You are on page 1of 6

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (1): 1 - 6

ISSN: 0852-3581
Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Status fisiologi dan pertambahan bobot badan kelinci jantan lokal


lepas sapih pada perkandangan dengan bahan atap dan ketinggian
kandang berbeda
Ita Wahju Nursita, Nur Cholis dan Arie Kristianti

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya


Jl. Veteran Malang 65145 Jawa Timur

iwnursita@gmail.com

ABSTRACT : To know the effect of cage roof materials and the height of cage to the
physiology status and body weight gain of the experiment were done to 36 local male
rabbit at post weaning (6-8 weeks of age) with average initial weight of 630-1100g for
three months at field laboratory in Sumber Sekar Dau Malang. The treatment given was
cage roof material (tile vs zinc roof) and the height of the cage (30, 80 or 130 cm). The
animals were caged individually in random. The feed given was foliage (cold leaves) (at
03.00 pm) and pollard (at 07.00 am). The design used was Nested Design. The variables
measures were rectal temperature (oC), the frequency of respiration (/minute), heartbeats
(/minutes), total feed consumption (g) and body weight gain (g). The obtained data then
analyzed statistically using variance and covariance test, if there was significant effect
then continued by Duncan test.
There were no significant effects of the treatment to the physiological status of
the animals, except for the heartbeats. There was no continuous result between the
increase of the height of the cage and the decrease of the heartbeat, except for the zinc
roof. In the tile roof, the body weight gain was lower for the higher height of the cage,
except for the tile roof of 130 cm height of the cage. These treatment combinations gave
the highest total feed consumption and body weight gain.
Based on the result, it can be concluded that the tile roof materials with the
height of the cage of 130 cm give good result, by improving total feed consumption,
body weight gain and normal physiological status.

Keywords: physiology status, body weight gain, rabbit

PENDAHULUAN kemudian membentuk suatu adaptasi


Kelinci merupakan ternak kecil lingkungan sekitarnya (Trisunuwati,
yang mudah diternakkan dan dapat 1989). Meski memiliki ukuran tubuh
memenuhi kebutuhan protein hewani. lebih kecil dan laju pertumbuhan lebih
Keuntungan lain dari usaha ternak ini lambat dari kelinci impor, namun
adalah mampu memanfaatkan limbah kelinci lokal berguna dalam
pertanian, menghasilkan kulit yang penyilangan dengan bangsa lain untuk
bernilai ekonomis dan kotorannya dapat mengembangkan kelinci yang tahan
dijadikan pupuk penyubur tanaman. penyakit dan mempunyai toleransi
Kelinci lokal merupakan persilangan panas (Sarwono, 2002).
antara berbagai jenis kelinci, yang Manajemen perkandangan

1
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (1):1 - 6

merupakan salah satu faktor penting pertambahan bobot badan kelinci


dalam pengelolaan usaha ternak kelinci. dengan bahan atap dan ketinggian
Pembuatan kandang hendaknya kandang berbeda. Hasilnya diharapkan
memperhitungkan bahan, kondisi, bisa menjadi masukan yang bermanfaat
konstruksi dan perlengkapannya bagi peternak dan instansi
sehingga kandang dapat digunakan berkepentingan.
sebagai tempat tinggal dan berkembang
biak bagi kelinci (Sarwono, 2002). MATERI DAN METODE
Pembuatan kandang dengan ketinggian
kaki kandang dan bahan atap yang Materi
berbeda akan memberikan pengaruh Materi yang digunakan dalam
terhadap mikro klimat kandang, yang penelitian ini adalah 36 ekor kelinci
akhirnya berpengaruh terhadap status jantan lokal umur lepas sapih (6-8
fisiologis dan produksi (pertambahan minggu) dengan rata-rata bobot awal
bobot badan) ternak kelinci. 630-1100 g. Pakan hijauan berupa daun
Dalam pembuatan kandang kol diberikan pada sore hari (pukul
kelinci, peternak umumnya 15.00). Pakan konsentrat berupa polard
menggunakan bahan yang mudah diberikan pada pagi hari (pukul 07.00
tersedia dan murah. Penetapan WIB). Air minum diberikan setiap hari
ketinggian kandang yang dibuat sering satu kali dan vitamin anti stres
kali hanya berdasarkan kebiasaan saja. diberikan seminggu sekali dicampur
Oleh karena itu, penelitian ini dengan air minum. Komposisi nutrisi
dikerjakan dengan percobaan untuk pakan selama penelitian dapat dilihat
mengetahui status fisiologis dan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi nutrisi pakan selama penelitian


Pakan BK Abu PK SK LK
Hijauan 11,80 10,51 26,32 12,11 4,49
Konsentrat 52,28 3,80 16,87 5,83 2,41

Peralatan yang digunakan dalam G1: Genteng, 30 cm


penelitian ini adalah thermometer udara, G2: Genteng, 80 cm
higrometer, thermometer klinis, stop G3: Genteng, 130 cm
watch, stetoskop, dan timbangan Ternak dibagi dalam 6
kapasitas 20 kg. kelompok dan diletakkan dalam
kandang berukuran 50x30x40 cm secara
Metode individu. Periode pendahuluan selama 2
Penelitian ini menggunakan minggu dilakukan sebelum periode
metode percobaan rancangan tersarang. pengambilan data. Pengambilan data
Ada dua faktor perlakuan yaitu bahan dilakukan selama 2 bulan. Variabel
atap (seng dan genteng) dan ketinggian yang diukur meliputi suhu rektal,
kandang (30, 80 dan 130 cm dari frekuensi pernafasan, denyut jantung,
permukaan tanah) sehingga diperoleh pertambahan bobot badan (total) kelinci
enam perlakuan: dan konsumsi pakan. Data tambahan
S1 : Seng, 30 cm suhu dan kelembaban diukur tiga kali
S2: Seng, 80 cm sehari pada pukul 07.00, 12.00 dan
S3: Seng, 130 cm 16.00 WIB.

2
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (1):1 - 6

Data yang diperoleh selanjutnya hidup dan berkembang baik pada suhu
dianalisis dengan analisis ragam dengan ideal 15-20oC dan kelembaban ideal 60-
rancangan tersarang dengan model 90% (Sarwono, 2002).
linier sebagai berikut: Kelembaban udara dalam
Yijk = + i + ij + ijk kandang selama penelitian termasuk
Yijk : respon yang diamati ideal yaitu 80-82%. Kelembaban ideal
: nilai tengah umum untuk ternak kelinci adalah 60-90%
i : pengaruh faktor A ke-i dimana kelembaban udara maksimum
ij : pengaruh faktor B ke-j yang terjadi pada waktu pagi hari dan
tersarang pada faktor A ke-i minimum pada sore hari (Junus, 1985).
ijk : galat percobaan Hasil uji statistik menunjukkan
Apabila analisis sidik ragam bahwa tidak ada pengaruh (p>0.05) dari
menunjukkan adanya perbedaan maka perlakuan bahan atap dan ketinggian
dilanjutkan dengan analisis peragam kandang terhadap suhu tubuh dan
dengan bobot awal sebagai faktor yang frekuensi pernafasan ternak, tetapi
dipertimbangkan. Apabila ada pengaruh berpengaruh sangat nyata terhadap
dari bobot awal maka dilanjutkan denyut jantung (p<0.01). Perlakuan
dengan uji Duncan (Sudjana, 1995). memberikan pengaruh nyata (p<0.05)
terhadap pertambahan bobot badan
HASIL DAN PEMBAHASAN ternak. Tabel 2 menyajikan rataan suhu
Suhu udara dalam kandang tubuh, frekuensi pernafasan, denyut
selama penelitian cukup ideal untuk jantung dan pertambahan bobot badan
pemeliharaan ternak kelinci yaitu ternak selama penelitian (g).
berkisar antara 25-26oC. Kelinci dapat

Tabel 2. Rataan suhu tubuh/Tb (C), frekuensi pernafasan/FR dan denyut jantung
selama penelitian
Perlakuan Tb FR Denyut jantung
S1 39,50,17a 734,51a 1681,28a
S2 39,50,10a 764,94a 1591,49bc
S3 39,30,25a 709,37a 1562,54c
G1 39,50,11a 767,14a 1708,13a
G2 39,50,16a 712,87a 1594,28c
G3 39,40,14a 735,31a 1646.36ab

Hasil uji statistik juga adalah 38-39,5oC sedangkan menurut


menunjukkan bahwa perlakuan bahan Swenson (1970) berkisar 38,6-40,1oC.
atap dan ketinggian kandang Bahan atap dan ketinggian kandang
berpengaruh sangat nyata (p<0,01) tidak memberikan perbedaan terhadap
terhadap konsumsi total pakan dan suhu rektal ternak dalam penelitian ini.
nyata (p<0,05) terhadap pertambahan Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
bobot badan selama penelitian (lihat mikro klimat di dalam kandang yang
Tabel 3). Kisaran normal suhu rektal hampir sama dan masih dalam kisaran
kelinci menurut Trisunuwati (1989) yang bisa ditolerir kelinci.

3
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (1):1 - 6

Tabel 3. Rataan konsumsi total pakan (g/BK/ekor/hari) dan pertambahan bobot badan
(g) selama penelitian
Perlakuan Konsumsi total pakan Pertambahan bobot badan

S1 106,02,22b 1468171,04ab
S2 105,71,86b 1381252,91bc
S3 106,43,61b 1204248,93c
G1 107,03,14b 1463254,61ab
G2 109,56,08b 1372233,02bc
G3 127,76,69a 167260,14a

Rataan suhu dan kelembaban lingkungan yang cukup luas yaitu 10-
udara lingkungan selama penelitian 30oC dan kelembaban udara yang
tersaji dalam Tabel 4. Ternak kelinci beragam dari lingkungan pantai hingga
dapat dipelihara pada kisaran suhu pegunungan (Sarwono, 2002).
o
Tabel 4. Rataan suhu ( C) dan kelembaban udara (%) lingkungan kandang selama
penelitian
Perlakuan Suhu udara Kelembaban udara

S1 25,00,90 81,02,81
S2 26,00,93 80,02,36
S3 25,50,88 80,02,97
G1 26,00,98 82,02,94
G2 25,00,97 80,02,42
G3 26,00,91 80,02,34

Pernafasan merupakan aktivitas perbedaan frekuensi pernafasan ternak


tubuh untuk mengkonsumsi oksigen dan dalam penelitian ini.
memproduksi karbondioksida. Denyut jantung adalah detak
Konsumsi oksigen bermanfaat untuk jantung per menit. Faktor-faktor yang
menghasilkan energi tubuh dari mempengaruhi frekuensi denyut jantung
pembakaran zat-zat makanan, adalah ukuran tubuh, umur, jenis
sedangkan karbondioksida merupakan kelamin, kondisi tubuh, exercise dan
hasil sisa pembakaran tersebut kebuntingan (Swenson, 1970). Denyut
(Trisunuwati, 1989). Frekuensi jantung dapat diamati dengan baik pada
pernafasan pada ternak kelinci dapat arteri femularis (Trisunuwati, 1989).
terlihat jelas dari gerakan badannya. Frekuensi denyut jantung kelinci adalah
Bahan atap dan ketinggian kandang 120-150 per menit, tetapi dalam
yang berbeda tidak menimbulkan keadaan takut dapat mencapai 200-300

4
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (1):1 - 6

per menit. halnya, berdasarkan uji statistik


Dalam penelitian ini, denyut diketahui bahwa bahan atap dan
jantung tertinggi didapatkan pada ternak ketinggian kandang berpengaruh nyata
dengan perlakuan bahan atap genteng (p<0,05) terhadap pertambahan bobot
dan seng dan ketinggian kandang 30 cm badan ternak dalam penelitian ini.
dari permukaan tanah (G1 dan S1) Berdasarkan uji Duncan diketahui
(Tabel 2) yaitu 1708,13 dan 1681,28. bahwa pertambahan bobot badan
Denyut jantung terendah didapatkan tertinggi didapatkan pada ternak dengan
pada perlakuan S3 dan G2 yaitu perlakuan G3 (bahan atap genteng
1562,54 dan 159 4,28. Secara umum dengan ketinggian kandang 130 cm).
dapat disimpulkan bahwa makin tinggi Hal ini disebabkan ternak pada
ketinggian kandang maka denyut perlakuan tersebut juga mempunyai
jantung menurun. Berdasarkan hasil konsumsi total pakan tertinggi.
yang diperoleh terhadap suhu tubuh, Genteng mempunyai sifat dapat
frekuensi pernafasan dan denyut jantung menahan panas dan dingin udara,
ternak maka dapat dikatakan bahwa berlubang antar sela-selanya hingga
status fisiologis ternak kelinci terburuk menimbulkan aliran udara. Pada saat
dalam penelitian ini diberikan oleh udara dingin, genteng dapat melepaskan
perlakuan ketinggian kandang terendah, panas yang disimpannya. Penggunaan
yaitu 30 cm. bahan atap genteng dapat mendinginkan
Konsumsi pakan adalah jumlah ruang kandang saat udara panas dan
pakan yang diberikan dikurangi dengan sebaliknya dapat menghangatkan saat
pakan yang tersisa. Banyak sedikitnya udara dingin.
konsumsi pakan sangat tergantung pada Berdasarkan keseluruhan hasil
ukuran tubuh ternak, sifat genetis yang diperoleh dalam penelitian ini
(breed), suhu lingkungan, tingkat dapat disimpulkan bahwa penggunaan
produksi, perkandangan, kualitas dan bahan atap genteng dan ketinggian
kuantitas pakan serta penyakit (Wahyu, kandang 130 cm memberikan status
1985). Berdasarkan hasil analisis ragam fisiologis dan pertambahan bobot badan
diketahui bahwa bahan atap dan yang terbaik.
ketinggian kandang memberikan
pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) KESIMPULAN
terhadap konsumsi total pakan ternak. Bahan atap dan ketinggian
Konsumsi tertinggi didapatkan pada kandang tidak mempengaruhi fisiologi
ternak dengan perlakuan G3 (bahan kelinci jantan lokal lepas sapih, kecuali
atap genteng dengan ketinggian untuk denyut jantung. Ketinggian
kandang 130 cm). Perlakuan lainnya kandang 30 cm memberikan status
memiliki konsumsi total pakan yang fisiologis ternak kelinci dalam
relatif sama. penelitian menjadi terburuk.
Pertambahan bobot badan Pada bahan atap seng, semakin
merupakan selisih antara bobot badan tinggi ketinggian kandang maka
akhir dengan bobot badan awal. pertambahan bobot badan kelinci lokal
Pertambahan bobot badan akan cepat lepas sapih semakin menurun.
pada saat sebelum dewasa tubuh, Sebaliknya untuk bahan atap genteng,
namun pada tingkat usia tertentu akan semakin tinggi ketinggian kandang
melambat sampat pertumbuhan berhenti maka pertambahan bobot badan dan
setelah ternak dewasa (Heath dan konsumsi pakan kelinci jantan lokal
Olusanya, 1980). Demikian pula lepas sapih semakin meningkat.

5
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (1):1 - 6

Kombinasi terbaik untuk bahan


atap dan ketinggian kandang terhadap
parameter fisiologis dan pertambahan
bobot badan kelinci jantan lokal lepas
sapih adalah bahan atap genteng dengan
ketinggian 130 cm.

DAFTAR PUSTAKA
Heath dan Olusanya, S., 1980. Anatomy
and Physiology of Tropical
Livestock. Longman Group
England. 123-125.
Junus, M. 1985. Kehidupan Ternak di
Lingkungan Tropis. F.
Peternakan Universitas
Brawijaya. Malang. 50: 56-57:
61:67
Sarwono, B. 2002. Kelinci Potong dan
Hias. Agro Media Pustakan,
Jakarta 7:20-21:45
Sudjana, 1995. Desain dan Analisis
Eksperimen. Edisi ke -4. Tarsito.
Bandung. 273-277.
Swenson, M. J. 1970. Dukes
Physiology of Domestic
Animals. Eight Edition.
Comstock Publshing Associates.
A Division of Cornell University
Press. Ithaca London. 305:
1121-1122.
Trisunuwati, P. 1989. Mengenal Ternak
Kelinci. Nuffic. Fakultas
Peternakan Universitas
Brawijaya, Malang. 1-5: 16.
Wahyu, I. 1985. Illmu Nutrisi Unggas.
Gadjah Mada Univ. Press.
Yogyakarta. 360.

You might also like