You are on page 1of 17
‘3072016 RAKAAT PANJANG — Ken Cinta MERANGKAI NILAI, MERAJUT MAKNA RAKAAT PANJANG. oleh REDAKS| KENDURI CINTA (HTTP://KENDURICINTA.COM/VS/AUTHOR/ADMIN/). REPORTASE KENDURI CINTA NOVEMBER 2016 SEIAK SIANG hujan cukup deras mengguyur Jakarta. Hingga menjelang maghrib belum ada tanda-tanda hujan mereda. Beberapa penggiat Kenduri Cinta sudah berada di Plaza Taman Ismail Marzuki. sebagian menyiapkan level. Sebagian yang lain memasang backdrop di sisi belakang tenda, sound system juga mulai dipersiapkan, ‘Adan maghrib berkumandang. Hujan meteda. Para penggiat Kendurl Cinta beranjak menunaikan sholat maghrib di Masjid ssekitar Taman Ismail Marzuki Ba'da maghrib masih turun rintik gerimis. Beberapa karpet mulai digelar. Sebagian jamaah terlihat mulai berdatangan. Warung angkringan i pojok sisi utara sejenak kemudian penuh. Mereka yang datang lebih awal menikmati dulu kudapan ringan nasi kucing, tempe goreng, segelas jahe susu atau teh manis. Jakarta terasa sedikit dingin. Rakaat Panjang, Itulah tema yang diangkat oleh Kenduri Cinta bulan ini, Landasan memilih tema ini tidak jauh dari esai Cak Nun yang dirlis pada 8 November 2016, yaitu Ummat stam Indonesia Dijadikan Gelandangan di Negerinya Sendiri (http://kenduricinta.com/v5/ummat-islam-indonesia-dijadikan-gelandangan-di-negerinya-sendiriD. Salah satu poin yang ditegaskan dalam esai tersebut adalah perjuangan umat Islam di Indonesia tidak akan hanya berhenti pada gerakan massa 4 November 2016 lalu Kenduri Cinta, sebagai salah satu bagian dari Organise Maiyah, menyadari bahwa Maiyah merupakan perjuangan dengan nafas panjang, dengan stamina yang mesti tangguh, perhitungan yang mesti lengkap, tidak bersumbu pendek, memiliki strategi komprehensif, dengan presisi skala prioritas dan berlandaskan cinta serta kesetiaan kepada Allah dan Rasulullah SAW, Dan, itulah pesan yang sesungguhnya hendak disempaikan kepada Jamaah Maiyah melalui tema malam ini. siKLUS LEPAS PUKUL DELAPAN, Jamaah yang sudah hadir diajak untuk merapat ke barisan depan, sementara beberapa penggiat berada di panggung untuk memulai forum dengan mengajak Jamaah bersama-sama membaca Wirid Wabal (Tahlukah 2016), yang sebelumnya diawali dengan membaca surat Al Ikhlas, Al Falag, An Naas dan Ayat Kursi. Setelah Wirld Wal, Sigit Haryanto memoderasi prolog didampingi oleh Adi Pudjo, Donny Kurniawan dan Fahmi Agustian. Sigit melandasi diskusi sesi prolog dengan perumpamaan bahwa Rakaat Panjang ibaratnya seperti sebuah pertandingan sepakbola. Dalam 90 menit pertandingan, seorang pemain sepakbols akan mengatur ritme tubuhnya, kapan harus berlar, kapan harus melakukan sprint, kapan harus mengambiljeda dan serterusnya. Lain lagi jika seorang pemain sepakbola mengikuti sebuah tumamen atau kompetisi, yang artinya membutuhkan waktu lebih cepat untuk melakukan recovery tubuh, karena durasi sebuah turnamen atau kompetisi biasanya akan berlangsung dalam waktu kurang lebih satu bulan, dan seandainya sebuah tim loles hingga ke babak final maka jummlah pertandingan yang dijalani akan cukup banyak. Untuk itulah para pemain membutuhkan konsentrasi tinggi pada saat mengatur ritme agar tenaganya tidak terkuras habis, sekaligus juga melakukan pemulihan dalam waktu yang singkat. ‘Adi Pugjo menarik benang merah dari tema Kenduri Cinta kall ini dengan isu yang sedang bergulir di masyarakat. Adi mengajak jamaah untuk tidak ikut terpancing dalam kenfik perdebatan antara pro dan kontra dalam isu tersebut. Seperti yang sebelumnya sudah dijelaskan oleh Cak Nun dalam esai tanggal & November 2016 itu, Adi kembali menggaris bawahi bahwa perjuangan yang dilakukan oleh umat Islam adalah perjuangan yang panjang, yang tidak akan berhenti pada 4 November 2016, “Isttah Rakaat kita kenal dalam ritual shalat, dalary satu rakaat dimulai dari takbir, kemudian ruku, dan dua kali sujud yang dilengkapi dengan bacaan-bacaan sesuai yang sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW", lanjut Adi Pudjo, hip end cietacomivSrakaat parang! wr ‘3072016 RAKAAT PANJANG — Ken Cinta “Gampangnya, satu rakaat dalam ibadah shalat adalah satu siklus atau sebuah perjalanan yang tidak terputus. Lantas kenapa harus Rakaat Panjang?" Adi pun menambahkan bahwa dalam kehidupan, kta tidak pernah tahu kapan akan menemui garis akhir dari perjalanan. Kita tidak menyadari bahwa setiap detik, setiap menit hingga setiap jam yang kita jalani merupakan bagian dati siklus kehidupan kita. “Istitah rakaat ini hanya bisa kita temui dalam ritual sholat", Denny mengawali paparannya, Merefleksikan dari rakaat, Donny memiliki pndangan behwa siklus kehidupan manusiajika direpresentasikan dengan rakaat, make akhir dari siklus kehidupan manusla adalah salam, selamat. Dan, jika ditarik lebih ke belakang lagi, dalam ritual shalat, setiap umat muslim diwajibkan untuk terlebih dahulu bersuci melalui wudhlu. Sangat mungkin sekall terjadi, batalnya sholat seseorang lebih disebabkan arena wudhlu yang tidak sempurna, yang tidak sesuai dengan apa yang disyariatkan. “Istilah Rakaat kita kenal dalam ritual Shalat, dalam satu rakaat dimulai dari takbir, kemudian ruku’, dan dua kall sujud yang dilengkapi dengan bacaan-bacaan sesuai yang sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW” ‘Adi Pudjo, Kenduri Cinta (Novernber, 2016) FAHM| AGUSTIAN kemudian ikut urun paparan, bahwa apa yang terjadi di Indonesia hari-harl ini sangat erat kaitannya dengan peristiva 4 November 2016. Turunnya massa ke jalan dengan jumlah yang cukup besar merupakan satu bukti nyata bahwa lumat Islam di Indonesia khususnya masih sangat mungkin dipersatukan. Bahkan, yang turun ke jalan saat itu juga tidak hanya berasal dari kalangan Islam saja, melainkan ada beberapa perwakilan dari umat Agama lain yang memilikirasa persatuan tethadap Indonesia, Mereka menyadari bahwa persatuan adalah hal mutlak yang dibutuhkan apabila Indonesia ingin berubah menjadi lebih baik. Fahmi mencoba merefleksikan peristiva 4 November 2016 dengan tema Kendurl Cinta kali ini yang berpijak dari esai Cak Nun tanggal 8 November 2016, Apakah 4 November 2016 merupakan takbiratul ihram dari Rakaat Panjang yang akan dijalani oleh tumat Islam di Indonesia? Atau, jangan-jangan 4 November 2016 merupakan salam penutup dari Rakaat Panjang yang sedang dijalani oleh Indonesia? Atau, yang lebih ekstrim lagi, jangan-jangan justru setelah 4 November 2016, Rakaat Panjang yang sedang dilalui oleh Indonesia justru mengalami kegagalan, alias batal. Batalnya Rakaat Panjang itu bisa akibat dari banyak sebab, Niat yang salah, wudhlu yang tidak sempurna, najis yang mengotori, dan masih banyak lag] insiden atau peristiwa yang bisa saja mengakibatkan batalnya Rakaat Panjang yang sedang dijalani int itp kendurcieta comivSrakaat-paryang! ane ‘3072016 RAKAAT PANJANG — Ken Cinta Mengambil pelajaran dari badah Haji, Fahmi menjelaskan bahwa Haji merupakan sebuah ritual yang sangat membutuhkan stamina tinggi dan fokus yang juga stabil. Ritual-ritual selama Haji membutuhkan kesiapan mental dan kebugaran fisik yang bik. Mulai dari Thawaf, Sa‘i, Wukuf hingga ritual melempar jumroh membutuhkan konsentrasi yang balk dari setiap pelaku Ibadah Haji, Dalam ritual Sa’i misalnya, ada sekian jarak yang mana setiap muslim harus berlari lebih cepat, dan kemudian ada sekian jarak yang juga harus berlar lebih lambat. Ini merupakan pelajaran manajemen, dimana akhienya kita memahami bahwa dalam sekian putaran sa’! kita harus mampu mengatur ritme berlari kaki kita sehingga mampu menyelesalkan ritual tersebut. Kembali ke persoalan yang dihadapi aleh Indonesia, Fahmi menggambarkan bahwa memang sudah sejak lama Islam tidak diharapkan kejayaannya di sini, Ada serangkaian peristiwa yang menjadi legitimasi bahwa Islam tidak boleh mencapai kembali puncak kejayaannya, bahkan bukan hanya di Indonesia, tetapi di Dunia, Jika kita melinat konstelasi politik secara global, Arab Spring merupakan salah satu upaya dalam rangka mendiskreditkan Islam, di dunia. Bagaimana negara-negara di Timur Tengah hancur akibat ledakkan dar konflik internal, Di Indonesia senditi, ada beberapa indikasi yang sangat kentara dimana indikasi-indikasi tersebut pada akhinya bermuara pada skenario dipecahnya tumat islam di Indonesia, yang pada akhimya mereka tidak menyadari bahwa ada grand design yang memang bertujuan bukan hanya untuk menghancurkan ukhuwah Islamiyah di Indonesia, tetapi juga dalam rangka merampok kekayaan alam Indonesia Isu-isu internal dalam Islam yang seringkali digunakan untuk membenturkan umat Islam sendiri antara lain adalah perdebatan tentang bid'ah, syrik, sunni-sy‘ah, liberal, sekuler dan masih banyak lagi yang digunakan oleh komplotan Internasional dalam membuat umat Islam di Indonesia sibuk sendiri untuk berbenturan satu sama lain, Sementara itu, dalam waktu yang bersamaan, umat Islam di Indonesia tidak menyadari bahwa kekayaan alam yang seharusnya dikelola dengan baik, sehingga kelak bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya, saat iniustru secara perlahan-lahan sedang dirampok oleh bangsa lain. Salah satu isu yang sering digunakan untuk menyudutkan Islam di Indonesia adalah isu tererisme. Seringkali dalam pemberitaan ledakan bom, penggrebekan sarang terorls dan sebagainya, sudah hampir bisa dipastikan bahwa muaranya adalah menyudutkan Islam. Dan, fenomena ini bahkan secara masif berlangsung sejak terjadinya peristiwa penghancuran menara kembar WTC di Amerika pada 1! September 2001 silam. Sesudahnya, beberapa negara di Timur Tengah dihancurkan melalui perang saudara, dan di beberapa negara lain, termasuk Indonesia, cara yang dilakukan untuk memecah belah umat Islam di Indonesia adalah melalui ghazwul fkr alias perang pemikiran. Dan, perang pemikiran ini berlangsung di semua lini masyarakat di Indonesia, “"Hari-hari ini kita seringkali dihadapkan dengan pertanyaan yang konyol. Lebih baik mana pemimpin muslim tetapi korup atau pemimpin non muslim tetapi tidak korup", lanjut Fahmi, Pernyataan ini merupakan pertanyaan yang semestinya tidak dilontarkan kepada umat Islam di Indonesia. Seakan-akan Islam di Indonesia tidak mampu melahirkan pemimpin muslim yang jujur dan adil, bersih dari korupsi, mengayomi, mengasihi dan menyayangi rakyat. Padahal, yang terjadi adalah sistem ‘demokrasi yang berlaku di Indonesia sendiri yang tidak mendukung lahirya pemimpin muslim yang jujur dan ail tidak korupsi, baik budi pekertinya, mulia akhlaknya, mengasthi dan menyayangi rakyatnya dan lain sebagainya. Kita sendiri melihat bagaimana seorang Warga Negara Indonesia yang memilki keinginan untuk mencalonkan dirinya sebagai Pemimpin Daerah bahkan Presiden sekalipun di Indonesia, maka ia diharuskan memiliki modal materi dan dukungan politk yang tidak sedikt. Sedangkan umat Islam di Indonesia hari ini sangat lemah di kedua hal tersebut. Maka, pada akhimya kita melihat bahwa ‘orang-orang yang memberanikan diri mencalonkan dirinya menjadi Pemimpin adalah orang-orang yang memiliki modal uang besar dan mereka yang mampu melakukan lobi kepada partai politik agar mau mengusung dirinya menjadi salah satu kontestan dalam sebuah Pemilihan Kepala Daerah. Dan, sudah bukan rahasia lagi, bahwa lobi politik har ini tidaklah gratis Maka, sangat tidak masuk akal jika ada ungkapan bahwa umat Islam atau Partai Politik Islam di indonesia tidak mampu melahirkan pemimpin muslim yang berkuelitas baik, Sebab, persoalan utamanya adalah sistem demokrasi di Indonesia yang tidak mendukung akan lahimnya pemimpin muslim yang berkualitas itu Fahmi lalu menarik benang merah Rakaat Panjang ke dalam internal Maiyah sendiri. Fahmi menjelaskan bahwa Maiyah merupakan perjuangan dengan nafas panjang, yang membutuhkan stamina yang tangguh, penuh perhitungan, strategi yang menyeluruh dengan berlandaskan cinta segitiga: Allah, Rasulullah dan Manusia, Maka, ada beberapa pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya dijawab oleh Jamaah Maiyah sendiri Fahmi lantas memberi dua pertanyaan mendasar kepada jamaah. Pertama, bagaimana Maiyah nantinya paska Cak Nun? Kedua, pernahkah kita melakukan simulasi bahwa diri kita adalah Cak Nun? hip end cietacomivSrakaat parang! air ‘3072016 RAKAAT PANJANG — Ken Cinta Jika melihat situasi dan kondisi indonesia hari ini kira-kra jika divi kita adalah Cak Nun, apa yang akan kita lakukan? Sehingga, Maiyah hari ini yang sudah kita jalani sekian tahun, Kenduri Cinta sendiri sudah 16 tahun, apakah merupakan bagian takbir, ruku sujud atau mungkin salam dari sebuah Rakaat Panjang di Maiyah in. Dari Fahmi, Ali Arrida bersama Tri Mulyana kemudian mengajak jamaah untuk bershalawat bersama, PENABUH GENDERANG MELANDASI DISKUS! ses pertama, Ti Mulayana menekankan bahwa dalam sholat, hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah tentang wudhlu. Sudah sepantasnya kita juga mempertanyakan, jangan-jangan prosesi wudhlu kita masih belum sempura, sehingga kemudian mengakibatkan rakaat-rakaat dalam sholat kita juga tidak sempurna. Ali Hasbullah kemiudian, memberi landasan, bahwa sholawatan yang dihidupkan kemball oleh Cak Nun bersama KiaiKanjeng pasca Reformasi 1998 merupaken salah satu perjuangan dalam rangka memperbanyak kekasih Allah. Sholawatan adalah tradisi untuk mengungkapkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW, dan metode ini digunakan oleh Cak Nun bersama KiaiKanjeng untuk terjun ke daerah-daerah pelosok saat itu. Kita semua mengetahul bagaimana pasca Soeharte lengser keadaan bangsa begitu tidak kendusif, bik secara mental, spiritual maupun finansial. Maka Cak Nun menyadari bahwa tidak ada lagi tawar menawar bahwa tradisi sholawatan harus kembali dihidupkan di Indonesia, Ali Hasbullah lalu menambahkan, dengan Maiyah, Cak Nun bertujuan memperbanyak jumlah kekasih Allah merupakan satu konklusi dari persoalan yang dihadapi oleh manusia hari ini, yang hanya bisa diperbaiki dengan bantuan Allah SWT. Manusia secanggih apapun, seunggul apapun tidak akan mampu memperbaiki kerusakan-kerusakan dan problem-problem yang dinadapi oleh manusia saat ini, “Orang Maiyah menyadari bahwa kita lahir sendiri dan nanti akan mati sendiri tetapi, dalam kehidupan kita harus bersama-sama untuk menciptakan kemaslahatan bersama. Dan, Maiyah inilah salah satu pilihan bagi Orang Maiyah untuk mencapai tujuan itu’, pungkas Ali ‘Satu pertanyaan yang dilontarkan oleh salah seorang jamaah terkait mengapa Maiyah tidak terlibat langsung dalam gerakan 4 November 2016, Seakan-akan, Maiyah tidak ikut memukul genderang ketika umat Islam bergerak turun ke jalan. Tri Mulyana lalu menjelaskan, bahwa perjuangan Malyah adalah perjuangan panjang, dengan nafas panjang, dan jike yang dipertanyakan adalah kenapa Maiyah tidak ikut serta pada 4 November 2016 silam, jawabnya adalah Maiyah sudah memukul genderang sejak lama, Kita semua mengetahul bagaimana PadhangmBulan sudah berusia 23 tahun, Mocopat Syafaat dan Gambang Syafaat sudah 17 tahun berlangsung, sementara Kenduti Cinta sendiri sudah 16 tahun. Sehingga, sangat tidak relevan jika kemudian ada anggapan bahwa Maiyah tidak ikut berjuang. Di Maiyah yang dipertahankan adalah keistigomahan memegang nilai-nilai kehidupan. Di Malyah senditi, yang terbangun sejak awal adalah tradisi untuk mempertanyakan sesuatu yang didapatkan. Dalam Maiyah, ilmu yang didapat tidak serta merta diklaim sebagai kebenaran yang harus diakui oleh semua orang, tetapi semangat untuk selalu mempertanyakan kebenaran itulah yang terbangun sejak awal, sehingga Orang Maiyah tidak akan kaget jka di kemuudian hari kebenaran yang didapat hari ini sangat berbeda dengan kebenaran yang didapat esok hari Lalu, bagaimana dengan Rakaat Panjang yang dimaksud di Kenduri Cinta, apakah bersifat pribadi personal atau general secara Tri Mulyana menjelaskan bahwa jawabannya akan sangat bergantung pada bagalmana sudut pandang kita masing-masing dalam memahami dan merespon situasi persoalan yang dihadapi har ini. Sangat mungkin tiap-tiap personal memniliki Rakaat Panjangnya masing-masing, tetapi juga tidak menutup kemungkinan bahwa secara kolektif Rakaat Panjang juga merupakan ikhtiar perjuangan bersama seluruh elemen masyarakat Indonesia har ini. Bahkan, selama 16 tahun Kendurl Cinta berproses hingga hari ini adalah dalam rangka pengayaan tepung sehingga setiap individu di Maiyah dan Kenduri Cinta senditi khususnya akan mampu menyublim ke dalam dirinya masing-masing, untuk menemukan dirinya sendin “Maiyah merupakan perjuangan dengan nafas panjang, yang membutuhkan stamina yang tangguh, penuh perhitungan, strategi yang menyeluruh dengan berlandaskan cinta segitiga: Allah, Rasulullah dan Manusia.” Fahmi Agustian, Kenduri Cinta (November, 2016) ‘ALI HASBULLAH selanjutnya memaparkan bahwa jika dibandingkan dengan umat-umat sebelum Nabi Muhammad SAW, maka kemaksiatan, dosa dan kesalahan yang dilakukan oleh manusia saat ini justru berlipat-lipat prosentasenya dibandingkan dengan umat terdahulu. Jika umat terdahulu mendapatkan ganjaran langsung dari Allah SWT atas kesalahan-kesalahan yang hip end cietacomivSrakaat parjang! air ‘3072016 RAKAAT PANJANG — Ken Cinta mereka lakukan, ain halnya dengan apa yang terjadi har ini Banyak orang beranggapan bahwa tidak dihukumnya manusia saat ini secara langsung atas kesalahan yang diperbuatnya merupakan salah satu kelebihan dari umat Nabi Muhammad SAW. Tetapi, hampir tidak ada yang berani mempertanyakan bahwa jangan-jangan karena hari ini tidak ada kekasih Allah yang tersakit hatinya, sehingga menjadi alasan kuat bagi Allah untuk menimpakan adzab kepada umat manusia ates semua kesalahan yang dilakukannya, i Maiyah, kita semus belajar bahwa meskipun semua manusia kufur kepada Allah, maka Allah tidak akan merasa rugi-Juga sebeliknya, andaikata seluruh umat manusia taat kepada Allah, maka Allah juga tidak merasa laba. Bahwa yang dimaksud dari Rakaat Panjang ini juga bisa ditarik benang merah dari gerakan massa 4 November 2016 silam, Ali mencontehkan bahwa dalam ibadah mahdhioh sekalipun terdapat dimensi sosial yang harus difahami, begitu juga dengan

You might also like