You are on page 1of 335
{ oz2ieni2017 j PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Perbaikan dan Perkuatan Struktur Beton Pada Jembatan , DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA PRAKATA Salah satu aspek penting untuk menunjang —keberhasilan_pembinaan dibidang vembatan adalah dengan tersedianya Norma, Standar .Pedoman dan Manual (NSPM) yang dapat di terapkan di fapangan dengan mudah, Untuk mengatasi permasalahan di atas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum telah menyusun Pedoman Perbaikan dan Perkuatan Struktur Beton pada Jembatan. Manual ini disusun dengan proses pembahasan beberapa tim ahli_ yang berkompeten Gibidang pekerjaan jembatan Pedoman teknik ini beriskan mengenai acuan bagi para perencana dan pelaksana dalam melakukan pekerjaan perbaikan dan perkuatan struktur beton eda jembatan. Pedoman ini juga dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pelengkap dalam Persyaratan teknis untuk pekerjaan perbaikan dan perkuatan struktur beton pada jembatan Pedoman ini berisikan mengenai jenis kerusakan struktur beton, teknik Penilaian dan evaluasi, teknik perbaikan dan perkuatan. Apabila dalam pelaksanaan ditemui adanya kekurangan ataupun terdapat kekeliruan Pada manual ini, mohon saran dan kritk dapat disampaikan untuk perbaikan dan penyempurnaan dikemudian hari. Jakarta, — Desember 2011 DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA Ir. DJOKO MURJANTO, MSc Daftar Isi Daftar Isi Prakata Daftar Gambar Daftar Tabet Daftar Notasi Prakata Pendahuluan .... Se dace dee ieee Ruang Lingkup, ‘Acuan Normatif dan Notasi Istilah dan definisi kona Jenis penyebab kerusakan pada struktur beton 4.1 Beberapa penggunaan beton pada jembatan 4.2 Jenis pemeriksaan jembatan 4.3. Jenis-jenis kerusakan struktur beton 4.3.1 Penyebab kerusakan beton pada jembatan 4.3.2 Jenis-jenis kerusakan pada struktur jembatan 4.3.2.1 Korosi baja tulangan 4.3.2.2 Karbonasi 43.2.3 Klorida 4.3.2.4 Laju korosi 4.3.2.5 Serangan Sultat 4.3.2.6 Kerontokan. 4.3.2.7 Beton keropos 4.3.2.8 Beton yang berongga 4.3.2.9 Rembesan kedalam beton 4.3.2.10 Retak 5 Teknik penitaian dan evaluasi 5.1 Kriteria dan metoda 5.2 Pemeriksaan jembatan 6.21 Umum Hal, xiv wv e Oona " "1 12 12 14 16 17 18 19 20 20 24 24 49 49 52 52 5.2.2 Jenis pemeriksaan jembatan 5.3 Pengujian lapangan 5.4 Uji laboratorium 5.5 Kapasitas pemikulan beban 5.5.1 Pendahuluan 5.5.2 Maksud dan tujuan 55.3 Penilaian beban 5.5.4 Beban lalu lintas 55.8 Beban standar Sete 55.6 Jembatan lama .. tt 5.5.7 Perhitungan penilaian beban jembatan 5.5.8 Penilaian beban nominal untuk bangunan atas jembatan 5.5.9 Reduksi penilaian beban untuk kelebihan aspal 5.5.10 Faktor Kondisi Bangunan Atas 5.5.11 Faktor Kondisi Lantai : 5.6.12 Percobaan Pembebanan Skala Penuh 5.5.13 Percobaan Pembebanan Statik. 5.5.14 Percobaan Pembebanan Dinamik 5.5.15 Percobaan Pembebanan Lantai. 5.6 Penentuan penanganan kerusakan pada jembatan 5.7 Klasifikasi teknik perbaikan beton dan materialnya 5.8 Klasifikasi teknik perkuatan struktur beton Teknik perbaikan kerusakan beton pada jembatan 61 Umum 6.2 Perbaikan retakan beton dengan injeksi 6.2.1 Umum 6.2.2 Persyaratan 6.2.2.1 Material injeksi (epoxy resin) 6.2.2.2 Material penutup retak (seafent) 6.2.2.3 Alat 6.2.3 Pelaksanaan 6.24 Pengendalian mutu 6.2.5 Pengukuran volume 63 Perbaikan permukaan dengan metode penambalan 6.3.1 UMUM on 60 3 75 75 76 7 78 79 80 81 81 82 83 83 84 84 85 85 90 95 97 97 97 97 98 98 99 105 108 112 113 114 114 6.4 6.5 6.3.2 Persyaratan 6.3.3 Pelaksanaan 6.3.4 Pengendalian mutu 6.3.5 Pengukuran volume . Perbaikan permukaan dengan metode grouting 6.4.1 Umum 6.4.2 Persyaratan 6.4.3 Pelaksanaan 64.4 Pengendalian mutu 6.4.5 Pengukuran volume Perlindungan dengan pengecatan 6.5.1 Umum 6.5.2 Persyaratan 6.5.3 Pelaksanaan ... 6.5.4 Pengendalian mutu 6.5.5 Pengukuran volume Perkuatan struktur beton pada jembatan 7a 7.2 73 Umum Perkuatan dengan memperbesar penampang 7.2.4 Umum 7.2.2 Persyaratan 7.2.3 Petencanaan 7.2.4 Pelaksanaan 7.2.5 Pengendalian mutu 7.2.6 Pengukuran volume. 7.2.7 Pemeliharaan Perkuatan dengan penambahan elemen struktur 7.3.1 Umum 7.3.2 Persyaratan 7.3.3 Perencanaan. 7.3.4 Pelaksanaan 7.3.5 Pengendalian mutu 7.3.6 Pengukuran volume. 7.3.7 Pemelinaraan itt 114 116 129 130 130 130 130 133 138 139 139 139 139 142 143 144 145 145 145 145 146 148 153, 155 156 156 186 156 187 159 161 166 167 168 74 75 76 17 Perkuatan dengan prategang Eksternal (PE) 7.4.1. Umum 7.4.2 Persyaratan 7.4.3 Perencanaan... 7.4.4 Pelaksanaan. 7.4.8 Pengendalian mutu 7.4.6 Pengukuran volume. 7.4.7 Pemelinaraan . Perkuatan dengan pelat baja/ Stee! Plate Bonding 7.5.1 Umum 7.8.2 Persyaratan 7.6.3 Perencanaan. 7.8.4 Pelaksanaan.. 7.8.5 Pengendalian mutu 7.6.6 Pengukuran volume. 7.8.7 Pemelinaraan aaa Perkuatan dengan Fiber Reinforced Plastic (FRP) 7.6.1 Umum 7.6.2 Persyaratan 7.6.3 Perencanaan 7.6.4 Pelaksanaan. a 7.6.5 Pengendalian mutu 7.6.6 Pengukuran volume. 7.6.7 Pemeliharaan Perkuatan dengan cara perubahan sistem struktur 7.7.4 Umum 7.7.2 Persyaratan 7.7.3 Perencanaan, 7.7.4 Pelaksanaan 7.7.5 Pengendalian mutu . 7.7.6 Pengukuran volume 7.7.7 Pemeliharaan 169 169 71 173 182 183 183 184 185 185 185 188 191 192 193 193 194 194 194 197 203 206 206 206 207 207 207 208 208 214 214 212 LAMPIRAN INFORMATIF ‘A. Contoh perhitungan volume pekerjaan perbaikan dan perkuatan jembatan 8. Contoh perhitungan analisa harga satuan pekerjaan perbaikan dan perkuatan jembatan ©. Contch perhitungan perkuatan struktur jembatan pekerjaan perkuatan Jembatan 44 42 43 44 45 46 47 48 Daftar Gambar Elemen-elemen jembatan Elemen-elemen jembatan : Diagram pourbalx untuk baja dalam beton Reaksi korosi pada baja tulangan dalam beton bertulang . Kerusakan selimut beton akibat retak hasil dari korosi Penambahan kedalaman karbonasi pada daerah retak Distribusi ion CL- pada beton normal dan mutu tinggi setelah berumur 30 tahun, asumsi konsentrasi ion CL sebesar § % berat semen permukaan Model korosi pada beton bertulang ...... 4.9 Kerontokan pada beton 4.10 att 412 4.13 444 4.15 4.16 417 418 419 4.20 421 4.22 423 4.24 4.25 426 54 52 53 54 55 Beton yang keropos Retak struktural Retak struktural akibat gaya lintang Retak tarik akibat momen lentur. ....... Pemeriksaan retak struktural Retak akibat penurunan pada pondasi_. cee Pola retakan tidak struktural yang sering terjadi dalam beton Pengaruh suhu terhadap kuat tekan beton setelah proses pendinginan Modulus elastisitas beton pada suhu tinggi Penetrasi panas pada pelat beton ‘Suhu yang terjadi pada balok beton siku empat Suhu yang terjadi pada kolom beton berpenampang bujur sangkar Gompal eksplosi Gompal terkelupas Pengarun suhu tinggi pada tegangan leleh baja Pengaruh suhu terhadap tegangan leleh baja prategang Kurva suhu pada balok beton yang mengalami pemanasan Penyajian sistematik umur pelayanan jembatan secara teknis Informasi dari tipe penyelidikan yang berbeda pendinginan Bagan alir kegiatan sistem manajemen jembatan Pengujian pull-out Uji kecepatan pulsa ultrasonik vi Hal 13 14 14 16 7 18 20 20 22 22 23 23 23 24 35 36 37 38 40 41 a 45 46 47 49 61 53 63 63 56 57 58 59 5.10 611 5.12 5.13 5.14 5.16 5.16 517 5.18 64 62 63 64 65 66 67 68 69 6.10 6.11 6.12 6.13 6.14 6.15 6.16 617 6.18 6.19 6.20 Pengujian Impact-Echo Scan Radar ‘Scan radiografi Rekaman infra merah Sirkuit untuk pengukuran potensial setengah sel Conteh garis-garis isopotensial untuk penentuan letak Korosi yang muncul di dalam elemen struktural : Pemeriksaan endoskop kabel dan saluran kabel prategang ‘Suatu contoh vibrograf ideal dari perpindahan vertikal gelagar jembatan Tahap-tahap perhitungan tingkat beban Qs Bina Marga 1970 untuk bentang pendek Qs Bina Marga 1970 untuk bentang panjang Reduksi penilaian beban untuk kelebihan aspal Proses pembuatan keputusan untuk evaluasi jembatan dan pemanfaatan yang layak di kemudian hari Tabung injeksi Kompressor Nipple Selang grouting . Penentuan lokasi retakan dan pembersihan Pemasangan injektor Penutupan retakan dengan sealant Regulator (pipa) Pekerjaan grouting bahan epoxy resin Pembersihan permukaan Pengupasan beton/chipping eee Perapihan bidang chipping beton dengan membentuk bidang persegi Contoh sudut potong Hasil chipping . Pembersihan korosi pada tulangan dan permukaan beton Pelapisan perekat (Bonding ~ Coat) Pengisian bidang chipping/ pendempulan Hasil akhir patching Pembongkaran beton yang lemah Hasil pembersihan vii 64 65 65 65 66 67 72 7 82 83 4 92 106 106 107 108 109 109 110 111 112 4112 118 118 419 19 127 127 130 129 133 134 6.21 6.22 6.23 6.24 6.25 6.26 6.27 74 72 7.3 74 75 76 77 78 79 7.10 71 7.12 7.43 714 7.18 7.16 747 7.18 7.19 Pemasangan beksting Memasukan materual grout ke dalam tabung injeksi Injeksi material kedalam pipa inlet Setelah beksting di buka Pemasukan material agregat kasar pada beton prepact Pembersihan permukaan beton Pengecatan baie Perkuatan dengan memperbesar penampang es Contoh regangan dan tegangan pada penampang beton bertulang Penampang, regangan dan gaya dalam balok kondisi berimbang Penampang, regangan dan gaya dalam balok kondisi keruntuhan tarik Diagram alir analisis balik balok Penempatan tulangan Contoh aplikasi perkuatan dengan penambahan elemen struktur Perkuatan dengan prategang eksternal Diagram tegangan dan regangan Pola penempatan tendon pada struktur Contoh perkuatan dengan pelat baja Diagram tegangan dan regangan Contoh serat untuk bahan perkuatan Diagram tegangan dan regangan Panduan penentuan panjang perkuatan FRP tlustrasi perkuatan geser Pemasangan perkuatan dengan sistem FRP. Contoh model penentuan momen positif dan negatif akibat beban hidup Sistem sambungan pada daerah momen negatif viii 134 135 136 136 138 142 143 146 149 150 151 152 153 168 169 176 179 185 189 195 198 201 202 205 208 210 44 4.2. 43. 44 45 46 47. 48 5.4 52 53 54 55 56 57 58 5.9 5.10 5.At 61 62 7 72 73 Daftar Tabel Batas ion klorida untuk campuran semen portland Penyebab dan penampilarn retak pada struktur beton Kerusakan tipikal pada kepala jembatan Kerusakan tipikal pada pilar masif...... Kerusakan pilar tipe kolom : Kerusakan tipikal gelagar jembatan beton bertulang dan beton prategang Kerusakan tipikal pada gelagar boks beton prategang Kerusakan tipikal pada lantai jembatan .... Kriteria penentuan nilai kondisi Nilai kondisi jembatan Uji lapangan jembatan beton - Sifat bahan yang diyji dalam laboratorium pada spesimen yang diambil dari jembatan beton dan baja Jembatan beton ~ besaran anggapan Faktor kondisi bangunan atas Faktor kondisi lantai Fxo . Saran kriteria untuk percobaan dinamik pada bangunan atas jembatan Kalsifikasi umum teknik perbaikan dan bahan yang diaplikasikan pada bangunan struktur beton jembatan : Kiasifikasi umum metede dan material perbaikan beton Klasifikasi unum dari metode perkuatan struktur jembatan Satuan pengukuran untuk pembayaran pekerjaan injeksi Persyaratan bahan cat ot Sifat mekanis baja struktural Gaya tarik baut minimum .. : Tegangan leleh karakteristik baja tulangan Hal, 17 26 ar 28 29 30 31 34 58 59 62 86 88 89 90 96 o7 114 114 141 187 158 207 KEL nu wow Daftar Notasi fy Wp luas dari perkuatan FRP, mm* tw; luas dari perkuatan FRP, mm? iuas dari FRP untuk perkuatan geser dengan jarak spasi s, mm* luas bersih dari permukaan beton, mm? luas pelat baja untuk perkuatan, mm? luas tulangan non prategang, mm? Luas tulangan yang ditransformasi menjadi beton, mm2 tinggi dari serat tekan penampang beton yang tertekan, mm Tegangan pada baja tulangan yang telah difranformasi menjadi beton, MPa lebar dari balok/ gelagar segi empat, mm Jerak dari pusat daerah tekan beton terhadap garis netral, mm? faktor reduksi lingkungan Gaya tekan pada beton tertekan, N Fraksi beban dinamik atau faktor kejut Faktor kondisi lantai Faktor kondisi bangunan atas Frekuensi lentur terukur pada bangunan atas (Hz) akibat pembebanan maksimum Frekuensi lentur terukur pada bangunan atas (Hz) akibat Pembebanan minimum Beban terpusat Jarak dari serat daerah tekan terhadap tulangan tarik, mm kedalaman dari perkuatan geser FRP, mm Modulus elastisitas beton, MPa modulus elastisitas FRP, MPa modulus elastisitas baja tulangan, MPa modulus elastisitas baja tulangan yang akan ditransformasi menjadi beton, MPa faktor keamanan terhadap tegangan leleh baja tulangan tegangan tekan beton, MPa tegangan pada beton tertekan, MPa tegangan ijin tekan pada beton kondisi servis, MPa tegangan tekany/ kuat tekan karakteristik beton, MPa akar dari tegangan tekan/ kuat tekan karakteristik beton, MPa tegangan tekan beton terkekang, MPa tegangan pada bahan FRP, MPa tegangan pada FRP akibat momen dalam batas elastic, MPa tegangan efektif pada FRP, MPa kuat tarik ultimit dari bahan FRP dari pabrik, MPa = kuat tarik ultimit dari bahan FRP untuk disain, MPa tekanan terhadap selimut FRP dari beton terkekang, MPa tegangan pada baja tulangan, MPa tegangan leleh pada baja tulangan, MPa tegangan jin pada baja tulangan, MPa tinggi dari balok/ gelagar beton, mm Inersia penampang kritis/ retak tranformasi terhadap sumbu beratnya pada balok/ gelagar yang menerima lentur pada kondisi servis, mm* rasio dari jarak garis netral terhadap jarak tulangan Et; Kekakuan per unit lebar per lapis dari FRP, Nimm faktor modifikasi dalam x,, untuk perhitungan kekuatan beton faktor modifikasi dalam x,, untuk perhitungan penyelimutan/ wrapping Panjang efektif lekatan dari FRP laminasi, mm momen nominal, N.mm jomen ultimit dengan beban terfaktor, Nmm Jumlah jalur lalu lintas pada jembatan Besarnya beban terpusat (KEL) dalam pembebanan jalur “ (KN/m) = Besarnya beban terbagi rata UDL dalam pembebanan jalur (kPa) = Kuat rencana jembatan atau komponen jembatan yang diperhitungkan sesuai Panjang bentang (m) ‘Aksi beban tetap pada rencana runtuh ultimit ‘Aksi beban standar = jumlah lapisan FRP rasio dari modulus elastisitas FRP terhadap beton, n=EvE: rasio dari modulus elastisitas baja tulangan terhadap beton, ns=E SE. gaya tarik pada perkuatan dengan prategang eksternal, N kvat tarik ultimate per unit lebar per lapis dari FRP, p%,=F",., Nmm gaya aksial nominal, N Penilaian beban nominai untuk lantai jembatan Penilaian beban nominal untuk bangunan atas jembatan(%) Penilaian beban lantai, akhir (%) Penilaian beban bangunan atas, akhir (%) radius dari sudut segi empat pada penampang terkekang dengan FRP,mm jarak spasi antar FRP pada perkuatan geser, mm Gaya tarik pada tulangan tarik, N = tebal dari 1 lapis FRP, mm wou " xi fu a ow 8 5 oy SPdaRE YS gaya geser nominal yang dihasilkan beton dengan tulangan lentur, N gaya geser nominal, N gaya geser nominal yang dihasilkan tulangan geser, N gaya geser nominal yang dihasilkan FRP, N gaya geser ultimit dengan beban terfaktor, N jarak garis netral terhadap serat atas beton tertekan, mm jarak dari garis netral terhadap tulangan tarik, mm lebar dari FRP pada perkuatan, mm. sudut inklinasi dari tulangan geser/ sengkang, derajat koefisien thermal ekspansi arah longitudinal, mm/mmiC. koefisien thermal ekspansi arah tranversal, mm/mm/C rasio jarak ekivalen dari tegangan tekan tekan terhadap garis netral, mm regangan pada beton serat bawah (tarik) akibat momen lentur, mmimm, regangan pada beton serat yang tertarik pada saat pemasangan FRP, mm/mm regangan pada beton, mmimm regangan maksimum pada beton, mm/mm regangan pada FRP, mm/mm, regangan efektif pada FRP pada saat penampang runtuh, mm/mm Fegangan ultimit rupture pada FRP, mm/mm, regangan disain rupture pada FRP, mm/mm regangan pada baja tulangan, mmimm regangan leleh pada baja tulangan, mm/mm factor reduksi kekekuatan Intensitas distribusi tegangan tekan pada beton factor efisiensi untuk FRP berdasarkan pada geometri penampang koefisien daya lekat untuk lentur koefisien daya lekat_untuk geser rasio bahan perkuatan FRP rasio dari Iuas memanjang tulangan terhadap elemen tertekan faktor reduksi tambahan untuk kekuatan FRP dan pelat baja (stee! plate bonding) xii Pendahuluan vJembatan yang merupakan bagian dari jalan sangat diperlukan dalam sistem Jaringan transportasi darat yang akan menunjang pembangunan nasional di masa yang akan datang. Oleh sebab itu perencanaan, pembangunan dan rehabilitasi Perlu diperhatikan sehingga dapat mencapai sasaran umur jembatan yang direncanakan. Hingga saat ini dunia konstruksi jembatan di Indonesia masih didominasi dengan bahan beton sebagai bahan utamanya, Hal tersebut dikarenakan beton dalam Penggunaannya mudah untuk dibentuk dan materiainya mudah diperoleh, Daler masa pelaksanaan dan pemeliharaan jembatan dari struktur beton, sering dijumpai permasalahan yaitu berupa kerusakan pada struktur beton baik berupa retakan, korosi pada baja tulangan, gompal, keropos dan kerontokan, Dengan adanya Kerusakan beton tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya nilai kondisi bangunan serta pada akhiya dapat mengurangi masa pelayanan Untuk mengembalikan nilai kondisi jembatan serta dapat berfungsi secara optimal, aman, nyaman dan lancar sesuai dengan masa pelayanan, maka perlu dilakukan perbaikan kerusakan yang metoda yang tepat Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 286/PRT/M/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum, bahwa tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Marga adalah merumuskan sera melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Bina Marga. Sedangkan Direktorat Bina Teknik mempunyai tugas melaksanakan pembinaan teknis penyelenggaraan jalan dan penyusunan standar dan pedoman termasuk analisa lingkungan dibidang jalan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Bina Teknik menyelenggarakan fungsi yang salah satunya yaitu penyusunan standar dan pedoman bidang jalan dan jembatan Maka disusunlah Pedoman ini yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan pegangan untuk perbaikan dan perkuatan struktur beton pada jembatan Tyjuan pedoman ini adalah untuk keseragaman dalam cara perbaikan dan Perkuatan struktur beton pada jembatan xiv Daftar Pustaka 1. ACI Committee 440, “Guide for Design and Construction of Extemnally Bonded FRP system For Strengthening Concrete Structure’, 2001 2. Alberta Infrastructure and Transportation, "Repair manual for concrete bridge element’, Bridge Engineering Section Technical Standards Branch, 2005; 3. The Concrete Society, Assement and Repair of Fire Damaged Concrete Structure Concrete Society Technical Report No. 33, Framewood Road Wexham, Slough, Great Britain, 1990 4. Bungey, John H.,"The Testing of Concrete in Structures", Surrey University Press, London, 1982. 5. Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga, Sistem manajeman Jembatan - Catatan khusus pemeliharaan jembatan, BMS-1992: 6. Departemen Pekerjaan Umum, *Peraturan Beton — Bertulang Indonesia"1971 7. Departemen Pekerjaan Umum,"Bridge management System (BMS) — Bridge Design Manual’, Direktorat Jenderal Bina Marga, 1992. 8. Dipohusodo, Istimawan,"Struktur Beton Bertulang”, PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta, 1994. 9 Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2006; 10. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Panduan Pemeriksaan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2006, 11. IRE - CUR/Betoncereniging, Manual Pelaksanaan perbaikan struktur beton untuk tingkat menengah, 2002; 12. Journal, Harga Satuan Bahan Bangunan Konstruksi dan Interior, 2007 13, Nawy, EG.,"Reinforced Concrete”, Prentice-hall Inc. . Englewood Cliffs, New Jersey, 1985. 14. Nilson, Arthur H.,"Design of Concrete Structures’, Mc Graw-Hill,|Inc.,New York, 18, Pd-T- 02-2004-B Perkuatan struktur atas jembatan pelat berongga dengan metode prategang eksternal; 16. Regional Bettermans office IV, Pedoman Untuk Pengewasan Proyek Perbaikan Lantai Jembatan Dengan Menggunakan Bahan Perekat, 1987 17... K. Raina, Concrete Bridges, Mc Grew Hill, 1994. wv Perbaikan dan Perkuatan Struktur Beton Pada Jembatan 1 Ruang Lingkup Pedoman teknik ini merupakan acuan bagi para perencana dan pelaksana dalam ‘melakukan pekerjaan perbaikan dan perkuatan struktur beton pada jembatan. Pedoman ini juga dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pelengkap dalam persyaratan teknis untuk pekerjaan perbaikan dan perkuatan struktur beton pada jembatan. Pedoman ini berisikan mengenai jenis kerusakan struktur beton, teknik penilaian dan evaluasi, teknik perbaikan dan perkuatan. 2 Acuan Normatif dan Notasi Pedoman ini menggunakan acuan Standar Nasional indonesia (SNI) dan dokumen yang telah dipublikasikan yaitu SNI 07-2052-1997 Baja Tulangan Beton SNI07-6401-2000 —Spesifikasi Kawat Baja dengan Proses Canai Dingin untuk Tulangan Beton M 194-00 Chemical Admixtures for Concrete M.235Mi 235-03 Epoxy Resin Adhesives ACI 228.2R-98 Nondestructive Test Methods for Evaluation of Concrete in Structures ACI 347-01 Guide to Formwork for Concrete BS 4550-1978 Compredsive strength for reinstatement mortar BS 4551-1980 Flexural strength for reinstatement mortar BS 6319-1984 Slant shear bond strength to concrete BS 5075-1978 Setting time for reinstatement mortar Pd T-02-2004-B Perkuatan struktur atas jembatan pelat berongga dengan metode prategang eksternal. Pd T-03-2004-B Perkuatan jembatan rangka baja Australia dengan metode prategang eksternal. Pt T-05-2002-B Penilaian kondisi jembatan untuk bangunan atas dengan cara uji getar 019/T/BM/1999 Pedoman Perkuatan Jembatan Tipe Gelagar dengan Metode Prategang Eksternal 028/T/BMI1999 Pedoman Penanggulangan Korosi Komponen Jembatan dengan Cara Pengecatan Buku BMS 1992 Bridge Management System — Bridge Inspection Manual 4 dari 190 Buku BMS 1992 Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan 1992 - Bagian 2 Pembebanan Jembatan Buku BMS 1992 Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan 1992 - Bagian 9 Penilaian Beban dan Bagian K9 Penjelasan Penilaian Beban Buku BMS 1992 Sistem Manajemen Jembatan — Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan Draft SNI 2002 Pembebanan untuk Jembatan Draft SNI 2004 Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan Draft SN! 2004 ‘Standar perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan 3 Istilah dan definisi 34 AFRP Aramid Fiber Reinforced Polymer. 3.2 asphaltic binder merupakan aspal polymer thermo plastic. 33 beban standar beban jalur "D" atau beban truk "T" 34 CFRP Carbon Fiber Reinforced Polymer. 3.5 E-glass serat gelas dengan kalsium alumina borosilicat, 3.6 epoxy Thermosetting polymer yang merupakan produk reaksi antara epoxy resin dan amino pengeras. 2 dari 190 37 faktor kondisi bangunan atas faktor yang mengurangi kekuatan bangunan atas berdasarkan perhitungan, sesuai dengan tingkat kerusakan 38 faktor kondisi lantai faktor yang mengurangi kekuatan lantai berdasarkan perhitungan, sesuai dengan tingkat kerusakan. 3.9 FRP Fiber Reinforced Polymer. 3.10 komposit Kombinasi dua atau lebih dari material yang berbeda, seperti beton dengan baja dan atau dengan fiber. 3.11 fiber ‘sekumpulan benang yang halus, baik bahan alam maupun sintesis berupa mineral maupun zat organik 3.12 fiber aramid bahan organik yang terbuat dari polyamid yang digabungkan dengani struktur aromatic ring. 3.13 fiber carbon fiber yang terbuat dari pemanasan material organik yang mengandung banyak carbon, seperti rayon, polyacrylonitrile (PAN) atau Petroleum atau coal tar yang merupakan bahan dasar dalam membuat carbon fiber. 3 dari 190 344 fiber glass serat yang didapat dari fusi material inorganik yang pada saat pendinginan tanpa terjadi kristalisasi 3.15 laminasi satu atau lebih lapisan fiber yang melekat bersama dalam bahan resin 3.16 PBKT Perencanaan berdasarkan Beban dan Kekuatan Terfaktor. 347 PBL Perencanaan berdasarkan Batas Layan. 3.18 penilaian beban persentase beban standar yang aman dapat dipikul oleh jembatan 3.19 penilaian beban bangunan atas persentase beban standar yang aman dapat dipikul oleh bangunan atas. 3.20 perbaikan pekerjaan untuk memperbaiki kerusakan pada kondisi yang seharusnya, Pada umumnya perbaikan lebih menyangkut kerusakan lokal bagian struktur atau elemen pelengkap Jembatan dibandingkan keseluruhan struktur. 3.2 perkuatan meningkatkan kapasitas pemikulan beban dengan menambah lebih banyak bahan, Komponen tambahan (salah satunya prategang eksternal) dan sebagainya. 4 dari 190 3.22 polymer ‘Senyawa organik dengan berat molekul yang tinggi, baik sintetis maupun alami 3.23 rehabilitasi Pengembalian kondisi kepada kondisi semula dan menjadikan semua elemen berfungsi Sesuai dengan posisinya, Rehabilitasi lebih menyangkut struktur jembatan secara keseluruhan, termasuk bagian struktur utamanya 3.24 resin Merupakan polymeric material yang kaku atau semi kaku pada temperatur ruang, umumnya titik lelehnya di atas temperatur ruang 5 dari 190 4 Jenis Dan Penyebab Kerusakan Pada Struktur Beton Untuk metaksanakan pemeriksaan jenis dan penyebab kerusakan pada struktur jembatan, dapat dibagi datam suatu hirarki elemen jembatan. Hirarki jembatan ini dibagi menjadi 5 level (tingkatan) elemen. Level tertinggi adalah level 1, yaitu jembatan itu sendiri secara keseluruhan. Sedangkan level yang paling rendah adalah level 5 yaitu individual elemen dengan lokasinya yang tertentu seperti tebing sungai sebelah kanan, tiang pancang ke-3 pada pilar ke-2 dan sebagainya, 4.1 Beberapa penggunaan beton pada jembatan Hingga saat ini konstruksi jembatan di Indonesia masih didominasi dengan bahan beton sebagai bahan utama. Hal tersebut dikarenakan beton dalam penggunaannya mudah untuk dibentuk dan materialnya mudah diperoleh. Beberapa elemen jembatan pada level 2dan 3 yang umumnya menggunakan struktur beton adalah sebagai berikut Level 2 Level 3 2.200 Daerah aliran sungai / Eauntareedeaien 3.220 Bangunan pengamen 2.300 Bangunan bawah 3.310 Fundasi 3.320 Kepala Jembatanipilar 2.400 Bangunan atas 3.410 Sistem Gelagar 3.420 Jembatan pelat 3.430 Pelengkung 3.440 Balok Pelengkung 3.450 Rangka Baja 3.480 Jembatan Gantung 3.500 Sistem tantai 3.600 Sambungan siar muai 3.610 Landasaniperletakan 3.620 Sanderan 3.700 Bangunan pelengkap 2.800 Gorong-gorong 3.801 Gorong-gorong persegi 3.802 Gorong-gorong pipa Contoh dari elemen-elemen jembatan terdapat dalam gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.2. 6 dari 190 44724 Lompu pentrongan 4722 Dang Longe pot tr | 2 Se say stn $972 Lontah aon yeu } s.810 Patetokon / tandoson ee A 4328 Bok kepale 44322 Oieing olor / Kom | CE} at sae sn | 4.312. Fandost sumieon 42315 Funds! logaing 4311 Tong poncang ffl Gambar 4.1 Elemen-elemen Jembatan 4480 Koton engin tos 44481 oy tas +4521 Tang sondern 4} 4485 setang dagen 622 Sandro bret 502 Petts {4506 totoa 450 Geogr mampejing + £ EH ee at nh 4323 Dig tenbok 4512 Pselohon kor/lndocan (apa ember) 4.325 Bok teple 4.313 Funan longarg-t 4227 Dino penahon fone 44468 Geagor maton. 4222 Brosiong Gambar 4.2. Elemen-elemen Jembatan 7 dari 190 4.2 Jenis Pemeriksaan Jembatan Pemeriksaan jembatan adalah salah satu komponen terpenting dalam sistem informasi manajemen jembatan. Pemeriksaan merupakan sesuatu yang pokok dalam Menghubungkan antara keadaan jembatan yang ada dengan rencana pemeliharaan atau Peningkatan dalam waktu mendatang, Tujuan pemeriksaan jembatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa jembatan masih berfungsi secara aman dan perlunya diadakan suatu tindakan tertentu. guna pemeliharaan dan perbaikan secara berkala, Beberapa tujuan yang spesifik dalam pemeriksaan jembatan adalah ~ Memeriksa keamanan jembatan pada saat layan; - Menjaga terhadap ditutupnya jembatan; ~ Mencatat kondisi jembatan pada saat tersebut; ~ Menyediakan data bagi personil perencanaan teknis, konstruksi dan pemeliharaan; ~ Memeriksa pengaruh dari beban kendaraan dan jumlah kendaraan; ~ Memantau keadaan jembatan secara jangka panjang; ~ Menyediakan informasi mengenai dasar daripada pembebanan jembatan. Pemeriksaan dilakukan sejak jembatan tersebut masih baru dan berkelanjutan selama umur jembatan. Data yang dikumpulkan dari pemeriksaan harus betul-betul merupakan gata yang mutakhir, akurat dan lengkap sehingga hasil yang dikeluarkan betu-betul dapat dipercaya Pekerjaan pemeriksaan jembatan adalah mengumpulkan data-data sebagai berikut ~ Detail secara administrasi seperti nama jembatan, nomor jembatan dan tahun pembangunannya; ~ Semua dimensi jembatan seperti panjang total dan jumlah bentang: ~ Dimensi, jenis konstruksi, dan kondisi komponen-komponen utama setiap bentang jembatan dan elemen jembatan secara individual: ~ Data jainnya. Data jembatan dikumpulkan dari berbagai jenis pemeriksaan yang berbeda dalam skala dan intensitasnya, frekuensinya dan secara sifat masing-masing elemen jembatan atau Pemeriksaan secara detail. Jenis pemeriksaan yang utama dalam sistem informasi manajemen jembatan adalah sebagai berikut 8 dari 190 1) Pemeriksaan Inventarisasi Pemeriksaan Inventarisasi dilakukan pada saat awal untuk mendaftarkan setiap jembatan ke dalam data base, Pemeriksaan inventarisasi juga dilaksanakan jika pada jembatan yang tertinggal pada waktu data base dibuat. Selanjutnya pada jembatan baru yang belum perah dicatat harus dilaksanakan pemeriksaan inventarisasi, Perlintasan Kereta Api, penyeberangan sungai, gorong-gorong dan lokasi dimana terdapat penyeberangan ferri juga diperiksa dan didaftar Pemeriksaan inventarisasi adalah pengumpulan data dasar administrasi, geometri, material dan data-data tambahan lainnya pada setiap jembatan, termasuk lokasi jembatan, penjang bentang dan jenis konstruksi untuk setiap bentang. Kondisi secara keseluruhan diberikan pada komponen-komponen utama bangunan atas dan bangunan bawah jembatan, Pemeriksaan inventarisasi dilakukan oleh pemeriksa dari instansi yang terkait yang sudah dilatih atau oleh seorang sarjana yang berpengalaman dalam bidang jembatan. Pemeriksaan Detail Pemeriksaan Detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan elemennya guna mempersiapkan strategi penanganan untuk setiap individual jembatan dan membuat urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis penanganannya. Pemeriksaan detail dilakukan paling sedikit sekali dalam lima tahun atau dengan interval waktu yang lebih pendek tergantung pada kondisi jembatan. Pemeriksaan Detail juga dilakukan setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi atau pekerjaan Perbaikan besar jembatan, guna mencatat data yang baru, dan setelah Pelaksanaan konstruksi jembatan baru, untuk mendaftarkan ke dalam data base dan mencatatnya dalam format pemeriksaan detail Dasar dari sistem pemeriksaan secara detail adalah penilaian kondisi elemen dan kelompok elemen menurut Keadaannya dan keseriusan dari kekurangan/ kelemahannya Pemeriksaan secara detail bertujuan mendata kondisi elemen pada Level yang Paling tinggi, dan pada Level ini semua elemen memiliki kondisi yang sama. Level tertinggi elemen dinilai adalah Level 3. Dalam sebagian besar situasi, elemen- elemen harus dinilai pada Level 4 atau Level 5. Dalam upaya menyederhanakan prosedur pemeriksaan, hanya kerusakan yang penting yang dicatat selama pemeriksaan secara detail. Bila ditemukan kerusakan 9 dari 190 kecil yang dapat diperbaiki dalam pemeliharaen rutin, kerusakan ini hanya perlu dilaporkan dalam Bagian Pemelinaraan Rutin Untuk setiap elemen yang memiliki kerusakan yang berarti, ditentukan oleh 5 nila, yaitu : ~ Nila Struktur (S); ~ Nilai Kuantitasnya (volume) (k); ~ Nilai Kerusakannya (R); = Nilai Fungsi (F): ~ Nilai Pengaruh (P), ‘Setiap nilai diberi angka 0 atau 1, sehingga subjektivitas selama pemeriksaan dapat diminimaikan dan penilaian menjadi lebih konsisten. Elemen atau kelompok elemen dinilai dengan diberikan suatu Nilai Kondisi antara 0 dan 5. Angka-angka tersebut mewakili jumlah dari kelima nilai yang ditentukan diatas Sesudah penilaian elemen pada Level 5, 4, atau 3, Nilai Kondisi untuk elemen pada Level yang lebih tinggi dalam hirarki ditentukan dengan cara mengevaluasi sejauh mana kerusakan dalam elemen pada Level yang lebih rendah dalam kaitannya dengan elemen-elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya, apakah elemen-elemen ini dapat berfungsi, dan apakah elemen-elemen lain pada level yang lebih tinggi dipengaruhi oleh kerusakan-kerusakan tersebut Nilai Kondisi untuk elemen Level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu ditentukan oleh pemeriksa di lapangan dengan menggunakan cara ini, dan dicatat dalam Formulir Pemeriksaan. Pemeriksaan ini menggunakan Nilai Kondisi pada Level 3 untuk mendapatkan suatu Nilai Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk Menentukan strategi pemeliharaan secara keseluruhan untuk jembatan yang bersangkutan. Pemeliharaan yang dianjurkan dapat berbentuk penggantian jembatan bila jembatan berada dalam kondisi kritis dan biaya perbaikan terialu tinggi, rehabilitasi jembatan dengan melakukan perbaikan besar atau penggantian komponen utama jembatan, perbaikan elemen individual, atau sekedar pemeliharaan rutin. Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang berarti pada elemen jembatan, dan ditandai dengan nilai kondisi untuk setiap elemen, kelompok elemen dan komponen utama jembatan. Nilai kondisi untuk jembatan secara keseluruhan didapat dari nilai kondisi setiap elemen jembatan. 10 dari 190 3). Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu untuk memeriksa apakah pemeliharaan rutin dilaksanakan dengan baik atau tidak dan apakah harus dilaksanakan tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara jembatan supaya tetap dalam kondisi aman dan layak. Pemeriksaan ini dilaksanakan diantara pemeriksaan detail 4), Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan khusus biasanya disarankan oleh pemeriksa jembatan pada waktu pemeriksaan detail karena pemeriksa merasa kurangnya data, pengalaman atau keahlian untuk menentukan kondisi jembatan, Semua jenis pemeriksaan di atas dilakukan oleh seorang sarjana yang berpengalaman dalam bidang jembatan atau oleh staf teknik yang mempunyai keahlian dalam bidang jembatan. 4.3 Jenis-jenis Kerusakan Struktur Beton 4.3.1 Penyebab Kerusakan Boton Pada Jembatan Jembatan Struktur yang melewatkan kendaraan untuk melalui suatu hambatan yang dapat berupa sung bagian dari sistem jaringan dalam suatu ruas jalan. Berdasarkan data base Bridge Manajemen System (BMS) yang dibuat pada tahun 1992, jumlah jembatan yang terletak lembah, jalan atau hambatan-hambatan lainnya, dan merupakan pada ruas jalan Nasional dan Provinsi adalah 25.290 buah. Jumlah tersebut akan menjadi jauh lebih besar lagi jika diperhitungkan pula jembatan yang terletak pada ruas- ruas jalan perkotaan dan jalan kabupaten serta jalan poros desa dan jalan poros ke permukiman transmigrasi Salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah mempertahankan dan meningkatkan masa Pelayanan jembatan sesuai dengan tuntutan perkembangan transportasi. Sasaran ini akan dicapai melalui program pemelinaraan serta program penanganan jembatan berdasarkan suatu kriteria yang disusun dengan mempertimbangkan aspek teknis, urgensi dan skala prioritas serta dana yang tersedia. Aspek teknis berkaitan erat dengan kondisi jembatan, sedangkan urgensi dan skala prioritas ditentukan faktor-faktor tuntutan perkembangan lalu lintas serta peranannya untuk mendukung sektor-sektor lainnya Beberapa segi aspek teknis yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada jembatan, yaitu 1. Terdapat kesalahan pada perencanaan/ pelaksanaan 14 dari 190 ~ Hasil pengamatan lapangan terdapat retak strukturall jendutan berlebih pada bagian struktur, Mutu material, selama pelaksanaan menunjukan hasil yang tidak memenuhi syarat: — Hasil perhitungan dengan memakai mutu yang aktual menunjukan adanya penurunan kapasitas struktur. 2. Penurunan kinerja material/ struktur eksisting ~ Adanya pelapukan pada material struktur akibat umur, serangan zat kimiawi; = Adanya bencana kebakaran, gempa atau banji. 4.3.2. Jenis-Jenis Kerusakan pada Struktur Jembatan 4.3.2.1 Korosi Baja Tulangan Pada umumnya baja tulangan yang telah diselimuti oleh beton (portland cement concrete) tidak akan mengalami korosi karena pada permukaan baja telah dilapisi oleh lapisan tipis Fe(OH), (ferro oksida) atau Lapisan Pasif (passive film). Lapisan pasif ini terbentuk dari kondisi lingkungan dari beton yang bersifat sangat alkali, yaitu pH=12.5. Sifat alkali yang tinggi dari beton terjadi sewaktu semen tercampur dengan air (terhidrasi), sehingga Ca(OH), melepas ion (OH). lon-ion ini membawa sifat alkali dari beton dan menempel pada permukaan baja tulangan yang selanjutnya akan bereaksi membentuk Fe(OH). Untuk baja dalam lingkungan alkali beton, kondisi korosi bergantung pada pH dan potensial. Situasi demikian dapat dirangkum dalam diagram Pourbaix seperti dalam gambar 4.3 berikut 12 dari 190 1500 2 100 oto ge ™ g ~ Bo | cera z ae 5 on 3 = FH ae Immune 1800 Gambar 4.3 Dis gram Pourbaix untuk baja dalam beton Lapisan pasif sebagai pelindung baja tulangan dari serangan korosi akan hancur oleh serangan ion kiorida (CI) dan serangan gas karbondioksida (CO.) atau dikenal dengan karbonasi, Bilamana lapisan film ini telah hanour, maka proses korosi segera dimulai Korosi merupakan peristiwa elektro-kimia, yaitu adanya aliran elektron dari anoda menuju katoda yang dikenal dengan reaksi anodik dan katodik atau pengaruh derajat keasaman (pH). Logam pada umumnya akan mengalami proses korosi jika berada dalam lingkungan asam (pH < 7), seperti pada gambar diatas. Reaksi anodik adalah reaksi oksidasi atau pelepasan elektron dan reaksi katodik adalah reaksi reduksi atau penarikan elektron. Reaksi anodik dan katodik berlangsung secara bersamaan (lihat gambar 4.4) Reaksi anodik Fe -» Fe™ + 2e . 4.1) Reaksi katodik 2e' + HO + 40, > 20H Beattie ate (4.2) Kemudian Fe(OH), akan bereaksi dengan air dan oksigen membentuk Fe(OH); dan terhidrasi membentuk FeO, atau karat merah (red-rust). Jenis karat yang lain adalah karat hitam (black rust) Fe,O. yang terjadi pada lingkungan dengan kandungan oksigen yang kurang. Agar reaksi korosi dapat berlangsung maka harus ada oksigen (02) 13 dari 190 dilingkungan tersebut. Dalam beberapa hal, seperti di bawah air, difusi oksigen yang masuk kedalam beton akan menjadi kecil Fe(OH); +O, +2H0 > 4 Fe(OH); (4.3) 4 Fe(OH), — 2Fe,0,6H,0 + 4 H.0 (4.4) a. Reaksi anodik dan katodik b. Diagram aliran listrik Gambar 4.4 Reaksi korosi pada baja tulangan dalam beton bertulang ‘Awal mula korosi terjadi pada permukaan luar baja pada beton yang telah terkena karbonasi atau adanya ion klorida, kelembaban dan oksigen. Secara cepat produk korosi ini akan menempati dengan volume yang jauh lebih besar dari volume besi asli. Sehingga produk korosi ini akan mengakibatkan dan secara terus meningkat tegangan di dalam beton sampai terjadi retak. Secara umum retak akan berkembang dari tulangan sampai dengan kepermukaan beton dan retak pada permukaan akan mengikuti garis dari tulangan, seperti pada Gambar 4.5, Gambar 4.5 Kerusakan selimut beton akibat retak hasil dari korosi Selain bahaya retak akibat korosi, yang tidak kalah penting adalah adanya pengurangan luas baja tulangan akan mengakibatkan kapasitas struktur berkurang 4.3.2.2 Karbonasi Sifat lingkungan dalam beton segar sangatlah alkali, dengan nilai pH diatas 12.5 dan hal tersebut berlangsung terus sepanjang tidak ada masukan dari luar beton. Sifat alkali didapat dari kalsium hidroksida (Ca(OH),) dan bentuk senyawa lain yang merupakan produk dari reaksi hidrasi semen portland. Karbon dioksida dan gas-gas lain di udara 14 dari 190 dapat masuk menembus (penetrasi) kedalam beton melalui sistem pori-pori dan kapiler beton. Bilamana terdapat air (H,0), karbon dioksida (CO2) dan gas-gas asam lainnya dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida dalam beton membentuk senyawa netral, seperti kalsium karbonat (CaCO;), Proses ini disebut karbonasi dapat digambarkan sebagai berikut: CO; + HO > HCO; (4.5) H:COs + Ca(OH}, > CaCO3 +2 H.0. (4.8) Persenyawaan antara air dengan karbondioksida membentuk asam karbonat (HsCOs) yang kemudian meresap melalui pori-pori atau retak pada beton dan bereaksi dengan alsium hidroksida (Ca(OH)2) membentuk kalsium karbonat (CaCO:). Perubahan Ca(OH), menjadi CaCO; menyebabkan pH beton turun dari + 12.5 menjadi + 8.8, yang menyebabkan lapisan pasif hancur atau dalam kata lain baja tulangan sudah tidak terlindungi lagi dari korosi. Kedalaman penetrasi karbonasi dapat diambil secara proporsional terhadap akar kuadrat waktu yang terekspose, bilamana faktor-faktor yang iain tetap konstan. Bilamana kenaikan waktu yang terekspose dikalikan faktor empat, maka kedalaman penetrasi karbonasi dikalikan dua Laju penetrasi karbonasi pada beton bergantung pada besarnya perubahan parsial (kandungan CO;, kelembaban udara), permeabiltas beton, tipe semen dan kandungan semen. Masalah korosi akibat karbonasi tidak sama dengan akibat dari ion klorida Dengan menambah tebal selimut beton, menaikkan kepadatan beton dan menaikkan kandungan semen pada beton akan sangat membantu pencegahan kerusakan akibat korosi. Kedalaman karbonasi cenderung akan menjadi besar pada lokasi retak dan bentuk kerusakan Jainnya karena hal tersebut akan menjadi jalan bagi udara untuk masuk kedalam beton, seperti terliat dalam gambar 4.6 berikut CCartonation fom “| Gambar 4.6 Penambahan Kedalaman Karbonasi Pada Daerah Retak 15 dari 190 Jika pori-pori beton tertutup oleh air secara keseluruhan, maka penetrasi karbon dioksida ‘akan mengalami kesulitan. Dengan kata lain, karbonasi tidak akan terjadi pada beton yang benar-benar kering karena proses reaksi memerlukan adanya uap air. Laju karbonasi juga dipengaruhi oleh konsentrasi Karbon dioksida pada lokasi beton yang terekspose. Konsentrasi karbon dioksida dalam udara kira-kira mencapai 300 ppm akan tetapi pada daerah lalu lintas padat konsentrasi tersebut menjadi tinggi Proses karbonasi sendiri tidakiah merusak atau mengganggu beton. Hasil karbonasi akan mereduksi volume dengan sangat kecil, akan tetapi dapat menyebabkan terjadinya retak pada lapisan luar yang terkekang oleh beton yang tak terkarbonasi. Karbonasi juga dapat _mengubah karakteristik fisik beton, seperti hasil pengujian permukaan beton sebagai contoh schmidt hammer test. Bagaimanapun, karbonasi merupakan pengaruh utama dalam hal keawetan (durability) beton seperti yang telah dijelaskan sebelumnya 4.3.2.3 Klorida fon klorida (Cr) di dalam beton yang melebihi nilai batas yaitu 0.4 % dari berat semen akan mengakibatkan lapisan pasif hancur, tanpa disertai oleh perubahan derajat keasaman (pH). Persamaan reaksi pada proses korosi akibat ion klorida adalah Fe+2Cr FeCl, a (4.7) FeCl, > Fe* + Cr i 7 a (4.8) Selama proses korosi, ion klorida tidak dikonsumsi dalam reaksi. lon klorida akan terus menghancurkan lapisan pasif yang belum hancur. Dalam hal ini ion klorida berfungsi sebagai katalis. Berbeda dengan peristiwa karbonasi, proses korosi akan tetap terus berlangsung setelah kandungan klorida dalam beton sudah melebihi suatu nilai batas tertentu tanpa perlu penambahan dari luar. Proses tersebut diatas dapat terjadi pada banyak jenis logam tidak hanya terjadi pada baja dalam beton, lon klorida yang masuk kedalam pori-pori beton dapat bersumber dari pencairan garam atau dari air laut pada lingkungan pantai. Garam umumnya juga tersebar di jalan raya dan akan menjadi garam cair. Bilamana sistem drainase tidak bekerja secara baik maka cairan garam tersebut dapat meresap kedalam lantai beton, gelagar beton, kolom dan lain-lainnya. ton Klorida juga dapat tercampur dalam beton karena ketidak hatichatian Pada pemakaian air atau agregat. Tabel 4.4 Batas ion klorida untuk campuran semen portland (% terhadap berat semen) 16 dari 190 No. Jenis Struktur % ion Gr 1_| Beton prategang : 0.06 2 | Beton bertulang dalam lingkungan lembab gta dan terekpos pada sumber klorida 3 | Beton bertulang dalam lingkungan lembab gas dan tak terekpos pada sumber klorida 4” [Di alas tanah pada lingkungan kering _ tanpa balas untuk korosi Tingkat konsentrasi ion klorida yang dibutuhkan untuk memulai terjadi korosi baja pada beton adalah bilamana konsentrasi klorida mencapai 0.4 % terhadap berat semen, dengan konsentrasi sebersar nilai tersebut akan terjadi korosi pada tulangan D=5x10 mis 0-01 x10"? mis 1 Critical chloride: a Chloride content (% wt. of cement) 0 60 100 150 ‘Chloride penetration into concrete (mm) Gambar 4,7 Difusi ion Cl- pada beton normal dan mutu tinggi setelah berumur 30 tahun, dengan asumsi konsentrasi ion Cl sebesar 5% terhadap berat semen pada permukaan beton 4.3.2.4 Laju Korosi Salah satu faktor penting dalam menentukan laju korosi adalah ketersediaan oksigen pada sekelling daerah katodik, Hal ini karena oksigen akan cikomsumsi pada reaksi katodik. Bilamana persediaan oksigen ke daerah katodik pada logam tidak berlangsung secara kontinyu maka reaksi korosi akan diperlambat. Besaran kandungan oksigen ini bergantung pada kondisi lingkungan. Selain itu laju korosi juga dipengaruhi oleh besarya aliran ion dan tahan listrik beton. Secara garis besar, laju proses korosi dapat dimodelkan dalam 2 (dua) tahap, seperti pada Gambar 4.8. 417 dari 190 Taito Propagatar Thivalion Propagation (cepassivation, (cortosion) | (depassivation corrosion) a Cracking g cue to 5 rust 3 H é 4 ‘2 Time “Time 2, Modi Korosi , Model Korosisetelan dikoreksi Gambar 4.8 Model korosi pada beton bertulang Kondisi inisial berarti proses Penghilangan lapisan pasif oleh penetrasi ion klorida atau penurunan pH akibat penetrasi karbon dioksida (CO;). Bagian propagasi adalah tahapan dimana telah dimulai terjadi proses korosi dan laju korosi dikontrol oleh ketersediaan oksigen (02), tahanan listrik dari beton dan kondisi lingkungan seperti suhu (T) dan kelembaban relatif (RH) Proses korosi mengurangi luas dari baja tulangan, dan volume produk korosi lebih besar dari volume baja tulangan yang terkorosi. Sebagai konsekuensinya, terjadi tegangan ekspansif sepanjang tulangan terkorosi yang akan mengakibatkan retak atau spalling. Selelah terjadi retak atau spalling pada selimut beton maka laju korosi menjaai jauh lebih tinggi, seperti pada Gambar 4.6, karena baja tulangan telah terjadi kontak langsung dengan lingkungan 4.3.2.8 Serangan Sulfat Lain halnya dengan Klorida, suifat lebih menyerang secara kimiawi terhadap beton dan bila bekerja bersama-sama dengan Klorida akan menyerang baja tulangan secara hebat ‘Serangan sulfat ini dapat terjadi pada dalam beton sendiri (suifat dalam agregat) atau akibat masukan suifat dari lingkungan seperti dari dalam tanah atau air. Reaksi serangan sulfat dapat dijelaskan sebagai berikut Calcium sulphate + tricalsium aluminate > tricalcium sulphoaluminate (ettringite) + calcium hydroxide 18 dari 190 Volume eftringite ini jauh lebih besar dari hidrasi kalsium aluminate. Ekspansi ini akan Mmenghasilkan tegangan tarik pada pasta semen dan berkembang menjadi retak didalam beton. atrium sulfat (NajSO,) dalam air tanah bereaksi dengan mineral beton dalam dua tahap. Tahap pertama, adalah bereaksi dengan kalsium hidroksida (Ca(OH). menghasilkan kalsium sulfat (CaSO4) dan natrium hidroksida (NaOH). Selanjutnya kalsium suffat bereaksi dengan tricalsium aluminate seperti yang telah diuraikan diatas. Bilamana natrium sulfat dapat (selalu) tergantikan kembali seperti pada aliran air tanah, feaksi akan berlangsung terus dengan ekspansi lebih lanjut. Reaksi dengan magnesium sulfat (MgSOx) dalam air tanah berakibat lebih merusak Magnesium sulfal bereaksi sekaligus dengan tricalsium aluminate dan kalsivm hidroksida membentuk tricalcium sulphoaluminate, kalsium suifat dan magnesium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan nilai pH rendah pada larutan air dan mengakibatkan kalsium ikat dalam pasta semen terurai dan melepaskan lebih banyak kalsivm hidroksida Kalsium hidroksida ini akan terus bereaksi dengan magnesium sulfat (sepanjang masih tetap ada) dan mengakibatkan pH rendah. Jika kandungan magnesium sulfat sangat cukup, reaksi akan berlangsung terus sampai struktur kalsium silat dalam pasta beton {erurai keseluruhan dan menjadi lemah dan berongga, Pada beberapa kasus yang hebat Pasta semen akan terbuang sampai hanya tinggal agregat saja Air laut mengandung sulfat dengan konsentrasi tertentu sampai dapat mengakibatkan kerusakan pada beton 4.3.2.6 Kerontokan Kerontokan adalah terlepasnya sebagian betonan dari beton secara keseluruhan, Hal ini dapat terjadi karena terjadinya karat dan pengembangan pada baja tulangan, kesalahan Penanganan dan kurang tebainya selimut beton 19 dari 190 Pengembangan lulangan karena kerat yang = —— menyebabkan erontokan beton Tulangan yang terlihat ‘Daerah yang rontok| Gambar 4.9 kerontokan pada beton 4.3.2.7 Beton Keropos (Honeycombing) Beton yang keropos akan terjadi apabila material yang masuk tidak mengisi rongga- rongga antara agregat kasar dan baja Beton keropos dapat terjadi akibat campuran yang kurang, cara penanganan yang kurang baik, seperti kurangnya pemadatan, hilangnya cairan beton yang disebabkan bekisting yang jelek, dan terlalu rapatnya baja tulangan, Gambar 4.10 beton yang keropos 4.3.2.8 Beton yang Berongga/Berbunyi (Drumminess) Drumminess adalah suatu istilah yang diberikan untuk mutu beton yang jelek jika waktu dipukul dengan palu beton menjadi berlubang atau berbunyi seperti drum. Drumminess dapat diakibatkan oleh * Karat yang ada pada besi tulangan mendorong sebagian permukaan beton; ‘+ Perbaikan yang tidak baik bila penambalan yang dilakukan tidak menempel dengan baik pada bahan dasar dan terjadi lapisan yang terpisah 20 dari 190 4.3.2.9 Rembesan atau Bocoran Kedalam Beton Rembesan air atau bocoran delam beton dapat terjadi jika pada beton tersebut sudah terjadi kerusakan. Kerusakan-kerusakan ini mengakibatkan air dapat merembes masuk kedalam Komponen. Rembesan dapat dikenali dengan adanya tanda wama pada Permukaan beton. Kadang-kadang tanda warna tersebut adalah * Wana hijau karena ditumbuhi tumut ; * Warna putin berkerak atau bahkan memibentuk sialaktit berwarna putih - ini menandakan bahwa terdapat larutan kapur dari semen yang merembes keluar (atau terouang). Hal ini akan memperiemah beton; * Adanya daerah yang basah secara terus menerus. 4.3.2.40 Retak Retak pada beton merupakan hal yang umum. Retak dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: * Retak struktural; + Retak non struktural. Untuk mengetahui jenis penanganan atau perbaikan yang diperlukan, harus diketahui apakah retak tersebut adalah retak yang bergerak atau tetap. Retak struktural adalah retak yang paling berbahaya diakibatkan adanya beban yang melebihi beban rencana atau kekuatan daripada potongan. Retak pada balok dan elemen utama dapat disebabkan oleh * Momen (sekitar daerah tengah bentangan), retak ini berupa retak yang tegak/vertikal (gambar 4.11); * Gaya lintang dekat landasan, retak ini biasanya membuat sudut 40 sampai dengan 50 derajat terhadap sumbu elemen yang bersangkutan (gambar 4.12) * kombinasi momen dan gaya lintang. Gambar 4.11 retak struktural akibat momen 21 dari 190 Gambar 4.12 retak struktural akibat gaya Daerah yang perlu diperiksa untuk retak struktural adalah * Daerah Tarik Daerah yang kritis yang perlu ditinjau adalah bagian yang menahan tarik ‘Sebagai contoh pada bagian balok kepala pilar atau pada bagian tengah daripada gelagar seperti yang terlihat pada gambar 4.13, ll e@ | ; Tae Tension area =e Gambar 4.13 retak tarik akibat momen lentur © Retak Akibat Gaya Lintang Retak ini biasanya terjadi dekat daerah perletakan. Untuk ini daerah dekat Perletakan gelagar dan dekat daripada kepala kolom harus diperhatikan. Retak struktural biasanya dapat diraba dan bukan dilihat. Untuk ini ada cara yang terbaik yaitu dengan meletakkan telapak tangan pada permukaan retakan Pada saat lalu-lintas berat lewat diatasnya. Perbedaan pergerakan akan terasa oleh tangan kita (gambar 4.14) 22 dari 190 Gambar 4.14. pemeriksaan retak struktural Retak Akibat Penurunan Pondasi Apabila pondasi mengalami penurunan atau bergerak, terjadi banyak gaya-gaya tambahan dalam struktur beton. Retak akibat gaya-gaya tersebut tidak mempunyai pola yang pasti cay Gambar 4.18 retak akibat penurunan pada pondasi Retak Akibat Karat Retak dapat juga terjadi akibat terjadinya karat pada tulangan baja dibawah permukaan Karena karat tersebut_mengembang, itu akan mengangkat permukaan dan ‘mengakibatkan retak. Jika keretakan tersebut tidak diperiksa, maka akan terjadi kerontokan pada beton Retak Non Struktural Retak non struktural atau retak tak bergerak biasanya terjadi pada bagian permukaan dan umumnya tidak bertambah besar. Beberapa jenis retak ini ada yang berbahaya tetapi 23 dari 190 dapat tidak berbahaya. Terdapat beberapa jenis retak-retak non struktural yang terjadi adalah sebagai berikut ‘= relak akibat susut, © retak permukaan; * retak-retak struktur dan akibat bekisting yang bergerak. Pola retak non struktural yang umum terjadi dapat dilihat pada Gambar 4.16 Tipe &, 8, C dan D rotekan sedimmentasi ateu seting Tipe € F dan retakan susut plasts Tpe H dani ‘usu termal dam beton muda Tipe H pporubahan bentuk yang terbalang dari lar Tipe! pperubehan benuk yang terhalang dar dalam Tpe J ‘etekan harena susut pengeringan Tipe K don & ‘etakan permakagn kilt baton Tipe retokan aiibatkoros: Gambar 4.16 Pola retakan lak struktural yang sering terjadi dalam beton Kerusakan Tipikal Beton Pada Elemen Jembatan Untuk mengevaluasi bagaimana retak menjadi berbahaya terhadap ketahanan dan keselamatan jembatan, periu ditentukan penyebab yang mengarah pada retak di dalam beton. Penyebab tersebut kebanyakan tergantung pada tiga faktor berikut ini yang menyangkut retak-retak tersebut: © Waktu pembentukan retak setelah pengecoran beton atau konstruksi struktur © Penampilan atau pola retak dari luar © Lebar dan jumiah retak Kerusakan Tipikal Bangunan Atas Jembatan Beton 24 dari 190 Kerusakan tipikal bangunan atas jembatan beton bertulang dan beton pratekan, terutama kepada gelegarnya, disajikan pada Tabel 4.6. Oleh karena pentingnya, perhatian khusus Giberikan pada kerusakan yang teramati dalam gelegar boks beton pratekan. Kerusakan ini ditandai dalam Tabel 4.7, kerusakan tipikal pada pelat lantai jembatan ditunjukan pada Tabel 4.8. Semua jenis kerusakan terdaftar dalam tabe! dapat menjadi bahaya terhadap keselamatan, pelayanan dan kelahan jembatan beton bertulang dan jembatan beton Pratekan. Retak berbagai tipe merupakan kebanyakan fitur karakteristik kerusakan dalam struktur beton. Bagaimanapun, haruslah dingat bahwa menjadi sifatnya jika retak itu dihubungkan dengan sifat alami beton sebagai bahan yang rapuh. Parameter yang bersifat menentukan yang mempengaruhi ketahanan jembatan adalah lebar retak yang Gitandai dalam tabel-tabel oleh lambang w. Secara umum, ketika w < 0.2 mm dalam kondisi-kondisi normal dan w < 0.1 mm dalam beberapa kondisi-kondisi khusus (sebagai contoh, jika atmosfer mengandung bahan kimia agresif), retak dapat diperlakukan Sebagai pengaruh alami dan tidak mempunyai pengaruh yang membahayakan pada Struktur itu. Nilai-nilai di atas sesuai dengan lebar retak ijin yang diberikan oleh banyak peraturan perancangan dan regulasi nasional serta internasional, Retak dengan w > 0.2 mm menandakan bahwa secara penggetaran yang tidak cukup selama pengecoran, terlalu banyak tulangan dalam penampang melintang, beban berlebih, korosi baja tulangan, dan iain-lain Tabel 4.2 Penyebab dan penampilan retak struktur beton 25 dari 190 wo | peme- | warty Tampa Westra! Ketorangon bao | pemtentixan | lst | Pans Saba ak — | Raa apa Raa Saale nan.” | porareasizan | tosger?Boan besarte Bias | Pengcoran | paaataounents beat pena 7] Sia taberaraian —) Bae remarar Ret aaa nan Biosts | pores seaucah | siasroan ae feces fengecoon | mama ; - 3Son dre pac pomucaan / serena Sool fergsingan | 37) tok | Batepa ant —~ eat begat f= 1 Sapa rarer tem | paramaservdan | pocahusengen | |< 1 angen Gargano tat | Bangecorn "| Eooeracael ) eng | Saar coor dhe : tea feta onnye i tearing poo cae Sorekangan 7] | Bataan Bion —| Sock saa ia ST teicononsinasi | elatonna ponuiangen eka fe dan ak coamn 5] Rove | Babeapa tues —T Retr sere Fala neo Ta Soutananeeln | tlagarvare Onn nigra ata benno i sory dene menjadi gompal | —— Tee a acs -meningkatnya waktu, SS tere tara aegis topat aunt lates peonaen been i nar onde! both 7] Rens Babaapa hon — MTT ak Sapt rood! sorege | senabesortinasi | coer ona » ___ | Bonar eanenrs talkait basah, seringnya C a —) | 10mm) peaareinyene | y pele mavas hae / angen te fuses eget Gyan reat shal 7 am] Tea pa 7 : Rasen tonan’ | penpunean ait Leman (ecosmm. na pace” | Sura oncanganFekvtan ee rmemustan Reta ian yanplcbh beta eupaetsrum, rouauren reaneaen [Panga Tegan pe Recaro Kangan | porgonh Steal Weeden) ha "Bncarganfakatan mmemutttan Reh Tran ait on oh best Et ] pont ‘mengingikasi unum, Bt enna —, Beban teckonsentrast ere y |_ wae Tratan Tabel 4.3 Kerusakan tipikal pada kepala jembatan 26 dari 190 Tipe dan penyebab kerusakan | Mustrasi Kerusakan yang dihasilkan sebagian besar dari sambungan siar-muai yang bocor 1. Kebocoran pada dinding, 2. Gompal pada beton. 3. Dudukan perletakan yang tidak bersih. Retak tunggal, dan relatit besar pada _| bagian tertentu kepala jembatan. 1. Retak dinding dengan tulangan yang reiatif lemah yang dinasilkan dari tidak ‘seragamnya penurunan tanah dasar. 2. Retak geser yang dihasilkan dari kekurangan sambungan siar-muai atau gejala yang mengakibatkannya terkunci bL He Banyak retak yang relatif Kecil yang dihasilkan dari penyusutan dan tidak cukupnya tulangan dalam lapisan permukaan dinding sebagaimana tidak ‘cukupnya teknologi pengecoran. 1. Kerusakan pada dudukan erletakan yang dihasilkan dari sambungan siar muai yang bocor. struktur yang tidak cukup dari perletakan atau kegagalanya. 2. Gompal pada beton akibat korosi tulangan 3. Retak akibat tidak cukupnya tulangan atau tidak memadainya teknologi pengecoran Tabel 4.4 Kerusakan 27 dari 190 Tipe dan penyebab kerusakan 1. retak Tapisan dari gangguan Pada saat pengecoran yang diamati dalam pilar dengan ketidakadaan dari atau terlalu iemahnya tulangan 2. kebocoran dinding 1” retak yang dihasiikan dari penyusutan ketika tulangan lapisan permukaan terialu lemah 1. retak akibat pilar yang dibebani pada bagian tepinya, tulangannya baja terlalu lemah 1._kerusakan pada dudukan perletakan 2. bocor pada dinding — baik yang diamati pilar yang mendukung bagian atas dengan sambungan siar- muai bagian atas 3. retak yang diamati dalam pilar beton yang tidak diperkuat 1 retak yang dihasiikan dari enurunan tanah yang tidak seragam 2. gompal pada beton akibat korosi tulangan baja 1. gompal selimut beton akibat korosi tulangan baja 2. _kemiringan pilar akibat gerusan atau tidak seragamnya penurunan tanah Tabel 4.5 Kerusakan pilar tipe kolom Tipe dan penyebab kerusakan Hustrasi | 1. kebocoran pada balok kepala 2. retak memanjang akibat korosi tulangan 3. gompal selimut beton- semua yang tersebut diatas merupakan tipe kerusakan yang teramati dalam pilar yang ditempatkan di bawah sambungan siar-muai yang bocor dari dalam bangunan atas Retakan akibat muatan berlebih pada balok kepala Kemiringan kolom yang disebabkan kegagalan pondasi atau terlalu lemahnya jepitan dari kolom pracetak di bagian dasar Tabel 4.6 Kerusakan tipikal gelagar jembatan beton bertulang dan beton prategang 29 dari 190 [ Penyebab kerusakan Hustrasi 7 Retak akibat Korosi tulangan baja, felalu tipisnya selimut beton; kualitas beton tetlalu rendeh kebocoran sambungan sia-muai Kebocoran, beton yang menurun kuslitasnya Gompal beton akibat korosi tulangan Retak dalam Kaitan penyusunan (jika_ tingginya lebih dari separuh tinggi gelagar) Reiak Zona ekstomal momen lentur Retak yang dinasilkan oleh tegangan tarik utama di sekitar zona pendukung Telak dalam cetakan balok candaran di dalam tahap yang sama dalam gelagar Tenusakan akibal danpak yang dkasikan cieh Kendaraan dengan ukoran yang belebh kebocoran sambungan Siar-muai koros! angker tendon Korosi tendon dengan tanda eksternal akibat kualitas yang rendah dari grouting di datam saluran kabel prategang Kebocoran yang dhasilkan dari penyekatan yang dapat ditembus air di alas plat tantai jembatan relak akibat korosi tendon ‘gompal beton dan tendon yang tidak ada lapisan luamye akipat korosi Retak yang dinasikan dari efek pengurangan penegangan kabel Retak zone angker akibat tulangan yang tetlalu lemiah di dalam zone angker' Tabel 4.7 Kerusakan tipikal pada gelagar boks beton prategang 30 dari 190 Penyebab kerusakan Hlustrasi 7. Bangarah peribengrKan skit boban berlebhcringi dalam beberape Kasi sien efekcinamis Ketakcutcpan onegengan ata torly bssarya \\ fehilangan gaya pretegeng. etek ternal \ Retak tame stan sas deka hubungan dengan sagen dalam Gelagar tots. Retaktambahon munakn {ejadlcebogal etek miro Retak vertkal dalam bapian badan dan retak- rei raneversa i bagian sayap Paseceefe=ccoascer Dawah Retakbesar (w= 0. ih) pada Umum ciperimbangkan sgebaga! kongisi kerusakan dari struktur. Waktu ‘ pembentukan ~ setolah pembebanan pi ti beriebinan yang drastis atau — ka pra Retak tambahan yang mungkin enegangan tidak cukup — setelah masa pelayanan yang singkat Tampak depan, 2 erigacora tarhadap Bk rake Pangaea hap he Beton sear skekang dengan baton "| Keras de tahap acuan sebelunrya i ; Retox vertkal do bagan badan Dalam Deberapa haus, ets raneverel \ Bagiansayapjuge munca. Lebar etak Tahap kes — 20.3 mm (umuya tak mia) Waktu pombertutan =jangka pendek dar pengocoran Reta sora kh Pengocoran tha ket ‘menttup sesudan prategang q i | Retak vertkal di bagian bawah 3 Eiek ermal Pemukaan Seale fadisi panas dan pendingiten bogian |") gedanbecenyeratebel _, Ea Bawah Sayap(Sebagat covioh degen arin cistibus! sda seregam dan \¢ iegangen dalam perempeng gelagar Benga estima yang leah ena okepanst dan kontakt ermal Sebagoimana efck rangkak dalam kasus bongecofen betehap Calm kasvs SecaraSayap selon wan yang lai tips (@)retak vansversal dl bagian Sayap dalam bagon tongoh bertang | gelagr. Dalam Kasus Dagan Sadan Yang eat os ) = etek seperjang etek horsartal gre fibungen getagar Leber retake 4 Ai tm (umurya). Wak, pembentan~ | {lok rangkak aroha pendek sesudah Bengecoran, ek ermal selma pelayenan jembatan _| Tabel 4.7 Kerusakan tipikal pada gelagar boks beton prategang (lanjutan) Penyebab kerusakan Hlustrasi 31 dari 190 Geser. Beban beslebihan. Peilelakan jembatan yang ditempatkan di bawah diafragma dan bbagian badan; geser diagonal beriokuk/ retak bagian badan, Retak dapat menjadi besar dalam beberapa kasus (w > 1 mm). Waktu pembentukan- setelah pembedanan lebih, ‘enngnya setelah pembebanan yang pertaman ‘Geser. Pembebanan lebih. Parletakan jembatan yang berlokasi di bawah bagian badan menyababkan tegangan geser dalam diafragma. Retak dapat meniadi besar (w > 1 mmm). Waktu pembentukan- setelah pembebanan beriebin, seiring setelah pembebanan yang pertarma Geser, Ruang yang tidak Cukup antara- angker Tegangan tank diagonal akibat distnbusi gaya prategang dalam bagian badan itu, Retak diagonal di bagian badan antar- blister angker Retak dapat menjadi besar (w > 1mm). Waktu pembentukan- setelah masa layan yang endek, jarang terjadi secara langsung setelah Prestressing, eran dagen ‘Site son ‘romoors cam Eager sour Kelidaksempurnaan strukiural Tegangan yang berpusat secara lokal di bawah bister dalam gelegar boks. Bagian sayap yang terialy tipi, Kelengkungan yang tertalu kecil antara- Dister ‘angker dan bagian sayap menghasilkan tekenan yang terkonsentrasi di beton pada bbagian ujung biister. Dekal blister angker, retak terpusat di bagian sayap yang terpropagasi ke bagian badan. Retak dapat menjadi bese, kebanyakan (w > 1mm). Gompal beton yang ‘mungkin pada ujung blister angker. Waktu pembentukan- sepanjang pelayanan jembatan, Jarang terjaci secara langsung soteleh prategang, Tabel 4.7 Kerusakan tipikal pada gelagar boks beton prategang (lanjutan) 32 dari 190 r Penyebab kerusakan Hlustrasi Kelidaksempurnaan struktural ‘Saluran kabel tendon dilaksanakan dengan jumiah penyangga yang tidak Ccukup atau terdefieksi dari berbagai alasan. Retak akibat ketengkungan tendon. Retak di bagian bawah, Retak longitudinal di bagian badan Keretakan kebanyakan lebar (w <1 mm). Keretakan taminar atau gompal ‘kibat ketidak sempurnaan tendon, sebagai contoh, perubahan sudut patafinya profil saluran kabel. Waktu Pembentukan- setelah Prapenegangan, setelah masa pelayanan yang relative singkat Ketidaksempurriaan structural, efek dari kelengkungan tendon vertical ‘Tegangan tekan longitudinal yang ‘menginduksi gaya radial ke arah bawah di bagian bawah sayap, dimana retak longitudinal yang ‘mungkin terjadi, Retak juga dapat terjadi di nubungan dari Dagian bawah sayap dan bagian badan. Retak kebanyakan sempit (w < tmm) tetapi dapat lebih besar dalam beberapa hal (w> mm), Tabel 4.8 Kerusakan tipikal pada lantai jembatan Penyebab kerusakan 33 dari 190 Mlustrasi ra Noo Pelat lantai (Keterangan) Gelagar (keterangan) Tulangan gelagar (keterangan) Bocor pada bagian bawah permukaan pelat fantai Gompal selimut beton Retak akibat muatan lebih pelat lantai Retak akibat korosi tulangan Gompal akibat kebakaran Pengaruh kebakaran pada komponen beton bertulang tergantung beberapa hal terutama tingginya temperatur dan lama terjadinya kebakaran. Hal lain juga yang perlu mendapatkan perhatian adalah jumlah sisi komponen struktur beton dan tebal selimut beton. Sehingga pengaruh kebakaran pada struktur kolom, balok dan pelat juga berbeda- beda. Pengaruh kebakaran terhadap kekuatan komponen beton bertulang dapat dilihat dari menurunnya kuat tekan beton, modulus elastisitas, kuat lekat beton-baja, serta ‘ekspansi longitudinal dan radial tulangan. Disisi lain saat kebakaran adalah adanya beban tambahan dari akibat beban-beban termal, 1) Kekuatan Tekan Beton Beton digunakan sebagai bahan elemen struktur terutama untuk menahan gaya tekan, sehingga perlu dibahas bagaimana pengaruh kenaikan suhu pada beton yang menerima gaya tekan. Kuat tekan beton pada awal pemanasan belum mengalami penurunan, baru pada suhu diatas 100° C akan penurunan kekuatannya. Hal ini disebabkan Karena air yang terikat secara kimiawi menguap Pada suhu ini, sehingga mengakibatkan perubahan struktur dari batu semen. Pada suhu antara 300° C dan 600° C, kalsium hidroksida yang terbentuk pada roses hidrasi mulai terurai menjadi kalsium oksida. Dengan demikian setelah suhu Kembali normal, tidak mungkin terjaci pemulinan kekuatan tekan lagi. Pada suhu 575° C agregat tambahan yang mengandung kuarsa mulai mengalami perubahan struktur yang disertal dengan pengembangan volume dan pada suhu sekitar 1000° C beton normal praktis akan hancur. Kekuatan sisa (residual strength) dari beton padat setelah mengalami pendinginan pada berbagai macam suhu ditunjukan pada gambar 4.17. Untuk suhu dibawah 300°C, kekuatan beton tidak banyak berkurang, akan tetapi faktor negatif yang lain seperti umur beton juga harus diperhatikan. vika tidak, 34 dari 190 2) akan mengakibatkan kelebihan perkiraan kekuatan beton sebelum kebakaran untuk keperluan desain perbaikannya. Suhu diatas 500° C dapat sangat ‘mengurangi kekuatan tekan dari struktur beton dibandingkan dengan kekuatan asainya, sehingga dapat kehilangan fungsinya sebagai elemen struktural oe factor Boe F doc8 é g Bob Hae Sor L 902 3 enarist é au pee ° L ° oie eo as Concrete temperature °C Gambar 4.17 Pengaruh suhu terhadap kekuatan tekan beton setelah proses pen Perubahan Warna Beton Perubahan wama pada beton setelah mengalami kebakaran sering kali sangat inan. Membantu dalam menentukan suhu maksimum yang pernah dicapai. Gambar 4.18 menunjukan pengaruh suhu ternadap perubahan warna pada beton. Perubahan warna yang terjadi sangat dipengaruhi oleh jenis dan tipe agregat yang dipakai dalam pembuatannya. Pada temperatur 300°C - 600°C, beton pada umumnya akan berwarna merah muda, Permulaan diketahuinya perubahan warna menjadi merah muda adalah penting karena merupakan perkiraan yang tepat atas permulaan kehilangan kekuatan yang berarti yang disebabkan oleh pemanasan. Jadi setiap beton yang mengalami perubahan warna merah muda Patut diselidiki, Perubahan warna menjadi merah muda adalah disebabkan oleh hadiya garam besi dalam agregat dan atau dalam pasir, pada beberapa kasus kejadian ini tidak diperlinatkan. Oleh karena itu beton yang tidak berubah warna ‘menjadi merah muda belumlah pasti untuk tidak mengalami kerusakan akibat kebakaran. Modulus Elastisitas Beton 35 dari 190 Penurunan modulus elastisitas yang terjadi pada beton selama kebakaran dan setelah proses pendinginan adalah sangat penting. Hal ini mengakibatkan Penambahan lendutan elastik serta dapat mempengaruhi akibat lainnya, Pada Gambar 4.18 terlihat pengaruh panas terhadap modulus elastisitas beton, Nilai penurunannya bisa mencapai 40 % apabila suhu yang pernah dicapai 300° C, atau sampai 60% apabila mencapai suhu 500°C. ® : ° L 1 4 1 a a Temperatire °C Gambar 4.18 Modulus elastisitas beton pada suhu tinggi Penjalaran Panas Pada Beton Untuk struktur beton, hanya pada pelapisan permukaan yang suhunya meningkat secara drastis, sedangkan suhu lapisan dalamnya relatif masih rendah, hal ini disebabkan karena pemanasan terjadi hanya dari satu pihak saja. Kurva pada Gambar 4.19 menunjukkan penetrasi panas pada struktur pelat beton untuk berbagai jangka waktu dan suhu kebakaran. Pada elemen balok, penyebaran panasnya tergantung dari ukurannya, seperti yang diperlinatkan pada gambar 4.20A dan 4.208. Peningkatan suhu pada kolom beton umumnya lebih cepat dibandingkan dengan Pelat maupun balok beton, hal ini karena kolom tersebut dapat mengalami Pemanasan dari seluruh permukaannya. Pada kurva gambar 4.22a dan 4.22b teriinat distribusi suhu pada kolom yang mengalami pemanasan dari keempat sisinya sesuai kurva standar. 36 dari 190 Temperature -°C 0 258075100425 ~—«150 475 Distance trom exposedtace of eam -mm Gambar 4.19 Penetrasi panas pada pelat beton. Dari gambar tersebut dapat ditentukan suhu pada kedalaman tertentu dari permukaan kolom. Misalnya kolom ukuran 380 x 380 mm? setelah satu jam Pemanasan, dengan suhu permukaan 700°C, maka suhu pada kedalaman 25 mm mencapai 300° C, pada kedalaman 50 mm suhunya 150° C dan pada kedalaman 75 mm hanya 100°C, Untuk kebakaran yang waktunya sangat singkat Gapat terlihat warna kuning pada permukaan betonnya. Hal ini menunjukan bahwa hanya pada permukaan saja yang mengalami suhu tinggi, suhu pada beberapa milimeter di bawahnya relatif rendah dan tidak timbul kerusakan yang berarti, 20 en or ver wit a a Distant) suri expoat te 37 dari 190 = — L Gambar 4.20a Suhu yang terjadi pada balok beton siku empat 1000) 00] 700 i> Suiface exposed 0 re orale © 200 ran oF ovae wate a P30 By a0 A 80 BO IF BOAT UT Tt Distance from surface wxpusert io ite Gambar 4.20b Suhu yang terjadi pada balok beton siku empat 38 dari 190 Peningkatan suhu pada kolom beton umumnya lebih cepat dibandingkan dengan pelat maupun balok beton, hal ini karena kolom tersebut dapat mengalami Pemanasan dari selurun permukaannya Pada kurva Gambar 4.21 terlihat Gistribusi suhu pada kolom yang mengalami pemanasan dari keempat sisinya sesuai kurva standar. Dari gambar tersebut dapat ditentukan suhu pada kedalaman tertentu dari Permukaan kolom. Misalnya kolom ukuran 380 x 380 mm? setelah satu jam Pemanasan, dengan suhu permukaan 700°C, maka suhu pada kedalaman 25 mm mencapai 300° C, pada kedalaman 50 mm suhunya 150° C dan pada kedalaman 75 mm hanya 100°C. Untuk kebakaran yang waktunya sangat singkat dapat terlihat warna kuning pada permukaan betonnya. Hal ini menunjukan bahwa hanya pada permukaan saja yang mengalami suhu tinggi, suhu pada beberapa milimeter di bawahnya relatif rendah dan tidak timbul Kerusakan yang berarti 86 1012518075 Distanos trom surface of column - mam Gambar 4.21 Suhu yang terjadi pada kolom beton berpenampang bujur sangkar 5) Gompal ( Spalting ) Fenomena yang sering terjadi saat beton mengalami kebakaran adalah gompainya beton ( spailing ). Yang dimaksud dengan gompal pada beton saat mengalami kebakaran ialah terlepasnya material beton, besar atau kecil, disertai bunyi letusan dari permukaan beton yang mengalami kenaikan suhu, Uji coba kebakaran menunjukan bahwa gejala gompal tersebut adalah gejala yang terjadinya tidak teratur (erratic). Gompal dapat terjadi setempat atau meliputi 39 dari 190 Seluruh permukaan beton. Hasil penelitian di laboratorium dan survei di lokasi kebakaran, menunjukan adanya dua macam bentuk gompal yaitu a) Gompal ekspiosi, yaitu beberapa gumpalan besar dari permukaan beton, seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.22. Hal ini terjadi pada batas tegangan serta derajat kelengasan ( moisture content ) tertentu. Jenis gompal ini biasanya terjadi antara 10 sampai dengan 50 menit (+ 30 menit ) setelah Permukaan beton mengalami pemanasan dan menimbulkan kerusakan parah yang dapat menyebabkan kegagaian pada komponen struktur tersebut, ») Pengelupasan, yaitu reduksi penampang melintang secara perlahan - lahan ( sloughing off), Ini berupa terlepasnya lapisan-lapisan beton dan jatuh dari permukaan, tanpa disertai letusan. Terutama terjadi pada kolom dan balok (gambar 4.23 ). Gambar 4.22 Gompal eksplosi. 40 dari 190 Gambar 4.23 Gompal terkelupas. Tipe gompal yang terjadi sangat dipengaruhi oleh jenis agregat yang digunakan Pada beton dengan agregat batu Kapur maka gompal berupa retak melalui agregat kasar ( aggregate splitting ). Sedangkan untuk beton dari kerikil, gompal terjaci disekitar agregat kasarnya hingga terlinat kerikil penyusun lepas dari matriks pasta semennya, Pengelupasan yang mengakibatkan berkurangnya tebal selimut beton pada saat terjadi kebakaran, jelas akan mengurangi besarnya ketahanan terhadap api dari elemen - elemen struktur, yang ketahanannya terhadap api sangat dipengaruhi oleh tebal selimut beton, Kadang-kadang gompal dapat terjadi setelah kebakaran selesai atau pada saat api akan padam, ketika beton sudah mulai turun suhunya, Pada kasus ini gompal umumnya terjadi pada daerah yang cukup panjang dan keadaan suhu beton relatif tetap. Pada umumnya penyebab utama dari gompal ada tiga macam yaitu a) _Jenis mineral yang terkandung dalam agregat; b) Tegangan-tegangan termal yang ditimbulkan oleh ~ Pemuaian yang terkendala akibat distribusi suhu yang tidak merate di dalam penampang melintang dan karena pemuaian terkendala dalam arah memanjang. 41 dari 190 Perbedaan antara koefisien pemuaian termal dari baja dan beton ©) Kadar air dalam beton yang mengeras dalam kaitannya dengan tegangan tarik di dalam beton akibat uap air yang berbentuk di dalam pori-pori beton Apabila suatu elemen struktur beton tidak terlindung dari kenaikan suhu, dan karena koefisien konduktivitas yang rendah, maka suhu pada permukaan elemen struktur tersebut akan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan yang di Galamnya. Distribusi suhu di dalam penampang melintang adalah tidak tinier, Sehingga kendala pemuaian terhadap serat-serat bahan akan menimbulkan tambahan tegangan sekunder. Terdapat suatu teori yang menyatakan apabila bahwa suatu permukaan beton mengalami kenaikan suhu, panas yang terjaci akan merambat masuk ke dalam beton dan menyebabkan terjadinya pelimpasan air pada lapisan luar beton akibat menguapnya air dalam pori-pori. Sebagian besar uap air yang terbentuk akan mengalir ke bagian beton yang lebih dingin dan diserap kembali ke dalam pori- por. Karena lapisan luar yang mengalami pemanasan berangsur-angsur akan bertambah tebainya, maka akumulasi air dan uap akan terjadi di dalam pori-pori pada bagian belakang lapisan yang mengalami pemanasan. Pada suatu jarak dari permukaan beton yang panas, pengaruh ini akan menimbulkan formasi suatu lapisan yang tebalnya tertentu dan dengan sejumlah air tersumbat. Pada waktu yang bersamaan tebalnya lapisan yang mengalami pemanasan akan terus berlambah, air yang tersumbat akan bergerak masuk semakin jauh ke bagian dalam beton dengan kecepatan yang tergantung pada struktur pori-pori internainya. Jika lapisan yang jenuh air tidak dapat bergerak cukup cepat, maka apisan tersebut akan mengalami pemanasan. Di bidang pemisah jini terjadi Penguapan air yang menggunakan panas sehingga di tempat tersebut akan terbentuk suatu gradien suhu yang terjal. Uap air yang terbentuk di bidang Pemisah ini tidak dapat bergerak masuk lebih jauh ke bagian dalam berhubung lapisan-tapisan yang dihadapi di sana telah jenuh dengan air, oleh sebab itu berusaha mencari jalan ke lapisan yang mengalami pemanasan. Serhubung suhu dilapisan ini lebih tinggi, maka penguapan air naik dengan sangat cepat dan karena kendala pemuaian maka tekanan uap akan naik. Gaya-gaya yang terbentuk pada lapisan perantara ini harus diimbangi oleh gaya-gaya tarik yang bekerja di dalam beton dalam arah tegak lurus pada garis tersebut, jika kuat tarik beton pada suhu yang dicapai oleh Japisan ini tidak cukup kuat untuk mengimbangi gaya tarik yang terjadi, maka lapisan kira-kira setebal lapisan luar 42 dari 190 yang mengalami pemanasan dan menjadi kering akan terlepas dari permukaan beton. Gejala inilah yang biasa dikenal dengan istiah “gompal’ atau spalling, yang terjadi atau tidaknya ditentukan oleh sifat-sifat, Konduktivitas termal dan kuat tarik beton. Pada dasamya, gompal pada beton berkaitan dengan penyumbatan pori-pori yang disebabkan oleh karbonisasi. Apabila suhu beton meningkat dan air yang terdapat di datamnya ternalang untuk meninggalkan pori-pori sehingga timbul tegangan tarik yang dapat melebihi kuat tarik beton, maka karbonisasi merambat masuk ke dalam beton dengan kecepatan yang rendah. Teori lain mengatakan bahwa aliran ap air yang melalui pori-pori akan menimbulkan gaya friksi pada dinding pori-pori, dan gaya ini akan berpritaku sebagai gaya tarik di dalam kerangka beton. Nilai terbesar tegangan tarik ini terjadi pada daerah dimana air berubah menjadi uap jika suhu yang terjadi mencapai 100° C sampai 105° C. Tegangan-tegangan ini akan menjadi lebih besar sebanding dengan jumiah kadar air awal. Bagi beton biasa, untuk kadar air ‘sebesar kira-kira 7 % (berdasarkan volume), maka tegangan-tegangan tarik yang terjadi akan sama besar dengan kuat tarik beton. Jika kebakaran berkembang lebih cepat, maka tegangan tarik yang timbul di dalam beton akan menjadi lebih tinggi. Dari percobaan terlihat bahwa jika suatu elemen struktur beton relatif tebal (lebih besar dari 200 mm), maka terjadinya pengelupasan akan berkurang atau bahkan berhenti setelah kira-kira 25 menit. Disamping itu dengan naiknya suhu maka tegangan-tegangan sekunder akan menyebabkan terjadinya retak-retak rambat di bagian dalam dari elemen struktur beton, hal ini mengakibatkan tahanan yang dihadapi oleh aliran air menjadi lebih kecil. Jika tebal elemen Struktur beton kurang dart 200 mm, maka gompal dapat terjadi pada tahap yang lebih awal setelah mulai terjadi kebakaran Pada elemen struktur beton yang mengalami pemanasan dari kedua sisi, maka gompal yang terjadi akan lebih cepal. Dari percobaan terlihat bahwa untuk elemen struktur setebal 80 mm, akan mengalami gompal kurang lebih 15 menit setelah kebakaran dan sekitar 7 menit untuk elemen struktur setebal 50 mm. Gompal akan berhenti apabila suhu pada sumbu simentri elemen struktur tersebut mencapai 110° C. Intensitas gompal dari beton normal, tidak dipengaruhi oleh mutu betonnya. Beton dengan mutu yang lebih tinggi akan memiliki kepadatan yang lebih tinggi, namun 43 dari 190 tegangan tarik pada umumnya juga lebih tinggi, sehingga praktis kedua hal ini saling menghapuskan. Retak - Retak Pada Beton Pada suhu tinggi, koefisien pemuaian dari baja umumnya lebih besar dibandingkan dengan koefisien pemuaian dari beton. Hal ini menimbulkan tegangan sekunder yang dapat mengakibatkan retak-retak pada beton di daerah sekitar penulangan. Selain itu Pemuaian yang tidak sama juga terjadi pada agregat kasar dan batu semen Pengalaman menunjukan bahwa retak-retak yang terjadi terkonsentrasikan di daerah yang sebelumnya telah mengalami retak akibat muai susut dan pembebanan lentur Pengaruh Jenis Agregat Mengingat agregat cukup berpengaruh pada gejala gompalnya beton, maka jenis agregat yang disamakan menjadi sangat penting pada elemen struktur yang mengalami kebakaran. Agregat atu kapur memiliki koefisien pemuaian yang lebih kecil (sekitar | konduktivitas termal ‘setengahnya) dibandingkan dengan agregat kuarsa, karena memil yang lebih rendah dari beton normal. Pengaruh Suhu Pada Baja Tulangan/ Prategang Seperti beton, maka perilaku baja pada suhu tinggi akan mengalami perubahan, Berbeda dengan beton, pada baja lebih mudah untuk dilakukan pengukuran perilakunya pada keadaan suhu yang steady ataupun transient. Perilaku kekuatan baja telah banyak diselidiki, tetapi sering terjadi perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh cara pengukuran dan metoda pengujian yang berbeda, ‘Gambar 4.24 menunjukan perilaku tegangan leleh baja tulangan. Terlihat bahwa pada suhu 500°C - 600°C, tegangan lelehnya dari keadaan normal mengalami pengurangan. Keadaan ini biasanya menambah besar lendutan, tetapi sangat tergantung kepada pola pembebanan waktu kebakaran 44 dari 190 ‘typical not rolled 4 ‘ypleal cold worked 400 Temperature °C Gambar 4.24 Pengaruh suhu tinggi pada tegangan leleh baja Gambar 4.25 menunjukan perilaku tegangan leleh baja prategang. Teriihat bahwa pada suhu 200°C, tegangan lelehnya dari keadaan normal mulai mengalami pengurangan. Uttimate tensile strengh f limit of proportionality 45 dari 190 2 4. 6 2 4 6 Duration - Duration - 3) Relaxation at 400 “C (b) Relaxation at 200 ¢ ¢ 6 2 4 6 Duration -h Duration - h (c) Relaxation at 300 °C (d) Relaxation at 400 © Gambar 4.25 Pengaruh suhu terhadap tegangan leleh baja prategang Terlinat bahwa pada suhu 400° C, tulangan baja yang diprofilkan mempunyai kekuatan lekat hampir dua kali lebih besar dibandingkan baja polos. Penurunan kekuatan iekat baja ini seiring dengan penurunan kekuatan tekan betonnya, Pada suhu tinggi daktiitas baja tulangan menurun. Selain itu juga dapat tertekuk akibat tegangan tekan yang timbul pada baja tulangan yang mengalami pemanasan. Maka dapat cisimputkan bahwa suhu tinggi yang dialami baik oleh baja maupun beton akan membawa akibat yang buruk pada perilaku fisik dan mekanik bahan-bahan tersebut Pada pengujian kebakaran ternyata pengaruh kelembaban beton sangat penting. Dapat diamati bahwa ketika panas mulai merambat ke daiam beton, maka untuk beberapa saat beton akan memiliki suhu yang tetap yaitu sekitar 100° C, seperti yang ditunjukan oleh gambar 4.26 Fenomena ini memperkuat teori sebelumnya yang mengatakan bahwa air yang terikat di dalam pori-pori beton akan menguap. Panas yang diperlukan untuk penguapan menahan kenaikan suhu di dalam beton. 46 dari 190 (2) Rectangular beam (0) trogular section Gambar 4.26 Kurva suhu pada balok beton yang mengalami pemanasan, Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut a) b) °) Umur Beton Struktur yang mengalami pemanasan sentral, kelembaban relatif atmosfirnya rendah dan beton pada struktur tersebut perlanan-lahan akan menjadi kering. Struktur beton pada keadaan kelembaban udara fuang, akan memiliki kadar kelembaban seimbang yang setara dengan 70 liter air setiap m* beton (7 % volume = 3 % berat ). Keadaan Lingkungan Struktur Beban. Di dalam ruangan yang tidak mengalami pemanasan, struktur beton akan Mengandung sejumlah air bebas di dalam pori-porinya, Komposisi Beton Agregat ringan tertentu memiliki daya peresapan air yang besar, sehingga mungkin terdapat banyak air bebas di dalam beton. Pada waktu terjadi kebakaran maka jenis struktur beton seperti ini kenaikan suhunya akan sangat diperlambat, tetapi pada beberapa jenis agregat ringan tertentu air tersebut tidak dapat menguap dengan cepat sehingga dapat menimbulkan bahaya gompal pada beton. 47 dari 190 Suatu struktur beton bertulang terdiri dari elemen pelat lantai, balok dan kolom, Pada saat terjadinya kebakaran masing-masing elemen ini memnliki perlaku yang berbeda-beda. 48 dari 190 5 Teknik Penilaian dan Evaluasi 5.1 Kriteria dan Metoda Rehablitasi jembatan sudah menjadi sifatnya dihubungkan dengan peniaian dan evaluasi dari Kondisi teknis kinerja jembatan sebelum pekerjaan perbaikan maupun ‘ehabiltasi jembatan. Penilaian dan proses evaluasi didasarkan pada sistem pemeriksaan khusus pengujian lapangan dan laboratorium sebagaimana pada analisa ‘eoritis lebin lanjut dalam banyak kasus. Tergantung pada skalanya dan sistem struktural jembatan dan kepentingan jembatan untuk para pemakai, proses ini retatif kompleks dan memerlukan peralatan dan instrumentasi khusus. Pemaparan penilaian dan teknik evaluasi, baik secara eksperimen dan teoritis, dituangkan dalam bentuk laporan hasil pemeriksaan khusus Semua proses penurunan mutu struktur jembatan dapat secara sistematis disimpulkan Pada Gambar 5.1. Dapat dilhat banwa penurunan mutu lewat melalui dua tahap berbeda, yakni suatu tahap permulaan dan tahap propagansi Tidak ada perlemahan yang terlinat muncul sepanjang tahap awal tetapl beberapa Penghalang periindungan dihancurkan oleh media yang agresif, sepaniang tahao Propagansi, penurunan mutu yang dipercepat dapat diamati. Di dalam tahap awal, tidak ada kerusakan visual teramati secara umum, selagi tahap propagansi, kerusakan visual pada umumnya muncul Inisial Propagasi + ____froragasi Umur Batas penorimaan Umur layan teknis Kerusakan Gambar 5.1 Penyajian Sistematik Umur Pelayanan Jembatan secara Teknis Kerusakan pada struktur jemibatan dapat berkembang sampai batas tertentu yang dapat Giterima atau bahkan dapat melebihi batas yang ditunjukkan pada Gambar di atas. Haruslah citekankan bahwa "batas dapat diterima’ adalah suatu faktor yang menentukan untuk keselamatan dan pelayanan struktur jembatan, yang sangat tergantung pada banan dan sistem struktural jembatan, tipe lalu lintas (contohnya, jalan raya atau jalan kereta api), kekakuan struktur yang diperiukan dan ketahanannya, 49 dari 190 Standar pemanfaatan jembatan yang diperlukan (contohnya, jembatan yang ditempatkan sepanjang jalan utama atau sekunder), dan lain-lain. “Batas yang dapat diterima” paca umumnya ditentukan dengan peraturan perancangan atau Penguiian. Bagaimanapun, kriteria struktural dan bahan yang benkut biasanya diperhitungkan’ a) Tingkat tegangan dapat diizinkan pada beton dan baja atau bahan lain yang mendapatkan beban mati dan hidup; ») Kekakuan yang diperiukan dari elemen struktural primer dan sekunder dinyatakan secara umum oleh lendutannya di bawah beban hidup dan pada umumnya dinyatakan sebagai fraksi dari bentangan elemen struktural (contohnya , L/ 600, di mana L adalah bentang efektif elemen struktural itu); ©) Ijin perbedaan penurunan pada pilar jembatan dan kepala jembatan; 4) Retak izin di dalam beton pada umumnya 0,2 mm untuk kondisi lingkungan Normal dan 0,1 mm dalam kondisi agresif: Lebin dar’ itu, terdapat beberapa kriteria lain dari gejala lami yang lebih spesifik seperti yang berikut 4) Tingkat getaran izin struktur atau bagian individu baik mengenai keselamatan jembatan (contohnya, efek fatik) dan standar pemanfaatan jembatan (contohnya, pengaruh getaran yang beriebihan dari jembatan pejaian kaki bagi para pemakainya}. Untuk mengetahui perilaku getaran jembatan dilakukan Uji getaran untuk mendapatkan nilai frekuensi alami aktual jembatan pada saat dibebani dan pada saat bebas beban. Untuk analisis ini yang digunakan hanya nilai frekuensi alami jembatan pada saat beban bebas saja. Nilai frekuensi alami jembatan yang terukur ini kemudian dibandingkan dengan frekuensi alami teoritis (frekuensi alami utuh) dimana struktur jembatan dianggap masih dalam keadaan baik ») Tingkat yang diperiukan dari ketahanan struktural terhadap tekanan angin dan efek angin lainnya: ©) Tingkat yang diperlukan dari ketahanan struktural terhadap efek seismik. Jelaslah bahwa umur layan secara teknis dari suatu struktur jembatan adalah waktu dimana tahap inisialisasi dan propagansi dari penurunan mutu jembatan mencapai “batas yang dapat diterima " yang bersifat menentukan untuk jembatan yang diberikan Setelah itu, rehabilitasi jembatan adalah sesuatu yang diperlukan sebab salah satu faktor dasar kriteria yang ditandai di atas oleh point (a) sampai (g) melebihi tingkat yang dapat diizinkan atau diperiukan. 50 dari 190 "Balas yang dapat diterima" mungkin tercapai dan kemudian terlewati dalam keselurunan struktur, bagian-bagian tertentu dari itu atau bagian struktural individunya Oleh karena itu, pekerjaan perbaikan atau rehabilitasi dapat menjadi bagian yang skalanya mulai dari yang umum sampai ke bagian lokal saja. Keputusan yang relevan harus didasarkan pada hasil pemeriksaan, monitoring atau pengujian jembatan, tergantung pada skala penurunan mutu jembatan dan pentingnya jembatan untuk falu lintas jalan raya atau jaringan jalan kereta api Penilaian dan teknik evaluasi kondisi struktur jembatan teknis mengarah pada Penentuan apakah " batas yang dapat diterima” terlewati atau tidak dan kepada prediksi jika dan ketika (setelah berapa banyak tahun) batas ini mungkin tercapai dan terlewat Penilaian kondisi teknis jembatan merupakan arti penting utama dari keselamatan struktur ini. Oleh karena itu, haruslah dilakukan oleh staf yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman Iuas di dalam teknologi bahan, mekanisme penurunan mutu, prosedur perilaku dan konstruksi struktural", Wkntisar (tingkat presisi pengukuran) oo Penyelidkan ' Taboretoram ~~ Penyelicikan | apangan i = Topanae surveiumum Tapargan——— f Gambar §.2 Informasi dari Tipe Penyelidikan yang Berbeda Untuk menilai kondisi teknis jembatan, beberapa penyelidikan pada umurnya dilakukan terlebin dahulu, menggunakan berbagai metode pendeteksian, monitoring dan Pengukuran lain, yang dapat sangat maju dalam beberapa hal. Metoda tersebut adalah Gi luar lingkup manual ini, informasi tentang hal-hal tersebut dapat ditemukan di tempat lain. Bagaimanapun, suatu strategi umum penyelidikan dapat dinyatakan dengan format grafis sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 5.2 Suatu perilaian yang berjenjang pada umumnya didasarkan pada pemilihan Penyelidikan dimana tipe, nomor, jumlah dan penempatan seharusnya “menjadi keseimbangan antara pengujian yang presisi yang memberikan wawasan lokal secara mendalam dan survei umum yang memberikan suatu peninjauan luas” 51 dari 190 Langkah pertama dalam kebanyakan kasus, sebuah survei umum (pemeriksaan detail) Gi Tapangan, yang mengizinkan suatu estimasi awal dari keselamatan jembatan dan Suatu indikasi tindakan pencegahan segera jika diperlukan, tangkah kedua didasarkan pada banyak teknik penyelidikan (pemeriksaan khusus), yang mana tersedia baik dalam di dalam pengujian lapangan dan laboratorium. Pillhan ‘eknik harus dibuat secara individu tergantung pada tipe, bahan struktural dan skala dan lie penurunan mutu jembatan sebagaimana pendeteksian dan monitoring lain Giperlukan untuk menilal kondisi teknis struktur in Salah satu dari hal pokok tetapi merupakan permasalahan yang paling sulit untuk dipecankan adalah evaluasi keselamatan jembatan dan prediksi umur layan teknis Jembatan itu. Ada beberapa metode yang maju, kompleks dan tepat tersedia. Beberapa Gi antaranya didasarkan pada pendekatan probabilitas dan stalistik termasuk analisa Kehandalan. Penilaian umur layan berdasar pada penurunan mutu fisik adalah juga Suatu masalah yang kompleks. Bagaimanapun, terdapat beberapa rumusan untuk meramalkan, contohnya, evolusi kedalaman karbonasi di dalam beton, konsentrasi Klorida di dalam beton pada kedalaman dan waktu manapun, atau evolusi korosi di dalam tulangan baja structural 5.2 Pemeriksaan Jembatan (BMS-1992) 5.2.4 Umum Jembatan merupakan bagian yang penting dalam suatu sistem jaringan jalan karena Pengaruhnya yang berart bila jembatan itu runtuh atau jika tidak berfungsi dengan baik. Jembatan merupakan struktur yang melintasi sungai atau penghalang alu lintas ‘ainnya, maka keruntuhan jembatan akan mengurangi atau menahan lalu lintas, yang akibatnya mengganggu kenyamanan masyarakat berlalu lintas dan terganggunya hubungan perekonomian. Jaci penting artinya bila dilakukan pemeriksaan jembatan yang merupakan bagian dari Sistem Manajemen Jembatan, Maksud pemenksaan jembatan adalah meyakinkan bahwa jembatan berada dalam keadaan aman terhadap pemakai jalan dan juga untuk mengamankan nilai investasi jembatan itu. Pemeriksaan merupakan suatu proses pengumpulan data fisik dan kondisi struktur jembatan, Data jembatan dari hasil pemeriksaan digunakan untuk merencanakan suatu program Pemelinaraan, rehabilitasi, perkuatan dan penggantian jembatan. Pemeriksaan Jembatan dilaksanakan dibawah sistem manajemen jembatan 82 dari 190 Pada saat ini sudah dikembangkan sistem manajemen jembatan yang berfungsi untuk membuat rencana kegiatan jembatan, pelaksanaan dan pemantauan berdasarkan kebijaksanaan secara menyeluruh Yang termasuk dalam kegiatan sistem manajemen jembatan antara lain manajemen Jembatan mulai dari pemeriksaan, rencana dan program dan perencanaan teknis ‘sampai pada pelaksanaan dan pemeliharaan. Dengan sistem manajemen jembatan kegiatan-kegiatan tersebut dapat diatur secara sistematik, dengan melakukan pekerjaan pemeriksaan jembatan secara berkala dan ‘menganalisa data dengan komputer dalam Sistem informasi Manajemen Jembatan Indonesia (SIMAJI). Dengan bantuan sistem ini, kondisi jembatan dapat dipantau dan Gapat ditentukan beberapa tindakan yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa jembatan dalam keadaan aman dan nyaman, dengan menggunakan dana yang optimum untuk pekerjaan jembatan Sagan alir Sistem Manajemen Jembetan dalam Gambar 6.3. memperiihatkan hubungan antara pemeriksaan dan proses manajemen jembatan lainnya TEAOAN EGIATAN STSTEN NONAENEN TENBATINT DATABASE JEMBATAN TRENCANA DAN PROGR PERYELIOIKAN JEMBATAN DAN DESAN RONsT RU REWABLITAS) suntan Rare peranentan Peroaedaan Gambar 5.3 Bagan Alir Kegiatan Sistem Manajemen Jembatan 53 dari 190 5.2.2 Jenis Pemeriksaan Jembatan Pemeriksaan jembatan adalah salah satu komponen dalam sistem informasi manajemen jembatan yang terpenting. Hal ini merupakan sesuatu yang pokok dalam hubungannya antara keadaan jembatan yang ada dengan rencana pemeliharaan atau peningkatan dalam waktu mendatang Tujuan pemeriksaan jembatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa jembatan masih berfungsi secara aman dan perlunya diadakan suatu tindakan tertentu guna Pemelinaraan dan perbaikan secara berkala, Jadi pemeriksaan jembatan mempunyai beberapa tujuan yang spesifik yaitu ~ Memeriksa keamanan jembatan pada saat layan ; ~ Menjaga terhadap ditutupnya jembatan; ~ Mencatat kondisi jembatan pada saat tersebut : - Menyediakan data bagi personil perencanaan teknis, konstruksi dan pemeliharaan ; ~ Memeriksa pengaruh dari beban kendaraan dan jumlah kendaraan ; ~ Memantau keadaan jembatan secara jangka panjang ~ Menyediakan informasi mengenai dasar daripada pembebanan jembatan. Pemeriksaan dilakukan dari awal sejak jembatan tersebut masih baru dan berkelanjutan selama umur jembatan. Sangat penting artinya bahwa data yang dikumpulkan betul- betul_merupakan data yang mutakhir, akurat dan lengkap sehingga hasil yang Gikeluarkan betul-betul dapat dipercaya. Pekerjaan pemeriksaan jembatan adalah mengumpulkan data-data sebagai berikut ~ Detail secara administrasi seperti nama jembatan, Nomor Jembatan dan Tahun pembangunannya; ~ Semua dimensi jembatan seperti panjang total dan jumiah bentang: — Dimensi, jenis konstruksi, dan Kondisi komponen-komponen utama setiap bentang jembatan dan elemen jembatan secara individual; Data lainnya. Data jembatan dikumpulkan dari berbagai jenis pemeriksaan yang berbeda dalam skala dan intensitasnya, frekuensinya dan secara sifat masing-masing elemen jembatan atau pemeriksaan secara detail. Jenis pemeriksaan yang utama dalam sistem informasi manajemen jembatan adalah sebagai berikut. 54 dari 190 1). 2). Pemeriksaan Inventarisasi Pemeriksaan inventarisasi dilakukan pada saat awal untuk mendaftarkan setiap jembatan ke dalam data base. Pemeriksaan inventarisas| juga dilaksanakan jika Pada jembatan yang tertinggal pada waktu data base dibuat, Selanjutnya pada jembatan baru yang belum pernah dicatat harus dilaksanakan pemeriksaan inventarisasi, Perlintasan Kereta Api, penyeberangan sungai, gorong-gorong dan lokasi dimana terdapat penyeberangan ferri juga diperiksa dan didaftar. Pemeriksaan inventarisasi adalah pengumpulan data dasar_administrasi, geometri, material dan data-data tambahan lainnya pada setiap jembatan, termasuk lokasi jembatan, penjang bentang dan jenis konstruksi untuk setiap bentang. Kondisi secara keseluruhan diberikan pada komponen-komponen utama bangunan atas dan bangunan bawah jembatan, Pemeriksaan inventarisasi dilakukan oleh pemeriksa dari instansi yang terkait yang sudah dilatih atau oleh seorang sarjana yang berpengalaman daiam bidang jembatan. Pemeriksaan Detail Pemeriksaan detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan elemennya guna mempersiapkan strategi penanganan untuk setiap individual Jembatan dan membuat urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis penanganannya Pemeriksaan detail dilakukan paling sedikit sekali dalam lima tahun atau dengan interval waktu yang lebih pendek tergantung pada kondisi jembatan Pemeriksaan Detail juga dilakukan setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi atau pekerjaan perbaikan besar jembatan, guna mencatat data yang baru, dan setelah pelaksanaan konstruksi jembatan baru, untuk mendaftarkan ke dalam data base dan mencatatnya dalam format pemeriksaan detail Untuk melaksanakan pemeriksaan detail, struktur jembatan dibagi dalam suatu hierarki elemen jembatan. Hierarki jembatan ini dibagi menjadi § level (tingkatan) elemen, Level tertinggi adalah level 1, yaitu jembatan itu sendiri secara keselurunan, Sedangkan level yang paling rendah adalah level 5 yaitu individual elemen dengan lokasinya yang tertentu seperti tebing sungai sebelah kanan, tiang pancang ke-3 pada pilar ke-2 dan sebagainya. 55 dari 190 Dasar dari sistem pemeriksaan secara detail adalah penilaian kondisi elemen dan kelompok elemen menurut keadzannya dan keseriusan dari kekurangan/ kelemahannya. Untuk tujuan pemeriksaan secara detail dan evaluasi dari kondisi jembatan secara menyeluruh, struktur suatu jembatan dibagi atas hirarki elemen yang terdiri atas 5 Level, tertinggi adalah Level +, yaitu jembatan itu sendiri, dan level terendah adalah Level 5, yaitu elemen kecil secara individual dan bagian-bagian jembatan. Pemeriksaan secara detail bertujuan mendata kondisi elemen pada Level yang Paling tinggi, dan pada Level ini semua elemen memilki kondisi yang sama Level tertinggi elemen diniiai adalah Level 3. Dalam sebagian besar situasi, elemen-elemen harus dinilai pada Level 4 atau Level 5 Dalam upaya menyederhanakan prosedur pemneriksaan, hanya kerusakan yang Penting yang dicatat selama pemeriksaan secara detail, Bila ditemukan kerusakan kecil yang dapat diperbaiki dalam pemeliharaan rutin Untuk setiap elemen yang memiliki kerusakan yang berarti, 5 nilai ditentukan, yaitu ~_ Nilai Struktur ($): ~ Nilai Kuantitasnya (volume) (K); ~ Nilai Kerusakannya (R); ~ Nilai Fungsi (F); ~ Nilai Pengaruh (P). Setiap nilai diberi angka 0 atau 1, sehingga subjektivitas selama pemeriksaan dapat diminimaikan dan penilaian menjadi lebih konsisten Elemen atau kelompok elemen dinilai dengan diberikan suatu Nilai Kondisi antara 0 dan §. Angka-angka tersebut mewakili jumlah dari kelima nilai yang ditentukan di atas. Sesudah penilaian elemen pada Level 5, 4, atau 3, Nilai Kondisi untuk elemen Pada Level yang lebih tinggi datam hirarki ditentukan dengan cara mengevaluasi sejauh mana kerusakan dalam elemen pada Level yang lebih rendah dalam Kaitannya dengan elemen-elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya , apakah elemen-elemen ini dapat berfungsi, dan apakah elemen-elemen tain Pada level yang lebih tinggi dipengaruhi oleh kerusakan-kerusakan tersebut 56 dari 190 Nilai Kondisi untuk elemen Level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu ditentukan oleh pemeriksa di lapangan dengan menggunakan cara ini, dan dicatat dalam Formulir Pemeriksaan. Pemeriksaan ini menggunakan Nilai Kondisi pada Level 3 untuk mendapatkan suatu Nilai Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk menentukan strategi pemeliharaan secara keseluruhan untuk jembatan yang bersangkutan. Pemelinaraan yang dianjurkan dapat berbentuk Penggantian jembatan bila jembatan berada dalam kondisi kntis dan biaya Perbaikan terlalu tinggi, rehabilitasi jembatan dengan melakukan perbaikan besar atau penggantian komponen utama jembatan, perbaikan elemen individual, atau sekedar pemeliharaan rutin Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang berarti pada elemen jembatan, dan ditandai dengan nilai kondisi untuk setiap elemen, kelompok elemen dan komponen utama jembatan. Nilai kondisi untuk jembatan secara keseluruhan didapat dari nilai kondisi setiap elemen jembatan Sistem Penilaian Elemen untuk elemen yang rusak terdiri atas serangkaian Pertanyaan yang berjumlah lima mengenai kerusakan yang ada Pertanyaan- pertanyaan tersebut berkaitan dengan hal-hal berikut ~ Struktur, apakah suatu struktur dalam keadaan berbahaya atau tidak ~ Kerusakan, sampai manakah tingkat kerusakan yang telah dicapai karena kerusakan tersebut, parah alau ringan = Perkembangan (Volume), apakah kerusakan tersebut sudah atau belum meluas artinya, apakah kerusakan tersebut terdapat pada kurang atau lebih dari 50% dari panjang, luas atau volume elemen. ~ Fungsi, apakah elemen tersebut masih berfungsi - Pengaruh, apakah elemen yang rusak mempunyai dampak yang serius terhadap elemen yang lain atau arus lalu lintas Suatu nilai sebesar 1 atau 0 diberikan kepada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang ada, menurut kriteria yang diperlihatkan dalam Tabel §.1 57 dari 190 Tabel 5.1 Kriteria Penentuan Nilai Kondisi Nifai Kriteria ee Nitat Struktur Berbanaya 1 ) | Tidak berbahaya “0” Kerusakan Parah 1 (R) Tidak parah 0 ‘Kuantitas Lebih dari 50 % 1 [6 Kurang dari 50% _ 0 Fungsi Elemen tidak berfungsi 1 jeep Elemen berfungsi ee 0 Pengarh Mempengaruhi elemen lain T-41 (P) ___| Tidak mempengaruhielemen iain | 0 NILAI KONDISI (NK) | NK=S+R+K+F4P 0-5 Dalam menggunakan sistem ini, niiai kondisi diberikan pada Level 5, Level 4 atau Level 3, Bila penilaian awal dari suatu elemen (individual) diberikan pada Level 5, maka kelompok dari elemen yang mirip dinilai pada level yang lebih tinggi. yaitu Level 4 dan Level 3, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama mengenai kelompok elemen secara keseluruhan. Pencatatan hanya dilakukan untuk elemen yang memiliki kerusakan yang serius atau berarti, ini dilakukan untuk menyederhanakan prosedur Pemeriksaan dan menekan jumiah elemen yang dilaporkan. Yang dimaksud dengan kerusakan yang serius adalah * Kerusakan tersebut merugikan dan telah berkembang sampai tingkat yang berat, atau + Kerusakan tersebut membahayakan dan telah meluas; * kerusakan tersebut membahayakan, telah berkembang sampai tingkat kerusakan yang berat, dan telah meluas. ‘ni berarti bahwa elemen-elemen yang memiliki kerusakan yang berarti akan ™mendapat Nilai Kondisi paling sedikit 2. Bila suatu elemen memiliki Nilai Kondisi kurang dari 2 (yaitu 0 atau 1), maka elemen ini berada dalam kondisi yang baik atau memiliki cacat yang kecil dan belum metuas. Elemen seperti ini tidak memerlukan pemeliharaan, atau dapat diperbaiki dalam Pemelinaraan Rutin Suatu elemen dengan Nilai Kondisi 2 memiliki kerusakan kecil yang telah meluas atau kerusakan besar yang belum meluas 58 dari 190 Kondisi elemen-elemen ini membutuhkan pemantauan, biasanya dengan tujuan dilaksanakannya suatu perbaikan atau pemeliharaan pada masa yang akan datang Setelah dijumiahkan dari keseluruhan nilai elemen maka diperoieh Nilai Kondisi (NK) Jembatan pendekatan penerjemahan nilai kondisi jembatan tersebut adalah dalat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Nilai Kondisi Jembatan Nilai Kondist 0 ~ Jembatan dalam “Keadsan baru, Tanpa werusakan | cukup jelas. | >_Elemen Jembatan berada dalam kondisi baik. Nilai Kondisi 4 = Kerusakan sangat sediki Nilai Kondisi 2— eee Nilai Kondisi 4 Nilai Kondisi 3 ____yang membutuhkan penggant | > Contoh : keretakan atau kerontokan lantai beton, |__yang hanyut ~ (kerusakan dapat diperbaiki melalui pemeliharaan Tutin, dan tidak berdampak pada keamanan atau fungsi Jembatan) - Contoh : gerusan sedikit, karat pada permukaan, papan kayu yang longgar. iz - Kerusakan yang memeriukan pemantauan atau pemeliharaan pada masa yang akan datang - Contoh : pembusukan sedikit pada struktur kayu, Penurunan mutu pada elemen pasangan batu Penumpukan sampah atau tanah di sekitar Perletakan—kesemuanya merupakan — tanda-tanda ~ Jembatan/elemen mengalami kerusakan yang secara struktur memerlukan tindakan secepatnya - Kerusakan yang membutuhkan perhatian (kerusakan yang mungkin menjadi serius dalam 12 bulan) ~ Contoh : struktur beton dengan sedikit retak, lubang Permukaan lantai kendaraan, adanya gundukan aspal pada permukaan lantai kendaraan dan pada kepala Jembatan, gerusan dalam jumlah sedang pada pilarikepala Jembatan See Kondisi kritis (kerusakan serius yang membutuhkan perhatian segera). fundasi yang tekikis, kerangka beton yang memilixi tulangan yang terlihat dan berkarat, sandaran Pegangan/pagar pengaman yang tidak ada ~ Elemen runtuh atau tidak berfungsi lagi. ~ Contoh : bangunan atas yang runtuh, timbunan tanah 59 dari 190 Pada umumnya apabila diperoleh nilai kondisi lebih dari 2, maka memerlukan Pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan khusus untuk melakukan penitaian dan evaluasi terhadap jembatan tersebut yang selanjutnya diperoleh rekomendasi untuk penanganan selanjutnya 3). Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu untuk memeriksa apakah Pemeliharaan rutin dilaksanakan dengan baik atau tidak dan apakah harus dilaksanakan tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara jembatan Supaya tetap dalam kondisi aman dan tayak. Pemeriksaan ini dilaksanakan diantara pemeriksaan detail 4). Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan khusus biasanya disarankan oleh pemeriksa jembatan pada waktu pemeriksaan detail karena pemeriksa merasa kurangnya data, pengalaman atau keahlian untuk menentukan kondisi jembatan ‘Semua jenis pemeriksaan di atas dilakukan oleh seorang sarjana yang berpengalaman dalam bidang jembatan atau oleh staf teknik yang mempunyai keahlian dalam bidang jembatan. 5.3 Pengujian Lapangan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengujian-pengujian struktur jembatan untuk evaluasi teknis dalam pemerksaan khusus. Pengujian struktur jembatan lapangan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok utama sebagai berikut: @) Penyelidikan bahan yang dilakukan di lapangan dan menyangkut baik beton dan tulangan atau baja prategang sebagaimana baja struktural, tergantung pada bahan struktural jembatan, ») Perilaku struktur dan bagian struktural akibat beban dinamis dan statis, Haruslah ditekankan bagaimanapun juga bahwa pengujian lapangan jembatan dengan beban statis dan dinamis dilakukan dalam banyak kasus pada jembatan baru, utamanya untuk jembatan penting, tepat sebelum dipergunakan untuk memeriksa keteliian konstruksi dan keselamatan struktur. Dalam kasus yang sedemikian, Pengujian lapangan pada umumnya dimasukkan sebagai “pengujian pembuktian beban’. Metodologi pengujian beban pada umumnya disampaikan dalam peraturan atau panduan yang relevan. Hasil pengujian beban harus disimpan dalam arsip yang relevan dengan unit administrasi jalan raya sebagaimana hasil referensi untuk 60 dari 190 Pengujian lapangan lebih lanjut. Perbandingan antara hasil pengujan pembuktian beban dan hasil pengujian yang dilakukan di bawah tingkat beban yang sama setelah suatu periode pemanfaatan jembatan tertentu setelah beberapa tahun menandai adanya perubahan positif atau negatif di dalam perilaku struktur, contohnya, Peningkatan atau penurunan sifat elastik. Permasalahan teknis dan penelitian yang dihubungkan dengan uji lapangan jembatan sangat penting tetapi lebih kompleks. Beberapa keterangan umum diberi di bawah. Bagaimanapun, penyajian permasalahan ini secara detil di luar lingkup dari pedoman ini Seperti disebutkan sebelumnya, kondisi teknis jembatan sebagian besar dipengaruhi oleh skala dan tipe penurunan mutu bahan. Oleh karena itu, perlu untuk menentukan karakteristik banan yang nyata di dalam struktur sebagaimana jenis dan besamya kerusakan bahan sebagai hasil pengaruh berbagai faktor kerusakan. Banyak teknik maju yang berbeda untuk menentukan sifat bahan dan untuk mendeteksi kerusakan bahan dan struktural selama uji lapangan jembatan. Sebagian besar adalah metoda yang tidak merusak Sifat bahan sebagaimana pengrusakan bahan dan struktural untuk ditentukan selama Pengujian lapangan dari jembatan beton dan baja yang didaftarkan pada Tabel 6.3, berturut-turut, bersama-sama dengan teknik yang relevan untuk mendeteksinya, Metoda pendeteksian yang didaftarkan pada Tabel 5.3. mempunyai ketelitian yang berbeda. Beberapa di antaranya memberi hasi! yang mana perlu untuk dibuktikan oleh metoda lain, dengan pengujian laboratorium yang sesuai, atau dapat diperlakukan sebagai pendekatan saja. Situasi ini dihasilkan sebagian besar dari karakter yang kompleks dari pengujian lapangan itu senditi, pelaksanaan di luar pada jembatan yang ada dengan elemen struktural suatu dari skala besar dibandingkan dengan spesimen dan elemen pada umumnya diuji di laboratorium, Sebagal contoh, palu beton tipe Schmidt Hammer yang umum digunakan, mengukur kekerasan permukaan beton dan mungkin bermanfaat untuk suatu studi dari selimut beton dan penempatan area lemah dibandingkan dengan untuk menentukan kuat tekan beton. Penentuan yang dapat dipercaya dari kuat tekan oleh metoda ini memerlukan kalibrasi khusus berdasarkan pada uji laboratorium yang dilakukan pada spesimen beton yang diambil dari struktur. Untuk menentukan kuat tekan beton di lapangan, suatu tipe khusus pengujian * tarikan ke luar/ pull out-test’. Kuat tekan beton sebanding dengan kekuatan penarikan yang dihasilkan oleh suatu dongkrak hidrolik 61 dari 190 Tabel 6.3 Uji Lapangan Jembatan Beton ~]__ Sifat bahan dan ] No. perusakan bahan atau Teknik pengetesan face struktural Kuat tekan beton Palu beton tipe Schmidt's — ND ‘7 1 Ultrasonik - ND ___| Pulll-out - D PE Pendeteksian rongga dan Ultrasonik- ND 2 delaminasi dalam beton Impact-echo- ND dan cacat lainnya ‘Scan dengan radar - ND. Termografi— ND 3,_ | Kedataman selimut beton Sets ‘Scan dengan Radiografi- ND Eee 4 Permeabilititas Beton Pengujian penyerapan permukaan awal — ND Tes Udara=PD®) Pengujian fenolphtalien — Pa Ujinitrat perak ~ PD Konsentrasi klorida di Analisa kimia yang diterapkan untuk contoh yang 6. | dalam beton diperoleh dengan alu berputar (contohnya_, metode pengambilan contoh debu pengeboran)- PD 5. | Karbonasi baton Potensial Setengah Cell - PD Polarisasi arus anoda konstan - PD Probe ketahanan electnkal - PD Probe ketahanan polarisasi - PD 7. | Korosi tulangan Pemeriksaan — dengan —_penjelahanmelalur Korosi_ tendon pasca- | pengeboran lubang dan pemeriksaan visual tanpa Penegangan atau instrumen - PD engrusakan lain termasuk | Pemeriksaan endoskopi - PD 8 tidak memadainya graut | Teknik tekanan hampe uders - PD saluran kabel prategang Ultrasonik- ND | Radiograti- ND Impact-echo- ND Penentuan tegangan di! Pembebasan tegangan dengan pengeboran » PD 9, | !apangan dalam beton, Metode pembebasan lain dengan menggunakan tulangan baja atau kawat | meteran dari berbagai tipe (contohnya , pemotongan prategang bagian bahan dari elemen struktural) — D | (1) NO-non destrictie fesing = pengujian tidak merusek (2) D. acemuewe Tesing = Pengujian yang merusak, (3) PD- partially desctrutve tesing = pengujian yang sebagian bersifat merusak 62 dari 190 Cincin yang berkem pany ‘Mandel angker yang berk 9 ig acilaDabeae ZA Cincin pendorong pola Perambaten gelombang Gambar 5.5 Uji Kecepatan Pulsa Ultrasonik. Kecepatan pulsa ultrasonik (secara normal 2050 kHz) tergantung pada sifat elastis (Modulus Young) dan kepadatan beton. Perjalanan waktunya pulsa antara jarak antar- transduser tergantung pada kecepatan pulsa. Oleh Karena itu, peralatan dapat dikalibrasi untuk membandingkan sifat bahan pada penempatan yang berbeda di dalam struktur dan untuk mendeteksi rongga, delaminasi dan keganjilan lain di dalam bahan itu Untuk mendeteksi rongga, tulangan, saluran kabel prategang, delaminasi atau keganjilan lain, yang metoda ultrasonik, impact-echo, radar dan radiografi dapat digunakan, secara skematik ditunjukkan pada Gambar 5.6 sampai dengan Gambar 5.8 Beberapa informasi pokok tentang metoda ini diberikan dalam bab yang relevan. Lebih dari itu, termografi baru-baru ini diterapkan untuk mendeteksi beton yang keras dan tidak keras - perbedaan suhu antar-beton berbeda sekitar 3°C - sebagaimana untuk mendeteksi delaminasi beton, terutama di dalam lantal jembatan . Untuk perbaikan jembatan dan tujuan rehabilitasi, penentuan konsentrast karbonasi dan klorida di dalam beton sebagaimana korosi tulangan baja dan kawat prategang menjadi perhatian 63 dari 190 Utama. Volume penggantian beton yang menurun mutunya dan perkuatan tulangan yang terkorosi tergantung sebagian besar pada faktor yang tersebut di atas, Teknik modern mengizinkan monitoring beton bertulang dan struktur beton prategang dan untuk menyajikan Iuasan struktur yang menurun mutunya di dalam suatu format gratis, yang dikatakan sebagai" pemetaan' (lihat Gambar 5.6) ‘etuhon penerinay ree dengantayengan geet Gambar 5.6 Pengujian Impact-echo. Suatu dampak mekanik yang menghasilkan suatu pulsa tekanan yang merambat dalam format gelombang dan terpantul dari ketidakmenerusan struktural dan geometris. Suatu Prosedur pem-plot-an puncak spektral mengizinkan untuk menginterpretasikan data dari suatu scan struktur. penyebar sinyat penetima Unitkendall dan Petekam /tayangan, SEN vongga atau hentuk - bentuk lainnya Gambar 5.7 Scan Radar. Keseluruhan area struktur dapat di-scan olen radar pada kecepatan yang dapat diterima untuk mendeteksi sebagian besar cacat di bawah permukaan, Kekosongan dan ketidakmenerusan lain di dalam beton dideteksi oleh pengamatan atas variasi di transmisi frekuensi pulsa radio melalui bahan. 64 dari 190 sumber sinar-x dan sinar gamma ‘him sensi terhadap Gambar 5.8 Scan Radiografi, Kehilangan energi sinar yang melintas melalui suatu bahan heterogen seperti beton tergantung pada kepadatan bahan itu. Menjadi lebih besar pada sebagian kepadatan yang lebin tinggi. Metoda dapat juga berguna untuk memberi suatu Gambaran suatu luasan yang lumayan kecil, memperlihatkan ukuran dan posisi tulangan dan tendon. & Delaminasi Tembalan sebelum ci-overiey Gambar 5.9 Rekaman Infra Merah. Suatu contoh hasil cetakan Komputer dari penemuan melalui penyelidikan inframerah Suatu plot dari penunjukan tidak regular termal dari delaminasi dan menambal pelat lantai jembatan. Ttinater tenga ‘aranan tages Elektroca Jam roforens| embetan ac Koad! TuBrgan Gambar 5.10 Sirkuit untuk Pengukuran Potensial Setengah Sel 65 dari 190 Pengembangan korosi juga dinyatakan oleh nilai-nilai potensi elektrik stationer di dalam bagian yang berbeda dari struktur. Berikut ini adalah petunjuk untuk ‘menginterpretasikan pembacaan potensial: lebih negatif dibanding dari 350 mV- 95% kemungkinan korosi, nilai 200 mV sampai dengan 350 mV- 50% kemungkinan korosi lebih sedikit negatif dari 200 mV - 5% kemungkinan korosi ‘Salah satu metoda modern untuk memonitor korosi tulangan adalah pemetaan potensi setengah sel (dapat dilihat Gambar §.10). Garis-garis /so-potential diperolen dalam format grafis untuk menentukan pengembangan korosi di dalam elemen struktural (dapat dillnat Gambar 5.11), Teknik modern mengizinkan untuk memperoleh Gambar dengan berbagai warna dari garis-garis iso-potential (ekuipotensial) (pada umumnya merah- korosi tinggi tingkat lanjut, sampai dengan biru- ketiadaan korosi) Salan satu permasalahan yang paling sulit adalah pemeriksaan kabel prategang di dalam jembatan yang ada. Terdapat beberapa metoda untuk melakukan itu, yang mana biasanya memberikan informasi yang tidak cukup dan diragukan pada kondisi teknis rill tendon dan blok angkernya. Oleh karena itu, metoda yang paling umum dan dapat dipercaya umum adalah inspeksi visual dengan penjelajahan lubang yang dibor ‘menggunakan endoskop sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar 5.12 Batang agian bawah vata raya Gelagar iil pengantung tanta : AY N. “ ee | NC aa a — 0 WS = —— opw 0 BRN EN ek ree Z tee a 30 60 90 720 150 Bag. muka dari balok lantai pelengkung Gambar 5.11 Contoh Garis-garis Isopotensial untuk Penentuan Letak Korosi yang muncul di dalam Elemen Struktural 66 dari 180 Tampilan b Cahaya yang disebarkan melalui | -fiber-optk untuk mengituminasi daereh yang dicurigal 4 Panjang 290-1150 mm. Diameter 1,7 - 20 mm Perlengkapan penglinatan ‘Sumber cahaya lubang diameter 25 mm yang dilubangi ke bagian Saluran kabel prategang Rongga Saluran kabet Graut Tendon Pengeboran dan teknik hampa udara/ tekanan mungkin memberi banyak informasi bermanfaat. Sekalipun rongga di dalam saluran kabel dan korosi tendon tidak terjadi bersama-sama. Metoda ultrasonik dan impact-echo, baru-baru ini diterapkan pada banyak negara- negara untuk pemerksaan tendon, memberi hasil yang sesvai dengan inspeksi visual dengan cara yang sama selagi aplikasi radiografi adalah agak terbatas oleh karena mahalnya biaya, konsumsi waktu dan berbagai kesulitan di dalam menginterpretasikan foto dalam banyak kasus. Tentu saja, penyelidikan bahan juga dilakukan sepanjang uj lapangan jembatan baja, seperti yang terdaftar pada Tabel 5.4. Identifikasi bahan merupakan bagian penting utama baik untuk evaluasi kondisi jembatan dan rencana proses rehabilitasi, jika perlu. Dalam banyak kasus, rencana kontrak atau Gambar pabrik tidaklah tersedia. Oleh karena itu, analisa kimia harus dilakukan untuk menentukan kemampuan baja untuk dapat dilas , proses pengelasan tertentu untuk digunakan, dil, Beberapa dari teknik untuk mengidentifikasi. bahan terdaftar pada Tabel 5.4 dikembangkan beberapa tahun yang lalu, contohnya Pengujian spark atau pengujian spot kimia Selama pemeriksaan lapangan jembatan baja, perhatian khusus harus diberikan untuk mendeteksi retak dan cacat lain di dalam elemen_struktural dan hubungan yang dilas. Retak dapat merupakan bagian dari gejala alamiah yang berbeda, contohnya , retak fatik atau retak fraktur. Cacat dalam las terjadi selama kristalisasi las pada suhu 1100- 67 dari 190 130°C, selama pendinginan dengan sendirinya pada suhu 100-300°C, dan sebagai hrasil efek fatik setelah pemanfaatan yang lama jembatan, Cacat dapat terjadi pada Permukaan las atau di dalam las. Cacat dapat berwujud retak longitudinal atau transversal, ketiadaan penetrasi penuh las, alur yang menyusut, lubang gas, ampas. biih Pemasukan logam atau dan ketidakteraturan dimensi dan bentuk. Cacat ini pada umumnya dideteksi dengan cara teknik radiografi dan ultrasonik, yang dengan singkat diperkenaikan di atas Dimensi baja yang nyata dari elemen struktural baja diperiukan ketika, sebagai contoh memperhitungkan penaksiran beban dari suatu jembatan yang direhabiltasi di mana elemen struktural primer tetap pada tempatnya, Oleh karena itu, metoda yang sesuai untuk mengukur ketebalan baja harus diterapkan. Ketebalan nyata penampang elemen Struktural mencerminkan kondisi sekarang dari baja (contohnya, kehilangan akibat korosi dapat diperkirakan) Seperti disebutkan pada bagian awal, di samping penyelidikan bahan, penyelidikan Perilaku struktur di bawah beban stalis dan dinamis dilakukan dalam banyak kasus Selama Uji lapangan jembatan. Penyelidikan statis dan dinamis dilakukan biasanya ada jembatan yang sudah ada, ketika beberapa keraguan muncul menyangkut kondisi ‘oknis struktur dan keputusan harus dibuat menyangkut pemantaatan jembatan lebih ‘anjut . perbalkan, rehabilitasi atau penggantian utamanya. Lebih dari itu, jenis Pengujian jembatan juga dilaksanakan untuk tujuan riset, contohnya ketika peraturan Perancangan baru perlu untuk dibuktikan secara eksperimen, atau karakteristik dinamis nyata struktur adalah untuk ditentukan untuk menaksir kepekaan struktur tethadap efek

You might also like