You are on page 1of 16

Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Rekayasa Genetika

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah


Filsafat Ilmu
Dosen :Prof. Dr. Gusti Putu Suryadarma

Disusun oleh :
Luluk Hamidah (17725251051)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia telah memikirkan asal-usulnya selama ribuan tahun, melalui proses berfikir
yang rumit dan terus-menerus. Kecenderungan manusia untuk terus memikirkan sesuatu
menghasilkan muaranya yang dikenal sebagai filsafat, Filsafat bukan ilmu pasti seperti ilmu
alam, namun juga bukan pula kepercayaan yang tidak berdasar, filsafat dapat disebut sebagai
seni perkiraan rasional (Russel; 2002:1) Will Durant menyatakan bahwa filsafat dapat
diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk mendaratkan pasukan infanteri,
filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan, sedangkan ilmu bertugas
untuk merumuskan dan menyempurnakan hasil filsafat untuk menjadi pengetahuan yang dapat
diandalkan.
Seorang filosof memulai kegiatannya melalui proses berfikir yang mendalam, utuh dan
terarah. Descartes bahkan berucap Corgito ergo sum, I think, therefore I am. Filsafat berusaha
mencari hakikat dari segala sesuatu yang ada, Machan (1977) mengungkapkan filsafat yaitu
Philosophy is an activity; that is, something done by human being and directed toward some
goals. Philosophy is something quite specific; it is a human activity of certain kind, not just any
variety of gabbing, speculating or debating. Filsafat ilmu adalah telaah ilmu secara filsafat
untuk menjawab berbagai macam pertanyaan tentang hakikat berbagai macam ilmu, hal ini
menyangkut objek yang ditelaah oleh Ilmu tersebut (Ontologi), Cara memperoleh ilmu
(Epistemologi) dan untuk apa Ilmu digunakan (Aksiologi). Melalui filsafat, ilmu berkembang
lebih pesat, peningkatan pengetahuan dilakukan untuk menjawab berbagai macam pertanyaan
yang menyusul muncul setiap selesai satu ilmu dilahirkan.
Tidak kurang kemajuan penerapan filsafat sebagai ilmu, diiringi teknologi yang
dikembangkan dalam biologi. Sebagai cabang ilmu yang menelaah segala sesuatu tentang
makhluk hidup, Biologi menjadikan fungsinya sebagai cabang ilmu yang unik, menjawab
pertanyaan-pertanyaan secara fisik dan filosofis tentang darimana manusia berasal, apakah
semua makhluk hidup berasal dari sel yang sama, Siapa yang mengatur pembelahan sel dari satu
sel membelah, menjadi organisme multiseluler, dan seterusnya. Kemajuan ini tentu bukan tanpa
konsekuensi, Biologi seringkali dianggap sebagai Cabang ilmu yang melakukan intervensi
terhadap kekuasaan Tuhan karena mencampuri kegiatan yang selama ini dianggap diluar
kekuasaan manusia, terlepas dari tersirat atau tidaknya dalam kitab suci berbagai macam agama
samawi, penerapan biologi dalam kenyataannya seringkali dianggap sebagai perusak stabilitas
alamiah ciptaan Tuhan.

Perkembangan biologi sebagai ilmu kini semakin pesat, berbagai macam penemuan baru
semakin mengukuhkan manusia sebagai makhluq yang mampu mengatur segala sesuatu, Biologi
mewujudkannya dalam penguasaan atas kewenangan manusia mengelola makhluk hidup di
sekitarnya bahkan mengatur perkembangan dirinya sendiri. Teknologi kedokteran, pertanian,
ilmu lingkungan dan sebagainya menjadi tumpuan harapan para ilmuan biologi untuk menjawab
berbagai permasalahan yang berhubungan dengan makhluk hidup. Ilmu penurunan sifat
(Genetika) dikembangkan sebagai cabang biologi menyebabkan biolog bukan sekedar mampu
mengamati berbagai fenomena alam dan makhluq yang ada, namun juga mampu memperkirakan
keturunan, menyarankan persilangan (perkawinan) bahkan merekayasa organisme keturunan
untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik.
Genetika juga tidak membatasi objek penelaahan sebagai target pengambangan ilmu,
manusia dijadikan sebagai objek penelitian, yang belum pernah dilakukan sebelumnya Dalam hal
ini lengkaplah sudah bahwa anggapan tersebut seolah mendekati kebenaran; Biologi (Genetika)
adalah cabang ilmu yang memonopoli kekuasaan Tuhan sebagai pencipta (Al-Khaliq) terhadap
ciptaan (Makhluq)- Nya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Epistemologi Rekayasa Genetika


Disini diuraikan tentang bagaimana teknik rekayasa genetika diperoleh, Objek apa saja
yang menjadi telaahan rekayasa genetika, dan apa batasan kebenaran penerapan rekayasa
genetika ditinjau dari berbagai dimensi pengetahuan;
1. Bagaiamana Teknik Rekayasa Genetika diperoleh
Jauh sebelum Charles R Darwin (Bapak Evolusi) menerbitkan buku
fenomenalnya berjudul On The Origin Of Species by Means of Natural Selection,
Manusia telah mempercayai bahwa terdapat proses penurunan sifat dari induk kepada
keturunannya. Aristoteles (384-323 SM), menyatakan bahwa dalam mengubah
organisme dari bentuk sederhana menjadi lebih kompleks dan sempurna adalah
berdasarkan metafisika, Jean Baptiste Lamarck (1744-1829) menyatakan bahwa
perubahan makhluk hidup justru dipengaruhi lingkungan, bukan pembawaan. Akan
tetapi dibandingkan teori sebelumnya, Teori Darwin jauh lebih diterima karena
menyertakan bukti-bukti atau fakta yang mendukung dan merupakan hasil penelitian
ilmiah secara berpuluh-puluh tahun, teori ini juga mampu mendorong para ahli untuk
kebenaran teori tersebut.
Semenjak Teori Darwin dikemukakan, perkembangan biologi maju lebih pesat,
berbagai macam pertanyaan mengenai konsep penurunan sifat terjawab dengan lengkap.
Bahkan sejak saat itu disiplin ilmu biologi mengenai penurunan sifat dipisahkan menjadi
disiplin ilmu tersendiri yaitu genetika, disamping konsep sebelumnya tentang perubahan
makhluk hidup yang berubah terus menerus (evolusi). Darwin (disetujui ataupun tidak)
banyak memberikan masukan bermanfaat terhadap perkembangan biologi baik dalam
hal konsep ataupun teknik penelitian yang dilakukannya. meskipun demikian, hingga
saat ini terdapat konsep Darwin yang menjadi pokok perdebatan banyak kalangan,
mengenai hal ini dalam Bab Difficulties of the Theory ia menulis: Jika suatu
spesies memang berasal dari spesies lain melalui perubahan sedikit demi sedikit,
mengapa kita tidak melihat sejumlah besar bentuk transisi di mana pun? Mengapa alam
tidak berada dalam keadaan kacau-balau, tetapi justru seperti kita lihat, spesies-spesies
hidup dengan bentuk sebaik-baiknya?. menurut teori ini harus ada bentuk-bentuk
peralihan dalam jumlah besar, tetapi mengapa kita tidak menemukan mereka terkubur di
kerak bumi dalam jumlah tidak terhitung?. dan pada daerah peralihan, yang memiliki
kondisi hidup peralihan, mengapa sekarang tidak kita temukan jenis-jenis peralihan
dengan kekerabatan yang erat? telah lama kesulitan ini sangat membingungkan saya.
Pada perkembangan selanjutnya, genetika menjawab keraguan Darwin dengan
fakta sebaliknya, Sulit sekali mengakui bahwa dalam perkembangan alamiah terdapat
evolusi lompat species, melalui penelitian kacang ercis selama bertahun-tahun, Gregor
Mendel (1866) menyatakan bahwa sifat makhluk hidup diturunkan dari induk kepada
keturunannya. Pernyataan tersebut menunjukkan adanya substansi Genetika sebagai
faktor pembawa sifat, akan tetapi hasil penelitian tersebut justru mementahkan teori
spesiasi Darwin, karena pada kenyataannya dibutuhkan waktu yang lebih lama serta
spesies peralihan yang lebih banyak sebelum menghasilkan menghasilkan spesies yang
baru.
Perkembangan genetika masa kini ditandai dengan penggunaan teknologi nano
sebagai perangkat perubah penurunan sifat, keyakinan bahwa terdapatnya subjek
tertentu yang merepresentasikan sifat individu yang dapat diturunkan diikuti dengan
diketemukannya Gen (W.Johanssen) sebagai unit terkecil dalam faktor individu
pembawa sifat. Gen terdapat dalam kromosom seseorang (W. Waldayer) berisikan
substansi genetic yang merepresentasikan sifat seseorang secara utuh, Mengubah gen
berarti mengubah sifat individu, dengan cara menemukan substansi yang tepat dan
mengubahnya, maka kita dapat menghasilkan individu dengan sifat yang berbeda dari
keturunannya, hal inilah yang kemudian dikembangkan sebagai teknik rekayasa
genetika.
Teknologi rekayasa genetika semakin lama semakin berkembang pesat, sejak awal
perkembangan biologi (genetika khususnya) menjadi sorotan dalam ilmu pengetahuan,
manusia tetap menjadi objek penelitian, hal ini sebenarnya sesuai dengan tujuan ilmu
untuk mempermudah kehidupan manusia, namun apa kemudian yang akan terjadi
andaikata teknologi rekayasa genetika diterapkan sepenuhnya, akan lahir anak dari
rahim yang berbeda dengan ibu pemilik sel telur aslinya, akan diciptakan manusia-
manusia tiruan dalam bentuk dan sifat yang sama dengan garis keturunan yang tidak
jelas, akan muncul jenis hewan yang bentuknya disesuaikan kebutuhan manusia;
semangka tanpa biji, kambing berkaki pendek, ayam yang terus-menerus bertelur tanpa
dibuahi dan sebagainya, tidakkah itu merusak biodiversitas dalam tatanan yang sudah
ada sebelumnya?

2. Objek Telaah Rekayasa Genetika


a. Substansi Hereditas
1) Gen dan Kromosom
Genetika adalah cabang ilmu biologi yang menelaah masalah-masalah penurunan
sifat dalam diri makhluk hidup, gen seseorang tersimpan dalam setiap segmen atau
lokus kromosom, gen tersusun dari polimer nukleotida yang terdiri dari DNA dan
RNA. Morgan menyatakan bahwa setiap gen menempati lokus yang khas dan
kompak serta mengandung informasi genetic yang mengatur sifat tertentu (lihat gb.1).
Dalam perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa terdapat dua jenis kromosom
dalam makhluk hidup yang disebut autosom (kromosom tubuh) dan gonosom
(kromosom kelamin). Setiap makhluk hidup memiliki jumlah kromosom yang
berbeda, jumlah kromosom manusia diketahui sebanyak 46 (22 ps autosom dan 1 ps
gonosom) semakin banyak jumlah gen dalam kromosom, semakin banyak variasi
sifat yang dihasilkannya. Hal ini pula yang menjawab mengapa manusia dilahirkan
dalam bentuk yang berbeda-beda.
Gbr 1. DNA dalam Kromosom
Gbr 2. 23 Pasang kromosom tubuh manusia

Gbr 3. DNA dan Pewarisan Sifat


2) DNA dan RNA
DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) adalah bahan genetic primer, terdiri atas
monomer yang meliputi gugusan Fosfat, Gula pentosa dan Basa nitrogen. Basa
nitrogen dalam DNA terdiri atas purin (adenin dan guanin) dan pirimidin (sitosin
dan urasil) menyusun struktur tangga tali terpilin double helix, pasangan basa
nitrogen selalu tetap, yaitu Adenin dengan Timin dan Guanin dengan Sitosin.
DNA mampu melakukan replikasi sehingga memunculkan lokus gen yang lebih
banyak yang selanjutnya akan menghasilkan pembelahan sel yang baru.
RNA (Ribosa Nucleic Acid) merupakan rangkaian tunggal nukleotida dengan
padangan Purin (Adenin dan Guanin) serta Pirimidin (Sitosin dan Urasil). RNA
merupakan alat Bantu dan substansi genetic pembawa sifat dari DNA yang
sedang melakukan Replikasi (RNAd, RNAt dan RNAr).
b. Penurunan Sifat
1) Hukum Mendel
Menurut Mendel, penurunan sifat seseorang dapat diperhitungkan, beberapa
hokum Mendel yang penting diantaranya adalah persilangan galur murni baik F1, F2
dst, galur intermediate, polimeri, epistasis dan hipostasis, kriptomeri, dan
komplementer.
2) Penyakit Keturunan (Pautan Gen)
Beberapa penyakit diketahui dapat diturunkan, hal ini terjadi apabila
penyakit/kelainan yang dimiliki seseorang tersebut terpaut gen, beberapa contoh
penyakit/kelainan terpaut gen tubuh diantaranya albino dan gangguan mental, terpaut
gen kelamin diantaranya buta warna, haemofilia, polidactyla (X) telinga berambut
(hyperthrycosis) rambut kasar (hystryc gravier) (Y).
3) Golongan Darah dan Jenis Kelamin
Landsteiner (1990) menemukan bahwa terdapat 4 macam golongan darah
pada manusia diantaranya A, B, AB, dan O. keempat golongan darah ini terpaut gen
yang terdiri tiga macam alel yang dapat diturunkan. Genetika dapat menunjukkan
bahwa anak akan memiliki golongan darah dengan alel yang dimiliki kedua
induknya.
4) Mutasi Gen
Substansi genetika dapat berubah strukturnya karena perubahan yang terjadi
pada DNA, perubahan tersebut dapat bersifat menurun dan mengakibatkan mutasi
gen maupun mutasi kromosom, yang pada gilirannya mengubah struktur atau sifat
yang Nampak pada organisme. Mutasi gen terjadi secara alami atau buatan, mutasi
alami terjadi dengna penyebab yang belum pasti dapat diketahui, contoh terjadi
perubahan macam-macam warna mata pada lalat buah.
Mutasi Gen buatan dilakukan dengan hasil usaha manusia, mutasi dapat
dilakukan dengan menggunakan mutagen diantaranya panas, sinar kosmis, unsure
radioaktif, sinar ultraviolet, radiasi ion, dan sebagainya (Fisika, Kimia maupun
Biologis) sehingga menghasilkan sesuatu yang disebut mutant. Mutasi buatan inilah
yang kemudian dilakukan secara terarah dalam upaya manusia sehingga diperoleh
teknologi rekayasa genetika.

B. Ontologi Rekayasa Genetika


Disini dibicarakan mengenai Hakikat Rekayasa Genetika dan Struktur Keilmuan
Rekayasa Genetika.
1. Hakikat Rekayasa Genetika
Rekayasa Genetika merupakan puncak perkembangan bioteknologi yeng terjadi
saat ini, dalam praktiknya, pengembangan rekayasa genetika tidak terpisah dengan
pengembangan cabang ilmu biologi lain yang terkait, diantaranya seperti Evolusi, Biologi
Molekuler, Biologi Sel, Biokomia, dan sebaginya.
Rekayasa genetika pada hakikatnya adalah terjadinya proses perubahan sifat pada
makhluk hidup secara disengaja. Perubahan ini dapat bersifat permanen ataupun
sementara waktu. Rekayasa genetika dilakukan dengan dua jenis tujuan yaitu,
membudidayakan gen yang mengandung sifat-sifat yang menguntungkan serta
membuang gen yang membawa sifat yang merugikan. Dengan cara melakukan
pemotongan rantai DNA yang didalamnya terkandung kode genetic, kita dapat
memperoleh susunan kode genetik yang baru sehingga pada gilirannya akan
menghasilkan sifat penampakkan yang baru pula. Sangat mungkin terjadi bahwa manusia
mampu membentuk struktur manusia lain yang memiliki kekebalan tubuh yang berbeda,
kemampuan bertahan terhadap penyakit yang lebih tinggi, dengan bentuk baru yang tak
dapat kita bayangkan sebelumnya, bahkan dengan cara mengambil rantai DNA dan
mengembangbiakannya dalam media khusus dapat dilahirkan manusia-manusia baru
dengan bentuk yang sama persis dengan sel induknya, tanpa memerlukan perkawinan
(Cloning).
Perkembangan yang sangat pesat ini menimbulkan berbagai kegundahan bagi
setiap ilmuwan yang menggelutinya, dituntut tanggung jawab sosial dan moral dari setiap
ilmuwan dalam mengembangkan tori yang dimilikinya. Teknologi rekayasa genetika
tidak menjadi masalah jika hal tersebut jelas-jelas memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia dan dalam bentuk yang tidak Mengubah stabilitas ciptaan Tuhan akan tetapi
hal tersebut akan menjadi masalah apabila teknologi tersebut dimiliki oleh ilmuwan yang
memiliki tanggungjawab moral dan sosial yang rendah.
2. Struktur Keilmuan
Penggunaan Teknologi Rekayasa Genetika saat ini sudah mencapai tingkat rekayasa
molekuler. Beberapa contoh berikut ini yang menunjukkan bahwa perkembangan
rekayasa genetika memiliki kemajuan dari waktu ke waktu.
a. Hewan dan Tumbuhan
1) Hibridisasi dan Bibit Unggul
Penggunaan hibridisasi dan bibit unggul dalam dunia pertanian sebenarnya
telah digunakan berpuluh tahun yang lalu, dalam hal ini kita mengenal bermacam
tumbuhan dan hewan yang dianggap unggul baik dari segi produktifitas maupun
dari ketahanan tubuhnya, dengan menggunakan rekayasa genetika (digunakan
penyinaran dengan panjang gelombang tertentu pada saat hewan dan tumbuhan masih
dalam bentuk benih) dihasilkan kelapa hibrida, jagung hibrida, sapi bibit unggul,
ayam berkaki pendek namun berdaging tebal, dan sebagainya.
2) Inseminasi Buatan
Persilangan tradisional pada hewan maupun tumbuhan mensyaratkan
tersedianya pasangan jantan dan betina yang akan menurunkan sifat genetisnya,
tatkala jarak dan waktu memisahkan keduanya, dapat diatasi dengan cara inseminasi
buatan. Sel sperma sapi jantan unggul dimodifikasi dan dibekukan supaya tahan ke
tempat tujuan untuk kemudian disuntikkan kepada sel telur individu local, hasilnya
berupa keturunan sapi unggul (Fries Holland, Australian, dll)
3) Sistem Kekebalan Tubuh
Peningkatan system kekebalan tubuh pada tumbuhan maupun hewan dapat
dilakukan dengan cara merekayasa genetisnya, dengan radiasi sinar yang
memiliki panjang gelombang tertentu (sering digunakan sinar alfa, atau radiasi
sinar x) dihasilkan padi VUTW (varietas unggul tahan wereng, jeruk unggul anti
hama, dll)
4) Penemuan Vaksin Hewan
Dengan cara memotong strike DNA pada inang, kemudian bagian gen
yang tidak diinginkan dibuang dengan sengaja, kemudian organisme tersebut
dirangsang untuk berkembang biak, hasilnya adalah berupa berbagai macam
organisme yang memiliki ketahanan terhadap penyakit, organisme tersebut dapat
dimanfaatkan untuk membentuk kekebalan tubuhnya sendiri yang diambil
menjadi vaksin penyakit, seperti vaksin H3N1 untuk pemberantasan virus flu
burung.
b. Rekayasa Genetika pada Manusia
Beberapa tahun lalu, kita dikejutkan oleh berbagai macam hasil teknik rekayasa
genetika yang diterapkan pada manusia, diantaranya adalah:
1) Bayi Tabung dan Bank Sperma
Teknologi bayi tabung pertama kali diperkenalkan sebagai alat bantu kopulasi
diluar tubuh, manusia yang tidak bisa melakukan pembuahan karena satu dan lain
namun memiliki sel kelamin yang baik, sel telur dan sel sperma diambil untuk
kemudian dipertemukan didalam tabung percobaan, melalui kopulasi di luar tubuh
zigot, yang kemudian ditanam kembali ke dalam rahim ibunya atau ke dalam rahim
watina lain yang sehat. Penyediaan Bank Sperma dimaksudkan untuk menyimpan
berbagai macam sperma untuk dapat dimanfaatkan pasangan yang memiliki
keterbatasan waktu dan tempat (semacam inseminasi yang dilakukan pada manusia).
2) Penamuan Vaksin dan Obat-obatan
Proses pembuatan vaksin pada manusia pada prinsipnya sama dengan pembuatan
vaksin pada hewan, DNA Inang dipotong, kemudian dimasukkan DNA tertentu yang
dimiliki bakteri penyebab penyakit, sehingga menyebabkan inang membentuk
kekebalan terhadap penyakit yang di cangkokkan, selanjutnya organisme tersebut
dirangsang untuk berkembang biak, hasilnya adalah berupa vaksin-vaksin yang
diproduksi inang dan diturunkan, hal ini sering digunakan dalam dunia kedokteran
misalnya proses pembuatan vaksin Hepatitis B, atau untuk menghasilkan hormon
seperti insulin, dan sebagainya.
c. Gambaran Rekayasa Genetika Masa Depan
1) Organ Buatan
Dewasa ini, dikembangkan pembuatan organ buatan, sel dari jaringan aslinya
diambil dan ditumbuhkan untuk menjadi organ yang sama, saat ini yang telah
terjadi di dunia kedokteran adalah pengembangan katup jantung. Selanjutnya
bukan tidak mustahil bahwa terdapat berbagai organ buatan seperti jantung
buatan, mata buatan, dsb.
2) Kloning
Teknologi Kloning sebenarnya telah mampu dikuasai manusia, berdasarkan
prinsip Tottipotensi, setiap sel dalam tubuh makhluk hidup mampu dikembangkan
menjadi organisme klon yang sama persis dengan induknya. Beberapa tahun lalu,
seorang biolog berkebangsaan Austria berhasil mengkloning Domba yang dia beri
nama Dolly, domba ini diambil sel telurnya untuk kemudian dikembangkan diluar
tubuh tanpa terjadinya persilangan.
Hasilnya adalah beberapa ekor anak domba yang sama persis dengan
induknya. Dalam dunia tumbuhan, teknologi ini sebenarnya telah sering digunakan,
kultur jaringan adalah bentuk lain teknologi cloning yang dilakukan pada tumbuhan.
Beberapa waktu lalu, seorang ilmuwan korea bahkan mengaku siap melakukan
cloning pada manusia, diperkirakan pada tahun 2010 nanti akan muncul manusia baru
hasil Kloning.
3) Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau
sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu disebut transgene diisolasi dari
tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lain sama sekali. Transgene diambil
dari organisme yang memiliki sifat unggul tertentu. Misal, pada proses membuat
jagung Bt tahan hama, disisipkan gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis (Bt)
penghasil racun yang mematikan bagi hama tertentu. Gen ini disisipkan ke
rangkaian gen tanaman jagung. Sehingga tanaman resipien (jagung) juga
mewarisi sifat toksis bagi hama. Ulat atau hama penggerek jagung Bt akan mati
(Intisari, 2003)
4) Mutant
Proses perubahan species melalui rekayasa genetika memerlukan banyak species
percobaan, diperkirakan bahwa dari species percobaan yang ada, akan terdapat
ketidakseimbangan individu karena memiliki sifat-sifat asing yang berbeda dari
induknya, hal inilah yang disebut dengan mutant. Keberadaan mutant saat ini
masih diragukan, karena disamping teknologi genetika belum mencapai tingkat
organisme manusia secara utuh, hal ini dianggap melanggar moral dan
tanggungjawab ilmuwan, PBB sebagai badan dunia dengan organisasi turunannya
telah melarang percobaan rekayasa genetika bagi manusia yang belum jelas
manfaat dan stabilitas organisme yang dihasilkannya.

C. Aksiologi Rekayasa Genetika


Disini dibahas mengenai manfaat dan kerugian penggunaan rekayasa genetika.
1. Kegunaan Rekayasa Genetika
Rekayasa Genetika dipandang dari segi apapun tetap memiliki manfaat dan
mudharat, penerapan teknologi seringkali memunculkan permasalahan baru, hal ini
terjadi karena seringkali pemanfaatan teknologi tidak mampu diimbangi oleh
perkembangan moral dan pertimbangan stabilitas tatanan kehidupan alamiah,
beberapa Teknologi Rekayasa Genetika sebenarnya telah banyak menguntungkan
bagi manusia, beberapa hal diantaranya adalah:

2.

a. Rekayasa Genetika banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan-bahan


pemberantasan penyakit dengan aman dan harga murah, vaksin yang diperoleh dari
rekayasa genetika memiliki kemurnian mendekati 100%, pengembangan dunia
kedokteran maju dengan pesat, pada teknologi kedokteran masa depan, diharapkan
tidak dibutuhkan lagi donor bagi pasien yang membutuhkan cangkok organ.
b. Rekayasa Genetika banyak dimanfaatkan bagi dunia tumbuhan dan hewan,
pemilihan bibit unggul, perbanyakan dengan mudah, murah dan terjamin kualitas,
dapat mengimbangi kebutuhan manusia dalam menjamin ketersediaan bahan pangan
di masa depan.
c. Rekayasa Genetika membantu memprmudah kesulitan manusia dalam
memecahkan berbagai masalah keturunan, penghilangan gen yang dikehendaki dapat
dilakukan dengan mudah, sehingga diharapkan keturunan berikutnya tidak lagi
memiliki kekurangan pada penyakit tertentu, dan lain-lain.
2. Kerugian dan Penyimpangan Keilmuan
Perkembangan teknologi selalu diimbangi dengan munculnya berbagai masalah baru, rekayasa
genetika menimbulkan beberapa masalah yang merugikan manusia dalam jangka waktu yang
panjang diantaranya:
a. Terjadinya perkembangbiakan yang tidak terkendali dari jenis bakteri/organisme ciptaan baru
di laboratorium, baik yang berhasil ataupun gagal mempunyai potensi yang sangat merugikan.
b. Terjadinya ketidakseimbangan ekologis, disebabkan keseragaman individu hasil cloning
terhadap ketahanan penyakit, respons ekosistem dan perilaku lain yang menyebabkan
biodiversitas bumi terancam gagal
BAB III
KESIMPULAN
1. Rekayasa genetika adalah puncak perkembangan teknologi dalam bidang biologi saat ini,
perkembangan genetika diawali dengan semangat Darwinisme yang mengungkapkan bahwa
terdapat gen penurunan sifat pada setiap organisme yang dapat berubah dalam jangka waktu
yang lama. Darwin (disetujui maupun tidak) telah memberikan kontribusi yang cukup besar
dalam menopang perkembangan keilmuan biologi hingga dapat melaju sedemikian pesat.
2. Teknologi rekayasa genetika dibutuhkan untuk berkembang selama dalam koridor
tanggungjawab moral dan sosial para ilmuwan yang mengembangkannya, diperlukan ilmuwan
yang bijak dalam upayanya mengembangkan keilmuan namun dengan tetap mengindahkan
keseimbangan ekologis (saat ini disponsori PBB telah ditandatangani Protocol Cartagena) untuk
melindungi biodiversitas ekosistem, namun juga tetap memberikan tempat bagi para ilmuwan
untuk terus berkiprah meningkatkan kehidupan yang lebih baik.
3. Dalam pemanfaatan lingkungan awam, diperlukan opini publik bahwa penggunaan produk
rekayasa genetika harus memiliki aturan tertentu yang dituangkan dalam bentuk undang undang
yang mengikat dan menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Abercombie, M. dkk. (1997). Kamus Lengkap Biologi Jakarta: Erlangga.
Bucaille, Maurice (1997). Asal Usul manusia menurut Bibel, Al-Quran dan Sains Bandung:
Mizan.
Gusyana, Dadang (2006). Tanaman Produk Rekayasa Genetika, Bahayakah bagi kesehatan?
Bandung [online] Tersedia: http://www.pikiranrakyatonline.com
Helianti, Is (2001). Perang terhadap Produk rekayasa Genetika, haruskah? Kompas Iptek
[Online], tersedia: http://www.kompasonline.com
Kimball, John.W (1994).Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Luasunaung, Alfret. dkk (2003) Domestikasi Tumbuhan dan Hewan. Institut Pertanian Bogor
[online] Tersedia: http://www.ipb.net.id
Mader, Silvia S.(1995). Biologi, Evolusi, Keanekaragaman dan lingkungan, Vol 1 dan 2. Kuala
Lumpur: Kucica.
Mahyuddin. (1998). Masailul Fiqhiyah, Berbagai kasus yang dihadapi ummat islam masa kini.
Jakarta: Kalam Mulia
Russel, Bertrand. (2002). Berpikir Ala Filsuf Yogyakarta: Ikon Teralitera
Semiawan, Conny. (2004). Dimensi Kreatif dalam Filsafat ilmu. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudarno, dkk.(1996) Biologi 3 SMU. Jakarta:Erlangga.
Suriasumantri, Jujun.S. (2005). Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Susiyanti (2003) Pro dan Kontra Tanaman Transgenic. Institut Pertanian Bogor [online]
Tersedia: http://www.ipb.net.id
Tafsir, Ahmad.(2006). Filsafat Ilmu, Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Ilmu
Pengetahuan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
(Pemakalah adalah Alumnus Biologi UPI 1998, Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan
UNJ, Staf pengajar biologi di Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung Jayanti Tangerang).
Sumber :http://faithaneef-edu.blogspot.com/2008/10/ontologi-epistemologi-dan-aksiologi.html

You might also like