You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


1.1 Anatomi

1.2 Fisiologi
1.2.1 GENITALIA EKSTERNA
a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum),
terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris,
hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar
pada dinding vagina.
b. Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
c. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan
skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada
batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora
menyatu (pada commisura posterior).
d. Labia minora

1
2

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai


folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan
ujung serabut saraf.
e. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior
vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding
anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh
darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas
lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6
lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus
vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene
kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
g. Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa
robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah
menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis,
septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat
robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan
(misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut
parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang
robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen
yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen
imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan
darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
h. Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi
cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian
kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi
dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix
lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan
dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis,
berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina : untuk
mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan
3

untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari


duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara
klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar
cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah
sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif
terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
i. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas
otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan
diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median
m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada
persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar
jalan lahir dan mencegah ruptur.

1.2.2 GENITALIA INTERNA


a. Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi
peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat
implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan
dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks
uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu,
isthmus dan serviks uteri.
b. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan /
menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri
dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen
dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina
yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri
externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar
mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum).
Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium
externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan
(primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar
mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang
mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan
4

berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas


lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
c. Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat
pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke
dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta
dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri,
menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-
hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan
fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus
bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita
(gambar).
d. Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina,
ligamentum rectouterina.
e. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca
interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
f. Salping / Tuba Falopi
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang
tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan
transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba
terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular)
serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis,
pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan
fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang
berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).
g. Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter
uterotuba pengendali transfer gamet. Pars ampularis
(medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula /
infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga
5

terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini. Pars infundibulum


(distal) Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale
pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae
berfungsi menangkap ovum yang keluar saat ovulasi dari
permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
MesosalpingJaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya
mesenterium pada usus).
h. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga
peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai
jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medula.Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal
primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum
pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba
Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum
yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh
ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum
dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta
abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

II. Konsep Abortus Inkomplit


2.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho, 2010).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah
sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal (Manuaba, 2008).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi
masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol pada ostium uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan
jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa,
6

yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga


perdarahan berjalan terus (Syaifuddin, 2002).

2.2 Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
2.2.1 Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi
karena :
a. Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom, termasuk kromosom seks.
b. Faktor lingkungan endometrium
Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi
hasil konsepsi.
Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu
pendek.
c. Pengaruh luar
Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
2.2.2 Kelainan Pada Plasenta
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak
dapat berfungsi. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang
diantaranya pada penderita diabetes mellitus. Hipertensi menyebabkan
gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan keguguran.
2.2.3 Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,
sifilis, anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit
ginjal, penyakit hati, dan penyakit diabetes melitus.
2.2.4 Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat
tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk
mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks
inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks),
robekan serviks postpartum (Manuaba, 2010).
7

2.3 Manifestasi klinik


2.3.1 Nyeri hebat
2.3.2 Perdarahan banyak
2.3.3 Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi
sebagian masih berada di dalam uterus
2.3.4 Pemeriksaan dalam:
a. Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
b. Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam
2.3.5 Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
2.3.6 Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak
dapat dipertahankan

2.4 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis
kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan <8 minggu hasil
konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koralis belum
menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu
villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta
tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah
ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.
Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati
lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang
cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan
mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah
diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak
seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion
tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan
korion.
8

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi dimana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih
lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan
adalah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek,
perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-
merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang
terjadi sudah berlangsung lama (Prawirohardjo, 2005).
9

2.5 Pathway

Perdarahan dan Nekrosis

Hasil konsepsi terlepas


dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil kosepsi keluar

Hasil konsepsi keluar Merasa kehilangan Hasil konsepsi tidak


sempurna keluar sempurna
Ansietas

Perdarahan
Nyeri
Defisit volume
cairan

Intoleransi aktiitas Gangguan istirahat


tidur

Sumber: Sujiyatini (2009)


10

2.6 Komplikasi
2.6.1 Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
2.6.2 Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan perlunya alat-alat
lain.
2.6.3 Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi
berat.
2.6.4 Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan
suatu abortus yang tidak aman (Sujiyatini, 2009).

2.7 Prognosis
2.7.1 Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus
yang rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %
2.7.2 Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui,
kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %
2.7.3 Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas
jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita
dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.Prognosis
keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya.

2.8 Penanganan Medis


2.8.1 Pemeriksaan umum:
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum
pasien, termasuk tanda-tanda vital.
11

b. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak,


pingsan, tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112
kali per menit).
c. Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan
syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting
untuk memulai penanganan syok dengan segera.
d. Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan
kehamilan ektopik terganggu.
e. Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih),
berikan larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan
tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam pertama (Syaifuddin,
2006).

2.8.2 Penanganan Abortus Inkomplit


a. Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok dan sepsis).
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan < 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi
dengan:
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi
yang terpilih.
b) Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika AVM tidak tersedia.
c) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri
ergometrium 0,2 mg im (diulangi setelah 15 menit jika
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulangi setelah 4 jam jika perlu).

c. Jika kehamilan > 16 mingguan


a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV
(garam fisiologis arau RL ) dengan kecepatan 40 tetes /
menit sampai terjadi ekspulsi konsepsi.
12

b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam


setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi(maksimal 80 mg)
c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus
d. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis
(sulbenisillin 2 gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
e. Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol
500mg setiap 8 jam.
f. Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600
mg/hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi
darah (anemia berat).
g. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan (Syaifuddin, 2006).
13

III. Rencana Asuhan Klien dengan Abortus Inkomplit


3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas klien
Meliputi nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, alamat dan lain-lain.
3.1.2 Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi (Menarche, siklus, lama, banyak, warna,
bau, flour albous, HPHT, disminore)
b. Riwayat kehamilan
c. Riwayat kehamilan sekarang (HPL, ANC, Keluhan, TT)
d. Riwayat kontrasepsi
3.1.3 Riwayat persalinan
Mengkaji persalinan sebelumnya, keadaan anak pasien mulai dari
kandungan hingga saat ini, bagaimana kesehatan anaknya.
3.1.4 Aktivitas/latihan
a. Nutrisi (sebelum dan selama hamil)
b. Eliminasi (sebelum dan selama hamil)
c. Istirahat (sebelum dan selama hamil)
d. Aktivitas (sebelum dan selama hamil)
e. Pola hubungan seksualitas (sebelum dan selama hamil)
f. Personal hygiene (sebelum dan selama hamil)
3.1.5 Riwayat psikososial
3.1.6 Sirkulasi
3.1.7 Data spiritual
3.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang
(Crossmatch), bila terdapat tanda-tanda sepsis berikan antibiotik
yang sesuai, temukan dan hentikan segera sumber perdarahan,
lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan
perkembangan lanjut (Prawirohardjo, 2006).

3.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa I: Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri
3.2.1 Definisi
Merasa kurang nyaman, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospritual, lingkungan, budaya, dan sosial.
14

3.2.2 Batasan Karakteristik


Ansietas
Berkeluh kesah
Gangguan pola tidur
gatal
gejala distress
Gelisah
Iritabilitas
Ketidakmampuan untuk releks
Kurang puas dengan keadaan
Menangis
Merasa dingin
Merasa kurang senang dengan situasi
Merasa hangat
Merasa lapar
Merasa tidak nyaman
Merintih
Takut

3.2.3 Faktor yang Berhubungan


Gejala terkait penyakit (kerusakan jaringan intrauteri)
Kurang control situasi
Program pengobatan
Stimulasi lingkunagan yang mengganggu

Diagnosa II: ansietas


3.2.4 Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
otonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya.
3.2.5 Batasan Karakteristik
Perilaku
Agitasi
Gelisah
Gerakan ekstra
Insomnia
15

Kontak mata yang buruk


Tampak waspada
Afektif
Berfokus pada diri sendiri
Distres
Gelisah
Gugup
Ketakutan
Fisiologis
Gemetar
Peningkatan keringat
Tremor
Wajah tegang
3.2.6 Faktor yang Berhubungan
Ancaman kematian
Ancaman paa status terkini
Hereditas
Hubungan interpersonal
Kebutuhan yang tidak terpenuhi
Konflik nilai
Konflik tentang tujuan hidup

Diagnosa III: Resiko Pendarahan

Definisi
Rentan mengalami penurunan volume darah yang dapat mengganggu
kesehatan
Faktor resiko
Aneurisme
Gangguan fungsi hari
Gangguan gastrointestinal
Koagulasi inheren
Koagulasi intravaskulat diseminata
Komplikasi kehamilan (misalnya: pecah ketuban dini, plasenta
previa/abrupsio, kehamilan kembar)
Kurang pengetahuan tentang kewaspadaan perdarahn
Program pengobatan
16

Riwayat jatuh
Sirkumsisi
Trauma

Diagnosa IV : Nyeri Akut

Definisi
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International
Association For The Study Of Pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.

Batasan Karakteristik :
Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernafasan
Mengekspresikan prilaku mis: gelisah, merengek, menangis
Melaporkan nyeri secara verbal
Gangguan tidur
Faktor yang Berhubungan :
Agen cidera biologis
Agen cidera fisik
Agen cidera kimiawi

Diagnosa V : Resiko infeksi

Definisi
Rentang mengalami invasi dan multiplikasi organisme patoginek yang
dapat mengganggu kesehatan
Faktor Resiko
- Kurang pengetahuan
- Malnutrisi
- Obesitas
- Penyakit kronis
17

- Prosedur invasive

3.3 Perencanaan
Diagnosa I: Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

NOC: NIC:
Setelah dilakukan tindakkan Observasi tanda-tanda Untuk mengetahui keadaan
keperawatan 3 x 24 jam masalah vital umum klien
nyeri berkurang. Observasi skala nyeri, Mengetahui tingkat nyeri yang
lokasi, frekuensi. dialami klien
Setelah dilakukan tindakan Ajarkan klien teknik Mengurangi nyeri pada klien
keperawatan 1 x 24 jam masalah relaksasi dan distraksi Untuk menghilangkan nyeri
teratasi sebagian dengan kriteria Kolaborasi dengan dokter
hasil: pemberian analgetik
Nyeri berkurang
TTV dalam batas normal
TD 120/80, nadi 80 x/menit,
respirasi 20 x/ menit

Diagnosa II: ansietas

NOC NIC Rasional


Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada pasien 1. Pasien dapat memahami
intervensi ...x24 jam tentang proses penyakit. penyakit yang dialaminya.
diharapkan takut 2. Orientasikan klien dan 2. Membantu klien dan
pasien berkurang atau pasangan pada lingkungan orang terdekat merasa
teratasi, dengan persalinan. mudah dan lebih nyaman
kriteria hasil: pada sekitar mereka.
Memiliki 3. Anjurkan penggunaan 3. Memungkinkan klien
informasi untuk teknik relaksasi. mendapatka keuntungan
mengurangi takut maksimum dari periode
Menggunakan istirrahat, mencegah
teknik relaksasi kelelahan otot dan
Mempertahankan memperbaiki aliran darah
hubungan sosial uterus
dan fungsi peran 4. Anjurkan pengungkapan 4. Dapat membantu

Mengontrol rasa rasa takuk dan menurunkan ansietas dan


18

respon takut masalah. merangsang identifikasi


perilaku koping.
5. Berikan sedatif bila 5. Memberikan efek
tindakan lain tidak menenangkan.
berhasil.

Diagnosa III : Resiko Pendarahan

NOC NIC Rasional


Setelah dilakukan 1. Anjurkan untuk 1. Untuk menghindari
intervensi ...x24 jam membatasi pergerakan pengeluaran darah
diharapkan resiko 2. Kontrol tanda-tanda vital secara berlebih
perdarahan tidak 3. Kontrol perdarahan 2. Memantau batas nomal
terjadi, dengan kriteria 4. Anjurkan klien untuk tanda-tanda vital
hasil: melaporkan segera bila 3. Untuk menghindari syok
Tingkat keparahan ada tanda tanda perdarahn 4. Menghindari hal-hal
perdarahan lebih banyak yang tidak diinginkan
berkurang
Tanda-tanda vital
normal
Mampu untuk
berkonsentrasi
Jumlah trombosit
klien meningkat

Diagnosa IV: nyeri akut


NOC NIC Rasional
Setelah dilakukan Pain management Pain management:
intervensi ...x jam 1. Kaji secara komprehensip 1. Untuk mengetahui tingkat
diharapkan nyeri yang terhadap nyeri termasuk nyeri pasien.
dirasakan klien lokasi, karakteristik,
berkurang dengan durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil : intensitas nyeri dan faktor
Pain control presipitasi. .
Klien melaporkan 2. Observasi reaksi 2. Untuk mengetahui tingkat
19

nyeri berkurang ketidaknyaman secara ketidaknyamanan


Klien dapat nonverbal. dirasakan oleh pasien.
mengenal lamanya 3. Gunakan strategi 3. Untuk mengalihkan
(onset) nyeri komunikasi terapeutik perhatian pasien dari rasa
Klien dapat untuk mengungkapkan nyeri.
menggambarkan pengalaman nyeri dan
faktor penyebab penerimaan klien terhadap
Klien dapat respon nyeri.
menggunakan 4. Tentukan pengaruh 4. Untuk mengetahui apakah
teknik non pengalaman nyeri nyeri yang dirasakan klien
farmakologis terhadap kualitas hidup( berpengaruh terhadap

Klien napsu makan, tidur, yang lainnya.

menggunakan aktivitas,mood, hubungan

analgesik sesuai sosial).

instruksi 5. Tentukan faktor yang 5. Untuk mengurangi factor


dapat memperburuk nyeri. yang dapat memperburuk
nyeri yang dirasakan
klien.
6. Berikan informasi tentang 6. Pemberian health
nyeri termasuk penyebab education dapat
nyeri, berapa lama nyeri mengurangi tingkat
akan hilang, antisipasi kecemasan dan membantu
terhadap ketidaknyamanan klien dalam membentuk
dari prosedur. mekanisme koping
terhadap rasa nyeri.
7. Control lingkungan yang 7. Untuk mengurangi tingkat
dapat mempengaruhi ketidaknyamanan yang
respon ketidaknyamanan dirasakan klien.
klien( suhu ruangan,
cahaya dan suara).
8. Hilangkan faktor 8. Agar nyeri yang dirasakan
presipitasi yang dapat klien tidak bertambah.
meningkatkan pengalaman
nyeri klien( ketakutan,
kurang pengetahuan).
9. Agar klien mampu
9. Ajarkan cara penggunaan
menggunakan teknik
20

terapi non farmakologi nonfarmakologi dalam


(distraksi, guide memanagement nyeri
imagery,relaksasi). yang dirasakan.
10. Pemberian analgetik dapat
10. Kolaborasi pemberian mengurangi rasa nyeri
analgesic pasien

Diagnosa V : Resiko infeksi

NOC NIC Rasional

Setelah dilakukan Pantau TTV, setiap 4 jam Peningkatan tekanan darah,


tindakan keperawatan 3 sekali nadi respirasi, suhu dapat
x 24 jam infeksi Kaji kondisi pengeluaran mengetahui adanya infeksi
teratasi. darah, warna dan bau Mengetahui adanya
Setelah dilakukan Anjurkan klien melakukan pengeluaran darah, warna,
tindakan keperawatan 1 personal hygiene: ganti bau
x 24 jam masalah balutan Untuk mencegah infeksi
teratasi sebagian,
Berikan penyulhan Untuk mencegah infeksi dan
dengan kriteria hasil :
pendidikan kesehatan membantu proses
TTV dalam batas
normal. TD 120/80, tentang perawatan post kuret penyembuhan
nadi 80 x/menit, di rumah Untuk mencegah infeksi
respirasi 21x/menit Anjurkan klien makan-
Tidak terdapat tanda makanan berprotein
tanda infeksi
Kolaborasi dengan dokter
(tubor, lubor, dolor,
kalor, fungsiolesa) pemberian obat sesuai
indikasi
21

IV. Daftar Pustaka


Manuaba. (2008). Pengantar kuliah obstetric. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Nugroho, T. (2010). Buku ajar obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, S. (2006). Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Sujiyatini. (2009). Asuhan patologi kebidanan. Jakarta: Nuha Medika
Saifuddin, A. B. (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
neonatal. Jakarta: JHPIEGO
22

Banjarmasin, Agustus 2017

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

( ) ( )

You might also like