You are on page 1of 9

ANALISIS EKSISTENSI KONSTITUSI NKRI KONTEMPORER

BERDASARKAN KLASIFIKASI MENURUT K.C. WHEARE

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konstitusi dan Kelembagaan Negara


Dosen : Prof. Dr. Nandang Alamsah D. S.H. M.Hum

Disusun Oleh :
Rivaldi
(170410140028)

PRODI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Secara garis besar konstitusi merupakan seperangkat aturan main dalam
kehidupan bernegara yang mengatur hak dan kewajiban warga Negara dan
Negara itu sendiri. Konsitusi suatu Negara biasa disebut dengan Undang-
Undang Dasar (UUD).
Undang-Undang Dasar atau Konstitusi Negara Republik Indonesia
disahkan dan ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945, yakni sehari setelah
proklamasi kemerdekaan. Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia telah mengalami beberapa kali amandemen
yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan perubahan pola
masyarakat yang semakin modern. Namun, semakin kencangnya arus
globalisasi justru membuat eksistensi Undang-Undang Dasar semakin pudar.
Lalu bagaimanakah eksistensi Undang-Undnag NKRI kontemporer
berdasarkan klasifikasi Undang-Undang sebagaimana disampaikan oleh K.C.
Wheare? Hal tersebut akan dijelaskan pada makalah ini.

2. Permasalahan
1. Bagaimana eksistensi Konstitusi NKRI kontemporer berdasarkan klasifikasi
yang disebutkan oleh K.C. Wheare?

1
BAB II. ISI

1. Klasifikasi Konstitusi Menurut K.C. Wheare

Menurut salah seorang ahli konstitusi dari Inggris, yaitu K.C Wheare
mengklasifikasikan konsitusi sebanyak 5 macam, yaitu :

1. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and no


written constitution)
2. Kosntitusi fleksibel dan kosntitusi rijid (flexible constitution and rigid
constitution)
3. Kosntitusi derajat-tinggi dan konstitusi tidak derajat-tinggi (supreme
cosntitution dan not supreme constitution)
4. Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan (federal constitution and unitary
constitution)
5. Konstitusi sistem pemerintahan presidensial dan konstitusi sistem
pemerintahan parlementer (presidental executive and parliamentary exacutive
constitution).

Pertama, yang dimaksud konstitusi tertulis ialah suatu konstitusi/ Undang-


Undang (UUD) yang dituangkan dalam sebuah dokumen atau beberapa
dokumen formal. Sedangkan konstitusi yang bukan dalam bentuk tertulis
ialah suatu konstitusi yang tidak dituangkan dalam suatu dokumen formal.
Contohnya konstitusi yang berlaku di Inggris, Israel dan New Zaeland.

Kedua, James Bryce dalam bukunya Studies in History and Jurispridence


memilah konstitusi fleksibel dan konstitusi rijid secara luas. Pembagian ini
didasarkan atas kriteria atau berkaitan dengan cara dan prosedur
perubahannya. Jika suatu konstitusi itu mudah dalam mengubahnya, maka ia
digolongkan pada konstitusi yang fleksibel. Apabila cara dan prosedur
perubahannya sulit, maka ia termasuk jenis konstitusi yang rijid. Menurut
Bryce, ciri khusus dari konstitusi fleksibel adalah elastis, diumumkan dan
diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang. Sedangkan untuk ciri

2
konstitusi yang rijid yaitu mempunyai kedudukan dan derajat lebih tinggi dari
peraturan perundang-undangan yang lain dan hanya dapat diubah dengan cara
yang khusus atau istimewa atau dengan persyaratan berat.

Ketiga, yang dimaksud dengan konstitusi derajat tinggi adalah suatu


konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara. Di samping
itu, jika dilihat dari segi bentuknya, konstitusi ini berada di atas peraturan
perundang-undangan yang lain. Demikian juga syarat untuk mengubahnya
lebih berat dibandingkan dengan yang lain. Sementara konstitusi tidak derajat
tinggi ialah suatu konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan serta derajat
seperti konstitusi derajat tinggi. Persyaratan untuk mengubah konstitusi jenis
ini sama dengan persyaratan yang dipakai unttuk mengubah peraturan-
peraturan yang lain, umpamanya undang-undang.

Keempat, klasifikasi yang berkaitan erat dengan bentuk suatu negara. Artinya,
jika bentuk suatu negara serikat, maka akan didapatkan sistem pembagian
kekuasaan antara pemerintah negara serikat dengan pemerintah negara
bagian. Pembagian kekuasaan tersebut diatur dalam konstitusi atau undang-
undang dasarnya. Dalam negara kesatuan pembagian kekuasaan tersebut tidak
dijumpai, karena seluruh kekuasaanya tersentralkan di pemerintah pusat,
walaupun dikenal juga sistem desentralisasi. Hal ini juga diatur dalam
konstitusi kesatuannya.

Kelima atau terakhir klasifikasi sistem pemerintahan presidensial dan sistem


pemerintahan parlementer. Untuk sistem pemerintahan presidensial
mempunyai ciri-ciri pokok yaitu

1. Mempunyai kekuasaan nominal sebagai Kepala Negara, Presiden juga


berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan.
2. Presiden tidak dipilih oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetapi dipilih
langsung oleh rakyat atau dewan pemilih seperti Amerika Serikat.
3. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif.

3
4. Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan legislatif dan tidak
dapat memerintahkan diadakan pemilihan.

Sedangkan untuk sistem pemerintahan parlementer yang mempunyai ciri-ciri


sebagai berikut :

1. Kabinet yang dipilih oleh perdana menteri dibentuk atau berdasarkan


kekuatan-kekuatan yang menguasai parlemen.
2. Para anggota kabinet mungkin seluruhnya, mungkin sebgaian adalah anggota
parlemen.
3. Perdana menteri bersama kabinet bertanggung jawab kepada parlemen.
4. Kepala Negara dengan saran atau nasihat perdana menteri dapat
membubarkan parlemen dan memerintahkan diadakannya pemilihan umum.

2. Analisis Konstitusi NKRI Kontemporer berdasarkan Klasifikasi K.C. Wheare

Berdasarkan klasifikasi konstitusi di atas, dapat di analisis bahwa :

1. Undang-Undang Dasar 1945 termasuk konstitusi tertulis dalam arti


dituangkan dalam dokumen.

Hal ini dapat dilihat dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi :

.., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu


undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
negara republic Indonesia

2. Undang-Undang Dasar 1945 termasuk konstitusi rijid

Undang Undang Dasar 1945 hanya dapat diubah dengan cara tertentu
secara khusus dan istimewa tidak seperti mengubah peraturan perundang-
undangan biasa. Hal ini dijelaskan dalam BAB XVI PERUBAHAN
UNDANG UNDANG DASAR pasal 37 ayat 1 yang berbunyi Untuk

4
mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota MPR
harus hadir dan pasal 2 putusan diambil dengan persetujuan sekurang-
kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota yang hadir.
Setelah melalui amandemen, UUD 1945 tergolong konstitusi yang
semakin rijid, karena selain tata cara perubahannya yang tergolong sulit, juga
dibutuhkan prosedur khusus.

3. Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Konstitusi Derajat Tinggi

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan peraturan perundang-


undangan tertinggi yang dijadikan pedoman dalam membuat peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah. Bahwa sesuai dengan prinsip umum,
sebuah undang-undang memiliki kedudukan lebih rendah daripada Undang-
Undang Dasar atau Konstitusi.

4. Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Konstitusi Kesatuan

Dalam UUD 1945 jelas dinyatakan dalam bab 1 pasal 1 ayat (1)
tentang bentuk dan kedaulatan berbunyi:

Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk republik

Dapat dinyatakan bahwa kesatuan adalah bentuk Negara dan republik


adalah bentuk pemerintahan. Jelaslah dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa
Indonesia hanya memiliki satu undang-undang dasar.

5. Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Konstitusi sistem pemerintahan


Campuran

Dari berbagai ciri dari identifikasi dalam sistem pemerintahan presidensial


dan parlementer maka dengan membandingkannya dengan konstitusi yang
berlaku di Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 maka jelas bahwa
Negara Indonesia menganut sistem presidensial. Tetapi dalam

5
implementasinya, Undang-Undang Dasar juga mengatur hal-hal yang
berkaitan tentang sistem pemerintahn parlementer. Sehingga dapat dikatakan
bahwa Undang-Undang Dasar 1945 termasuk konstitusi sistem pemerintahan
Campuran.

6
BAB III. KESIMPULAN

Dapat ditarik kesimpulan bahwa UUD 1945 termasuk dalam


klasifikasi konstitusi tertulis dalam arti dituangkan dalam dokumen, konstitusi
rijid, konstitusi berderajat tinggi, konstitusi kesatuan, dan yang terakhir
termasuk konstitusi yang menganut sistem pemerintahan presidensial. Karena
dalam UUD 1945 di samping mengatur ciri-ciri pemerintahan presidensial,
juga mengatur beberapa ciri sistem pemerintahan parlementer. Sehingga
dapat dikatakan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 termasuk unik, memiliki
ciri khasnya sendiri.

7
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Dasar 1945

Thaib, Dahlan Dkk, Prof. 2013. Teori dan Hukum Konstitusi.Jakarta: Raja
Grafindo.

http://hukum.kompasiana.com/2012/05/03/klasifikasi-konstitusi-uud-1945-
negara-republik-indonesia-459485.html (diakses pada 21 maret 2015)

You might also like