Professional Documents
Culture Documents
2008 Hai
2008 Hai
HAIKAL
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul Pengelolaan
Ekosistem Mangrove di Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Jambi adalah hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis
ini.
Haikal
NRP C251050141
ABSTRACT
HAIKAL
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul Tesis : Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Kecamatan Nipah
Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi
Nama : Haikal
NRP : C251050141
Disetujui
Komisi Pembimbing
Ir. Kiagus Abdul Aziz, M.Sc Dr. rer. nat. Ir. Ario Damar, M.Si
Ketua Anggota
Diketahui
Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S
Puji syukur hanya kepada Allah SWT karena atas segala karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Judul dari penelitian ini adalah Pengelolaan
Ekosistem Mangrove di Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Jambi.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Ir. Kiagus Abdul Aziz, M.Sc dan Dr. rer. nat. Ir. Ario Damar, M.Si selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing, atas semua pengorbanannya baik
waktu, tenaga, pikiran, petunjuk serta pengarahan dan dorongan semangat dari
awal hingga berakhirnya penelitian dan penulisan tesis ini.
2. Ayahanda H. Jamaluddin, Ibunda Hj. Rohana, Kakanda Yeni Novita, S.Ag
dan Emilda, S.Pd serta Adinda Elvira atas kasih sayang, doa dan dukungan
semangat maupun materi pada penulis selama studi.
3. Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jambi yang telah memberikan bantuan
dana pendidikan kepada penulis.
4. Dinas Kelautan dan Perikanan dan Balai Konservasi dan Sumberdaya Alam
Provinsi Jambi yang telah banyak membantu dalam penyediaan dan informasi
data dalam penelitian ini.
5. Keluarga besar Program Studi SPL IPB dan khususnya teman-teman SPL
Angkatan XII, Ibuk Ida, Bang Rusman, Uda Indra, Mas Hari, Faiz, Dinan,
Ucup, Angga, Evi, dan Widhi atas dukungan, bantuan, dan doa selama studi
dan penulisan tesis ini.
Haikal
RIWAYAT HIDUP
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xiii
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................... 1
Perumusan Masalah............................................................................. 2
Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 3
HASIL...................................................................................................... 28
Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Nipah Panjang........................ 28
Batas Administrasi Kecamatan Nipah Panjang .............................. 28
Topografi, Hidrologi dan Iklim ..................................................... 28
ix
Aksesibilitas ................................................................................. 28
Kondisi Ekonomi Masyarakat ....................................................... 29
Kondisi Sosial Budaya Masyarakat ............................................... 29
Pola Pemilikan dan Penguasaan Lahan.......................................... 30
Pertanian dan Perkebunan ............................................................. 31
Perikanan...................................................................................... 31
Pengelolaan Ekosistem Mangrove
di Kecamatan Nipah Panjang Saat Ini ........................................... 31
Kondisi Ekosistem Mangrove Kecamatan Nipah Panjang ................... 33
Luas Ekosistem Mangrove Kecamatan Nipah Panjang.................. 33
Struktur Vegetasi Ekosistem Mangrove
Kecamatan Nipah Panjang ............................................................ 33
Kerapatan dan Kerapatan Relatif Jenis Mangrove ......................... 35
Frekuensi dan Frekuensi Relatif Jenis Mangrove........................... 36
Penutupan dan Penutupan Relatif Jenis Mangrove ........................ 37
Indeks Nilai Penting ..................................................................... 38
Jumlah Pengambilan Cerucuk dan Kayu Bakar ............................. 39
Keanekaragaman Fauna ................................................................ 39
Kondisi Fisik Ekosistem Mangrove..................................................... 40
Suhu ............................................................................................. 40
Salinitas ........................................................................................ 41
Derajat Keasaman (pH)................................................................. 42
Jenis Tanah................................................................................... 42
PEMBAHASAN....................................................................................... 43
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan salah satu sistem ekologi yang produktif,
beragam dan kompleks. Wilayah ini berfungsi sebagai penyangga, pelindung, dan
penyaring antara daratan dan lautan, juga merupakan pemusatan penduduk
sehingga memberikan tekanan yang semakin berat terhadap ekosistem di wilayah
pesisir ini. Tekanan ini semakin berat karena kebijakan pemerintah yang belum
banyak menunjukkan kepedulian terhadap sumberdaya wilayah pesisir dan lautan.
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang
didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove dan mampu berkembang pada
daerah pasang surut, terutama pantai berlumpur seperti jenis Rhizophora,
Avicennia, Bruguiera, dan Sonneratia dimana jenis-jenis ini berasosiasi dengan
jenis lain seperti Nipah, dan tumbuhan bukan mangrove lainnya. Peranan penting
ekosistem mangrove dari sudut pandang ekologi adalah sebagai jalur hijau yang
berfungsi untuk menjaga garis pantai dari abrasi, menjadi penyangga terhadap
perembesan air laut, pengolahan limbah, sebagai daerah pemijahan, daerah
asuhan, dan daerah penyedia makanan bagi berbagai jenis ikan serta biota laut
lainnya. Ekosistem mangrove juga berperan dalam perekonomian sebagai sumber
bahan makanan dan bahan baku beberapa industri.
Hutan mangrove Pantai Timur Jambi mengalami penurunan luas yang
sangat drastis, yaitu dari 6.500 ha (SK Menteri Pertanian tahun 1981) menjadi
3.800 ha menurut hasil tata batas INTAG tahun 1996, bahkan menurut penelitian
Gunarso (1998) dalam Santosa (1999), luas hutan mangrove ini hanya tinggal
1.900 ha. Penurunan luas hutan mangrove di pantai Timur Jambi ini antara lain
disebabkan tingginya pemanfaatan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
cerucuk dan kayu bakar. Sehingga terjadinya penurunan kualitas maupun
kuantitas ekosistem mangrove yang ada di Kecamatan Nipah Panjang pada saat
ini.
Penurunan kualitas dan kuantitas ekosistem mangrove di Kecamatan Nipah
Panjang berdampak pada penurunan fungsi kawasan sebagai daerah penyangga
dari gempuran ombak atau angin badai, terjadinya penurunan hasil tangkapan
2
nelayan, dan penurunan keanekaragaman flora dan fauna yang berada dalam
ekosistem tersebut. Sebagai contoh, hilangnya sebagian ekosistem mangrove di
beberapa wilayah Indonesia seperti, Pantai Utara Jawa, Aceh dan lain-lain, telah
mengalami kerusakan sampai melewati pada tingkat daya dukung lingkungan
untuk mentolerirnya, seperti ekploitasi mangrove untuk pertambakan di Pantai
Utara Jawa mengakibatkan hilangnya bibit Bandeng atau Nener yang dulunya
banyak terdapat di daerah ini. Demikian juga halnya yang terjadi di Aceh, karena
hilangnya sebagian besar mangrove yang terdapat di daerah pesisir pantai
mengakibat banyaknya korban jiwa pada waktu terjadinya tsunami, hal ini
disebabkan oleh hilangnya fungsi mangrove sebagai peredam gelombang.
Kerusakan dan kehilangan hutan mangrove di pantai Timur Jambi yang
semakin meluas, menimbulkan permasalahan lingkungan (terjadinya abrasi) yang
harus dihadapi oleh masyarakat pesisir Tanjung Jabung Timur terutama
masyarakat di Kecamatan Nipah Panjang. Sebagai langkah awal dari upaya
pemulihan dan pelestarian ekosistem mangrove agar pemanfaatannya dapat
berkelanjutan perlu dilakukan suatu kajian potensi ekosistem mangrove yang
masih tersisa.
Perumusan Masalah
Meningkatnya pertambahan penduduk dan pembangunan serta kurangnya
lapangan kerja, nampaknya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
penurunan luas hutan mangrove yang ada di Kecamatan Nipah Panjang.
Penurunan luas hutan mangrove ini sebagian besar disebabkan oleh pemanfaatan
kayu mangrove sebagai bahan bangunan (untuk pancang alas atau cerucuk), dan
sumber energi (kayu bakar).
Pemanfaatan hutan mangrove untuk cerucuk ini telah berlangsung cukup
lama. Hal ini disebabkan oleh kondisi topografi Kecamatan Nipah Panjang yang
terletak di pinggir sungai dengan kondisi tanah yang berawa sehingga dalam
membangun rumah atau jembatan diawali dengan pemasangan cerucuk atau
pancang alas sebagai pondasi. Hal di atas diperparah lagi dengan belum adanya
keinginan masyarakat untuk mendatangkan jenis kayu alternatif selain mangrove
sebagai kayu pengganti cerucuk karena cerucuk yang berasal dari kayu mangrove
3
mudah didapatkan dan tahan lama. Sementara itu, kebutuhan kayu bakar yang
terus meningkat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan penduduk di daerah ini
dan belum adanya alternatif penggganti kayu bakar selain mangrove.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah utama yang dihadapi
dalam upaya memulihkan dan menjamin kelestarian ekosistem mangrove di
Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur ini adalah masih
rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang arti pentingnya pengelolaan
dan pemanfaatan ekosistem mangrove secara lestari serta belum diterapkannya
alternatif pengelolaan ekosistem mangrove yang dapat menjamin kesinambungan
pemanfaatan kayu mangrove di wilayah pesisir ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi fisik hutan mangrove adalah sebagai peredam gelombang dan angin
badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen. Mangrove
terbukti memainkan peran penting dalam melindungi pesisir dari gempuran badai.
Fungsi perlindungan pantai dilakukan melalui sistem perakaran mangrove yang
rapat dan terpancang sebagai jangkar, dapat meredam gelombang laut, dan
mengurangi kecapatan arus sehingga pantai terhindar dari abrasi (Khazali, 2001).
Sistem perakaran mangrove juga efektif dalam menangkap dan mengendapkan
partikel-partikel tanah yang berasal dari erosi di hulu, sehingga lama-kelamaan
akan terjadi penambahan lahan baru ke arah laut. Sebagai contoh, di daerah sungai
Musi Banyuasin Sumatera Selatan ditemukan garis pantai maju sekitar 20 m/tahun
(Chambers dan Sobur, 1977). Fungsi biologi hutan mangrove adalah sebagai
sumber kesuburan perairan, tempat perkembangbiakan dan daerah asuhan
berbagai jenis biota laut, tempat bersarangnya burung-burung (khususnya burung
air), habitat berbagai satwa liar dan sumber keanekaragaman hayati (Khazali,
2001). Kontribusi yang paling penting dari hutan mangrove dalam kaitannya
dengan ekosistem pantai adalah serasah daunnya.
Kemudian Menurut Bengen (2001), sebagai suatu ekosistem khas wilayah
pesisir, hutan mangrove memiliki beberapa fungsi ekologi penting, yakni :
1. Sebagai penghasil sejumlah besar detritus, turutama yang berasal dari daun dan
dahan pohon mangrove yang rontok. Sebagian dari detritus ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan makanan bagi hewan pemakan detritus, dan
sebagian lagi diuraikan secara bakterial menjadi mineral-mineral hara yang
berperan dalam penyuburan perairan.
2. Sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding
ground), dan daerah pemijahan (spawning ground) berbagai macam biota
perairan (ikan, udang, dan kerang-kerangan) baik yang hidup di perairan
maupun yang hidup dilepas pantai.
3. Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi,
penahan lumpur, dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air
permukaan.
Fungsi kimia hutan mangrove adalah kemampuan ekosistem ini dalam
melakukan proses kimia dan pemulihan (Self purification). Pertama, hutan
7
berbagai jenis polutan yang dibawa oleh sungai atau aliran air lainnya yang masuk
ke ekosistem mangrove (Abdullah, 1988).
Peranan hutan mangrove yang paling menonjol dan tidak tergantikan oleh
ekosistem lain adalah kedudukannya sebagai mata rantai yang menghubungkan
kehidupan antara ekosistem laut dan daratan, kemampuannya untuk menstimulir
dan meminimalisasi terjadinya pencemaran logam berat dengan menangkap dan
menyerap logam berat tersebut (Salim, 1986 dalam Hilmi 1998).
Menurut Subing (1995), hutan mangrove juga berfungsi untuk menopang
kehidupan manusia, baik dari sudut ekologi, fisik, maupun sosial ekonomi
misalnya untuk menahan ombak, menahan intrusi air laut ke darat, dan sebagai
habitat bagi biota laut tertentu untuk bertelur dan pemijahannya. Hutan mangrove
dapat pula dikembangkan sebagai wilayah baru dan untuk menambah penghasilan
petani tambak dan nelayan, khususnya di bidang perikanan dan garam.
pantai timur Jambi, namun sebagian mereka telah berbaur atas hasil asimilasi
perkawinan dan suku-suku pendatang seperti Bugis dan Banjar.
Kelompok etnis yang saat ini terdapat khusus di daerah pantai, lebih spesifik
di sepanjang pesisir pantai terdiri dari etnis Bugis, Melayu, Banjar dan Jawa.
Melayu merupakan penduduk asli sedangkan Bugis, Banjar dan Jawa merupakan
pendatang. Suku Bugis merupakan transmigran sejak tahun 1950 dari Sulawesi
Selatan, umumnya mereka bermukim pada muara-muara sungai di sekitar pesisir
pantai atau pada muara-muara parit drainase yang dibuat sendiri. Kelompok etnis
ini mempunyai matapencaharian bertani padi dan kelapa serta sebagai nelayan.
Suku Banjar sebagian besar bermukim di Muara Sabak dan Kuala Tungkal,
mereka merupakan transmigran dari Kalimantan, matapencaharian mereka adalah
bertani sawah pasang surut dan kelapa.
Matapencaharian penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Timur sesuai
dengan kondisi wilayah yang merupakan daerah pantai, pada umumnya adalah
petani yang bekerja disektor perikanan laut, budidaya ikan dan udang, perkebunan
kelapa dan pertanian (sawah,kebun,ladang).
Potensi sumberdaya alam meliputi perikanan, pertanian, perkebunan,
peternakan, hutan dan sumberdaya minyak serta gas alam. Pemanfaatan
sumberdaya alam tersebut merupakan modal dasar dalam menunjang kehidupan
masyarakat dengan tetap harus dijaga dan dilestarikan melalui pemanfaatan yang
seimbang (BKSDA Jambi, 2004).
sungai. Bentuk perlindungan hutan mangrove seperti ini cukup efektif dilakukan
dan membawa hasil yang lebih baik.
1) Perlindungan Hutan Mangrove
Perlindungan terhadap hutan mangrove merupakan salah satu upaya
pengelolaan berkelanjutan terhadap ekosistem ini. Wujud nyata perlindungan
dimaksud dapat dilakukan melalui penetapan suatu kawasan konservasi sebagai
suatu bentuk sabuk hijau di sepanjang pantai dan tepi sungai. Konservasi adalah
merupakan pemanfaatan biosfir oleh manusia sehingga dapat memberikan
manfaat yang sangat besar bagi generasi sekarang, juga menjaga potensinya agar
bisa digunakan dan bermanfaat bagi generasi selanjutnya. Konservasi bersifat
positif yang mencakup pengawetan, pemeliharaan, pemanfaatan yang lestari,
pemulihan dan peningkatan lingkungan alami. Secara fungsional, konservasi
merupakan suatu proses dimana spesies dan habitat dikelola guna mendukung
ekploitasi lestari dan spesies tertentu tanpa melenyapkan kualitas atau
biodiversitas habitat (Carter, 1994).
Upaya perlindungan ini berkaitan erat dengan Surat Keputusan Bersama
Menteri Pertanian dan Kehutanan Nomor: KB.550/264/Kpts/1984 dan Nomor:
082/Kpts-II/1984, tanggal 30 april 1964, dimana diantaranya disebutkan lebar
sabuk hijau hutan mangrove adalah 200 m. Surat keputusan bersama ini dibuat,
selain dengan tujuan utama untuk memberikan legitimasi terhadap perlindungan
hutan mangrove, juga dibuat menyelaraskan peraturan mengenai areal
perlindungan hutan mangrove diantara instansi-instansi terkait.
Penentuan lebar sabuk hijau di atas dikuatkan lagi dengan Keputusan
Presiden No.32 Tahun 1990 tentang pengelolaan hutan lindung. Dalam Keppres
tersebut ditetapkan bahwa perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan
untuk melindungi pantai dari kegiatan yang dapat menggangu kelestarian fungsi
pantai. Kriteria sempadan pantai yang dimaksud adalah daratan sepanjang tepian
yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi pantai, minimal 100 m dari
titik pandang ke arah darat. Selanjutnya peraturan mengenai konservasi ini
dituangkan dalam Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
15
Selain itu, untuk alasan ekonomi usaha pemulihan kembali ekosistem mangrove
sering kali terbatas pada jenis-jenis tertentu dari mangrove (2 atau 3 jenis spesies).
Hal ini menyebabkan perubahan terhadap habitat dan penurunan fungsi ekologi
ekosistem mangrove tersebut karena sifatnya yang homogen dibandingkan dengan
yang alami (heterogen dan banyak spesies), yang merupakan biodiversitas dalam
kaitannya dengan kekayaan genetik (Macintosh et al., 2002).
Upaya penghutanan kembali daerah tepi sungai dan tepi pantai telah
dilakukan oleh masyarakat Tongke-Tongke Sulawesi Selatan dengan melibatkan
masyarakat secara langsung, selain itu pengelolaan mangrove dilakukan dengan
cara mengembangkan daerah wisata seperti yang telah dilakukan di daerah
Cilacap, Sukamandi, Ciklong (Jawa Barat). Keterlibatan masyarakat ini
memberikan hasil yang posistif terhadap kelestarian ekosistem mangrove dan
peningkatan pendapatan masyarakat yang berada di sekitar ekosistem mangrove
yang dikelola (Gunarto, 2004).
KERANGKA PEMIKIRAN
Ekosistem Mangrove
Kec. Nipah Panjang
Potensi
Pengambilan :
Cerucuk dan kayu bakar
Laju Penurunan
< Kec. Penambahan
+ _
luas
METODE PENELITIAN
Penarikan Contoh
Penarikan Contoh Vegetasi
Pengumpulan contoh untuk data vegetasi dilakukan di 3 lokasi yang terbagi
atas 7 stasiun yang berbentuk jalur atau transek yang diambil secara sengaja
sesuai dengan kondisi lapangan. Jumlah total plot contoh yang diambil dalam
penelitian ini adalah 40 plot contoh. Jalur I dan V terdiri dari 4 plot contoh, jalur
II terdiri dari 5 plot contoh, jalur III terdiri 8 plot contoh, jalur IV dan VI terdiri
dari 6 plot contoh, dan jalur VII terdiri dari 7 plot contoh. Penentuan jumlah plot
di setiap jalurnya didasarkan pada luas mangrove yang ada pada setiap jalur atau
transek. Penentuan contoh untuk data vegetasi ini digunakan metode garis
berpetak, pengukuran vegetasi dilakukan dengan tiga pola yaitu: pengambilan
untuk semai (pemudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1.5 m dan diameter <
2 cm) dilakukan pada petak 2 x 2 meter, pancang/anakan (pemudaan dengan
tinggi 1.5 m dan diameter < 10 cm) dilakukan pada petak 5 x 5 meter, dan
pohon (diameter 10 cm) dilakukan pada petak 10 x 10 meter.
Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung dan mencatat jumlah
masing-masing spesies yang ada dalam setiap petak atau plot contoh serta
mengukur diameter dan tinggi pohon. Data vegetasi yang dicatat terdiri dari
jumlah pohon, pancang dan semai serta jenis pohon, data diameter pohon (untuk
tingkat pancang dan pohon), dan tinggi pohon (untuk tingkat semai). Adapun arah
pengamatan tegak lurus dari pinggir laut atau pantai ke arah darat (Gambar 3).
23
p
a
n
t
a
i
Keterangan :
A : Petak pengukuran untuk semai (2 x2 m)
B : Petak pengukuran untuk pancang (5x5 m)
C : Petak pengukuran untuk pohon (10x10 m)
Analisis Data
Data Luas Ekosistem Mangrove
Untuk menghitung luas mangrove yang ada di Kecamatan Nipah Panjang
digunakan Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2005 dan tahun 1989 dan diolah dengan
menggunakan sistem informasi geografis (SIG), dengan software yang dipakai
adalah ArcView 3.3. Analisis spasial ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran atau deskripsi spasial wilayah pesisir Kecamatan Nipah Panjang serta
melihat luas penyebaran mangrove yang tersisa.
D
RD = i x 100% ............................................................................(2)
n
Dimana: RD = Kerapatan relatif jenis (%)
Di = Jumlah tegakan jenis-i
n = Jumlah tegakan seluruh jenis
c. Frekuensi jenis (F)
Frekuensi jenis adalah proporsi plot contoh ditemukannya suatu jenis dalam
semua plot contoh.
pi
F= ...............................................................................................(3)
p
Dimana: F = Frekuensi jenis
pi = Jumlah plot contoh dimana ditemukan jenis-i
p = Jumlah semua plot contoh yang diamati
d. Frekuensi relatif Jenis (RF)
Frekuensi relatif jenis adalah perbandingan antara frekuensi jenis dan jumlah
frekuensi untuk seluruh jenis.
F
RF = i x 100% ............................................................................(4)
F
Dimana: RF = Frekuensi relatif jenis (%)
Fi = Frekuensi jenis-i
F = Jumlah frekuensi seluruh jenis
e. Penutupan Jenis (C)
Penutupan jenis adalah luas penutupan jenis dalam suatu area tertentu.
C=
BA .............................................................................................(5)
A
DBH 2
Dimana: BA = (dalam cm2)
4
C = Penutupan jenis
= 3,14
DBH = Diameter pohon dari jenis-i (cm). Diameter batang diukur
setinggi 1,3 m dari permukaan tanah
A = Luas area total pengambilan contoh (cm2)
26
pci =
pc i
...........................................................................................(10)
n
Dimana: pci = Pengambilan cerucuk oleh responden ke-i
fpci = Frekuensi pengambilan cerucuk responden ke-i
Jpci = Jumlah pengambilan cerucuk responden ke-i
pci = Jumlah total pengambilan cerucuk
pci = Rata-rata pemanfaatan cerucuk
n = Jumlah responden
27
pki =
pk i
....................(13)
n
Dimana: pki = Pengambilan kayu bakar oleh responden ke-i
fpki = Frekuensi pengambilan kayu bakar responden ke-i
jpki = Jumlah pengambilan kayu bakar responden ke-i
pki = Jumlah total pengambilan kayu bakar
pki = Rata-rata pemanfaatan kayu bakar
n = Jumlah responden
HASIL
Aksesibilitas
Alat transportasi yang digunakan di Kecamatan Nipah Panjang adalah alat
transportasi laut dan darat. Jarak antara desa terjauh ke Ibukota Kota Kecamatan
sejauh 30 km dapat ditempuh dengan 1 jam perjalanan dengan menggunakan
kendaraan roda dua dan harus menyeberang Sungai Batanghari dengan waktu
15 menit dengan menggunakan kapal (pompong). Perjalanan menuju ibukota
kabupaten yang terletak di Muara Sabak diperlukan waktu 1,5 jam dengan
29
berprofesi sebagai nelayan, dan petani. Sedangkan Etnis Jawa banyak bergerak di
darat dan berusaha dibidang perkebunan, pertanian, dan perternakan. Etnis lain
seperti Cina juga terdapat Kecamatan Nipah Panjang ini, namun biasanya mereka
bergerak dibidang perdagangan, transportasi, dan jasa.
Pengaruh kebudayaan islam di wilayah pesisir Kecamatan Nipah Panjang
sangat dominan dalam tatanan kehidupan sehari-hari, baik dari Etnis Melayu,
Bugis, Banjar, dan Jawa. Mereka adalah penganut agama islam turun-temurun,
sehingga adat-istiadat dan kebiasaan mereka dipengaruhi oleh kebudayaan islam.
Pengaruh kebudayaan islam sangat terasa sekali pada wilayah Kecamatan Nipah
Panjang ini, hal ini terlihat dari fungsi dari mesjid, madrasah dan mushola
disamping digunakan sebagai keperluan ibadah juga digunakan untuk aktivitas
sosial seperti; kebudayaan, pendidikan, dan rapat desa.
Perikanan
Kecamatan Nipah Panjang memiliki potensi perikanan yang cukup
melimpah. Produksi perikanan Kecamatan Nipah Panjang saat ini diperkirakan
11.762 ton/tahun yang terdiri dari; perikanan laut 11.537 ton/tahun, perairan
umum 35 ton /tahun, tambak 185 ton/tahun, keramba 2 ton/tahun, dan kolam 3
ton/tahun (DKP Provinsi Jambi dan Tanjung Jabung Timur dalam Angka, 2006).
Gambar 4. Peta penyebaran mangrove di Kecamatan Nipah Panjang tahun 1989 dan 2005
34
35
100.00
90.00
80.00
70.00
Kerapatan Relatif
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Jalur I Jalur II Jalur III Jalur IV Jalur V Jalur VI Jalur VII
Jalur Pengamatan
Frekuensi Relatif
Frekuensi
No Jenis (%)
Pohon Pancang Semai Pohon Pancang Semai
1 Avicennia alba 0,20 0,28 0,05 16,67 17,46 6,90
2 Avicennia marina 0,60 0,75 0,53 50,00 47,62 72,41
3 Bruguiera gymnorrhiza 0,05 0,10 - 4,17 6,35 -
4 Rhizophora apiculata 0,08 0,13 - 6,25 7,94 -
5 Sonneratia alba 0,05 0,08 - 4,17 4,76 -
6 Sonneratia caseolaris 0,23 0,25 0,15 18,75 15,87 20,69
Jumlah 1,20 1,58 0,73 100,00 100,00 100,00
*Perhitungan frekuensi dan frekuensi relatif dapat dilihat pada Lampiran 3.
100
90
80
Frekuensi Relatif
70
60
50
40
30
20
10
0
Jalur I Jalur II Jalur III Jalur IV Jalur V Jalur VI Jalur VII
Jalur Pengamatan
Sonneratia alba, dan penutupan dan penutupan relatif terendah untuk tingkat
pohon adalah Bruguiera gymnorrhiza.
Penutupan relatif jenis mangrove tingkat pohon pada setiap jalur
pengamatan dapat dilihat pada Gambar 7:
100.00
90.00
80.00
Penutupan Relatif 70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Jalur I Jalur II Jalur III Jalur IV Jalur V Jalur VI Jalur VII
Jalur Pengamatan
300
270
240
210
180
INP
150
120
90
60
30
0
Jalur I Jalur II Jalur III Jalur IV Jalur V Jalur VI Jalur VII
Jalur Pengamatan
Keanekaragaman Fauna
Fauna yang diamati dilokasi penelitian meliputi: fauna akuatik dan fauna
teresterial. Pada ekosistem mangrove Kecamatan Nipah Panjang dijumpai
40
beberapa jenis burung, Crustacea, dan ikan yang semuanya hidup berasosiasi
dengan ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove menyediakan makanan dan
tempat perlindungan atau habitat bagi fauana tersebut.
Berdasarkan pengamatan di lapangan fauna akuatik yang sering dijumpai
adalah Kepiting bakau (Scylla serrata). Sedangkan fauna teresterial yang seing
dijumpai adalah Tekukur (Streptopelia chinensis), dan Kera ekor panjang
(Macaca facicularis) namun dalam jumlah populasi yang sedikit. Jenis-jenis fauna
yang ditemukan di ekosistem mangrove Kecamatan Nipah Panjang dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Jenis-jenis fauna yang ditemukan di ekosistem mangrove Kecamatan
Nipah Panjang
terendah 29,00C terdapat pada jalur II. Sedangkan suhu air 28,50C - 32,50C. Suhu
41
air tertinggi yaitu 32,50C terdapat pada jalur II, dan suhu air terendah yaitu 28,50C
terdapat pada jalur IV. Suhu udara dan perairan ini diukur pada siang hari pada
jam 11.00 wib (Gambar 9).
32
31
30
Suhu
29
28
27
26
I II III IV V VI VII
Jalur Pengamatan
Udara Air
Salinitas
Salinitas perairan berkisar antara 16,0 - 30,0 . Salinitas tertinggi yaitu
30,0 terdapat pada jalur VII, dan salinitas terendah yaitu 16,0 terdapat pada
jalur V. Salinitas perairan diukur pada saat surut. Sebaran salinitas pada setiap
jalur pengamatan dapat dilihat pada (Gambar 10).
30
25
20
Salinitas
15
10
0
I II III IV V VI VII
Jalur Pengamatan
5
pH
1
I II III IV V VI VII
Jalur Pengamatan
Tanah
Jenis tanah yang umumnya terdapat di ekosistem mangrove Kecamatan
Nipah Panjang secara keseluruhan adalah lumpur berpasir dan pasir berlumpur.
43
PEMBAHASAN
Keanekaragaman Fauna
Tingginya penurunan luas dan tingkat kerusakan ekosistem mangrove di
Kecamatan Nipah Panjang ini berdampak negatif terhadap keberadaan fauna yang
terdapat di dalamnya. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan fauna yang
ditemukan hanya 11 jenis spesies. Pada hal menurut BKSDA Provinsi Jambi
(2004), di pantai timur jambi terdapat lebih dari 100 spesies fauna yang hidup di
ekosistem mangrove (Lampiran 9 dan 10).
Berkurangnya jenis fauna disebabkan oleh tekanan terhadap habitatnya oleh
masyarakat karena adanya pemanfaan cerucuk dan kayu bakar yang berlebihan.
Selain itu, berkurangnya jenis fauna ini juga disebabkan oleh adanya perburuan
oleh masyarakat. Keberadaan fauna teresterial seperti Kera ekor panjang sudah
mulai terancam, hal ini disebabkan oleh adanya perburuan oleh masyarakat untuk
dijual. Sedangkan untuk jenis reptilia kecil seperti Biawak dan Ular banyak diburu
masyarakat untuk diambil kulitnya.
Dengan keanekaragaman fauna yang dimiliki saat ini, menunjukkan bahwa
ekosistem mangrove di Kecamatan Nipah Panjang ini memiliki keanekaragaman
fauna yang sangat kecil untuk ukuran ekosistem mangrove. Hal ini menandakan
bahwa fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Nipah Panjang sebagai habitat
bagi fauna menjadi berkurang atau dengan kata lain mangrove yang ada di
Kecamatan Nipah Panjang ini mengalami kerusakan yang sangat serius karena
hilangnya fungsi sebagai tempat hidup bagi berbagai jenis satwa untuk berlindung
dan berkembang biak. Untuk itu diperlukan suatu bentuk pengelolaan yang dapat
menjaga kelestarian ekosistem mangrove dan fauna yang berada di dalamnya.
Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perlindungan dan
pelarangan terhadap perburuan terhadap satwa-satwa yang dilindungi, serta
50
bangunan dan sumber energi (kayu bakar). Bahan bangunan seperti batu bisa
menjadi pengganti kayu mangrove dan bisa didatangkan dari kabupaten yang
terdekat dengan daerah ini seperti dari kabupaten Muara Tebo atau Kabupaten
Batang merangin. Untuk mengatasi permasalahan kayu bakar pemerintah bisa
mensosialisasikan penggunaan arang dari tempurung kelapa yang banyak terdapat
disekitar wilayah ini, arang tempurung kelapa ini bisa diperoleh dari beberapa
kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ini seperti; Kecamatan Sadu dan
Kecamatan Muara Sabak.
2. Untuk mengembalikan kondisi mangrove seperti tahun 1987 (seluas 1447 ha),
maka yang perlu dilakukan adalah melakukan pelarangan pengambilan kayu
dari hutan mangrove, dan dibutuhkan waktu 66 tahun jika dibiarkan tumbuh
secara alami (Lampiran 12).
3. Untuk mengembalikan kondisi mangrove seluas 835 ha (pertengahan antara
337 ha dan 1447 ha), maka yang perlu dilakukan adalah melakukan
pelarangan pengambilan kayu dari hutan mangrove, dan dibutuhkan waktu
29 tahun jika dibiarkan tumbuh secara alami (Lampiran 13).
4. Penanaman kembali atau rehabilitasi kawasan ekosistem mangrove yang telah
rusak seperti di daerah tepi sungai dan daerah yang mengalami abrasi. Adapun
luas mangrove yang harus ditanam adalah 1110 ha.
Dalam pelaksanaanya, kegiatan rehabilitasi atau reboisasi hutan
mangrove ini, hendaknya pemerintah melibatkan unsur masyarakat.
Pendekatan botom-up perlu digalakkan dan bukan sebaliknya. Mengingat
dewasa ini masyarakat adalah sebagai ujung tombak dalam suatu
pembangunan di desa. Tugas pemerintah hanyalah memberikan pengarahan
secara umum dalam pelestarian mangrove.
Bila ditinjau dari luasnya hutan mangrove yang sudah hilang sejak tahun
1989 di ekosistem mangrove Kecamatan Nipah Panjang yaitu 1110 ha,
maka untuk mengembalikan kekondisi tahun 1989 jumlah mangrove yang
perlu ditanam adalah 3.700.000 batang atau 3.333 batang/ha dengan jarak
tanam 3 meter (Lampiran 14). Penanaman dilakukan pada lahan mangrove
yang telah kritis seperti di sepanjang pantai dan penanaman sebaiknya
menggunakan bibit lokal.
53
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kondisi ekosistem mangrove di Kecamatan Nipah Panjang pada saat ini
mengalami kerusakan sebesar 20 % per tahun dengan luas hutan mangrove
yang tersisa 337 ha.
2. Laju penurunan luas hutan mangrove di Kecamatan Nipah Panjang pada tahun
2007 sebesar 20 % per tahun, lebih besar dari kemampuan penambahan luas
sebesar 5 % per tahun.
3. Tingginya pemanfaatan cerucuk dan kayu bakar merupakan salah satu faktor
penyebab penurunan luas ekosistem mangrove di Kecamatan Nipah Panjang
ini.
4. Pengelolaan ekosistem mangrove di Kecamtan Nipah Panjang saat ini belum
optimal dan sering terjadinya benturan antara pemangku kepentingan. Untuk
itu diperlukan koordinasi antara lembaga tersebut agar benturan kepentingan
dapat dihindari.
5. Tingginya penurunan luas dan laju pemanfaatan ekosistem mangrove di
Kecamatan Nipah Panjang ini berdampak pada berkurangnya keanekaragaman
fauna yang terdapat di dalam ekosistem ini.
Saran
1. Perlu dilakukan rehabilitasi pada daerah yang mengalami kerusakan yang
sangat berat, dan jenis yang perlu direhabilitasi adalah Avicennia spp. karena
jenis ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai cerucuk. Kegiatan
rehabilitasi ini dapat dilakukan dengan melibatkan aparat pemerintah (Dinas
Kehutanan dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur), Lembaga Swadaya Masyarakat, dan masyarakat yang tinggal di sekitar
ekosistem mangrove kecamatan Nipah Panjang tersebut.
2. Perlu adanya pencarian sumber energi dan bahan bangunan alternatif sebagai
pengganti kayu mangrove.
3. Alternatif pengelolaan hutan mangrove yang dapat dilakukan di Kecamatan
Nipah panjang ini adalah sebagai berikut:
54
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 1995. Kebijakan pengelolaan hutan mangrove dilihat dari segi
lingkungan hidup. Di dalam: Seminar VI ekosistem mangrove.
Pekanbaru 15-18 September 1998.
_______. 2000. Teknik pengambilan contoh dan analisis data biofisik sumberdaya
pesisir. PKSPL-IPB. Bogor.
_______. 2004. Sinopsis, ekosistem dan sumberdaya alam pesisir dan laut serta
prinsip pengelolaannya. PKSPL-IPB. Bogor.
BKSDA Jambi. 2004. Evaluasi cagar alam hutan bakau pantai timur Jambi.
BKSDA. Jambi.
BPS Tanjung Jabung Timur. 2006. Produksi pertanian Tanjung Jabung Timur
2006. BPS Jambi. Jambi.
56
BPS Tanjung Jabung Timur. 2006. Produksi perkebunan Tanjung Jabung Timur
2006 . BPS Jambi. Jambi.
BPS Tanjung Jabung Timur dan DKP Provinsi Jambi. 2006. Produksi perikanan
Tanjung Jabung Timur 2006 . BPS Jambi. Jambi.
Carter J. 1994. Konsep dasar konservasi laut dan relevansinya dengan Sumatera
bagian timur. Modul training (Terjemahan). Kajian lavalin internasional
inc dengan international development program of Australian university
and colages. PT. Husfarm Dian Konsultan.
Chambers MJG, Sobur AS. 1977. Problem in assessing the rates and processes of
coastal change in the province of south Sumatera. Center for natural
resource management and environment studies. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 1996. Pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir dan lautan secara terpadu. Cet. III. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Dahuri R 1997. Metode penelitian dan analisis data sosial ekonomi masyarakat
pesisir. Makalah pengelolaan hutan mangrove lestari. PKSPL-IPB,
Bogor.
Hilmi. 1998. Penentuan lebar optimal jalur hijau mangrove melalui pendekatan
sistem: Kasus di Hutan Muara Angke Jakarta. [Tesis]. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.201 tahun 2004. Kriteria baku
dan pedoman penentuan kerusakan mangrove. Deputi MENLH Bidang
Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup. Jakarta.
Nikijuluw VPH. 1999. Analisis dan metode pengumpulan data ekonomi untuk
wilayah pesisir. Di dalam: Pelatihan bidang pengelolaan wilayah pesisir
secara terpadu. Angkatan IV. PKSPL IPB dan BAPEDAL. Bogor.
Macnae. 1968. A general account of the flora and fauna of mangrove swamp and
forests on the Indo-West Pacific Region. Advances in marine biology 6 :
7 27.
Saengar P, Heger EJ, Davie JDS. 1983. Global status of mangrove ecosistem.
IUCN. Bangkok.
Jalur I
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
I 1 Avicennia marina 39,2 12,48 I 1 Avicennia marina 15,5 4,94 I 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 33 10,51 2 Avicennia marina 20,3 6,46 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 50 15,92 3 Avicennia marina 28 8,92 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina 58,2 18,54 4 Avicennia marina 27,4 8,73 4 Avicennia marina
5 Sonneratia alba 71,3 22,71 5 Avicennia marina 29,5 9,39 5 Avicennia marina
6 Avicennia marina 17,5 5,57 6 Avicennia marina
7 Avicennia marina 16,7 5,32 7 Avicennia marina
8 Avicennia marina 29 9,24 8 Avicennia marina
9 Avicennia marina 12,3 3,92 9 Avicennia marina
10 Avicennia marina 14,2 4,52 10 Avicennia marina
11 Avicennia marina
12 Avicennia marina
13 Avicennia marina
14 Avicennia marina
15 Avicennia marina
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
II 1 Avicennia marina 40,2 12,80 II 1 Avicennia marina 17,4 5,54 II 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 43 13,69 2 Avicennia marina 15,5 4,94 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 32,3 10,29 3 Avicennia marina 19,2 6,11 3 Avicennia marina
4 Avicennia alba 34,3 10,92 4 Avicennia marina 8 2,55 4 Avicennia marina
5 Avicennia alba 35,8 11,40 5 Avicennia marina 16,1 5,13 5 Avicennia marina
6 Rhizophora apiculata 32 10,19 6 Avicennia marina 14 4,46 6 Avicennia marina
7 Rhizophora apiculata 34,6 11,02 7 Avicennia marina 22 7,01 7 Avicennia marina
8 Avicennia marina 8,4 2,68 8 Avicennia marina
9 Avicennia marina 16,7 5,32
60
61
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
III 1 Sonneratia alba 32,4 10,32 III 1 Avicennia marina 20 6,37 III 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 40,2 12,80 2 Avicennia marina 19,4 6,18 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 46,4 14,78 3 Avicennia marina 18,3 5,83 3 Avicennia marina
4 Sonneratia alba 54,3 17,29 4 Avicennia marina 26 8,28 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 27,4 8,73 5 Avicennia marina
6 Avicennia alba 17,2 5,48 6 Avicennia marina
7 Avicennia alba 15 4,78 7 Avicennia marina
8 Avicennia alba 19,2 6,11 8 Avicennia marina
9 Avicennia marina 20,6 6,56 9 Avicennia marina
10 Avicennia marina 11,4 3,63 10 Avicennia marina
11 Avicennia marina 21,3 6,78 11 Avicennia marina
12 Avicennia marina 22,6 7,20 12 Avicennia alba
13 Avicennia alba
14 Avicennia alba
15 Avicennia alba
16 Avicennia alba
17 Avicennia alba
18 Avicennia alba
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Keliling Diameter Kategori Pancang (plot 5x5cm) Keliling Diameter Kategori Semai (plot 2x2cm)
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
IV IV 1 Avicennia marina 20,6 6,56 IV
2 Avicennia marina 13,2 4,20
3 Avicennia marina 15,1 4,81
61
62
Jalur II
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
I 1 Avicennia marina 40,4 12,87 I 1 Avicennia marina 18,3 5,83 I
2 Avicennia marina 32 10,19 2 Avicennia marina 17,6 5,61
3 Avicennia marina 48 15,29 3 Avicennia marina 15,4 4,90
4 Avicennia alba 61,4 19,55 4 Avicennia alba 12,4 3,95
5 Avicennia marina 72,3 23,03 5 Sonneratia alba 14,3 4,55
6 Avicennia marina 32 10,19
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
II 1 Avicennia marina 32 10,19 II 1 Avicennia marina 20,4 6,50 II 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 33 10,51 2 Avicennia marina 17,4 5,54 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 31,4 10,00 3 Avicennia marina 11,2 3,57 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina 8 2,55 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 10,6 3,38 5 Avicennia marina
6 Avicennia marina 26,3 8,38 6 Avicennia marina
7 Avicennia alba 27 8,60 7 Avicennia marina
8 Avicennia alba 28,2 8,98 8 Avicennia marina
9 Avicennia marina 11,6 3,69 9 Avicennia marina
10 Avicennia marina 17,4 5,54 10 Avicennia marina
11 Avicennia marina 19,3 6,15 11 Avicennia marina
12 Avicennia marina 20,4 6,50 12 Avicennia marina
13 Avicennia alba 15,2 4,84 13 Avicennia marina
14 Avicennia marina 15,2 4,84 14 Avicennia marina
15 Avicennia marina 15,4 4,90 15 Avicennia marina
16 Avicennia marina 17,2 5,48 16 Avicennia marina
62
63
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
III 1 Avicennia marina 56 17,83 III 1 Avicennia marina 16,2 5,16 III 1 Avicennia marina
2 Avicennia alba 34 10,83 2 Avicennia marina 6,5 2,07 2 Avicennia marina
3 Avicennia alba 36,2 11,53 3 Avicennia marina 6,4 2,04 3 Avicennia marina
4 Rhizophora apiculata 33,7 10,73 4 Avicennia marina 15,8 5,03 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 10,3 3,28 5 Avicennia marina
6 Avicennia marina 9 2,87 6 Avicennia marina
7 Avicennia marina 9,2 2,93 7 Avicennia marina
8 Avicennia marina 12 3,82 8 Avicennia marina
9 Avicennia marina 12,4 3,95 9 Avicennia marina
10 Avicennia marina 17 5,41 10 Avicennia marina
11 Avicennia marina 8,4 2,68 11 Avicennia marina
12 Avicennia marina 9 2,87 12 Avicennia marina
13 Rhizophora apiculata 26,3 8,38 13 Avicennia marina
14 Rhizophora apiculata 10,3 3,28 14 Avicennia marina
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
IV 1 Avicennia marina 46 14,65 IV 1 Avicennia marina 9,6 3,06 IV 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 71,4 22,74 2 Avicennia marina 9,4 2,99 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 59,4 18,92 3 Avicennia marina 18,1 5,76 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina 8,6 2,74 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 11,4 3,63 5 Avicennia marina
63
64
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
V V 1 Avicennia marina 21,3 6,78 V 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 20 6,37 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 18 5,73 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina 10,8 3,44 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 15,4 4,90 5 Avicennia marina
6 Avicennia marina 21,3 6,78 6 Avicennia marina
7 Avicennia marina 18,1 5,76 7 Avicennia marina
8 Avicennia marina 7,6 2,42 8 Avicennia marina
9 Avicennia marina 9,4 2,99 9 Avicennia marina
10 Avicennia marina 8 2,55 10 Avicennia marina
11 Avicennia marina 7,4 2,36 11 Avicennia marina
12 Avicennia marina 7 2,23 12 Avicennia marina
13 Avicennia marina 14 4,46 13 Avicennia marina
14 Avicennia marina 21,3 6,78 14 Avicennia marina
15 Rhizophora apiculata 14 4,46 15 Avicennia marina
16 Rhizophora apiculata 20,2 6,43 16 Avicennia marina
17 Avicennia marina 17,2 5,48 17 Avicennia marina
18 Avicennia marina 9 2,87 18 Avicennia marina
19 Rhizophora apiculata 18 5,73 19 Avicennia marina
20 Avicennia marina
21 Avicennia marina
64
65
22 Avicennia marina
23 Avicennia marina
24 Avicennia marina
25 Avicennia marina
26 Avicennia marina
27 Avicennia marina
28 Avicennia marina
29 Avicennia marina
30 Avicennia marina
31 Avicennia marina
32 Avicennia marina
33 Avicennia marina
34 Avicennia marina
35 Avicennia marina
36 Avicennia marina
37 Avicennia marina
38 Avicennia marina
39 Avicennia marina
40 Avicennia marina
41 Avicennia marina
42 Avicennia marina
43 Avicennia marina
Jalur III
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
I I 1 Avicennia marina 22,4 7,13 I
2 Avicennia alba 26,3 8,38
3 Avicennia marina 28,2 8,98
65
66
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Keliling Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
II 1 Avicennia marina 52 16,56 II 1 Avicennia alba 29,2 9,30 II 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 60,4 19,24 2 Avicennia marina 18,3 5,83 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 57,2 18,22 3 Avicennia alba 24,6 7,83 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina 17,4 5,54 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 16,8 5,35 5 Avicennia marina
6 Avicennia alba 15 4,78 6 Avicennia marina
7 Avicennia alba 16,7 5,32 7 Avicennia marina
8 Avicennia marina 9,5 3,03 8 Avicennia marina
9 Avicennia marina 7,4 2,36 9 Avicennia marina
10 Avicennia marina 18 5,73 10 Avicennia marina
11 Avicennia marina 12 3,82 11 Avicennia marina
12 Avicennia marina 11,4 3,63 12 Avicennia marina
13 Avicennia marina 13,2 4,20 13 Avicennia marina
14 Avicennia alba 13,7 4,36 14 Avicennia marina
15 Avicennia marina 21,3 6,78 15 Avicennia marina
16 Avicennia marina 11,4 3,63 16 Avicennia marina
17 Avicennia marina 19 6,05 17 Avicennia marina
18 Avicennia marina 24,2 7,71
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
III 1 Avicennia marina 32 10,19 III 1 Sonneratia alba 26,4 8,41 III 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 32,4 10,32 2 Avicennia alba 17 5,41 2 Avicennia marina
3 Avicennia alba 31,7 10,10 3 Avicennia marina 11 3,50 3 Avicennia marina
4 Avicennia alba 40,2 12,80 4 Avicennia marina 23,4 7,45 4 Avicennia marina
5 Rhizophora apiculata 23 7,32 5 Avicennia marina
6 Rhizophora apiculata 11,2 3,57 6 Avicennia alba
7 Avicennia marina 7,6 2,42 7 Avicennia alba
8 Avicennia marina 9,2 2,93 8 Avicennia alba
9 Avicennia marina 8,9 2,83 9 Avicennia marina
10 Avicennia marina 9,4 2,99
11 Avicennia marina 21,2 6,75
12 Avicennia marina 24 7,64
66
67
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
IV IV 1 Avicennia marina 17 5,41 IV 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 9,6 3,06 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 16 5,10 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina 14,3 4,55 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 10,8 3,44 5 Avicennia marina
6 Avicennia marina 14,6 4,65 6 Avicennia marina
7 Avicennia marina 6,7 2,13 7 Avicennia marina
8 Avicennia marina 6,5 2,07 8 Avicennia marina
9 Avicennia marina 6,4 2,04
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
V 1 Avicennia marina 36,6 11,66 V 1 Avicennia marina 7,6 2,42 V 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 32,9 10,48 2 Avicennia marina 6,3 2,01 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 37,8 12,04 3 Avicennia marina 7,2 2,29 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina 50,4 16,05 4 Avicennia marina 19,2 6,11
5 Avicennia marina 41,2 13,12 5 Avicennia marina 14,6 4,65
6 Avicennia marina 35,6 11,34 6 Sonneratia alba 10,4 3,31
7 Avicennia marina 56 17,83
8 Avicennia marina 64,2 20,45
9 Avicennia marina 41,4 13,18
10 Avicennia marina 32,3 10,29
11 Avicennia marina 39 12,42
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
VI 1 Avicennia marina 71,2 22,68 VI 1 Avicennia marina 13 4,14 VI 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 70,5 22,45 2 Avicennia marina 6,7 2,13 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 15 4,78 3 Avicennia marina
67
68
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
VII VII 1 Avicennia marina 20,2 6,43 VII
2 Avicennia marina 18,6 5,92
3 Avicennia marina 17,5 5,57
4 Avicennia marina 12,3 3,92
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
VIII 1 Avicennia alba 40 12,74 VIII 1 Avicennia marina 11,6 3,69 VIII 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 34,1 10,86 2 Avicennia marina 20,2 6,43 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 14,3 4,55 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina 18,4 5,86 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 19,2 6,11 5 Avicennia marina
6 Avicennia marina 21,2 6,75 6 Avicennia marina
68
69
69
70
Jalur IV
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
I 1 Sonneratia caseolaris 52,3 16,66 I 1 Sonneratia caseolaris 21,1 6,72 I
2 Sonneratia caseolaris 72,4 23,06 2 Sonneratia caseolaris 29 9,24
3 Sonneratia caseolaris 11,2 3,57
4 Sonneratia caseolaris 18,3 5,83
5 Sonneratia caseolaris 15,2 4,84
6 Sonneratia caseolaris 15,6 4,97
7 Sonneratia caseolaris 15,4 4,90
8 Sonneratia caseolaris 7,6 2,42
9 Sonneratia caseolaris 10,2 3,25
10 Sonneratia caseolaris 11,6 3,69
11 Sonneratia caseolaris 8,2 2,61
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
II 1 Sonneratia caseolaris 70,6 22,48 II 1 Sonneratia caseolaris 20,3 6,46 II 1 Sonneratia caseolaris
2 Sonneratia caseolaris 38,2 12,17 2 Sonneratia caseolaris 8,2 2,61 2 Sonneratia caseolaris
3 Sonneratia caseolaris 19,4 6,18 3 Sonneratia caseolaris
4 Sonneratia caseolaris 17,6 5,61 4 Sonneratia caseolaris
5 Sonneratia caseolaris 6,4 2,04 5 Sonneratia caseolaris
6 Bruguiera gymnorhiza 11,2 3,57 6 Sonneratia caseolaris
7 Bruguiera gymnorhiza 10,2 3,25 7 Sonneratia caseolaris
8 Bruguiera gymnorhiza 8,3 2,64 8 Sonneratia caseolaris
9 Sonneratia caseolaris 19,4 6,18 9 Sonneratia caseolaris
10 Sonneratia caseolaris 12,2 3,89 10 Sonneratia caseolaris
11 Sonneratia caseolaris 17,3 5,51 11 Sonneratia caseolaris
12 Sonneratia caseolaris 16,7 5,32 12 Sonneratia caseolaris
13 Sonneratia caseolaris 8,9 2,83 13 Sonneratia caseolaris
14 Sonneratia caseolaris 11,6 3,69 14 Sonneratia caseolaris
15 Sonneratia caseolaris 17,7 5,64
16 Sonneratia caseolaris 18,1 5,76
70
71
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Diameter Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
III 1 Sonneratia caseolaris 90,4 28,79 III 1 Sonneratia caseolaris 16,4 5,22 III 1 Sonneratia caseolaris
2 Sonneratia caseolaris 50,3 16,02 2 Sonneratia caseolaris 10,2 3,25 2 Sonneratia caseolaris
3 Sonneratia caseolaris 30,8 9,81 3 Sonneratia caseolaris 10,6 3,38 3 Sonneratia caseolaris
4 Sonneratia caseolaris 48,2 15,35 4 Sonneratia caseolaris
5 Sonneratia caseolaris 36 11,46 5 Sonneratia caseolaris
6 Sonneratia caseolaris 36,2 11,53 6 Sonneratia caseolaris
7 Sonneratia caseolaris 47 14,97
8 Sonneratia caseolaris 49,4 15,73
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
IV 1 Sonneratia caseolaris 44 14,01 IV 1 Sonneratia caseolaris 19 6,05 IV 1 Sonneratia caseolaris
2 Bruguiera gymnorhiza 42,2 13,44 2 Sonneratia caseolaris 7,6 2,42 2 Sonneratia caseolaris
3 Sonneratia caseolaris 9,2 2,93 3 Sonneratia caseolaris
4 Sonneratia caseolaris 6,4 2,04 4 Sonneratia caseolaris
5 Sonneratia caseolaris 8,4 2,68 5 Sonneratia caseolaris
6 Bruguiera gymnorhiza 9,6 3,06 6 Sonneratia caseolaris
7 Sonneratia caseolaris 20,3 6,46 7 Sonneratia caseolaris
8 Sonneratia caseolaris 24,7 7,87
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
V 1 Sonneratia caseolaris 41 13,06 V 1 Sonneratia caseolaris 18,6 5,92 V 1 Sonneratia caseolaris
2 Sonneratia caseolaris 45,2 14,39 2 Sonneratia caseolaris 20,3 6,46 2 Sonneratia caseolaris
3 Sonneratia caseolaris 36,3 11,56 3 Sonneratia caseolaris 24 7,64 3 Sonneratia caseolaris
4 Sonneratia caseolaris 71,2 22,68 4 Sonneratia caseolaris 19,4 6,18 4 Sonneratia caseolaris
5 Sonneratia caseolaris 80,6 25,67 5 Sonneratia caseolaris 26,3 8,38 5 Sonneratia caseolaris
71
72
6 Sonneratia caseolaris 90,3 28,76 6 Sonneratia caseolaris 17,4 5,54 6 Sonneratia caseolaris
7 Sonneratia caseolaris 44,3 14,11 7 Sonneratia caseolaris 9,3 2,96 7 Sonneratia caseolaris
8 Sonneratia caseolaris 10,6 3,38 8 Sonneratia caseolaris
9 Sonneratia caseolaris 6,4 2,04 9 Sonneratia caseolaris
10 Sonneratia caseolaris 9,6 3,06 10 Sonneratia caseolaris
11 Sonneratia caseolaris 12,3 3,92 11 Sonneratia caseolaris
12 Sonneratia caseolaris 13 4,14
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
VI 1 Sonneratia caseolaris 36,4 11,59 VI 1 Sonneratia caseolaris 21 6,69 VI
2 Sonneratia caseolaris 9,4 2,99
3 Sonneratia caseolaris 19,4 6,18
Jalur V
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
I 1 Sonneratia caseolaris 70,4 22,42 I 1 Sonneratia caseolaris 18,8 5,99 I
2 Sonneratia caseolaris 51,2 16,31 2 Sonneratia caseolaris 17,6 5,61
3 Sonneratia caseolaris 56,3 17,93 3 Sonneratia caseolaris 26,4 8,41
4 Bruguiera gymnorhiza 24,2 7,71
5 Bruguiera gymnorhiza 26,3 8,38
6 Sonneratia caseolaris 26,2 8,34
7 Sonneratia caseolaris 19,5 6,21
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
II 1 Sonneratia caseolaris 34,2 10,89 II 1 Sonneratia caseolaris 21,3 6,78 II 1 Sonneratia caseolaris
2 Sonneratia caseolaris 36,2 11,53 2 Sonneratia caseolaris 21,4 6,82 2 Sonneratia caseolaris
3 Sonneratia caseolaris 56 17,83 3 Sonneratia caseolaris 29,3 9,33 3 Sonneratia caseolaris
72
73
4 Sonneratia caseolaris 58,3 18,57 4 Sonneratia caseolaris 10,2 3,25 4 Sonneratia caseolaris
5 Sonneratia caseolaris 77 24,52 5 Sonneratia caseolaris 11,4 3,63 5 Sonneratia caseolaris
6 Bruguiera gymnorhiza 36,7 11,69 6 Bruguiera gymnorhiza 20,4 6,50 6 Sonneratia caseolaris
7 Bruguiera gymnorhiza 19,2 6,11 7 Sonneratia caseolaris
8 Bruguiera gymnorhiza 10,2 3,25 8 Sonneratia caseolaris
9 Bruguiera gymnorhiza 11,5 3,66 9 Sonneratia caseolaris
10 Bruguiera gymnorhiza 8,1 2,58 10 Sonneratia caseolaris
11 Sonneratia caseolaris 28 8,92 11 Sonneratia caseolaris
12 Sonneratia caseolaris 17,9 5,70
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
III III 1 Sonneratia caseolaris 18,2 5,80 III
2 Sonneratia caseolaris 17,4 5,54
3 Sonneratia caseolaris 11,2 3,57
4 Sonneratia caseolaris 12,6 4,01
5 Sonneratia caseolaris 15,3 4,87
6 Sonneratia caseolaris 25,7 8,18
7 Sonneratia caseolaris 15,5 4,94
8 Sonneratia caseolaris 13,3 4,24
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
IV 1 Sonneratia caseolaris 60,4 19,24 IV 1 Sonneratia caseolaris 13,6 4,33 IV 1 Sonneratia caseolaris
2 Sonneratia caseolaris 13,8 4,39 2 Sonneratia caseolaris
3 Sonneratia caseolaris 16,9 5,38 3 Sonneratia caseolaris
4 Sonneratia caseolaris 7,2 2,29 4 Sonneratia caseolaris
5 Sonneratia caseolaris 11,4 3,63 5 Sonneratia caseolaris
6 Sonneratia caseolaris 18,2 5,80 6 Sonneratia caseolaris
7 Sonneratia caseolaris 19,2 6,11 7 Sonneratia caseolaris
8 Sonneratia caseolaris 28 8,92 8 Sonneratia caseolaris
9 Sonneratia caseolaris 22,4 7,13 9 Sonneratia caseolaris
10 Sonneratia caseolaris 21,3 6,78 10 Sonneratia caseolaris
73
74
11 Sonneratia caseolaris
12 Sonneratia caseolaris
13 Sonneratia caseolaris
14 Sonneratia caseolaris
15 Sonneratia caseolaris
16 Sonneratia caseolaris
17 Sonneratia caseolaris
18 Sonneratia caseolaris
19 Sonneratia caseolaris
20 Sonneratia caseolaris
21 Sonneratia caseolaris
22 Sonneratia caseolaris
Jalur VI
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
I 1 Avicennia marina 46,4 14,78 I 1 Avicennia marina 10,4 3,31 I
2 Avicennia alba 33,8 10,76 2 Avicennia marina 10,6 3,38
3 Avicennia marina 33,9 10,80 3 Avicennia marina 11 3,50
4 Avicennia marina 42,6 13,57
5 Avicennia alba 32,2 10,25
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
II 1 Avicennia marina 32 10,19 II 1 Avicennia alba 26,3 8,38 II 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 36,7 11,69 2 Avicennia alba 18,2 5,80 2 Avicennia marina
3 Avicennia alba 11,4 3,63 3 Avicennia marina
4 Avicennia alba 15,2 4,84 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 11,2 3,57 5 Avicennia marina
6 Avicennia alba 17,2 5,48
7 Avicennia marina 12,3 3,92
74
75
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
III 1 Avicennia alba 34 10,83 III 1 Avicennia marina 11,4 3,63 III 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 33,8 10,76 2 Avicennia marina 10,3 3,28 2 Avicennia marina
3 Avicennia alba 33,6 10,70 3 Avicennia marina 6,4 2,04 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina 62 19,75 4 Avicennia marina 7,8 2,48 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 41,6 13,25 5 Avicennia marina 9,4 2,99 5 Avicennia marina
6 Avicennia marina 34,3 10,92 6 Avicennia marina 21,2 6,75 6 Avicennia marina
7 Avicennia marina 36,4 11,59 7 Avicennia alba 11,2 3,57 7 Avicennia marina
8 Avicennia marina 53,2 16,94 8 Avicennia alba 11,6 3,69 8 Avicennia marina
9 Avicennia alba 21,4 6,82
10 Avicennia alba 27,2 8,66
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
IV 1 Avicennia marina 41 13,06 IV 1 Avicennia alba 17,4 5,54 IV 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 34,3 10,92 2 Avicennia alba 19,9 6,34 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 36,4 11,59 3 Avicennia marina 12,4 3,95 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina 15,3 4,87 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 15 4,78 5 Avicennia marina
6 Avicennia marina 17 5,41 6 Avicennia marina
7 Avicennia marina 21 6,69
75
76
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Keliling Diameter Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
V 1 Avicennia marina 56,2 17,90 V 1 Avicennia marina 6,3 2,01 V
2 Avicennia marina 9,4 2,99
3 Avicennia marina 11,2 3,57
4 Avicennia marina 18,6 5,92
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
VI 1 Avicennia marina 30,2 9,62 VI 1 Avicennia marina 17,2 5,48 VI 1 Avicennia marina
2 Avicennia alba 31,7 10,10 2 Avicennia marina 21,2 6,75 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 10,2 3,25 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina 19,4 6,18 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 12,5 3,98 5 Avicennia marina
6 Avicennia marina
7 Avicennia marina
8 Avicennia marina
9 Avicennia marina
10 Avicennia marina
11 Avicennia marina
12 Avicennia marina
13 Avicennia marina
14 Avicennia marina
15 Avicennia marina
16 Avicennia marina
17 Avicennia marina
18 Avicennia marina
19 Avicennia marina
20 Avicennia marina
21 Avicennia marina
22 Avicennia marina
23 Avicennia marina
24 Avicennia marina
25 Avicennia marina
76
77
26 Avicennia marina
27 Avicennia marina
28 Avicennia marina
29 Avicennia marina
30 Avicennia marina
31 Avicennia marina
32 Avicennia marina
33 Avicennia marina
34 Avicennia marina
35 Avicennia marina
Jalur VII
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
I 1 Avicennia marina 35,2 11,21 I 1 Avicennia marina 12,7 4,04 I
2 Avicennia marina 19,2 6,11
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
II 1 Avicennia marina 40,6 12,93 II 1 Avicennia marina 11,4 3,63 II 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 51,2 16,31 2 Avicennia marina 9,6 3,06 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 14,9 4,75 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina 18,2 5,80 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 19 6,05 5 Avicennia marina
6 Avicennia marina 15,3 4,87 6 Avicennia marina
7 Avicennia marina
8 Avicennia marina
9 Avicennia marina
10 Avicennia marina
11 Avicennia marina
12 Avicennia marina
13 Avicennia marina
77
78
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
III 1 Avicennia marina 32,6 10,38 III 1 Avicennia marina 7 2,23 III 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 41,2 13,12 2 Avicennia marina 10,7 3,41 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 33,3 10,61 3 Avicennia marina 8 2,55 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina 7,2 2,29 4 Avicennia marina
5 Avicennia marina 9,4 2,99 5 Avicennia marina
6 Avicennia marina 8,6 2,74 6 Avicennia marina
7 Avicennia marina 9,3 2,96 7 Avicennia marina
8 Avicennia marina 6,3 2,01 8 Avicennia marina
9 Avicennia marina 6,4 2,04 9 Avicennia marina
10 Avicennia marina 8,9 2,83 10 Avicennia marina
11 Avicennia marina 6,3 2,01 11 Avicennia marina
12 Avicennia marina 24,3 7,74
13 Avicennia marina 10,3 3,28
14 Avicennia marina 19,6 6,24
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
IV 1 Avicennia marina 38,7 12,32 IV 1 Avicennia marina 18,4 5,86 IV
2 Avicennia marina 41,4 13,18 2 Avicennia marina 11 3,50
3 Rhizophora apiculata 38,2 12,17 3 Avicennia marina 9,8 3,12
4 Avicennia marina 7,6 2,42
5 Avicennia marina 12,3 3,92
6 Avicennia marina 8,3 2,64
7 Avicennia marina 15,7 5,00
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
V 1 Avicennia marina 40 12,74 V 1 Avicennia marina 10,7 3,41 V
2 Avicennia marina 58 18,47 2 Avicennia marina 13,6 4,33
3 Avicennia marina 51,2 16,31 3 Avicennia marina 21,4 6,82
78
79
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
VI 1 Avicennia marina 61,2 19,49 VI 1 Avicennia marina 6,7 2,13 VI 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 34 10,83 2 Avicennia marina 6,8 2,17 2 Avicennia marina
3 Avicennia alba 6,3 2,01 3 Avicennia marina
4 Avicennia alba 7,6 2,42 4 Avicennia marina
5 Avicennia alba 11 3,50 5 Avicennia marina
6 Avicennia marina 12 3,82 6 Avicennia marina
7 Avicennia marina 14,6 4,65 7 Avicennia marina
8 Avicennia marina 14,1 4,49 8 Avicennia marina
9 Avicennia marina 17 5,41 9 Avicennia marina
10 Avicennia marina 21 6,69 10 Avicennia marina
11 Avicennia marina 10 3,18 11 Avicennia marina
12 Avicennia marina 9 2,87 12 Avicennia marina
13 Avicennia marina 8,7 2,77 13 Avicennia marina
14 Avicennia alba 21 6,69 14 Avicennia marina
15 Avicennia marina 7 2,23 15 Avicennia marina
16 Avicennia marina 10,3 3,28 16 Avicennia marina
17 Avicennia marina
18 Avicennia marina
19 Avicennia marina
20 Avicennia marina
21 Avicennia marina
22 Avicennia marina
23 Avicennia marina
24 Avicennia marina
25 Avicennia marina
79
80
Kategori Pohon (plot 10x10cm) Kategori Pancang (plot 5x5cm) Kategori Semai (plot 2x2cm)
Keliling Diameter Keliling Diameter
Plot No Jenis Plot No Jenis Plot No Jenis
VII VII 1 Avicennia marina 7,4 2,36 VII 1 Avicennia marina
2 Avicennia marina 10,6 3,38 2 Avicennia marina
3 Avicennia marina 6,7 2,13 3 Avicennia marina
4 Avicennia marina
5 Avicennia marina
6 Avicennia marina
7 Avicennia marina
8 Avicennia marina
9 Avicennia marina
10 Avicennia marina
11 Avicennia marina
12 Avicennia marina
13 Avicennia marina
14 Avicennia marina
15 Avicennia marina
16 Avicennia marina
17 Avicennia marina
18 Avicennia marina
19 Avicennia marina
20 Avicennia marina
21 Avicennia marina
22 Avicennia marina
23 Avicennia marina
24 Avicennia marina
80
81
Keterangan:
ni = Jumlah total individu dari jenis-i (batang)
A = Luas total pengambilan contoh (hektar)
D = Kerapatan jenis (batang/hektar)
Di = Kerapatan jenis ke-i (batang/hektar)
RD = Kerapatan relatif jenis (%)
No Jenis pi p F RF (%)
1 Avicennia alba 11 40 0,28 17,46
2 Avicennia marina 30 40 0,75 47,62
3 Bruguiera gymnorhiza 4 40 0,10 6,35
4 Rhizophora apiculata 5 40 0,13 7,94
5 Sonneratia alba 3 40 0,08 4,76
6 Sonneratia caseolaris 10 40 0,25 15,87
Jumlah 63 1,58 100,00
No Jenis pi p F RF (%)
1 Avicennia alba 2 40 0,05 6,90
2 Avicennia marina 21 40 0,53 72,41
3 Sonneratia caseolaris 6 40 0,15 20,69
Jumlah 29 0,73 100,00
Keterangan:
pi = Jumlah plot contoh dimana ditemukan jenis-i
p = Jumlah semua plot contoh yang diamati
F = Frekuensi jenis
RF = Frekuensi relatif jenis ke-i (%)
No Jenis BA A C RC (%)
1 Avicennia alba 1472.69 4 x 10 -7 0.0000368 6.43
2 Avicennia marina 12453.71 4 x 10 -7 0.0003113 54.42
3 Bruguiera gymnorhiza 249.02 4 x 10 -7 0.0000062 1.09
4 Rhizophora apiculata 383.45 4 x 10 -7 0.0000096 1.67
5 Sonneratia alba 713.08 4 x 10 -7 0.0000178 3.11
6 Sonneratia caseolaris 7613.57 4 x 10 -7 0.0001903 33.27
Jumlah 0.0005721 100.00
No Jenis BA A C RC (%)
1 Avicennia alba 956.85 4 x 10 -7 0.0000239 11.49
2 Avicennia marina 4950.67 4 x 10 -7 0.0001237 59.46
3 Bruguiera gymnorhiza 219.31 4 x 10 -7 0.0000055 2.63
4 Rhizophora apiculata 222.70 4 x 10 -7 0.0000056 2.67
5 Sonneratia alba 80.38 4 x 10 -7 0.0000020 0.97
6 Sonneratia caseolaris 1897.79 4 x 10 -7 0.0000474 22.78
Jumlah 0.0002080 100.00
Avicennia marina
1 Avicennia marina 15.50 4.94 19.13 4950.67
2 Avicennia marina 20.30 6.46 32.81
3 Avicennia marina 28.00 8.92 62.42
4 Avicennia marina 27.40 8.73 59.77
5 Avicennia marina 29.50 9.39 69.29
6 Avicennia marina 17.50 5.57 24.38
7 Avicennia marina 16.70 5.32 22.20
8 Avicennia marina 29.00 9.24 66.96
9 Avicennia marina 12.30 3.92 12.05
10 Avicennia marina 14.20 4.52 16.05
11 Avicennia marina 17.40 5.54 24.11
12 Avicennia marina 15.50 4.94 19.13
13 Avicennia marina 19.20 6.11 29.35
14 Avicennia marina 8.00 2.55 5.10
15 Avicennia marina 16.10 5.13 20.64
16 Avicennia marina 14.00 4.46 15.61
17 Avicennia marina 22.00 7.01 38.54
18 Avicennia marina 8.40 2.68 5.62
19 Avicennia marina 16.70 5.32 22.20
20 Avicennia marina 24.80 7.90 48.97
21 Avicennia marina 19.00 6.05 28.74
22 Avicennia marina 24.00 7.64 45.86
23 Avicennia marina 20.00 6.37 31.85
24 Avicennia marina 19.40 6.18 29.96
25 Avicennia marina 18.30 5.83 26.66
26 Avicennia marina 26.00 8.28 53.82
27 Avicennia marina 27.40 8.73 59.77
28 Avicennia marina 20.60 6.56 33.79
29 Avicennia marina 11.40 3.63 10.35
30 Avicennia marina 21.30 6.78 36.12
31 Avicennia marina 22.60 7.20 40.67
32 Avicennia marina 20.60 6.56 33.79
33 Avicennia marina 13.20 4.20 13.87
34 Avicennia marina 15.10 4.81 18.15
35 Avicennia marina 14.60 4.65 16.97
36 Avicennia marina 26.30 8.38 55.07
37 Avicennia marina 11.00 3.50 9.63
38 Avicennia marina 18.30 5.83 26.66
39 Avicennia marina 17.60 5.61 24.66
40 Avicennia marina 15.40 4.90 18.88
41 Avicennia marina 20.40 6.50 33.13
42 Avicennia marina 17.40 5.54 24.11
43 Avicennia marina 11.20 3.57 9.99
44 Avicennia marina 8.00 2.55 5.10
45 Avicennia marina 10.60 3.38 8.95
46 Avicennia marina 26.30 8.38 55.07
47 Avicennia marina 27.00 8.60 58.04
48 Avicennia marina 28.20 8.98 63.32
49 Avicennia marina 27.00 8.60 58.04
50 Avicennia marina 28.20 8.98 63.32
51 Avicennia marina 15.20 4.84 18.39
88
Rata-rata ( x ) 282,6
2
Ragam (S ) 13994,9
(N )
2 N n
B = 2S = Z/2
2
S
T n N
1823,3 90 23
=2 (90)2
23 90
=2
8.100 x 608,5 x 0,74
= 2 3.647.349
= 2 (1909,8)
= 3918,6
NBB = T1 = T - B = 25434 3819,6
= 21614,4
NBA = T2 = T + B = 25434 + 3819,6
= 29253,6
Selang = 21614,4 29253,6
48 3 4 576 115,2
49 5 5 1200 240
50 2 6 576 115,2
51 2 4 384 76,8
52 2 4 384 76,8
53 2 3 288 57,6
54 1 4 192 38,4
55 3 4 576 115,2
56 2 4 384 76,8
57 3 4 576 115,2
58 2 2 192 38,4
59 2 3 288 57,6
60 1 4 192 38,4
61 2 4 384 76,8
62 3 4 576 115,2
63 4 5 960 192
64 3 4 576 115,2
65 1 4 192 38,4
66 2 4 384 76,8
67 3 5 720 144
68 4 4 768 153,6
69 3 6 864 172,8
70 2 5 480 96
71 3 3 432 86,4
72 4 3 576 115,2
73 2 5 480 96
74 2 4 384 76,8
75 3 4 576 115,2
76 3 3 432 86,4
77 3 2 288 57,6
78 2 4 384 76,8
79 2 4 384 76,8
80 3 3 432 86,4
81 3 3 432 86,4
82 2 4 384 76,8
83 3 3 432 86,4
43536 8707,2
Rata-rata ( x ) 104,9
2
Ragam (S ) 1823,3
Keterangan: 4 ikat kayu bakar setara dengan 1 pohon mangrove.
Jumlah orang yang mengambil kayu bakar adalah: 300 orang/tahun. Jadi
total pengambilan kayu bakar adalah: 104,9 x 300 = 31.470 batang/tahun. Selang
pengambilan kayu bakar dengan tingkat kepercayaan 95 % dihitung sebagai
berikut:
99
(N )
2 N n
B = 2S = Z/2
2
S
T n N
1823,3 300 83
=2 (300)2
83 300
= 2 1.423.008
= 2 (1192,9)
= 2385,8
NBB = T1 = T - B = 31470 2385,8
= 29084,2
NBA = T2 = T + B = 31470 + 2385,8
= 33855,8
Selang = 29084,2 33855,8
Ac Ab
Th = + / L05
Kc Kb
25435 31470
Th = + / 563
317 962
Th = 80,23 + 32,71 / 563
Th = 112,9 / 563
Th = 0,2
Th = 20 %
101
Lampiran 9. Jenis satwa liar yang sering dijumpai di pantai timur Jambi
Mamalia
No Nama Daerah Nama Latin
1 Kubung Cynocephalus variegatus
2 Siamang Sympalagus sindactylus
3 Musang Paradoxurus hermaproditus
4 Wau-wau Hylobates agilis
5 Kalong Pamvirus sp.
6 Kelelawar Myotis sp.
7 Kera ekor panjang Macaca fascicularis
8 Trenggiling Manis javanica
9 Bajing tanah Larsius insignis
10 Landak biasa Hystrix brachirua
11 Beruang madu Helarctos malayanus
12 Binturong Arctictis binturong
13 Kucing hutan Felis bengalensis
14 Kucing bakau Felis viverina
15 Macan dahan Neofelis nebulosa
16 Kancil Tragulus javanicus
17 Napu Tragulus navu
Reptil dan Amphibi
Nama Daerah Nama Latin
1 Buaya muara Crocodylus porosus
2 Buaya sinyulong Tomistoma schlegelii
3 Labi-labi Chitra indus
4 Tuntong Batagur baska
5 Ular sanca Phyton reticulatus
6 Kodok Buvo melanosticus
7 Ular air Natrix sp.
8 Ular laut Laticanda sp.
9 Ular bakau Boiga dendrophila
10 Biawak Varanus salvator
11 Kadal Mabouia multifasciata
12 Bunglon Calotes jubattus
13 Hap-hap Draco volans
Sumber: BKSDA Provinsi Jambi, 2004
102
Lampiran 12. Waktu yang diperlukan untuk penambahan luas hutan seperti tahun
1989
Luas hutan mangrove antara tahun 1987 dan 1989 adalah 835 ha
Luas hutan mangrove tahun 2007 adalah 337 ha
Laju penambahan 5 %
Jadi waktu yang diperlukan untuk penambahan luas hutan mangrove
menjadi 835 ha adalah:
= (835-337) / (5 % x 337 )
= (498) / (16,85)
= 29,5
= 29 tahun
107