada pada angka 34 per 1.000 kelahiran hidup. Di
Sulawesi Selatan Berdasarkan profil kesehatan dalam tahun 2008, angka kematian bayi
mencapai 4,39 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
di Negara berkembang relatif masih tinggi. Angka tersebut bervariasi di setiap daerah. Hasil
riset kesehatan 2007, menyinpulkan bahwa kejadian BBLR secara proporsional untuk tingkat
nasional mencapai 15%. Hasil studi 3 wilayah, presentase kejadian BBLR terendah di
Propinsi Bali sebesar 5,8%, tertinggi di propinsi Papua sebesar 27,0% dan Sulawesi Selatan
Faktor penyebab BBLR sampai saat ini masih terus dikaji. Beberapa studi menyebutkan
penyebab BBLR adalah multifaktor, antara lain faktor demografi, biologi ibu, gizi, riwayat
obstetri, morbiditas ibu selama hamil, periksa hamil (prenatal care) dan paparan toksis
(merokok). Berbagai program kesehatan untuk mengatasi masalah tersebut telah dilakukan
baik ditingkat rumah sakit rujukan maupun ditingkat pelayanan dasar namun hasilnya belum
berdasarkan data SDKI pada tahun 1994 maka hasilnya diharapkan dapat dipergunakan
sebagai masukan untuk perencanaan program kesehatan ibu dan anak (KIA) terutama dalam
Bayi berat lahir rendah merupakan penyumbang terbesar kematian dan kesakitan bayi.
Kejadian bayi berat lahir rendah berhubungan dengan banyak faktor seperti faktor kesehatan
ibu, perilaku selama hamil, lingkungan serta faktor janin dan plasenta. Perilaku yang buruk
selama kehamilan seperti paparan asap rokok dapat mempengaruhi suplai oksigen dari tubuh
ibu ke janin dan plasenta. Paparan asap rokok juga dapat menurunkan kadar asam folat ibu
yang berakibat terganggunya pertumbuhan janin di dalam kandungan (Irnawati dkk, 2011).
Berat badan bayi ibu perokok pada umumnya kurang dan mudah menjadi sakit. Berat
badan bayi tersebut lebih rendah 40-400 gram dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu
bukan perokok. Sekitar 75% dari ibu-ibu hamil yang merokok satu bungkus sehari mungkin
akan melahirkan anak yang beratnya kurang dari 2500 gram, dan persentase ini meningkat
menjadi 12% pada ibu-ibu hamil yang menghabiskan dua bungkus rokok seharinya (Aditama,
1997).
prematur, dan BBLR. Kejadian BBLR pada pada ibu perokok adalah dua kali lipat dibanding
yang bukan perokok dan perokok ringan (<5 rokok sehari) dikaitkan dengan peningkatan
kejadian BBLR. Secara keseluruhan tingkat kejadian BBLR adalah 8,8% untuk kelahiran
perokok dan 4,5% untuk kelahiran bukan perokok. Di antara perokok, tingkat BBLR terus
meningkat dengan meningkatnya konsumsi rokok ( Ventura,et al, 2003 dalam Amalia ,2011).
Rokok merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat menyebabkan cacat lahir.
Kebiasaan merokok pada wanita hamil dapat menyebabkan abortus spontan dan kematian
rokok dapat merusak perkembangan janin, masih ada 25 % wanita tetap merokok selama
kehamilannya. Pada perokok berat 20 batang atau lebih perhari, dapat menyebabkan kelahiran
prematur dua kali lebih sering dibanding ibu ibu yang tidak merokok, dan bayinya memiliki
berat badan rendah (kurang dari 2000 gram), yang sering menyebabkan kematian janin
Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun, antara lain
Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh
darah kramp, sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek. Gas CO
atau penebalan dinding pembuluh darah). Nikotin juga merangsang peningkatan tekanan
(pengumpalan) kedinding pembuluh darah. Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok
terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah), mempermudah
pengumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer (Sirajuddin dkk 2011).
Radikal bebas akan merusak tiga komponen molekul utama dari sel tubuh yaitu lipid,
protein dan DNA. Kerusakan pada lipid disetiap oksidasi dan pada proses dasar oksidasi DNA
sel akan mengganggu integritas sel, sehingga akan menimbulkan kematian sel ( Haliwell and
Gutteridge, 1999).
Ibu hamil perokok pasif berisiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. Ibu hamil,
baik yang terpapar rokok lebih dari 11 batang maupun hanya 1 sampai 10 batang per hari
berisiko lebih tinggi untuk terjadinya bayi berat lahir rendah. Faktor risiko lain yang berperan
Dampak negatif rokok dan asapnya terhadap ibu hamil diantaranya ancaman persalinan
prematur, ketuban pecah sebelum waktunya, ancaman lepasnya plasenta sebelum lahir,
plasenta previa, sedangkan dampak terhadap janin adalah berat badan janin lebih rendah dari
normal, kematian janin di dalam rahim, miningkat kematian janin mendadak ( Sudden Infant
Yuliana (2009) dalam tuisannya mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan Oleh
British Medica Association Tobacco Control Resource Centre menunjukkan bahwa ibu yang
merokok selama kehamilan memiliki resiko melahirkan BBLR sebesar 1,5-9,9 kali
dibandingkan dengan berat badan lahir bayi dari ibu yang tidak merokok, ditambah lagi
menurut Kuroki (1988) mengatakan bahwa 1,34% dari wanita perokok tidak melahirkan bayi
cacat dengan kelainan berupa polidaktili, talipes, kelainan anorectal, kelainan gigi dan
magrognatia.
Data yang dihimpun selama tiga tahun terakhir oleh Stephen G. Grant, peneliti
perokok pasif melahirkan bayi yang mengalami mutasi genetis atau sama halnya wanita
perokok. Menurutnya perokok pasif memiliki pengaruh buruk bagi janin. Hasil penelitiannya
ini dimuat dalam online jurnal BMC Pediatric (Maulana, 2009 dalam Amalia, 2011).
Semakin jelas bahwa merokok tidak hanya berpengaruh pada orang yang
menghisapnya, namun juga mempengaruhi semua orang disekitarnya, termasuk janin yang
sedang berkembang yang ibunya kebetulan berada di dekat orang yang merokok. Jadi, bila
suami anda (atau siapa saja yang tinggal di rumah anda atau bekerja dekat anda) yang
mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah di rumah sakit Dr.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui Apakah
Ada Hubungan Antara Suami Perokok Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR)
2. Tujuan Khusus
b. Mengetahui jumlah suami yang merokok dan tidak merokok pada kasus BBLR di
c. Mengetahui jumlah bayi BBLR di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.
d. Mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR)
a. Bagi pihak Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, dapat digunakan sebagai bahan
pelayanan dan perawatan pada bayi berat lahir rendah dengan optimal.
b. Bagi peneliti yaitu dapat diketahui dengan jelas tingkat hubungan antara suami
perokok dengan bayi berat lahir rendah dan menambah pengetahuan dan wawasan
serta sebagai penerapan ilmu dan bahan informasi serta acuan bagi peneliti untuk
c. Bagi Institusi pendidikan sebagai sumber bacaan dan referensi di Perpustakaan untuk
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perokok
1. Pengertian Perokok
Menurut Sitepoe, M. (1997) Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara
70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi
daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Merokok adalah suatu kata
kerja yang berarti melakukan kegiatan atau aktifitas menghisap, sedangkan perokok adalah
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok. Rokok ibarat pabrik bahan kimia.
Dalam satu batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya,
diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, Tar, dan Carbon monoksida (CO). Nikotin
akan mati.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), yang menjadi kebutuhan dasar derajat
kesehatan masyarakat, salah satu aspeknya adalah tidak ada anggota keluarga yang
merokok. Sedangkan PHBS harus menjadi kewajiban dan para kader kesehatan untuk
mensosialisasikannya. Setiap kali menghirup asap rokok, baik sengaja mapun tidak sengaja,
berarti juga menghisap lebih dari 4.000 racun. Karena itulah merokok sama dengan
mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat dipungkiri. Banyak penyakit telah terbukti
menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan
Bahkan organisasi kesehatan sedunia telah memberikan peringatan bahwa dalam dekade
2020-2030 tembakau akan membunuh 10 juta orang per tahun, 70% diantaranya terjdi di
1.Zat Kimia
Pembuatan rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan bakunya adalah tembakau. Di
Indonesia, tembakau ditambah cengkeh dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok
kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih,
cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco atau tembakau kunyah).
Komponen gas asap rokok diantaranya adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat,
nitrogen oksida, dan formaldehid. Fartikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol.
Zat-zat yang terkandung dalam rokok tersebut beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker
(karsinogen). Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream
smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang
dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang
disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Telah
ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak di dapatkan
pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan
pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-
bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.
Umumnya fokus penelitian ditunjukan pada peranan nikotin dan CO. Kedua bahan ini, selain
2. Nikotin
Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh,
menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainnya. Kadar nikotin 4-6 mg yang
diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika
Serikat, rokok putih beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara
oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meransang pelepasan
adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung,
serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan
pembuluh darah.
Timah hitam yang dihasilkan oleh batang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok
(isi 20 batang) yang habis di isap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara
ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa
dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari,
4. Gas Karbonmonoksida
hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin dalam sel-sel darah merah.
sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebutnya
di sisi hemoglobin. Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO
dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah mencapai 4-1
persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat
pengumpulan darah. Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak
endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbunya pengumpulan darah.
Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Di bandingkan dengan bukan
perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi,
5. Tar
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok,
dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai
uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat
pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-
40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg. (Rahmawati,
2012).
Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak
orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak
penyakit. Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker
rongga mulut, kanker laring, kanker esofagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi,
serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin. Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya
bahaya dari secondhand-smoke, yaitu asap rokok yang menghirup oleh orang-orang bukan
perokok karena berada di sekitar perokok. Ini sering disebut juga dengan perokok pasif
Merokok baik secara aktif maupun secara pasif membahayakan tubuh, diantaranya
seperti menyebabkan kemandulan dan impotensi, kanker rahim dan keguguran, kerontokan
rambut, gangguan pada mata seperti katarak, kehilangan pendengaran lebih awal dibanding
bukan perokok, menyebabkan paru-paru kronis, merusak gigi dan menyebabkan bau mulut
yang tidak sedap, menyebabkan stroke dan serangan jantung, tulang lebih mudah patah, dan
Merokok sangat berbahaya bagi wanita hamil, baik perokok pasif yang terpapar asap
rokok. Ini karena ada zat kimia yang berbahaya masuk ke dalam jaringan, dan meresap
Merokok memiliki banyak efek negatif yang dapat mengancam kehidupan janin.
Terdapat hampir lima puluh juta remaja putri Amerika ada dalam usia mengandungnya
beresiko tinggi untuk mengalami keguguran, kematian janin, gangguan plasenta (ari-ari), dan
keahiran prematur. Sebagaimana anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang merokok, akan
lebih rendah mengalami kekurangan berat badan dan terserang penyakit alat pernapasan yang
BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR
merupakan salah satu komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani dengan benar dapat
menyebabkan kematian. BBLR kemungkinan dapat prematur (kurang bulan), dan dapat juga
dismatur (BBLR tidak sesuai usia kehamilan), penyebab bayi baru lahir rendah sebagian
belum diketahui namun kebanyakan karena komplikasi pada saat ibu hamil (Deslidel dkk,
2011).
Penelitian tentang pengaruh paparan asap rokok selama kehamilan terhadap kejadian
BBLR belum banyak dilakukan. Fakta ilmiah membuktikan rorok menyebabkan kanker paru,
prematur, gangguan perkembangan postnatal dan Fetal hypoxemia melalui reduksi darah dari
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan Berat Lahir kurang dari
2500 gram yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir tanpa memandang masa gestasi.
Prevalensi BBLR di dunia diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran. Lebih dari 97% terjadi di
negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Di Indonesia prevalensi BBLR berkisar
7.5%. Penyebab BBLR sebelumnya, faktor janin dan plasenta, usia BBLR sebelumnya, faktor
janin dan plasenta, usia ibu, paritas, pekerjaan ibu seperti malaria, anemia, sipilis, TORCH
(toxoplasma, rubella, Cyto Megalo Virus/CMV, herpes), dan komplikasi pada kehamilan
(perdaraha antepartum, pre-eklamsia), penyebab lain yaitu faktor lingkungan tempat tinggal
: hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, paten duktus arteriosus, infeksi,
paru kronis yang berakibat pada peningkatan mortalitas, serta tingginya biaya perawatan yang
Kelahiran BBLR pada hamil perokok pasif yang mempunyai riwayat BBLR terdahulu
beresiko untuk kelahiran BBLR. Ibu yang mempunyai riwayat pernah melahirkan BBLR
cenderung lebih sering untuk melahirkan kembali BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak
pernah melahirkan. Faktor medis dan non medis pada kehamilan sebelumnya diduga menjadi
medis dan non medis ini kadang-kadang tidak dapat diperbaiki, sehingga dibutuhkan
perhatian khusus pada kelompok bagi ibu perokok pasif yang dapat memperbaiki risiko
kelahiran BBLR.
Kekurangan gizi selama kehamilan yang di sertai dengan adanya paparan asap rokok
kandungan. Meningkatkan gizi ibu selama ibu hamil merupakan cara potensial untuk
membantu prtumbuhan janin di dalam kandungan. Status gizi ibu yang baik selama kehamilan
akan memperlancar suplai oksigen ke janin, sehingga janin menerima cukup oksigen untuk
kandungan juga tergantung dari banyak faktor ini seperti paparan dari asap rokok tembakau.
Paparan asap tembakau yang terus-menerus dapat menurunkan kadar asam folat dalam tubuh
ibu. Akibatnya janin juga mengalami kekurangan asam folat. Paparan karbonmonoksida dan
nikotin yang terus menerus dan penurunan asam folat mengakibatkan gangguan pertumbuhan
kehamilan lebih beresiko untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak
terpapar.
Ibu hamil diharapkan dapat menghindari asap rokok selama kehamilan, terutama ibu
dengan riwayat BBLR pada persalinan sebelumnya dan ibu hamil dengan status gizi buruk.
Bila para prokok aktif yang tingga serumah dengan ibu hamil tidak dapat menghentikan
kebiasaan merokok, disarankan agar tidak merokok selama berada di dekat ibu hamil terutama
Penyebab kelahiran BBLR yaitu bisa dari faktor ibu, diantaranya status gizi ibu hamil
pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu
dan hal ini berhubungan dengan masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan
kebutuhan konsumsi makanan pun berkurang, peyakit yang di derita ibu selama hamil, dan
paparan asap rokok saat hamil, toksemia gravidarum, yaitu preeklampsia dan eklampsia,
kelainan bentuk uterus (misalnya uterus bikornis, inkompeten serviks), tumor (misalnya
mioma uteri, sistoma), Ibu yang menderita penyakit panas tinggi (misalnya tifus abdominal,
malaria), Trauma pada masa kehamilan seperti jatuh dan stress, usia ibu pada waktu hamil
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, plasenta previa dan solusio plasenta
(Pantiawati, 2010).
Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi, tergantung pada usia
kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin prematur atau makin kecil umur kehamilan saat bayi
dilahirkan makin besar pula perbedaannya dengan bayi yang lahir cukup bulan. Tanda dan
gejala bayi prematur diantaranya adalah umur kehamilan atau sama dengan atau kurang dari
dengan atau kurang dari 46 cm, kuku panjang belum melewati ujung jari, Batas dahi dan
rambut kepala tidak jelas, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, Lingkar dada
sama dengan atau sama dengan atau kurang dari 30 cm, Rambut lanugo masih banyak,
Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang, Tulang rawan daun telinga belum sempurna
pertumbuhannya, sehingga tidak teraba tulang rawan daun telinga, Tumit mengkilap, alat
kelamin pada laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum turun kedalam
skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, fungsi saraf
yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap, menelan dan batuk masih
lemah, jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak
5. Gambaran Klinis
Banyak masalah klinis yang di hadapi bayi BBLR baik prematur dikarenakan belum
maturnya fungsi-fungsi tubuh untuk hidup di luar uterus. Masalah-masalah tersebut, antara
lain :
g. Masalah pasa susunan saraf pusat, antara lain : perdarahan intraventrikuer, leukomalasia,
periventrikular, enselopati kejang retinopati, ketulian, hipotonia, masalah lain, antara lain :
6. Penatalaksanaan
Berbagai masalah klinis yang dihadapi BBLR disebabkan karena belum maturnya
organ-organ, untuk itu diperlukan perhatian dan perawatan khusus untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Menurut Shann dan Vince tahun 2003 ada empat prinsip dalam
perawatan BBLR, yaitu menjaga bayi tetap berwarna merah muda, menjaga bayi tetap hangat,
memenuhi kebutuhan makan dan minum, serta pencegahan infeksi. (Kholifah, 2006 dalam
Purnamaningrum,2010).
a. Pemberian oksigen
Ekspansi paru-paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm sebagai
akibat jaringan paru-paru yang kurang berkembangan yaitu tidak adanya aveoli dan surfaktan.
Pemberian oksigen pada bayi ini harus dikendalikan dengan seksama karena konsentrasi
yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan timbulnya kerusakan pada jaringan
retina bayi sehingga menimbulkan kebutuhan yang dikenal dengan istilah Fibroplasi
retrolental. Konsentrasi oksigen yang dianjurkan adalah sekitar 30-35% dan untuk menjamin
bila bayi mengalami sianosis dan kesulitan bernafas. Oksigen diberikan dengan aliran rendah
untuk membuat bayi tetap berwarna merah muda ( kurang lebih 0.5% liter/menit da tidak
Apnoe umum terjadi pada bayi dengan umur gestasi kurang dari 32 minggu sehingga
diperlukan aat untuk memonitor apnoe bila tersedia. Dapat juga di berikan Aminophyllin
Pemeliharaan suhu tubuh merupakan aspek yang paling penting dalam manajemen
BBLR. Seorang bayi akan berkembang secara memuaskan bila suhu rektal dipertahankan
antara 35,5 C-37C. Semakin kecil bayi maka lebih rendah suhu rektalnya. Dengan
bertambahnya berat badan dan membaiknya kondisi umum maka akan ditemukan juga
kestabilan yang lebih besar dari suhu tubuhnya berat badan dan membaiknya kondisi umum
maka akan ditemukan juga kestabilan yang lebih besar bia mereka dirawat dalam atau dekat
dengan lingkungan panas netralnya. Mereka harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolik yang minimal. Tetapi
juga tidak diinginkan untuk meningkatkan suhu tubuh secara cepat karena dapat mengarah
metabolisme dan peningkatan kebutuhan akan oksigen. Untuk pememeliharaan suhu tubuh
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dari penelitian yang berjudul Hubungan Antara Suami
Perokok dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
SuamiPerokok BBLR
Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.
B. Hipotesis Penelitian
. 1. Ha=Ada hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah Rendah (BBLR)
Skala
No. Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur ukur
1. Suami Suami perokok adalah kuesioner Nominal
Perokok suami yang suka 1. Perokok
melakukan kegiatan 2. Tidak
atau aktifitas perokok
menghisap rokok
setiap hari atau
disebut perokok.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian
korelasional yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara dua atau
lebih variabel penelitian (Suyanto & Salamah, 2009), yaitu untuk mengetahui hubungan
antara suami perokok dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2010). Yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bapak yang
mempunyai bayi baru lahir dan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi
Medan. Adapun kasus BBLR yang ada di RSUD Dr. Pirngadi Medan 116 bayi berat lahir
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap
mewakili populasi tersebut (Suyanto & Salamah, 2009). Dalam penelitian ini teknik sampling
yang akan digunakan adalah secara sampling aksidental. Sampel pada penelitian ini adalah
bayi baru lahir yang kebetulan ada di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 sebanyak 76
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel
Kriteria Inklusi
1) Semua Suami yang mempunyai bayi baru lahir dan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR).
2) Suami Perokok.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).
1) Kriteria eksklusi penelitian ini adalah suami perokok yang memiliki bayi dengan
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013.
D. Waktu Penelitian
E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini akan dilakukan setelah penulis mendapat persetujuan
izin dari institusi pendidikan yaitu program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
kepada RSUD Dr. Pirngadi Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang
berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu peneliti Akan memberikan penjelasan kepada calon
responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian dan juga menjelaskan bahwa
kuesioner ini untuk mengetahui adakah hubungan antara suami perokok dengan bayi berat
badan lahir rendah (BBLR). Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara
tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial
nama. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
1. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang akan digunakan yaitu kuesioner tertutup yang
terdiri dari :
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan untuk pencapaian tujuan penelitian adalah data primer dan
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama yang berhubungan
dengan peneitian biasanya dapat melalui wawancara dengan bapak-bapak yang mempunyai
bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dengan menggunakan kuesioner berupa daftar
checklist.
Utara.
2. Penulis mengajukan permohonan izin survey awal kepada RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2013.
kepada RSUD Dr. Pirngadi Medan yang sebelumnya telah disetujui oleh program D-
4. Pada proses pengumpulan data dari responden penulis akan menjelaskan tujuan
penelitian kepada calon responden dan meminta kesediaannya untuk menjadi subjek
penelitian.
5. Setelah respoden setuju, penulis akan menjelaskan cara pengisian kuesioner pada
responden.
6. Penulis akan mengingatkan kepada responden untuk mengisi kuesioner dengan jujur
serta mengingatkan kepada responden agar mengisi semua daftar pertanyaan pada
kuesioner tersebut.
7. Penulis akan mengambil kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden dan
1. Pengolahan Data
a. Editing, yaitu memeriksa kembali apakah ada jawaban responden atau hasil observasi
yang ganda atau belum dijawab, jika terdapat kekeliruan maka akan dilakukan
pendataan ulang.
b. Coding, yaitu melakukan pemberian kode checklist untuk setiap pertanyaan untuk
kode (angka atau huruf) akan dimasukkan ke dalam program atau software
komputer.
d. Cleaning, yaitu apabila semua data dari reponden selesai dimasukkan, penulis akan
mengecek kembali untuk melihat adanya kesalahan atau ketidaklengkapan data. Jika
2. Analisa Data
Analisa data hasil penelitian hendaknya diawali dengan anaisis yang sederhana agar
dapat mengenal dengan baik data yang sederhana agar dapat mengenal dengan baik data yang
dihadapi kemudian perlu dilanjutkan dengan analisis yang lebih kompleks sesuai dengan
a. Analisis Univariat :
Deskripsi data demografi, data perokok dan data BBLR akan disajikan dalam bentuk
Analisa ini mempunyai tujuan untuk mencari Hubungan antara variabel, yaitu variabel
independen (suami perokok) dengan variabel dependen (BBLR)dan dilakukan uji statistik
dengan melakukan Chi-square. Untuk uji hipotesis yang digunakan adalah Chi-square Test
dengan kemaknaan signifikan 0,05 dengan df=2 untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara suami perokok dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Apabila uji chi-square
tidak memenuhi persyaratan, maka akan dilakukan uji fisher. Hasil penelitian bermakna
A. Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan antara suami perokok
dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013. Adapun
1. Analisis Univariat
a. Data demografi
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 76 responden penelitian mayoritas
berumur 20-35 tahun sebanyak 44 orang (57,9%). Mayoritas responden bersuku Batak
Tabel 5.1.
2. Suku
Pendidikan
1.Sekolah Dasar (SD) 6 7,9
2. SMP 18 23,7
3. SMA 49 64,5
4. Perguruan Tinggi 3 3,9
4. Pekerjaan
1.Wiraswasta 55 72,4
2.Pegawai swasta 17 22,4
3.PNS 4 5,3
2. Jumlah suami Perokok dan tidak Perokok di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
2013.
a. Distribusi frekuensi suami merokok dan tidak merokok di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2013
Pada Tabel 5.2 dapat diketahui Suami perokok dan tidak merokok di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2013 yang Perokok adalah sebanyak 61 orang (80,3%), sedangkan
Tabel 5.2
Distribusi Suami perokok dan tidak merokok di RSUD Dr. Pirngadi MedanTahun 2013
1 Perokok 61 80,3
3.Distribusi frekuensi jumlah BBLR di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013
bayi normal sebanyak 42 orang (55,3%) dan sebagian kecil responden memiliki BBLR
sebanyak 34 (44,7%) .
Tabel 5.3 Distribusi Jumlah BBLR di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013
1 BBLR 34 44,7
2 Normal 42 55,3
Total 76 100,0
4. Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
Analisa hubungan anatara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2013 dengan menggunakan uji statistik Fisher`s Exact Test. Dari hasil
analisa data didapat nilai p = 0,000 yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara
suami perokok dengan berat badan lahir rendah dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di
Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSUD
Suami Perokok n % n % N %
san
Pembahasan hasil penelitian disajikan dengan mengacu pada tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengidentifikasi Hubungan Antara Suami Perokok dengan bayi berat lahir Rendah
Dari hasil penelitian terhadap 76 orang responden sebagian besar memiliki bayi normal
sebanyak 42 orang (55,3%) dan sebagian kecil memiliki bayi BBLR sebanyak 34 orang
(44,7%).
Menurut World Health Organization (WHO) 1961, istilah prematur baby dengan low
birth weight baby (bayi dengan berat lahir rendah : BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak
semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Keadaan
gestational age (SGA) yaitu bayi yang beratnya kurang dari berat untuk masa kehamilan
(Sarwono, 2005).
Melahirkan bayi prematur (Ridwan Amiruddin, 2006). Hasil penelitian yang telah
dilakukan Ridwan Amiruddin, 2006 menunjukkan bahwa, ibu hamil yang terpapar rokok
berpeluang melahirkan bayi prematur 46,3%. Sehingga pada penelitian tersebut disimpulkan
bahwa ibu hamil yang terpapar rokok berpeluang 2,3 kali lebih besar dibanding dengan ibu
hamil yang tidak terpapar rokok. Sedangkan penelitian di RS Sitti Fatimah Makasar (2005)
didapatkan hasil bahwa jumlah bayi yang lahir BBLR dari suami yang merokok lebih 10
batang perhari. Sebesar 59,5% dan untuk yang kurang dari 10 batang perhari lahir BBLR
sebanyak 45,5%. Salah satu penyebab bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di berbagai
Negara berkembang menurut WHO (work health organization) 2004 adalah kebiasaan
merokok.
Rokok dapat menyebabkan deformasi pada sperma dan kerusakan pada DNA-nya
sehingga mengakibatkan aborsi. Beberapa studi menemukan bahwa pria yang merokok
meningkatkan resiko menjadi ayah dari anak yang berbakat kanker. Rokok juga memperkecil
jumlah sperma dan infertilitas (ketidaksuburan) banyak terjadi pada perokok (Sitorus, 2008).
Di Indonesia, 92% perokok biasanya merokok di rumah saat bersama anggota keluarga
lainnya. Dan anggota keluarga yang tidak merokok tapi ikut terpapar oleh asap rokok tersebut
menjadi jauh lebih rendah kesehatannya (kompas 2004). Berdasarkan peneliatian wanita
merokok lebih dari 20 batang sehari melahirkan bayi dengan berat badan kurang tapi ternyata
bukan hanya para ibu hamil yang perokok tetapi ibu hamil yang tidak merokok juga dapat
terjadi bila sehari hari selalu berada di tengah tengah perokok dan selalu terpapar asap rokok
perokok. Jadi bila suami atau setiap orang yang tinggal di rumah ibu hamil merokok, tubuh
bayi akan mendapat pengotoran oleh asap tembakan hampir sebanyak pengotoran yang ia
dapat jika ibunya sendiri yang menghisapnya. Bahkan menurut canra (2000) bahan kimia
yang keluar dari asap bakaran ujung rokok kadarnya lebih tinggi dari pada yang di hisap
perokoknya.
Penelitian yang dilakukan oleh BMA Tobacco Control Resource Centre menunjukkan
bahwa ibu yang merokok selama kehamilan memiliki risiko melahirkan bayi berat lahir
rendah (BBLR) sebesar 1,5-9,9 kali dibandingkan dengan berat badan lahir bayi dari ibu yang
tidak merokok. Kondisi BBLR sangatlah merugikan. Bayi dengan kondisi BBLR sering
disertai dengan komplikasi, antara lain: sindrom gangguan pernapasan idiopatik, pneumonia
hipoglikemia simtomatik, dan asfiksia neonatorum. Bahkan, bayi dengan BBLR merupakan
salah satu penyebab utama kematian perinatal. Angka kematian perinatal pada bayi BBLR
lebih daripada 2 kali angka kematian bayi normal. Berikut penjelasan singkat mengenai
mekanisme yang diduga mendasari terjadinya kelahiran bayi berat lahir rendah pada ibu yang
Dari hasil penelitian terhadap 76 orang responden, mayoritas responden dengan perokok
memiliki bayi BBLR sebanyak 34 orang (55,7%). Dari sisi kesehatan, bahaya rokok sudah
tak terbantahkan lagi. Bukan hanya menurut WHO, tetapi lebih dari 70 ribu artikel ilmiah
membuktikan hal itu. Dalam kepulan asap rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya, dan
mengerti bahayanya, kerena dalam setiap bungkus rokok ada peringatan merokok dapat
menyebapkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin
(Abadi,T, 2005). Dari peringatan tersebut dapat diketahui dengan jelas bahwa rokok memiliki
Rokok merupakan penyebab utama penyakit di seluruh dunia. Bahaya merokok telah
banyak diketahui oleh semua orang, namun merokok masih menjadi kebiasaan yang sulit
untuk dihilangkan (Aditama,1997). Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 senyawa kimia,
termasuk juga lebih dari 40 senyawa yang dapat menyebabkan kanker dan menimbulkan
kerusakan fungsi organ. Bahaya rokok tidak hanya mengenai perokok itu sendiri, namun
di sekitar perokok tersebut yang disebut dengan perokok pasif. (Mangoenprasodjo &
Hidayati, 2005).
Kebiasaan merokok para calon ibu ternyata membawa akibat buruk pada anak yang
akan dilahirkanya. Terdapat bukti kuat bahwa ibu hamil yang merokok dapat langsung
mempengaruhi dan merusak perkembangan janin dalam rahim, yang paling sering terjadi
adalah berat lahir yang rendah (Arlene, 1996). Berat badan bayi ibu perokok pada umumnya
kurang dan mudah menjadi sakit. Berat badan bayi tersebut lebih rendah 40-400 gram
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari Ibu bukan perokok. Sekitar 7% dari ibu-ibu hamil
yang merokok satu bungkus sehari mungkin akan melahirkan anak yang beratnya kurang dari
2500 gram, dan persentase ini meningkat menjadi 12% pada ibu-ibu hamil yang
Jumlah berat badan lahir rendah masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil estimasi dan
Lampung, angka BBLR pada tahun 2005 mencapai 2210 orang (Profil Kesehatan Propinsi
Lampung, 2005). Dan di Kota Metro angka kejadian BBLR pada tahun 2005 mencapai 68
Berdasarkan penelitian, 1 dari 3 wanita yang merokok lebih dari 20 batang sehari
melahirkan bayi dengan berat badan kurang (Syahbana, 2001), namun hal tersebut tidak
hanya terjadi pada ibu hamil yang merokok saja, ternyata ibu hamil yang tidak merokokpun
bila sehari-hari selalu berada di tengah-tengah perokok dan selalu terpapar asap rokok
(perokok pasif), bisa mengalami efek negatif yang hampir sama tingkatannya dengan perokok
(Syahbana, 2001).
Perokok pasif menurut Susenas (2001) adalah penduduk yang bukan perokok, namun
tinggal serumah dengan perokok aktif yang merokok di dalam rumah. The Pregnancy
Nutrition Surveilence System (2005) menyatakan yang dimaksud dengan perokok dalam
rumah tangga selama kehamilan adalah setiap orang yang tinggal serumah dengan ibu hamil,
Data Susenas 2001 menunjukkan prevalensi perokok pasif di Indonesia sebesar 48,9%
atau 97.560.002 penduduk, yaitu pada laki-laki 31,8% dan perempuan 66%. Di setiap propinsi
di Indonesia perokok pasif pada perempuan selalu lebih tinggi daripada lakilaki. Pada
perempuan berstatus belum kawin prevalensi perokok pasif sebesar 29,6%, sedangkan pada
perempuan yang telah kawin prevalensi perokok pasif cukup tinggi, yaitu mencapai 70,4%.
Susenas (2004) menemukan prevalensi perokok aktif yang merokok di dalam rumah di
orang yang menghisapnya, tetapi juga mempengaruhi semua orang yang berada di sekitarnya.
Termasuk janin yang sedang berkembang dari ibu hamil yang kebetulan berada di dekatnya.
Jadi, bila suami anda atau setiap orang yang tinggal di rumah anda atau bekerja di meja
disamping anda merokok, tubuh bayi anda akan mendapat pengotoran oleh asap tembakau
hampir sebanyak pengotoran yang ia dapat jika anda sendiri yang menghisapnya. Bahkan
menurut Candra (2000), bahan kimia yang keluar dari asap bakaran ujung rokok kadarnya
lebih tinggi dari pada yang dihisap perokoknya. Semakin dekat jarak perokok dengan perokok
pasif, akan semakin besar bahayanya, karena itu penelitian banyak dilakukan pada istri si
perokok. Belakangan ini para ahli juga menemukan hubungan antara penurunan berat bayi
yang dilahirkan oleh isteri seorang perokok akibat gangguan perkembangan janin selama
Berdasarkan data pra survei, di Wilayah Kerja Puskesmas Karangrejo terdapat 9 bayi
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (data Puskesmas Karangrejo, 2006-2007).
Setelah 5 orang suami yang memiliki bayi tersebut ditanyakan tentang kebiasaan merokok, 4
diantaranya menjawab ya dan menghabiskan lebih dari 10 batang rokok per hari dan 1 orang
menjawab tidak.
tersebut ditulis dalam keterbatasan. Dalam bab ini disajikan keterbatasan penelitian, seperti :
keterbatasan instrumen penelitian dan keterbatasan waktu dalam memasukkan jumlah rokok
dan tempat merokok. Diharapkan kepada penelitian selanjutnya dapat dikembangkan lebih
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan antara suami perokok dengan
bayi berat lahir rendah (BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 diperoleh
1. Berdasarkan hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah( BBLR) , dari
76 orang responden mayoritas perokok dengan BBLR sebanyak 34 orang (55,7%) dan
yang perokok dengan bayi normal sebanyak 27 orang (44,3%). Berdasarkan hasil analisa
uji Chi-Square dengan uji statistik fishers exact test di peroleh nilai p = 0,000, maka Ho
ditolak artinya ada hubungan antara suami perokok dengan bayi berat badan lahir rendah
2. Distribusi berdasarkan suami perokok dan tidak perokok di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2013 sebanyak 61 orang (80,3%), sedangkan suami yang tidak perokok yaitu
3. Distribusi frekuensi jumlah BBLR di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 bahwa
4. Hasil uji Fisher`s Exact Test di peroleh nilai p = 0,000, maka Ho ditolak artinya ada
hubungan yang signifikan anatara suami Perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR)
5.
Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk giat memberikan promosi kesehatan khususnya
Hendaknya pelayanan kesehatan khususnya RSUD Dr. Pirngadi Medan agar lebih
bermutu.
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para peneliti
selanjutnya terlebih mengenai hubungan antara suami perokok dengan bayi berat badan
lahir rendah (BBLR). Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih mengembangkan
penelitian saya ini untuk lebih baik lagi karena peneliti menyadari masih banyak kesalahan
Aditama, 1997. Skripsi Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Lahir Rendah(
BBLR ) di Wilayah Kerja Puskesmas. http//www.skripsi 2010
Asiyah, S., Suyono, Mahaendriningtyastuti. (2010). Karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) sampai Tribulan II Tahun 2009 di Kota Kediri. ISSN : 2086-3098 , 210-222.
Banon, I.H. (2006). Analisis Yuridis Penyelesaian Sengketa Rokok Kretek antara Indonesia
dan Amerika Serikat (DS406). Jurnal Perdagangan Republik Indonesia , 1-12.
Deslidel, Hasan, Z., Hevrialni, R., Sartika, Y. (2011). Asuhan Neoantus Bayi & Balita.
Jakarta: EGC.
Festy, P. (2010). Analisis Faktor pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kabupaten
Sumenep . Program Studi Ilmu Keperawatan Fakulatas Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan UM Surabaya Pipitbiostat@yahoo.com , 1-13.
Halliwell & Gutteridge. 1999. Free Radical, Other Reactivev Species and Disease In Free
Radical In Biology Medicine. New York : Oxford University
Hidayat, A.A. (2007). Metode Peneitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Hypponen, E., Smith, G.D., Chris Power. (2003). Effects of grandmothers' smoking in
pregnanci on Birth Weight : Integenerational cohort Study. Centre for paediatric
Epidemiology and Biostatistic , 1-4.
Irnawati, Hakimi, M., Wibowo, T. (2011). Ibu Hamil Perokok Pasif sebagai Faktor Resiko
Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia , 54-59.
Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Proverawati, Rahmawati, E. (2012). Periaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS). Yogyakarta:
Nuha Medika.
Rahmawati, R., Jaya, A.N(2010). Pengaruh Faktor Maternal Terhadap Kejadian Bayi Berat
Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Ajjatpanngewatan Soppeng
Kabupaten Soppeng Tahun 2010. Jurnal Media Kebidanan Potekes Makassar , 56-66.
Razak Datu, 2005. Cacat Lahir Disebabkan Oleh Faktor Lingkungan. Bagian Anatomi FK
Universitas Hasanuddin. J. Med Nus. Vol 26 N0. 3 Juli September
Rukiyah, A.Y., Yulianti. L. (2010). Asuahan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Ruth Roemer, R.A. (1993). Legislative Action To Combat The World Tobbacco Epidemic.
California Los Angeles, CA, USA.: WHO.
Setyowati, T., Soesanto, S.S., Budiarso, L.R., Kristanti, Djaja, S., Ma'roef, S. (1996). Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisi Lsnjut
SDKI,1994). Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan , 38-54.
Sirajuddin, Tamrin, A., Hartono, R., Manjilala. (2011). Pengaruh Paparan Asap Rokok
Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Bayi di Sulawesi Selatan. Media Gizi Pangan ,
34-40.
Sistiarani. (2008). Faktor maternal dan kualitas pelayananan atenatal yang berisiko terhadap
kejadian berat badan lahir rendah (bblr) studi pada ibu yang periksa hamil ke
Valleria,2006. Dampak Negatif Rokok dan Asapnya. http//www. Klik dokter menuju sehat
Wetherall, C. F. (2008). Quit, Read This Book and Stop Smoking. Jakarta: Darul Haq.
Yuliana, 2009. Rokok Terhadap Defesiensi Asam Folat Selama Kehamilan. Diakses dari
http//pediatric Info Wordpress.com. 12-03-2010.
Hubungan Antara Suami Perokok Dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2013
Saya yang bernama Suriyanti Siregar dengan Nim 125102090 adalah mahasiswa
Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat
ini sedang melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Suami Perokok Dengan Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013 .
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak-Bapak untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian atau
menolak tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi Bapak-bapak dan semua informasi yang
Bapak berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan ini saja. Jika Bapak-
Responden
No. Responden :
Petunjuk pengisian : Berilah tanda check list () pada salah satu pilihan yang menjadi
I. DATA DEMOGRAFI
1) Umur :
b. >35 tahun
2) Suku :
a. Melayu c. Batak
b. Jawa d. Lain-lain
3) Pendidikan :
a. SD c. SMP
4) Pekerjaan :
a.Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
Sewaktu
merokok
Suami Jumlah rokok disekitar
no Perokok Umur Suku Pendidikan Pekerjaan yang dihisap/hari istri Bayi
1 Ya > 35 thn Batak SMA Wiraswasta >20 batang rokok/hari Ya Ya
2 Ya 20-35 thn Jawa SMP Wiraswasta >20 batang rokok/hari Ya Ya
3 Ya 20-35 thn Jawa SMA Wiraswasta >20 batang rokok/hari Ya Ya
4 Ya 20-35 thn Jawa SMA Wiraswasta 10 batang rokok/hari Ya Ya
5 Ya > 35 thn Batak SMA Wiraswasta >20 batang rokok/hari Ya Ya
6 Ya 20-35 thn Jawa SMA Wiraswasta >20 batang rokok/hari Ya Ya
7 Ya 20-35 thn Jawa SMP Wiraswasta >20 batang rokok/hari Ya Ya
8 Ya 20-35 thn Batak SMP Wiraswasta 10 batang rokok/hari Ya Ya
9 Ya 20-35 thn Batak SMA Wiraswasta 10 batang rokok/hari Tidak Ya
10 Ya > 35 thn Batak SMA Wiraswasta 10 batang rokok/hari Ya Ya
11 Ya 20-35 thn Jawa SMA Wiraswasta >20 batang rokok/hari Ya Ya
12 Ya 20-35 thn Jawa SMA Wiraswasta >20 batang rokok/hari Ya Ya
13 Ya 20-35 thn Jawa SD Wiraswasta 10 batang rokok/hari Tidak Ya
14 Ya 20-35 thn Batak SMA Wiraswasta 10 batang rokok/hari Ya Ya
15 Ya > 35 thn Jawa SMA Wiraswasta >20 batang rokok/hari Ya Ya
16 Ya > 35 thn Batak SMP Wiraswasta 10 batang rokok/hari Tidak Ya
17 Ya 20-35 thn Batak SMA Wiraswasta 10 batang rokok/hari Tidak Ya
18 Ya 20-35 thn Batak SMA Wiraswasta >20 batang rokok/hari Ya Ya
19 Ya 20-35 thn Batak SMA Wiraswasta <10 batang rokok /hari Ya Ya
N Valid 76
Missing 0
umur suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <20 1 1,3 1,3 1,3
20-35 44 57,9 57,9 59,2
Statistics
suku suami
N Valid 76
Missing 0
suku suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid melayu 4 5,3 5,3 5,3
jawa 29 38,2 38,2 43,4
Statistics
pendidikan suami
N Valid 76
Missing 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 6 7,9 7,9 7,9
SMP 20 26,3 26,3 34,2
Statistics
pekerjaan suami
N Valid 76
Missing 0
pekerjaan suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid wiraswasta 56 73,7 73,7 73,7
pegawai swasta 18 23,7 23,7 97,4
Statistics
jumlah rokok yang dihisap
suami/hari
N Valid 76
Missing 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 14 18,4 18,4 18,4
ya 35 46,1 46,1 64,5
Cases
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,71.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Cases
Symmetric Measures
Asymp. Std.
a b
Value Error Approx. T Approx. Sig.
c
Interval by Interval Pearson's R ,446 ,062 4,289 ,000
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,446 ,062 4,289 ,000
N of Valid Cases 76
Asymp. Std.
a b
Value Error Approx. T Approx. Sig.
c
Interval by Interval Pearson's R ,446 ,062 4,289 ,000
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,446 ,062 4,289 ,000
N of Valid Cases 76
Risk Estimate
Agama : Islam
RIWAYAT PENDIDIKAN :