You are on page 1of 4

Risiko

Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian
yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan. Pada umumnya
peluang suatu kejadian dalam kegiatan bisnis dapat ditentukan oleh pembuat keputusan
berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Adanya
risiko dalam kegiatan bisnis pada umumnya akan menimbulkan dampak negatif terhadap
pelaku bisnis.
Pengertian lain tentang risiko menurut Darmawi (2006) adalah penyebaran hasil aktual dari
hasil yang diharapkan. Sedangkan menurut Kountur (2004) risiko merupakan suatu keadaan
yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan
dampak yang merugikan. Ada tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap sebagai risiko
(Kountur 2008):
1. Merupakan suatu kejadian.
2. Kejadian tersebut mengandung kemungkinan.
3. Jika terjadi akan mengakibatkan kerugian.
Siegel dan Shim (1999) diacu dalam Fahmi (2010) mendefinisikan risiko pada tiga hal:
1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya dapat
diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambil keputusan.
2. Variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variabel keuangan lainnya.
3. Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi
perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko ekonomi, ketidakpastian politik, dan
masalah industri.

Klasifikasi Risiko
Risiko dapat dibedakan dalam beberapa jenis tergantung dari sudut pandang mana kita
melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya (Kountur 2008):
1. Risiko dari sudut pandang penyebab
Apabila dilihat dari sebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko yaitu risiko keuangan dan
risiko operasional. Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor
keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Sedangkan risiko operasional
adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan yaitu manusia,
teknologi, dan alam.
2. Risiko dari sudut pandang akibat
Ada dua kategori risiko jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan, yaitu risiko murni dan risiko
spekulatif. Suatu kejadian bisa berakibat merugikan saja atau bisa berakibat merugikan atau
menguntungkan. Apabila suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja dan tidak
memunginkan adanya keuntungan maka risiko tersebut adalah risiko murni, misalnya risiko
kebakaran. Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya
kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan, misalnya risiko investasi.
3. Risiko dari sudut pandang aktivitas
Ada berbagai macam aktivitas yang dapat menimbulkan risiko. Misalnya pemberian kredit
oleh bank risikonya disebut risiko kredit. Demikian juga seseorang yang melakukan
perjalanan menghadapi risiko yang disebut risiko perjalanan. Pemberian nama risiko dilihat
dari faktor penyebabnya bukan aktivitas.
4. Risiko dari sudut pandang kejadian
Risiko sebaiknya dinyatakan berdasarkan kejadiannya. Misalnya kejadian kebakaran maka
disebut risiko kebakaran. Dalam suatu aktivitas pada umumnya terdapat beberapa kejadian
sehingga kejadian adalah salah satu bagian dari aktivitas.
Suatu risiko dapat dilihat dari keempat sudut pandang ini. Misalnya risiko kebakaran, dari
sudut pandang penyebabnya risiko kebakaran masuk kategori risiko operasional karena
disebabkan oleh faktor-faktor operasional dan bukan faktor keuangan. Dilihat dari sudut
pandang akibatnya, risiko kebakaran masuk kategori risiko murni karena jika terjadi
kebakaran, yang ada hanya rugi saja. Sedangkan dari sudut pandang aktivitas, risiko
kebakaran dapat dimasukkan sebagai salah satu bagian dari aktivitas, misalnya
mengendarai mobil. Banyak akivitas yang bisa menimbulkan kebakaran seperti memasang
kabel listrik, memasak, dan lain-lain.

Risiko Operasional
Risiko operasional menurut Muslich (2007) mempunyai ruang lingkup yang mencakup risiko
kerugian yang disebabkan oleh proses internal, kesalahan sumberdaya manusia
perusahaan, kerusakan atau kesalahan sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari luar
perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran hukum atau peraturan perusahaan.
Djohanputro (2008) menyatakan bahwa risiko operasional adalah potensi penyimpangan
dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau
faktor eksternal lainnya. Kountur (2008) mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko-
risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan yaitu manusia, teknologi, dan alam.

Definisi Manajemen Risiko


Manajemen risiko adalah usaha seorang manajer untuk mengatasi kerugian secara
rasional agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Secara
khusus manajemen risiko diartikan sebagai kemampuan seorang manajer untuk menata
kemungkinan variabilitas pendapatan dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian
yang diakibatkan oleh keputusan yang diambil dalam menggarap situasi yang tidak pasti.
Difinisi lain dari manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk
menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Proses
manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi, mengukur dan menangani risiko-risiko
yang dihadapi perusahaan.
Program manajemen risiko bertugas mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi,
sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya risiko itu dan kemudian barulah dapat
dicarikan jalan untuk menghadapi atau menangani risiko itu.
Terdapat suatu proses yang mengaitkan suatu kegiatan dalam kegiatan lainnya dalam
risiko manajemen sebagai suatu disiplin ilmu yang formal menjadi suatu rangkaian tindakan
dalam mengendalikan berbagai risiko.
Siklus Manajemen Risiko
Siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap sesuai dengan Gambar brkt :

Penjelasan tahapan-tahapan siklus manajemen risiko, yaitu:


1. Identifikasi risiko, pada tahap ini perusahaan mengidentifikasi risiko yang akan
dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama yaitu dengan melakukan analisis
pihak berkepentingan.
2. Pengukuran risiko, pada tahap ini perusahaan mengukur seberapa besar
kemungkinan risiko yang akan terjadi. Mengacu pada dua faktor yaitu
kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa
banyak nilai atau exposure yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait
dengan kemungkinan suatu risiko terjadi.
3. Pemetaan risiko. Pada tahap ini bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko
berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Penetapan prioritas
disebabkan karena keterbatasan sumber daya untuk menghadapi semua
risiko.
4. Model pengelolaan risiko, pada tahap ini pengelolaan risiko yang diterapkan
perusahaan berupa pengelolaan risiko kredit secara konvensional, penetapan
model risiko, dan struktur organisasi pengelolaan.
5. Monitor dan pengendalian, pada tahap ini perlu dilakukan untuk mengetahui
bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana. Untuk
memastikan model yang diterapkan cukup efektif dan bagaimana risiko ini
berkembang.

Aspek-aspek perusahaan yang dinilai meliputi:

1) Aspek manajemen dan organisasi, meliputi :


a. Riwayat pemohon.
b. Riwayat perusahaan.
c. Struktur organisasi.
d. Keahlian yang dimiliki.
e. Pengalaman kerja.
2) Aspek pemasaran
a. Bagaimana kondisi pemasarannya.
b. Jumlah konsumen.
c. Penyebaran wilayah.
d. Bagaimana prospek pemasaran kedepan.
3) Aspek teknis, meliputi :
a. Gambar proyek.
b. Teknologi yang digunakan.
c. Tenaga Kerja yang diperlukan.
d. Bahan baku.
4) Aspek keuangan
a. Kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada bank serta kemampuan
mendapatkan usaha.
5) Aspek yuridis, meliputi :
a. Kelengkapan surat-surat izin, biasanya: SIUP, TDP yang dikeluarkan oleh dinas
perdagangan.
b. Kelengkapan bukti-bukti jaminan.
6) Aspek sosial ekonomi
a. Kemampuan menyerap tenaga kerja.
b. Pengaruh terhadap lingkungan.

You might also like