You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya. Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi, kejadiannya lebih tinggi
pada usia diatas 35 tahun. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun,
menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen.1,2
Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39% - 11,87% dari semua penderita
ginekologi yang dirawat. Walaupun biasanya asimptomatik, mioma dapat menyebabkan
banyak problem termasuk metrorrhagia dan menorrhagia, rasa sakit bahkan infertilitas.
Memang, perdarahan uteri yang sangat banyak merupakan indikasi yang paling banyak untuk
dilakukan histerektomi. Hal ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang
paling efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri
itu sendiri.1
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus dan jaringan ikat
sekitarnya. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Sering
ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat
lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus. Walaupun jarang terjadi mioma
uteri biasa berubah menjadi malignansi (<1%).Gejala mioma uteri secara medis dan social
cukup meningkatkan morbiditas, termasuk menorragia, ketidaknyamanan daerah pelvis, dan
disfungsi reproduksi.2
Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40%.
Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan
mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadisebelum menarche
dan menopause. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39-11,87% dari semua
penderita ginekologi yang dirawat. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk mengambil
kasus mengenai mioma uteri dalam makalah kali ini.1,2,3

1
BAB II

ILUSTRASI KASUS

II.1 Idenditas Pasien

Nama : Ny. W

No. RM : 230111869

Usia : 45 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : sudah menikah

II.2 Anamnesis

II.2.1 Keluhan Utama

Pasien mengeluh haid yang banyak sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

II.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien berusia 45 thn, datang dengan keluhan haid yang banyak sejak 1 hari yang lalu.
Pasien mengganti pembalut berukuran 30 cm sebanyak 5 kali lalu pasien mengganti pembalut
menjadi pampers dan sudah mengganti 2 kali pampers. Perdarahan disertai dengan gumpalan-
gumpalan. Pasien mengeluh nyeri perut. Nyeri perut timbul beramaan dengan perdarahan.
Pasien mengeluh pusing dan lemas. Pasien tidak ada demam. Buang air kecil normal,
BAB normal.

II.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu dan Riwayat Penyakit keluarga

Pasien sudah pernah mengalami keluhan seperti ini dua bulan yang lalu. Riwayat
hipertensi tidak ada. Diabetes milletus tidak ada. Riwayat operasi tidak ada.
2
II.2.4 Riwayat Menstruasi

Pasien menarche pada usia 13 tahun, siklus teratur dengan durasi 5-7 hari. Ganti
pembalut 2-3x per hari dan tidak disertai dengan dismenore.

II.2.5 Riwayat Pernikahan

Sudah menikah 1 kali selama 28 tahun

II.2.6 Riwayat KB

Pemakaian IUD sejak tahun 2010

II.2.7 Riwayat obstetri

Anak 1: usia 22 tahun, laki-laki lahir spontan, BBL: 3200 gr

II.2.8 Riwayat sosial

Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga

II.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak lemas

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan darah : 90/60 mmhg Nadi : 90 x/menit

Pernapasan : 20x/menit Suhu : 36,5oC

Status Generalisata

Kepala : Mesosephal

Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik - / -

Thoraks :

Inspeksi : perggerakan dinding dada simetris, retraksi (-)

3
Cor

o Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak


o Palpasi : Ictus Cordis teraba
o Perkusi : Pekak
: Batas kanan : Linea parasternalis dextra

: Batas Kiri : Melebar ke arah lateral


: Batas Atas : ICS II sinistra

: Batas Bawah: ICS VI sinistra

o Auskultasi : BJ I/II murni regular, bising (-)

Pulmo

o Palpasi
Fremitus raba : Kiri=kanan
Nyeri tekan : (-)
o Perkusi
Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru hepar : ICS VI dextra anterior
Batas paru belakang kanan : CVTh.IXdextra
Batas paru belakang kiri : CVTh. XI sinistra

o Auskultasi
Bunyi pernapasan : Vesikuler
Bunyi tambahan : Rh -/- Wh -/-
Abdomen

o Inspeksi : Datar, ikut gerak napas


o Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), massa tumor tidak teraba
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak ada Ballotement
o Perkusi : Timpani (+)

4
o Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal

Ekstremitas : akral hangat, oedem - / -, CRT >2 detik

Status Ginekologis
I : v/u tenang, perdarahan (+)

vT : massa bulat teraba pada ostium cervix dengan diameter 5-6 cm

Diagnosa Banding:
1. Mioma Uteri
2. Polip endometrium
3. Polip Serviks
4. Kanker serviks

Pemeriksaan Anjuran :
1. pemeriksaan USG

Status Ginekologis

USG

- Tampak uterus membesar


- Tampak gambaran massa berbatas tegas tunggal berukuran 5x6 cm
Kesan mioma uteri observasi geburt

Diagnosa Kerja

Anemia et mioma uteri observasi geburt

Rencana Pengobatan

- Transfusi PRC sampai Hb > 10 gr/dl


- Inj Asam traneksamat 3x500 mg

5
- Inj ceftriaxon 2 x 1gr
- Operasi histerektomi

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

HEMATOLOGI

Darah Rutin

Hemoglobin 7.2 14 18 g/dL

Leukosit 8.300 5 10 Ribu

Eritrosit 4,08 3.8 5.9 Juta

Hematokrit 24,3 37 48 %

Trombosit 383 150 450 Ribu

MCV 59,6 100 120 Mikro m3

MCH 17,6 34 38 Pg

MCHC 29,6 32 36 g/dL

RDW 18,0 10 16 %

MPV 8.8 7 11 Mikro m3

Golongan Darah A

Ureum 30 15-45 mg %

Kreatinin 1 0.6-1.3 mg %

Glukosa sewaktu 90 74-105 Mg/dL

PTT 12 9,7- 13,1 Detik

APTT 25,7 23-30 DETIK

HbsAg Non reaktif Nonreaktif

6
Follow up

Hari / S O A P
Tanggal

Perawatan Pasien masih KU : lemah/CM Mioma uteri Inj as.


hari ke-1 merasa lemas geburt Tranexamat
N : 80x/mnt
3x1 amp
Perdarahan
RR : 18 x/mnt
dari jalan lahir Transfusi PRC 4
sudah S : 36.5 0C kolf
berkurang
Td: 140/70 Inj ceftriaxon
Nyeri perut 2x1gr
K/L :
masih terasa
Inj ketorolac 3x
Mata: CA +/+ 30 mg

Thoraks : dbn Pro operasi

Abdomen : dbn

Ekstremitas :
Akral hangat,
CRT>2

Ku: tampak
lemah

TD: 159/80 mmhg

N: 80 x/mnt
Pukul 14.00
RR: 22 X/MNT
Pasien
S: 36.5 C
mengeluh

7
perdarahan S generalisata:
hebat, perut
Mata: CA +/+
nyeri, lemas
EKS: akral dingin,
CRT >2

S obsteri:

Ppv (+) dan stosel-


stosel

Perawatan Pasien KU : Lemah Mioma Uteri Inj. As.


hari ke-2 mengeluh N : 80x/mnt geburt Tranexamat 3x
perdarahan 500 mg
RR : 18 x/mnt
sudah
S : 36,8 0C Inj ceftriaxon
berkurang
TD: 140/90 2x1gr
Masih terasa
K/L : Inj ketorolac 3x
lemas, pusing (-)
Mata; CA +/+ 30 mg

Thoraks : dbn

Abdomen : dbn

Ekstremitas : dbn

Perawatan
hari ke-3
Mioma Uteri Inj. Ceftriaxon
KU : Lemah
geburt 2x1 gr
N : 80x/mnt

RR : 18 x/mnt Inj As.


Tranexamat
S : 36,8 0C
Perdarahan 3x500 mg
TD: 140/90
sudah
K/L : Inj ketorolac 3x
berkurang, nyeri
30 mg
perut (-), Mata; CA -/-

8
lemas(-), pusing Thoraks : dbn Operasi Hari ini
(-) Abdomen : dbn

Ekstremitas : dbn

Pemeriksaan
darah:

HB: 9.0

Perawatan Pasien KU : Lemah Mioma uteri Inj ceftriaxon


hari ke-4 mengeluh masih N : 80x/mnt geburt 2x1 gr
merasa nyeri
RR : 18 x/mnt Inj
pada bekas
S : 36,7 0C as.tranexamat
jahitan, flattus
TD: 140/90 3x500 mg
(+), sudah dapat
menggerakkan K/L : Inj keteroloc
kaki, sudah Mata; CA -/- 3x30 mg
dapat Thoraks : dbn
memiringkan
Abdomen : dbn
badan kekanan
Ekstremitas : dbn
dan kiri

Perawatan Pasien KU : Lemah Mioma uteri Inj ceftriaxon


hari ke-5 mengeluh nyeri geburt 2x1gr
N : 80x/mnt
pada jahitan,
Inj as
pasien sudah RR : 18 x/mnt
tranexamat 3x
dapat duduk.
S : 36,8 0C 500 mg

TD: 140/90 Inj ketorolac 3x


30 mg
K/L :

Mata; CA -/-

Thoraks : dbn

Abdomen : dbn

Ekstremitas : dbn

9
Perawatan Pasien mngeluh KU : Lemah Inj ceftriaxon 2x
hari ke 6 nyeri pada 1 gr
N : 80x/mnt
jahitan namun
Inj. As.
sudah RR : 18 x/mnt
Tranexamat 3x
berkurang,
S : 36,8 0C 500 mg
pasien sudah
dapat berjalan, TD: 140/90 Inj ketorolac 3 x
bak normal, bab 30 mg
K/L :
normal
Obat pulang:
Mata; CA -/-
Ceftriaxon 2 x
Thoraks : dbn
500mg
Abdomen : dbn
As. Mafenamat
Ekstremitas : dbn 3x 500 mg

10
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya. Dalam kepustakaan, mioma dikenal juga dengan istilah fibromioma,
leiomioma atau pun fibroid. Tumor jinak ini dilipat oleh pseudokapsul yang berasal dari
sel otot polos yang imatur. Mioma uteri memiliki konsistensi padat kenyal, batas jelas, tidak
nyeri, bisa soliter atau multipel.1,2

III.2 Epidemiologi
Mioma uteri merupakan tumor terbanyak dari uterus. Prevalensinya mencapai 20%
populasi wanita > 30 tahun dan 35-40% pada wanita > 50 tahun. Novak menemukan 27%
wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam
ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menars.
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia,
mioma uteri ditemukan 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.1
Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya
mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil.
Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil
atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,
kegemukan dan nullipara.2
Lokasi terbanyak pada intramiral (menyebabkan uterus berbenjol-benjol). Mioma sub
mukosum jarang (5-10%) tetapi secara klinik sangat penting karena hampir selalu
menimbulkan syptom/gejala. Mioma subserosum dapat timbul retro peritoneal/ intra
ligamenter.1,2,3

III.3 Etiologi
Penyebab pasti mioma uteri belum diketahui. Namun ada beberapa faktor yang diduga
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, antara lain:3,4,5
Umur

11
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun. Prevalensinya mencapai
20% populasi wanita > 30 tahun dan 35-40% pada wanita > 50 tahun. Gejala klinis
paling sering dikeluhkan pada pasien usia 35-45 tahun.
Paritas
Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah
hamil atau hanya hamil 1 kali. Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang
relatif infertil.
Faktor ras dan genetik
Pada ras kulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Kejadian tumor ini juga tinggi
pada wanita dengan riwayat keluarga yang menderita mioma.
Fungsi ovarium
Terdapat hubungan antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma. Mioma uteri
muncul setelah menars, berkembang setelah kehamilan dan mengalami kemunduran
(regresi) setelah menopause.

III.4 Patofisiologi
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan
Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan
tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.
Puukka dan kawan kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak
didapati pada miometrium normal. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor
pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen.
Anderson, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih
banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma.3,4,5

III.5 Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah
dari korpus uteri. Berikut adalah klasifikasi mioma berdasarkan lokasinya:1,2
Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina, dapat menyebabkan infeksi.

12
Isthmica (7,2%), menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim dan seringkali tanpa gejala.
Menurut tempatnya di korpus uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma
uteri dibagi 4 jenis antara lain mioma submukosa, mioma intramural, mioma subserosa, dan
mioma intraligamenter. Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%),
subserosa (48,2%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).1,2

1. Mioma submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di jumpai
6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi
mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma
submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu
kuret, dikenal sebagai Currete bump. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada
mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,
dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah mengalami
infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis
karena proses di atas.

2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,
jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi
tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai
bentuk yang berdungkul dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding
depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas,
sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

3. Mioma subserosa
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi
oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi
mioma intraligamenter.

13
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus. Jarang sekali ditemukan satu
macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu
saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah
maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun
seperti kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat
longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.

Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri

III.6 Gambaran Mikroskopik


Pada pembelahan jaringan mioma tampak lebih putih dari jaringan sekitarnya. Pada
pemeriksaan secara mikroskopik dijumpai sel-sel otot polos panjang, yang membentuk
bangunan yang khas sebagai kumparan. Inti sel juga panjang dan bercampur dengan jaringan
ikat. Pada pemotongan tranversal, sel berbentuk polihedral dengan sitoplasma yang banyak
mengelilinginya. Pada pemotongan longitudinal inti sel memanjang, dan ditemukan adanya
mast cells diantara serabut miometrium sering diinterprestasi sebagai sel tumor atau sel raksasa
(giant cells).5,6

Perubahan Sekunder
1. Atrofi.
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir mioma uteri menjadi kecil.

14
2. Degenerasi hialin.
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut. Tumor kehilangan struktur
aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari
padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

3. Degenerasi kistik.
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga
terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistansi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

4. Degenerasi membatu.
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan
memberikan bayangan pada foto rontgen.

5. Degenerasi merah.
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena
suatu nekrosis subakut akibat gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat terlihat sarang
mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda yang disertai
emesis dan haus, sedikit demam dan kesakitan, tumor dan uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik seperti ini menyerupai tumor ovarium terpuntir atau mioma
bertangkai

6. Degenerasi lemak.
Keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada degenerasi hialin yang lanjut,
dikenal dengan sebutan fibrolipoma.6

III.7 Diagnosis
Diagnosis mima uteri ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
- Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.

15
- Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang besar.
- Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.1,2
2. Pemeriksaan fisik
- Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
- Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut
menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
- Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.1,2
3. Gambaran Klinis
Pada umumnya wanita dengan mioma tidak mengalami gejala. Gejala yang terjadi
berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma yaitu :1,2
a. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)
b. Perut terasa penuh dan membesar
c. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika terjadi
penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang bertangkai, pelebaran
leher rahim akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari mioma. Gejala lainnya
adalah:
- Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan saluran kemih
menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis (pembesaran ginjal)
- Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang mengakibatkan konstipasi
(sulit BAB) atau sumbatan usus
- Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri hebat, luka, dan
infeksi
Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta kemungkinan tromboflebitis
sekunder karena penekanan pelvis (rongga panggul)1,2,4
4. Pemeriksaan luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat terbatas
atau bebas.
5. Pemeriksaan dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas
dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium. Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini
disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang

16
mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.
Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma
terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi
pembentukan eritropoetin ginjal.3,4
USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan
adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi
kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya,
leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya dengan mioma dan
konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.3.6
Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada beberapa
bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus
membesar dan berbentuk tak teratur.1,2
Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai
fungsi ginjal dan perjalanan ureter. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma
submukosa disertai dengan infertilitas. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.1,2

III.8 Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadi anemia.
2. Degenerasi ganas. Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32 0,6
% dari seluruh mioma serta merupakan 50 75 % dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.
3. Torsi mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk mioma tetapi
yang paling sering adalah jenis mioma submukosa pendinkulata.2,5

Diagnosis Banding
Pada mioma subserosa, diagnosa bandingnya adalah tumor ovarium yang solid, atau kehamilan
uterus gravidus. Sedangkan pada mioma submucosum yang dilahirkan diagnosa bandingnya
adalah inversio uteri. Kemudian, pada mioma intramural, diagnosa bandingnya adalah
adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau sarcoma uteri.1.3

17
III.9 Penatalaksanaan
Pilihan pengobatan mioma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan untuk
mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi serta jenis mioma
uteri itu sendiri.7,8
1. Konservatif
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun medikamentosa
terutama bila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.
Penanganan konservatif, bila mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.
Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
- Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
- Pemberian zat besi.
- Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi setiap
minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan
gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik
yang serupa yang ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam
mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu.
- Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan
beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan dapat
mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
- Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai efek terapeutik.
Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan pemberian progestin dan
levonorgestrol intrauterin.7,8

2. Pengobatan Operatif
Penanganan operatif, bila:
- Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
- Pertumbuhan tumor cepat.
- Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
- Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
- Hipermenorea pada mioma submukosa.
- Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
a. Enukleasi Mioma

18
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan
masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan
terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan.
Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah
dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat
berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio
sesarea.7,8
Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG)
adalah sebagai berikut :
Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran
yang berulang.
b. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki
leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi
adalah sebagai berikut:
Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan olah pasien.
Perdarahan uterus berlebihan :
Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari.
Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :
Nyeri hebat dan akut.
Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.
Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak disebabkan infeksi
saluran kemih.7,8
c. Penanganan Radioterapi
- Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
- Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
- Bukan jenis submukosa.
- Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
- Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.

19
- Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.

Mioma Uteri dan Kehamilan


Pengaruh mioma uteri pada kehamilan adalah :
- Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi kavum uteri khususnya pada mioma
submukosum.
- Dapat menyebabkan kelainan letak janin
- Dapat menyebabkan plasenta previa dan plasenta akreta
- Dapat menyebabkan HPP akibat inersia maupun atonia uteri akibat gangguan mekanik
dalam fungsi miometrium
- Dapat menganggu proses involusi uterus dalam masa nifas
- Jika letaknya dekat pada serviks, dapat menghalangi kemajuan persalinan dan
menghalangi jalan lahir.
Pengaruh kehamilan pada mioma uteri adalah :
- Mioma membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang
meningkat
- Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah
diutarakan sebelumnya, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna
mengangkat sarang mioma. Namun, pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang
menyebabkan perdarahan.
- Meskipun jarang, mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi dengan gejala dan tanda
sindrom akut abdomen.
Terapi mioma dengan kehamilan adalah konservatif karena miomektomi pada kehamilan
sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan dapat juga menimbulkan
abortus. Operasi terpaksa jika lakukan kalau ada penyulit-penyulit yang menimbulkan gejala
akut atau karena mioma sangat besar. Jika mioma menghalangi jalan lahir, dilakukan SC
(Sectio Caesarea) disusul histerektomi tapi kalau akan dilakukan miomektomi lebih baik
ditunda sampai sesudah masa nifas.5,7,8

III.10 Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Miomektomi yang ekstensif
dan secara signifikan melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka diharuskan
SC pada persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh kembali setelah miomektomi terjadi pada
15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.1,8

20
BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Penegakkan Diagnosa

Pasien ini berusia 45 thn sesuai dengan Anwar, 2014 yang menyatakan 18 juta perempuan
usia 30-55 tahun mengalami haid yang berlebihan. Haid dengan interval normal teratur tapi
jumlah darah dan durasi lebih dari normal yang disebut dengan menoragia dapat disebabkan
salah satunya oleh mioma uteri. Miom a uteri sendiri terjadi pada 20-25% perempuan di usia
reproduktif. Mioma jarang ditemukan sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon
reproduksi dan hanya bermanifestasi selama usia reproduktif.1,2

Anamnesa

Keluhan utama pada pasien ini adalah haid dengan jumlah volume darah yang banyak.
Pada pasien ini selama satu hari mengganti pembalut lebih dari 6 kali. Sesuai dengan Anwar,
2016 yang mengatakan perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak dan atau durasi
lebih lama dari normal dengan siklus yang teratur disebut dengan menoragia. Secara klinis
menoragia didefinisikan dengan total jumlah darah haid lebih dari 80 ml per siklus dan durasi
haid lebih lama dari 7 hari. Sulit menentukan jumlah darah haid secara tepat. Oleh karena itu
bisa disebutkan bahwa bila ganti pembalut 2-5 kali per hari menunjukkan jumlah darah haid
normal. Menoragia adalah jika ganti pembalut lebih dari 6 kali per hari.2

Penyebab terjadinya menoragia salah satunya ada mioma uteri. Perdarahan pada mioma
uteri dadap disebabkan oleh hambatan pasokan darah endometrium, tekanan dan bendungan
pembuluh darah di area tumor atau ulserasi endometrium diatas tumor. Pada tumor bertangkai
seringkali menyebabkan trombosisi vena dan nekrosis endometrium. Mioma submukosa
mempunyai gejala perdarahan yang lebih sering, hal tersebut dikarenakan pada lapisan tersebut
banyak terdapat vaskularisasi.2

Keluhan yang dirasakan selain haid yang banyak adalah nyeri perut. Mioma tidak
menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila kemudian terjadi gangguan vaskular.
Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenarasi akibat oklusi pembuluh darah, torsi,
infeksi dan kontraksi mioma uterus sebagai upaya mengeluarkan mioma. Nyeri pinggang dapat

21
terjadi pada penderita mioma yang menekan persyarafan yang berjalan di atas permukaan
tulang pelvis. Nyeri pada mioma sering dikarenakan karena torsi pada mioma. Mioma yang
bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami
nekrosis. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk mioma tetapi yang paling sering adalah
jenis mioma submukosa pendinkulata.1,3

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien terlihat lemah, konjuntiva terlihat anemis dan
CRT>2. Konjungtiva terlihat anemis menunjukkan adanya anemia. Anemia yang dialami oleh
pasien disebabkan oleh volume haid yang banyak. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi
anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit
untuk dikoreksi dengan suplemen zat besi.

Pada pemeriksaan ginekologis vaginal toucher didapatkan adanya perabaan massa di


ostium serviks dengan diameter 5-6 cm. Adanya massa tersebut mengarakan kecurigaan
terhadap mioma uteri gebut, polip endometrial dan polip serviks. mioma uteri geburt: mioma
jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga dapat keluar melalui ostium serviks. Polip serviks
: polip serviks bervariasi dari tunggal hingga multipel, berwarna merah terang, rapuh. polip
ditemukan berupa penjulururan berwarna merah yang dapat keluar dari ostium serviks. Polip
endometrial memiliki gambaran klinik yaitu perdarahan di luar siklus dan apabila tangkai polip
berukuran cukup panjang sehingga memungkinkan ujung polip mengalami protursi keluar
ostium serviks.1,2

Diagnosa Banding

3. Mioma Uteri Geburt


Gejala klinik yang ditimbulkan adlah perdarahan abnormal uterus, nyeri dan adanya
gangguan pada BAK. mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga dapat keluar
melalui ostium serviks.
4. Polip endometrium
Gejala klinis yang ditimbulkan adalah perdarahan diluar siklus haid. Apabila tangkai polip
beukuran cukup panjang sehingga memungkinkan ujung polip mengalami protursi keluar
ostium serviks.
5. Kanker serviks

22
Gejala umum adalah perdarahan pervaginam, pascasanggama, perdarahan diuar haid) dan
keputihan. Gejala lain seperti keluar cairan pervaginam yang berbau busuk, nyeri panggul
nyeri pinggang, BAK dan BAB terasa sakit.

6. Polip Serviks.

polip serviks bervariasi dari tunggal hingga multipel, berwarna merah terang, rapuh. polip
ditemukan berupa penjulururan berwarna merah yang dapat keluar dari ostium serviks.

Pemeriksaan Penunjang

Status Ginekologis

USG

- Tampak uterus membesar


- Tampak gambaran
o Massa berbatas tegas tunggal berukuran 5x6 cm
Kesan mioma uteri observasi geburt
Berdasarkan pemeriksaan penunjang didapatkan adanya massan pada uetrus, serta saat
dilalukan pemerikssan vaginal toucher didaparkan terdapat massa pada cervix. Sesuai dengan
yang mengatakan mioma yang terlepas kemudian menempel pada miometrium disebut dengan
mioma geburt atau mioma bertangkai, mioma bertangkai ini dapat keluar melalui ostium
serviks. Pada pemeriksaan lab darah ditemukan jumlah Hb 7,2, pemeriksaan tersebut
menunjukkan adanya anemia pada pasien ini Berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan diagnosa Anemia et mioma uteri observasi geburt.1,2

IV. Pentalaksanaan

- Transfusi PRC sampai Hb > 10 gr/dl


- Asam traneksamat 3x500 mg PO
- Operasi Histerektomi

Pada pasien ini ditransfusi PRC sampai Hb >10 gr/dl. Pemberian darah dilakukan untuk
memperbaiki keadaan umum pasien. Pemberian asam traneksamat 3x 500 mg PO, as
tranexamat merupakan golongan obat anti fibrinolitik., mengahambat pecahnya bekuan
darah sehingga perdarahan dapat terhenti.
Pada pasien ini akan dilakukan tindakan operatif, penanganan operatif, bila:

23
- Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
- Pertumbuhan tumor cepat.
- Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
- Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
- Hipermenorea pada mioma submukosa.
- Penekanan pada organ sekitarnya.
- Perdarahan hebat dan nyeri hebat
Penanganan operatif pada pasien akan dilakukan tindakan histerektomi, histerektomi
dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki
leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk
histerektomi adalah sebagai berikut:
1. Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan olah pasien.
2. Perdarahan uterus berlebihan :
Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari.
Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :
Nyeri hebat dan akut. Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.
Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak disebabkan infeksi
saluran kemih.1,2,7

24
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa penulis dapatkan adalah

1. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos uteri dan
jaringan ikat yang menumpangnya dan sering juga disebut sebagai fibromioma,
leiomioma, fibroid.
2. Mioma uteri insidensinya hanya bagi wanita usia reproduktif
3. Mioma diduga penyebab timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon
estrogen. Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri, atau
memakai mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan
banyak sekali mediator didalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin
growth factor 1 (IGF-1). Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi
somatik dari sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakupi rentetan perubahan pada
kromosom, baik secara parsial maupun secara keseluruhan.
4. Mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain mioma submukosa, mioma intramural, mioma
subserosa, dan mioma intraligamenter.
5. Penatalaksanaanoperatif hanya dilakukan apabila tumor mengalami pertumbuhan yang
cepat dan jumlahnya banyak, sementara terapi konservatif bisa dilakukan apabila
mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Sutoto, MS Joedosepoetro, Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, dalam: Ilmu


Kandungan Edisi Kedua Cetakan Ketiga, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1999.

2. Callahan MD MPP, Tamara L, Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints
Obstetrics & Gynecology, Boston, Blackwell Publishing, 2005.

3. Hart MD FRCS FRCOG, David McKay, Fibroids in Gynaecology Illustrated, London,


Churchill Livingstone, 2000.

4. Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD, Tumors of the Myometrium in Diagnostic
Gynecologic and Obstetric Pathology, Boston, Elsevier Saunders, 2003.

5. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi; Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri
dan Ginekologi Indonesia, Jakarta 2003.

6. Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al, Fibroids in Obstetrics and Gynaecology,
London, Mosby, 2004.

7. Karim A, Murah Manoe IMS. Mioma uteri. Dalam: Djuana AA, et al, editors. Pedoman
diagnosis dan terapi. Edisi pertama. Ujung pandang; bagian SMF Obstetri dan
Ginekologi FKUH RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo;1999:282-7.
8. Berek Jonathan. S. MD, MMsc, Benign Disease of the Female Reproductive Tract, In:
Novak`s Gynaecology 11th ed; Los Angeles; Williams & Wilkins Awarerly
Company, 358-361

26
27

You might also like