You are on page 1of 16

LEARNING TASK

ANALISA GAS DARAH ARTERI

Kelompok 1-4
1. Jelaskan mengenai keseimbangan asam dan basa dalam tubuh manusia!
2. Sebutkan pH dari berbagai cairan tubuh!
3. Terdapat beberapa system buffer dalam tubuh manusia. Sebutkan macam-
macam system buffer tersebut dan mekanisme kerjanya!
4. Sebutkan nilai normal berdasarkan umur (bayi, anak-anak, dewasa) dari kompon
en analisa gas darah berikut pH, PCO2, HCO3, BE!
5. Jelaskan tanda dan gejala alkalosis respiratori dan alkalosis metabolic!
6. Jelaskan proses terjadinya alkalosis respiratori pada pasien dengan asma!
7. Buatlah asuhan keperawatan dari kasus berikut!
Ny. Ani (33tahun) BB: 60 kg, dirawat hari ke 2 di RS dengan diagnose medis Asma.
Dari pengkajian didapatkan data:
Kesadaran apatis
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 120x/m
RR: 32x/m, pernafasan cepat dan dangkal
T: 37.3 C
Saturasi oksigen:93%
Pasien terpasang RM 8 liter/menit
Hasil AGD
- PH: 7.44
- PCO2: 31 mmHg
- PO2: 110 mmHg
- HCO3: 20 mEq/L
- BE: -3mEq/L
- Sa O2: 95%
PEMBAHASAN

1. Jelaskan mengenai keseimbangan asam dan basa dalam tubuh manusia

Keseimbangan asam-basa
Keseimbangan asam- basa tercapai jika kecepatan total tubuh yang
memproduksi asam atau basa sama dengan kecepatan tubuh mengekskresikan asam
atau basa tersebut. Keseimbangan ini menghasilkan stabilnya konsentrasi ion
hidrogen di dalam cairan tubuh. Konsentrasi ion hidrogen di dalam cairan tubuh
dinyatakan sebagai nilai pH. Ph merupakan skala untuk mengukur keasaman atau
alkalinitas (bersifat basa) suatu cairan. Nilai Ph 7 berarti netral. Nilai dibawah 7
berarti asam, dan nilai di atas 7 berarti basa. Peningkatan jumlah ion hydrogen di
dalam aliran darah akan meningkatkan komponen asam, sehingga nilai Ph menurun.
Rentang nilai laboratium ph arteri normal adalah 7,35 sampai 7,45.
Tubuh manusia memiliki mekanisme pengaturan untuk mempertahankan
keseimbangan asam-basa dan untuk beradaptasi terhadap perubahan konsentrasi ion
hydrogen jangka pendek. Perubahan terebut terjadi selama melakukan olahraga fisik,
mengalami tingkat kecemasan yang berat, gangguan saluran cerna minor. Tubuh
dapat membuat penyesuaian (kompensasi) untuk perubahan ph yang bersifat
sementara. Namun, adanya trauma berat, diabetes mellitus yang tidak terkontrol, atau
syok, menyebabkan mekanisme kompensasi normal tubuh tidak mampu
mempertahankan ph di dalam rentang fisiologis. Jenis-jenis regulator asam-basa di
dalam tubuh merupakan system bufer kimia, biologis, dan fisiologis. Bufer adalah
suatu substansi atau sekelompok substansi yang dapat mengabsorpsi atau melepaskan
ion-ion hydrogen untuk memperbaiki adanya ketidakseimbangan asam-basa.
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan-pengaturan konsentrasi ion H
bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan
darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45
dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh.
Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber,
yaitu:
1. Pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H
dan bikarbonat.
2. Katabolisme zat organic.
3. Disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada
metabolism lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat,sebagian asam ini
akan berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel,
antara lain:
1. Perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan
saraf pusat, sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. Mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
3. Mempengaruhi konsentrasi ion K.
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H
seperti:
nilai semula dengan cara:
1. mengaktifkan sistem dapar kimia
2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan
3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:
1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk
perubahan asam karbonat.
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan
intrasel.
Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera.
Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka
pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat
terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor
dan pusat pernapasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal
menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan mensekresikan ion H dan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan
ammonia.
2. Sebutkan pH dari berbagai cairan tubuh!

Konsentrasi ion hydrogen ( H+) menentukan keasaman larutan yang sering


disebut dengan PH (Dawn,2000).
Ph rata-rata darah normal adalah 7,35-7,45. Cairan lambung Ph 1-2 karena
banyak mengandung banyak HCL. Cairan pancreas bersifat alkalis dengan Ph
7,5-8,5.
Cairan Tubuh Ph
Cairan ekstrasel
arteri 7.35-7.45
vena 7.32-7.38
Cairan interstisial 7,35
Cairan intrasel 6,0-7,4
rongga mulut 5,8-7,6
Cairan lambung 1-2
Cairan pancreas 7,5-8,5
duodenum, jejunum dan 7,7
ileum
urin 4,5-8,0
vagina 4,5
Sumber: Gayton,2007 dan Damin,2008

3. Terdapat beberapa system buffer dalam tubuh manusia. Sebutkan macam-


macam system buffer tersebut dan mekanisme kerjanya!

Buffer (larutan penyangga) adalah larutan yang dapat mempertahankan pH


ketika ditambahkan sedikit asam, basa ataupun ketika diencerkan, larutan penyangga
terdiri dari dua yaitu larutan penyangga asam dan basa. Asam didefinisikan sebagai
zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut sebagai donor proton)
sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain disebut sebagai
akseptor proton. Larutan yang terdiri dari asam lemah dan basa konjugasinya,
contohnya: CH3COOH dengan CH3COO dan larutan penyangga yang terdiri dari dari
basa lemah dan asam konjugasinya, contoh: NH3 dan NH4+. Larutan penyangga asam
mempertahankan pH pada daerah asam (pH <7) sedangkan larutan penyangga basa
mempertahankan pH pada daerah basa (pH>7)

1. Sistem penyangga bikarbonat, sistem ini terdiri dari larutan air yang
mengandung dua zat : asam lemah H2CO3 dan garam bikarbonat NaHCO3.
H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dan H2O,yang dikatalisator
oleh enzim karbonik anhidrase. CO2 + H2O H2CO3. Karbonik anhidrase.
Reaksi ini lambat dan sangat sedikit jumlah H2CO3 yang dibentuk kecuali
bila ada enzim karbonik anhidrase.
Enzim ini terutama banyak sekali didinding alveoli paru dan di sel-sel epitel
tubulus ginjal. H2CO3 berionisasi secara lemah untuk membentuk sejumlah
kecil H+ dan HCO3- : H2CO3 H+ + HCO3-. Bila asam kuat seperti HCl
ditambahkan kedalam larutan penyangga bikarbonat ,peningkatan ion
hidrogen yang dilepas dari asam ( HCl H+ + Cl-) disangga oleh HCO3- .
Sebagai hasilnya, lebih banyak H2CO3 yang dibentuk menyebabakan
peningkatan produksi CO2 dan H2O. Dari reaksi ini dapat diliat bahwa ion-
ion hidrogen dari asam kuat HCl bereaksi dengan HCO3- untuk membentuk
asam yang sangat lemah yaitu H2CO3 yang kemudian membentuk H2O dan
CO3. CO3 yang berlebihan sangat merangsang pernapasan, yang
mengeluarkan CO2 dari cairan ekstraseluler. Komponen kedua dari sistem
ini yaitu: garam bikarbonat ( NaHCO3 ). Garam ini berionisasi unuk
membentuk ion-ion natrium dan ion bikarbonat ( HCO3-) . Bila basa kuat
NaOH ditambahkan kedalam larutan penyangga bikarbonat , dan juga ion
Hidrosil OH- dari NaOh bergabung dengan H2CO3 untuk membentuk
HCO3- tambahan. Jadi basa lemah menggantikan NaHCO3 menggantikan
basa kuat NaOH. Pada waktu yang bersamaan konsentrasi H2CO3 ( karena
bereaksi dengan NaOH ), menyebabkan CO2 bergabung dengan H2O untuk
menggantikan H2CO3.Oleh karena itu hasil akhir adalah cenderung
penurunan kadar CO2 dalam darah, tetapi penurunan ini menghambat
pernafasan dan menurunkan laju ekspirasi CO2. Peningkatan HCO3- dalam
darah dikompensasi oleh peningkatan ekskresi HCO3- ginjal. Hasil akhir
adalah pengubahan asam kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjadi
basa lemah
2. Sistem penyangga fosfat bekerja dalam cara yang serupa untuk mengubah
asam kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjdi basa lemah. Penyangga
ini mengontrol pH darah terutama dalam sel, seperti ginjal. Ion H+ juga
dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal melalui pembentukan ion HPO42- dan
dibuang sebagai garam dalam urine. Natrium hidrogen fosfat ( Na2HPO4)
adalah basa lemah dan natrium dihidrogen fosfat ( Na H2PO4) adalah asam
lemah HCl + Na2HPO4 NaH2PO4 + NaCl NaOH + NaH2PO4
Na2HPO4 + H2O Pasangan penyangga fosfat
a) Penyangga fosfat terkonsentrasi dalam cairan tubular karena tidak
terabsorpsi. Penyangga fosfat berfungsi untuk mengeluarkan ion
hidrogen dari cairan tubuler dan membawanya kedalam urine
b) Mekanisme ini memungkinkan pengeluaran sejumlah besar ion
hidrogen yang disekresi tanpa melalui asidifikas urine yang dapat
merusak traktus urinarius
3. Sistem protein Sistem penyangga terkuat dalam tubuh. Karena mengandung
gugus karboksil yang berfungsi sebagai asam dan gugus amino yang
berfungsi sebagai basa.
4. Sistem Hemoglobin dalam sel darah merah berfungsi sebagai penyangga
pembentukan H+ saat terjadi transpor CO2 di antara jaringan paru. Sistem
pernafasan. Sistem pernapasan melibatkan perubahan ventilasi pulmonar
untuk mengeluarkan CO2 dan untuk membatasi jumlah asam karbonat yang
terbentuk. Pengaturan respiratorik memerlukan waktu satu sampai tiga menit
untuk mulai bekerja dan fungsinya setelah penyangga asam basa ,pernafasan
sistem pengaturan asam basa kedua

4. Sebutkan nilai normal berdasarkan umur (bayi, anak-anak, dewasa) dari


komponen analisa gas darah berikut pH, PCO2, HCO3, BE!

Secara umum, nilai analisa gas darah (AGD) adalah sebagai berikut :
pH : 7,35-7,45
pCO2 : 35-45 mmHg
HCO3 : 22-26 mEq/L
BE : -2 - +2
Adapun nilai komponen dari analisa gas darah menurut DAVISS
LABORATORY and DIAGNOSTIC TESTS WITH NURSING
IMPLICATIONS sebagai berikut :

pH pCO2 HCO3 BE
Bayi
(baru 7,11-7,36 32-66 mmHg 17-24 mEq/L (-10) (-2)
lahir/umur 0
hari)
2 bulan 16-23 mEq/L
Anak-Anak 7,35-7,45 35-45 mmHg (-2) (+3)
2 tahun 22-26 mEq/L
Dewasa 7,35-7,45 35-45 mmHg (-2) (+3)

Adapun nilai komponen dari analisa gas darah menurut Beaumont


Laboratory sebagai berikut :

pH pCO2 HCO3 BE
Bayi (-2) (+2)
(0-4 hari) 7,27-7,47 16-23 mEq/L
(0-5 hari) 27-40 mmHg
(6 hari-23 27-41 mmHg
bulan)
Anak-Anak 7,35-7,45 35-45 mmHg (-2) (+2)
12 tahun 19-27 mEq/L
Dewasa 7,35-7,45 35-45 mmHg (-2) (+2)
13 tahun- 23-29 mEq/L
dewasa
5. Jelaskan tanda dan gejala alkalosis respiratori dan alkalosis metabolic!

Alkalosis Respiratorik
Alkalosis respiratorik (kekurangan asam karbonat) adalah penurunan primer
PaCO (hipokapnia), sehingga terjadi penurunan pH. PaCO <35 mmHg dan pH >7,45.
Kompensasi ginjal berupa penurunan ekskresi H + dengan akibat lebih sedikit absorpsi
HCO. Penurunan HCO serum berbeda-beda, bergantung pada keadaannya yang
akut atau kronis. Alkalosis dapat terjadi akibat rangsangan pusat pernapasam di
medulla oblongata. Sejauh ini, penyebab tersering adalah hiperventilasi fungsional
akibat kecemasan dan stress emosional (sindrom hiperventilasi atau hiperventilasi
psikogenik).
Terdapat pola napas yang berbeda-beda pada sindrom hiperventilasi yang
diinduksi oleh kecemasan, mulai dari pola pernapasan yang normal sampai
pernapasan yang jelas tampak lebih cepat, dalam dan panjang. Pasien seringkali
terlihat banyak menguap. Anehnya, pasien serinbgkali tidak menyadari keadaan
hiperventilasi ini. Bila gejala ini menjurus ke sistem pernapasan, maka keluhan yang
sering di utarakan adalah tidak dapat memperoleh udara yang cukup atau napas
pendek, meskipun sudah bernapas berlebihan. Gejala mencolok lainnya adalah
kepala terasa ringan, parestesi sekitar mulut, kesemutan, dan rasa baal dijari tangan
dan kaki. Apabila alkalosis yang terjadi cukup parah, dapat timbul tetani seperti
spasme korpopedal. Pasien dapat mengeluh kelelahan kronis, berdebar-debar, cemas,
mulut terasa kering, dan tidak bias tidur. Pada pemeriksaan, telapak tangan dan kaki
dapat tersa dingin dan lembab, dan pasien menunjukkan ketegangan emosi. Alkalosis
respiratorik berat dapat disertai dengan ketidakmampuan berkonsentrasi, kekacauan
mental, dan sinkop.

Alkalosis Metabolik
Alkalosis metabolik (HCO) adalah suatu gangguan sitemik yang dicirikan
dengan adanya peningkatan primer kadar HCO plasma, sehingga menyebabkan
peningkatan PH (penurunan [H + ]. [HCO] ECF lebih besar dari 26 mEq/L dan pH
lebih besar dari 7,45. Alkalosis metabolic sering disertai dengan berkurangnya
volume ECF dan hihokalemia. Kompensasi pernapasan berupa peningkatan PaCO
melalui hipoventilasi; akan tetapi tingkat hipoventilasi terbatas karena pernapasan
terus berjalan oleh dorongan hipoksia.
Tidak terdapat gejala dan tanda alkalosis metabolik yang spesifik. Adanya
gangguan ini harus dicurigai pada pasien yang memiliki riwayat muntah, penyedotan
nasogastrik, pengobatan diuretik, atau pasien yang baru sembuh dari gagal napas
hiperkapnia. Selain itu dapat timbul gejala serta tanda hipokalemia dan kekurangan
volume cairan, seperti kelemahan dan kejang otot. Alkalemia berat (pH>7,6) dapat
menyebabkan terjadinya distrimia jantung pada orang normal dan terutama pada
pasien penyakit jantung. Apabila pasien mengalami hipokalemia, terutama jika
menjalani digitalisasi, maka dapat dijumpai adanya kelainan EKG atau disritmia
jantung. Kadang-kadang dapat terjadi tetani pada pasien bila kadar Ca++ serum
berada dibatas rendah, dan terjadi alkalosis dengan cepat. Ca++ terikat lebih erat
dengan albuminpada pH basa, dan penurunan ion Ca++ dapat menyebabkan terjadinya
tetani atau kejang.

6. Jelaskan proses terjadinya alkalosis respiratori pada pasien dengan asma!

Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam
darah menjadi rendah. Penyebab pernafasan yang cepat dan dalam disebut
hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang
dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan
adalah kecemasan.
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh
reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti selmast, eosinofil, dan limfosit-T
terhadap stimulustertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, wheezing, dan batuk
akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik
berulang (Brunner & Suddarth, 2001).
Proses terjadinya alkalosis pada pasien dengan asma adalah berkaitan erat dengan
terjadinya hiperventilasi. Dimana sma ditandai dengan konstriksi spastik dari otot
polos bronkiolus yang menyebabkan sukar bernapas. Pada serangan asma tubuh akan
mengadakan hiperventilasi untuk mencukupi kebutuhan O2. Hiperventilasi ini akan
menyebabkan pengeluaran CO2 berlebihan dan selanjutnya mengakibatkan tekanan
CO2 darah arteri (pa CO2) menurun sehingga terjadi alkalosis respiratorik (pH darah
meningkat). Bila serangan asma lebih berat lagi, banyak alveolus tertutup oleh mukus
sehingga tidak ikut sama sekali dalam pertukaran gas. Sekarang ventilasi tidak
mencukupi lagi, hipoksemia bertambah berat, kerja otot-otot pernafasan bertambah
berat dan produksi CO2 yang meningkat disertai ventilasi alveolar yang menurun
menyebabkan retensi CO2 dalam darah (Hypercapnia) dan terjadi asidosis respiratori
(pH menurun).

7. Buatlah asuhan keperawatan dari kasus berikut!

Asuhan Keperawatan
Kasus: Ny. Ani ( 33 tahun) BB: 60 kg, dirawat hari ke 2 di RS dengan diagnose medis
Asma. Dari pengkajian didapatkan data:
Kesadaran apatis
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 120x/m
RR: 32x/m, pernafasan cepat dan dangkal
T: 37.3 C
Saturasi oksigen:93%
Pasien terpasang RM 8 liter/menit
Hasil AGD Normal
- PH: 7.44 7,35-7,45
- PCO2: 31 mmHg 35-45 mmHg
- PO2: 110 mmHg 80-100 mmHg
- HCO3: 20 mEq/L 22-26 mEq/L
- BE: -3mEq/L -2 - +2 mEq/L
- Sa O2: 95% 95-100 %
Kesimpulan: Pasien mengalami alkalosis respiratorik terkompensasi penuh
I. Pengkajian
Pengkajian dilakukan tanggal 5 Mei 2015
1. Biodata
Ny. A (33 tahun), jenis kelamin perempuan , untuk selanjutnya tanyakan status,
dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan tentang keluhan yang dialami pasien sekarang ini.
Hasil: Kasus: Ny. Ani ( 33 tahun) BB: 60 kg, dirawat hari ke 2 di RS dengan
diagnose medis Asma. Dari pengkajian didapatkan data:
Kesadaran apatis
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 120x/m
RR: 32x/m, pernafasan cepat dan dangkal
T: 37.3 C
Saturasi oksigen:93%
Pasienterpasang RM 8 liter/menit
Hasil AGD
- PH: 7.44
- PCO2: 31 mmHg
- PO2: 110 mmHg
- HCO3: 20 mEq/L
- BE: -3mEq/L
- Sa O2: 95%

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Tanyakan tentang masalah kesehatan yang pernah dialami pasien terdahulu
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan tentang anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan
pasien.

3. PengkajianPola Gordon
a. Pola Persepsi Kesehatan / Penanganan Kesehatan
Kaji persepsi pasien tentang berat ringannya sakit, persepsi tentang tingkat
kesembuhan, pendapat pasien tentang keadaan kesehatan saat ini dan bagaimana
pasien mengatasi keluhan yang ditimbulkan dari penyakit.
b. Pola Nutrisi Dan Metabolik
Kaji pola kebiasaan makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, adakah
suplemen makanan yang dikonsumsi, jumlah makan yang masuk, adakah nyeri
telan, fluktuasi BB 6 Bulan terakhir naik atau turun, diet khusus.
c. Pola Eliminasi
Kaji kebiasaan BAB (Frekuensi, kesulitan, ada / tidak ada darah, penggunaan
obat pencahar). Kebiasaan BAK (frekuensi, bau, warna, kesulitan BAK :
disuria, nokturia, inkontenensia)
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Menggambarkan pola latihan dan aktivitas, fungsi pernapasan dan sirkulasi
Hasil: Pasien terdiagnosisi asma, dengan kesadaran apatis , TD: 110/70
mmHg, Nadi: 120x/m, RR: 32x/m, pernafasan cepat dan dangkal, saturasi
oksigen:93%, pasien terpasang RM 8 liter/menit
Hasil AGD
- PH: 7.44
- PCO2: 31 mmHg
- PO2: 110 mmHg
- HCO3: 20 mEq/L
- BE: -3mEq/L
- Sa O2: 95%
e. Pola Tidur dan Istirahat
Kaji bagaimana pola istirahat dan tidur klien selama sakit dan bandingkan
dengan pola tidur klien sebelum sakit, apakah terjadi perubahan atau tidak. Kaji
kepuasan klien terhadap istirahat dan tidur klien tersebut menggambarkan pola
tidur, istirahat, dan persepsi tentang tingkat energi
f. Pola Kognitif dan Perseptual
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecapan, peabaan,
penghidu, persepsi nyeri, bahasa, memori dan penggambaran pengambilan
keputusan
g. Pola Persepsi Diri / Konsep Diri
Kaji persepsi pasien mengenai dirinya, gambaran diri, identitas diri apakah ada
perbedaan sebelum dan sesudah pasien mengalami sakitnya
h. Pola Seksual dan Reproduksi
kaji bagaimana kesehatan sistem reproduksi klien dan bagaimana hubungan
seksual dengan pasangan
i. PolaPeran dan Hubungan
Kaji peran pasien dalam keluarga dan masyarakat, apakah klien punya teman
dekat, siapa yang paling seling diberitahu jika keluhan muncul, kemudian setelah
sakit apakah perannya ada yang menggantikan atau tidak. Kaji apakah pasien
merasa malu karena penyakit yang dideritanya.
j. Pola Manajemen Koping Stres
Kaji tingkat stress pasien, kecemasan, dan cara mengatasi masalah tersebut
apakah menagrah pada koping adaptif atau maladaptif. Kaji juga apakah pasien
optimis untuk sembuh atau tidak
k. Pola Keyakinan-Nilai
Kaji hubungan pasien dengan Tuhan, dalam keadaan sakit apakah klien
mengalami hambatan dalam ibadah atau tidak, apakah pasien merasa Tuhan akan
memberikan yang terbaik atau malah menyalahkan.

4. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan
serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik
atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.

Sistem pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental.
Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan
terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronchi kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior
rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
- Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest),
sianosis.

Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
- Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik
lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5
mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama
jantung.
5. Pemeriksaan Penunjang
1). Spirometri
2). Uji provokasi bronkus
3). Pemeriksaan sputum
4). Pemeriksaan cosinofit total
5). Uji kulit
6). Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
7). Foto dada
8).Analisis gas darah

6. Analisa Data
No Data Pohon masalah Masalah
1Ds : Pasien datang ke Asma Ketidakefektifan bersihan
1 rumah sakit jalan napas
dengan keluhan Penyempitan saluran napas
sesak napas
Do : Pasien akibat spasme otot oleh adanya
terdiagnosisi asma, Kontraksi otot polos bronkus
dengan kesadaran
apatis , TD: 110/70 Vasodilatasi pembuluh darah
mmHg, Nadi: 120x/m,
RR: 32x/m, Hipersekresi mucus
pernafasan cepat dan
dangkal, saturasi Peningkatan produksi mucus
oksigen:93%, pasien
terpasang RM 8
liter/menit Batuk tidak efektif
Hasil AGD
- PH: 7.44 Mukus menumpuk di saluran
- PCO2: 31 mmHg nafas
- PO2: 110 mmHg
- HCO3: 20 mEq/L Menghalangi jalan nafas
- BE: -3mEq/L
- Sa O2: 95% Kesulitan bernapas

Ketidakefektifan
bersihan jalan napas

III. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan asma ditandai dengan


perubahan frekuensi napas , dan perubahan irama napas

You might also like