You are on page 1of 2

Schistosomiasis di kota Palu

Schistosomiasis adalah infeksi parasit kronis yang disebabkan oleh cacing darah

(trematoda) dari genus Schistosoma. Schistosomiasis termasuk dalam penyakit tropis dan

menjadi sumber utama morbiditas dan mortalitas bagi negara-negara yang sedang berkembang.

Schistosomiasis di sebabkan oleh cacing Schistosoma japonicum dimana hospes definitifnya

adalah manusia atau mamalia lain dan hospes perantaranya adalah siput Oncomelani hupensis

(Rosmini, Soeyoko, Sumarni. 2010. Penularan Schistosomiasis di Desa Dodolo dan Mekarsari

Dataran Tinggi Napu Sulawesi Tengah. Sulawesi Tengah : Balai Litbang Kesehatan).

Daerah sebaran schistosomiasis sesuai dengan sebaran populasi siput yang menjadi hospes

perantaranya. Ada 5 spesies cacing schistosoma yang terdistribusi di seluruh dunia dan

mengakibatkan gejala yang berbeda pula, yaitu : 1) S. mansoni yang tersebar luas di Afrika,

Amerika Selatan, dan kepulauan Caribia. S. mansoni yang penyebarannya paling luas di dunia

dan dapat menginfeksi manusia dan rodentia, 2) S. hematobium dominan di Afrika dan Laut

Tengah bagian Timur, 3) S. japonicum terbatas di Cina, Filipina, dan Asia Tenggara (Kamboja,

Laos, Thailand, dan Indonesia) dapat menginfeksi manusia serta menginfeksi babi, anjing, dan

kerbau air, 4) S. mekongi yang hanya terdapat di sungai Mekong di Thailand, Kamboja, dan

Laos, dan 5) S. intercalatum yang ditemukan di Afrika Tengah (Mubin, Halim. 2009). Diketahuai

dari kelima spesies schistosoma tersebut schhistosoma japonicum dianggap sebagai cacing yang

paling berbahaya di bandingkan dengan schistosoma yang lain, karena jumlah telur yang di

hasilkan paling banyak, ukuran telur yang kecil mempermudah terjadingan back washing,

banyak memiliki reservoir host, sulit di obati dan dapat mengakibatkan kematian (Nurjana,

Made. Samarang. 2013. Infeksi Schistosoma japonicum pada Hospes Reservoir Tikus di
DataranTinggi Napu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Tahun 2012. Media Litbangkes

Donggala Vol 23. No. 03. Litbangkes Donggala : Sulawesi Tengah. Diakses pada 30 Mei 2015).
Schistosomiasis di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang pertama kali

ditemukan oleh Muller dan Tesch pada tahun 1935 yang disebabkan oleh cacing Schistosoma

japonicum dengan keong perantara Oncomelania hupensis lindoensis dan hanya ditemukan

endemik di tiga daerah di Sulawesi Tengah yaitu di dataran tinggi lembah Lindu, Napu, dan Bada

(Jastal, et. al., 2008). Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) kabupaten Sigi didapatkan

peningkatan jumlah penderita schistosomiasis sejak tiga tahun terakhir yaitu pada tahun 2012

sebanyak 17 orang penderita, pada tahun 2013 sebanyak 31 orang penderita, dan pada tahun

2014 sebanyak 52 orang penderita (Dinkes Kab. Sigi,2015).

Oleh karena itu, upaya pencegahan schistosomiasis harus diketahui dengan baik adapun

pencegahan yang bisa dilakukan antara lain jangan berenang atau menyebrangi air tawar di

daerah di mana terjadi schistosoma japonica. Minum air yang telah dimasak. Air dari kanal,

danau, sungau langsung tidak aman diminum. Air mandi semestinya dihangatkan dulu selama 5

menit pada suhu 150F, atau air disimpan dalam tangki air selama minimal 48 jam sebelum

digunakan untuk mandi (Mubin, Halim. 2009. Sistosomiasis (Bilharziasis) Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 5. Jakarta : Interna Publishing).

You might also like