You are on page 1of 12

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

MODUL 1

PENGANTAR
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan Introduction to


SCM (C2)

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Menjelaskan (C2) mengenai Konsep Sistem Logistik, Persediaan (Inventory), Klasifikasi


Persediaan, Biaya Persediaan, Pengendalian Persediaan, Perhitungan dan Penentu Nilai
Persediaan

POKOK BAHASAN

Introduction to SCM

SUB POKOK BAHASAN

1. Konsep Sistem Logistik

2. Persediaan (Inventory)

3. Klasifikasi Persediaan

4. Biaya Persediaan

5. Pengendalian Persediaan

6. Perhitungan dan Penentu Nilai Persediaan

i
INTRODUCTION TO SCM

1. Konsep Sistem Logistik


Logistik atau manajemen logistik merupakan bagian dari proses supply chain yang
merencanakan, mengimplementasikan, dan mengendalikan efisiensi dan efektivitas aliran
dan penyimpanan barang, jasa, dan informasi terkait dari titik awal sampai ke titik
konsumsi untuk memenuhi keperluan pelanggan (Council of Logistics Management
(CLM), 1986).

Gambar di bawah ini menunjukkan suatu sistem logistik secara sederhana.

Gambar1Sistem Logistik

Sumber: Setijadi, 2009

Pada prinsipnya, dalam suatu sistem logistik terdapat dua aliran utama. Aliran pertama
adalah aliran barang dari pemasok, ke pabrik atau manufakturing, hingga ke pelanggan.
Berlawanan dengan aliran barang, terdapat aliran informasi yang mengalir dari pelanggan,
ke pabrik, hingga ke pemasok.

Selain memperhatikan aliran barang, manajemen logistik juga memperhatikan proses


penyimpanan barang tersebut.

1
Sebagai sebuah sistem, logistik terdiri atas beberapa subsistem atau komponen-komponen
utama, yaitu Persediaan, Pergudangan, Transportasi, dan Sistem Informasi (Setijadi, 2009).
Gambar berikut ini menunjukkan keterkaitan di antara komponen-komponen utama
pembentuk sistem logistik tersebut.

PERSEDIAAN

SISTEM
INFORMASI

TRANSPORTASI

PERGUDANGAN

Gambar2Komponen-komponen Utama Pembentuk Sistem Logistik

Sumber: Setijadi, 2009

2
Masukan Tindakan Manajemen Keluaran
Logistik Perencanaan Implementasi Pengendalian Logistik

Sumber Daya Keunggulan


Alam Bersaing

Sumber Daya Kegunaan


Manajemen Logistik Waktu & Tempat
Manusia
Pemasok Bahan Persediaan Barang Pelanggan
Sumber Daya Mentah Dalam Proses Jadi Pergerakan
Finansial yang Efisien
ke Pelanggan
Sumber Daya
Informasi Modal yang
Menjadi Hak Milik
Aktivitas Logistik
1. Pelayanan Pelanggan 8. Dukungan Sukucadang
dan Pelayanan
2. Peramalan Permintaan
9. Pabrik & Gudang
3. Manajemen Persediaan Pemilihan Lokasi
4. Komunikasi Logistik 10. Pengadaan
11. Reverse Logistics
5. Pemindahan Bahan
12. Trafik & Transportasi
6. Pemrosesan Permintaan
13. Pergudangan &
7. Pengepakan Penyimpanan

(Stock & Lambert, 2001)

Gambar 3 Komponen-komponen Manajemen Logistik

2. Persediaan (Inventory)
Persediaan adalah stok atau item-item yang disimpan oleh perusahaan yang digunakan
untuk mendukung produksi (bahan baku dan barang setengah jadi), sebagai hasil akhir
produksi (barang jadi) sebelum dikirimkan ke pelanggan, untuk kegiatan-kegiatan
(perawatan, perbaikan, dan operasional), dan untuk pelayanan pelanggan (barang jadi dan
suku cadang).

Persediaan harus diadakan dengan beberapa alasan, yaitu:

1. Persiapan kegiatan produksi dan penjualan

Perusahaan manufaktur membutuhkan bahan baku untuk kegiatan produksinya. Bahan


baku ini disimpan oleh perusahaan sebagai persediaan yang siap digunakan ketika
dibutuhkan untuk produksi. Untuk perusahaan dagang, persediaan berupa barang jadi yang
disimpan untuk penjualan.

3
2. Dukungan kegiatan perawatan, perbaikan, dan operasional

Perusahaan perlu menjaga supaya produksi dan operasional selalu berjalan dengan baik.
Perusahaan perlu melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan terhadap mesin-mesin
produksi, peralatan, dan bangunan. Untuk itu, perusahaan memerlukan persediaan yang
siap untuk digunakan ketika dibutuhkan.

3. Pertimbangan ekonomi skala (economies of scale)

Pengadaan akan bersifat ekonomis jika dilakukan pada jumlah tertentu, sehingga
perusahaan seringkali melakukan pemesanan melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk
periode waktu tertentu. Kelebihan jumlah ini menjadi persediaan di perusahaan tersebut.

4. Melindungi dari ketidakpastian permintaan

Jumlah permintaan terhadap suatu barang atau produk berubah-ubah. Perusahaan


menggunakan persediaan untuk melindungi dari ketidakpastian permintaan ini sehingga
dapat terhindar dari kondisi kekurangan persediaan (stockout).

5. Melindungi dari ketidakpastian pasokan

Pengiriman barang dari pemasok (seperti bahan baku untuk perusahaan manufaktur) bisa
mengalami gangguan.Hal ini terjadi, misalnya, karena ada kendala produksi di pemasok,
masalah transportasi, dan sebagainya. Ketidakpastian ini diantisipasi oleh perusahaan
dengan adanya persediaan, sehingga kegiatan perusahaan (produksi atau penjualan) tidak
terganggu.

3. Klasifikasi Persediaan

Persediaan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Klasifikasi atau pengelompokan


ini tergantung dari perusahaan yang bersangkutan. Namun demikian, secara umum
persediaan dapat diklasifikasikan atas bahan mentah (raw material), barang setengah jadi
(work in process), barang jadi (finished goods), dan MRO (maintenance, repair, dan
operating supplies).

4
a. Bahan mentah

Jenis persediaan ini merupakan bahan dasar dari suatu perusahaanmanufaktur yang akan
diproses menjadi barang setengah jadi untuk diproses lebih lanjut atau barang jadi untuk
dijual ke pelanggan.

b. Barang setengah jadi

Barang setengah jadi merupakan bahan mentah yang telah mengalami proses pengolahan,
namun belum menjadi barang jadi atau produk akhir. Barang setengah jadi ini akan
diproses lebih lanjut menjadi barang atau produk jadi.

c. Barang jadi

Barang jadi merupakan produk akhir suatu perusahaan manufaktur yang siap untuk dikirim
kepada pelanggan.

d. MRO (maintenance, repair, dan operating supplies)

Kelompok persediaan ini adalah barang-barang atau item-item yang diperlukan untuk
kegiatan perawatan dan perbaikan mesin-mesin atau peralatan-peralatan di pabrik atau
perusahaan. Kelompok persediaan ini tidak diproses lebih lanjut dan tidak untuk dijual,
namun digunakan dan diperlukan untuk menjaga proses produksi dapat terus berjalan.

Persediaan dapat dibedakan pula atas beberapa jenis atau tipe, yaitu: persediaan siklus
(cycle stock), persediaan dalam perjalanan (in-transit), persediaan pengaman atau
penyangga (safety atau buffer stock), persediaan spekulatif (speculative stock), persediaan
musiman (seasonal stock), dan dead stock.

4. Biaya Persediaan

Konsekuensi dari adanya persediaan adalah munculnya biaya-biaya yang harus


dikeluarkan. Biaya utama persediaan dapat dibedakan atas: biaya pengelolaan persediaan
(inventory carrying costs), biaya pemesanan (order/setup costs), dan biaya kekurangan
persediaan (expected stockout costs).

A. Biaya pengelolaan persediaan (carrying cost)

Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

5
1. Biaya modal (cost of capital), yaitu biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar
peluang yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi.

2. Biaya penyimpanan (cost of storage) yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan
pajak. Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan

3. Biaya pelayanan persediaan (inventory service cost)

4. Biaya risiko persediaan (inventory risk cost), berupa risiko kehilangan (loss),
kerusakan, dan keusangan (obsolescence).

B. Biaya pemesanan (ordering cost)

Biaya pemesanan adalah biaya yang muncul ketika melakukan pemesanan dari pemasok.
Biaya ini tidak tergantung dari kuantitas barang yang dipesan, namun tergantung pada
jumlah pemesanan yang dilakukan perusahaan dalam satu tahun.

Biaya pemesanan mencakup:

1. Biaya pemesanan pembelian (purchasing order), yaitu biaya-biaya yang timbul dalam
proses pemesanan pembelian, seperti biaya-biaya untuk pembuatan dokumen
pemesanan, pengiriman dokumen pemesanan, komunikasi dengan pemasok, dan
pembayaran tagihan (invoice).

2. Biaya transportasi, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengiriman barang dari
tempat/perusahaan penjual ke perusahaan pembeli.

3. Biaya penerimaan (receiving cost), yaitu biaya-biaya yang muncul dalam proses
penerimaan barang, seperti biaya bongkar barang dari armada pengirim.

C. Biaya akibat kekurangan persediaan (stockout cost)

Perusahaan bisa mengalami kekurangan persediaan ketika ada permintaan dari pelanggan
namun jumlah persediaannya tidak cukup untuk memenuhi permintaan tersebut. Situasi ini
dapat terjadi, misalnya, karena perusahaan keliru dalam melakukan peramalan
(forecasting), keterlambatan pengiriman barang dari pemasok, adanya lonjakan permintaan
pelanggan, dan sebagainya.

6
Ketika terjadi kekurangan persediaan, perusahaan bisa berusaha memenuhi permintaan
pelanggan tersebut. Misalnya, dengan membeli barang yang sejenis dari perusahaan lain,
namun dengan harga perolehan yang lebih mahal sehingga keuntungan berkurang. Jika
akhirnya perusahaan tidak bisa memenuhi permintaan tersebut, maka perusahaan
kehilangan kesempatan untuk melakukan penjualan, sehingga tidak bisa mendapatkan
keuntungan. Biaya-biaya yang muncul pada situasi-situasi ini disebut sebagai biaya akibat
kekurangan persediaan.

5. Pengendalian Persediaan

Jumlah persediaan harus dikelola pada suatu tingkat yang optimal. Jumlah persediaan yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah akan berdampak terhadap biaya atau risiko tertentu.

Jumlah atau tingkat persediaan yang tinggi memang memberikan beberapa keuntungan,
seperti jaminan terpenuhinya pasokan untuk kegiatan produksi atau pemenuhan permintaan
pelanggan. Namun, konsekuensi dari tingkat persediaan yang tinggi adalah biaya besar
yang harus ditanggung, baik biaya modal maupun biaya risiko persediaan.

Dengan jumlah atau tingkat persediaan yang rendah, berarti biaya modal yang dikeluarkan
juga rendah. Namun, jumlah atau tingkat persediaan yang rendah berdampak terhadap
jaminan pasokan yang rendah untuk produksi dan pemenuhan permintaan pelanggan.
Apabila produksi dan pemenuhan permintaan pelanggan terganggu, maka terjadi
kehilangan peluang penjualan (lost of sales) hingga kehilangan pelanggan (lost of
customers).

Salah satu cara untuk menjaga tingkat persediaan adalah dengan mengadakan persediaan
pengaman (safety stock) yang merupakan cadangan persediaan untuk menghindari
terjadinya kekurangan barang atau item, terutama pada saat memenuhi permintaan
pelanggan yang tidak bisa diduga.

Dalam pengelolaan persediaan, perusahaan perlu memperhatikan lead time, yaitu jangka
waktu dari pemesanan suatu barang dilakukan sampai kedatangan barang yang dipesan
tersebut.

7
Persediaan sangat penting bagi perusahaan sehingga harus dikelola secara baik.
Pengelolaan ini dilakukan dengan sistem dan prosedur yang tepat, maupun dengan
menggunakan dan menerapkan beberapa tools.

Terdapat beberapa metodepengelolaan persediaan yang digunakan dalamperencanaan,


pemantauan, pengendalian, dan pengambilan keputusan mengenai persediaan. Alat bantu
ini berupa model dan teknik seperti Economic Order Quantity (EOQ), Min-Max Analysis,
dan ABC Analysis.

A. Economic Order Quantity (EOQ)

EOQ adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan pemesanan barang yang optimal
dengan biaya persediaan serendah mungkin. Biaya persediaan ditekan serendah mungkin
pada besaran biaya penyimpanan (carrying cost) dan biaya pemesanan (ordering cost) yang
tepat.

B. Min-Max Analysis

Metode ini dilakukan dengan mengendalikan jumlah minimum dan maksimumpersediaan


dengan mengatur rencana pemesanan persediaan(plan order) agar tidak terjadi kekurangan
(stockout) atau kelebihan persediaan (overstock).

Penentuan jumlah minimum dan maksimum persediaan ini diterapkan dengan


menyesuaikan perubahan permintaan, misalnya dengan memperhatikan kenaikan
permintaan pada periode waktu tertentu (hari besar keagamaan, tahun baru, dan
sebagainya).

C. ABC Analysis

ABC Analysis adalah teknik pengendalian persediaandengan memperhatikan kelompok


barang sesuai tingkat kepentingan masing-masing kelompok barang tersebut.
Pengelompokan barang dalam ABC Analysis berdasarkan total nilai penjualan dalam
setahun.

Dalam ABC Analysis, biasanya barang-barang dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu A,
B, dan C. Kelas A adalah kelompok barang yang sangat penting (nilai penjualan terbesar),

8
kelas B adalah kelompok barang dengan nilai penjualan menengah, dan kelas C adalah
kelompok barang dengan nilai penjualan terkecil.

Berdasarkan pengelompokan tersebut, perusahaan akan memberikan prioritas perhatian


tertinggi terhadap kelas A, diikuti terhadap kelas B, dan terakhir terhadap kelas C. Prioritas
perhatian dilakukan terutama terhadap tingkat persediaannya.

Pembagian kelompok tersebut tidak selalu menjadi tiga kelas (A, B, dan C) saja, namun
tergantung kebijakan perusahaan yang bersangkutan.Apabila diperlukan, pengelompokan
barang bisa dilakukan misalnya menjadi empat kelas (A, B, C, dan D).

6. Penghitungan dan Penentuan Nilai Persediaan

Penghitungan persediaan (inventory counting)adalah proses pemeriksaan dan


penghitungan fisik persediaan yang tersimpan di gudang. Pada proses ini, dilakukan
validasi posisi persediaan yang ada di gudang dengan yang tercatat secara sistem.
Frekuensi penghitungan persediaan dilakukan sesuai dengan kebijakan perusahaan,
misalnya enam bulan sekali atau setahun sekali.Penghitungan persediaan biasa disebut juga
dengan stock taking atau stock opname.

Penentuan nilai persediaan(inventory costing) adalah proses menghitung nilai persediaan


yang ada pada perusahaan dengan menggunakan metode-metode seperti Standard Cost,
Moving Average, FIFO (first-in first-out), dan LIFO (last-in last-out).

Pada metode StandardCost,penghitungan nilai persediaan dilakukan berdasarkan ketetapan


dan acuan dari perusahaan. Jika terdapat selisih perhitungan dengan transaksi yang terjadi,
maka akan dilakukan penyesuaian nilai (adjustment).

Pada metode Moving Average,penghitungan nilai persediaan dilakukan dari nilai rata-rata
transaksi yang sedang berjalan. Nilai rata-rata transaksi yang dihitung dilakukan pada saat
yang sama ketika ada persediaan yang masuk maupun keluar.

Dalam metode FIFO, penghitungan nilai persediaan dilakukan denganprinsip persediaan


yang masuk lebih dahulu akan dikeluarkan lebih dahulu pula. Penghitungan dilakukan
berdasarkan tanggal terjadinya transaksi.

9
Metode LIFO berkebalikan dari metode FIFO. Pada metode LIFO, penghitungan nilai
persediaan dilakukan denganprinsip persediaan yang masuk lebih dahulu akan dikeluarkan
kemudian. Penghitungan dilakukan berdasarkan tanggal terjadinya transaksi.

10

You might also like