You are on page 1of 14

Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al.

, Hubungan Tingkat Stres


HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN GAYA HIDUP DENGAN KUALITAS TIDUR PADA
LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA (PSTW) BUDI SEJAHTERA BANJARBARU

Dini Rahmayani1, M. Arief Wijaksono1,Rizki Rahmawati Putri*


1
STIKES Sari Mulia Banjarmasin
*Korespondensi Penulis: Telepon: 082148587807, E-mail: rizkiputri619@gmail.com
ISSN: 2086-3454

ABSTRAK

Latar Belakang: Kebutuhan kualitas tidur setiap orang berbeda-beda ada yang terpenuhi dengan baik
dan ada yang mengalami gangguan. Waktu tidur usia lanjut 6-7 jam perhari, walaupun mereka
menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun pada
malam hari, memiliki waktu tidur kurang, dan mengalami tidur siang lebih banyak. Panti Werdha
merawat dan menampung sekitar 106 lansia yang terdiri dari laki-laki 48 orang dan perempuan 58
orang yang tinggal di panti
Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat stres dan gaya hidup dengan kualitas tidur pada lansia di Panti
Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru.
Metode: Survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
lansia yang berada di Panti Sosial Tresna werdha Budi Sejahtera Banjarbaru dari bulan Maret 2016
sebanyak 109 orang. Jumlah sampel 53 orang. Teknik sampling menggunakan Purposive Sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan uji chi square (p=0,05)
Hasil: Sebagian besar responden mengalami tingkat stres ringan sebanyak 25 orang (47,2%), gaya
hidup kurang baik sebanyak 34 orang (64,2%), kualitas tidur buruk sebanyak 33 orang (62,3%)
Simpulan: ada hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia. di panti sosial tresna wherda
(pstw) budi sejahtera banjarbaru dan ada hubungan gaya hidup dengan kualitas tidur pada lansia. di
panti sosial tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru

Kata Kunci: Stres, kualitas tidur, gaya hidup dan lansia.

113
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
PENDAHULUAN (gangguan intelektual/dementia), infection

Di Indonesia pada tahun 2012 termasuk (infeksi), impairment of vision and hearing,

negara Asia ketiga dengan jumlah populasi di atas taste, smell, communication, convalescence,

60 tahun keatas yakni setelah Cina (200 juta), skin integrity (gangguan panca indera,

India (100 juta) dan Indonesia (25 juta). Di komunikasi, penyembuhan, dan kulit),

perkirakan akan mencapai 100 juta lansia pada impaction (sulit buang air besar), isolation

tahun 2050. Berdasarkan data dari Badan Pusat (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity

Statistik (BPS) tahun 2015 jumlah lanjut usia di (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita

Provinsi Kalimantan sebanyak 96.769 orang penyakit akibat obat-obatan), insomnia

(BPS Banjarmasin, 2015) Sedangkan di Kota (gangguan tidur), immune deficiency (daya

Banjarmasin jumlah lansia pada tahun 2015 tahan tubuh yang menurun), impotence

sebanyak 24.919 orang. (impotensi) (Bustan, 2007 dan Tamher, 2009).

Umumnya pada orang yang memasuki Tingginya masalah tidur yang terjadi pada

lansia ditandai oleh kemunduran-kemunduran lansia memerlukan penanganan yang sesuai untuk

biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur.

kemunduran fisik dan kemunduran kognitif yang Kebutuhan kualitas tidur setiap orang berbeda-

sering menimbulkan masalah. Masalah kesehatan beda ada yang terpenuhi dengan baik dan ada

yang sering terjadi pada lansia berbeda dari yang mengalami gangguan. Waktu tidur usia

orang dewasa, yang menurut Kane dan lanjut 6-7 jam perhari, walaupun mereka

Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, menghabiskan lebih banyak waktu di tempat

yaitu immobility (kurang bergerak), instability tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh

(berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah terbangun pada malam hari, memiliki waktu tidur

jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan kurang, dan mengalami tidur siang lebih banyak

atau buang air besar), intellectual impairment (Hidayat, 2012).

114
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Kualitas tidur adalah suatu keadaan Gaya hidup juga mempengaruhi pola tidur

tidur yang dijalani seorang individu seseorang. Gaya hidup merupakan aktivitas dan

menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat rutinitas yang biasa dilakukan seseorang

terbangun (Khasanah, 2012). Faktor-faktor yang sehari-hari (Anggraini, 2011). Gaya hidup yang

mempengaruhi kualitas tidur pada lansia antara tidak sehat, menyebabkan terjadinya hipertensi,

lain penyakit, stress, obat, nutrisi, lingkungan, misalnya ; makanan, aktifitas fisik, stress, dan

motivasi, gaya hidup dan latihan (senam) merokok (Puspitorini, 2009)

(Saryono & Widianti, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang

Kebutuhan tidur yang tidak dapat terpenuhi dilakukan pada tanggal 29 November 2015, Panti

dengan baik, maka akan mengalami kesulitan Werdha merawat dan menampung sekitar 106

dalam memenuhi dan mencapai kebutuhan dasar lansia yang terdiri dari laki-laki 48 orang dan

manusia pada tingkatan yang selanjutnya, yaitu perempuan 58 orang yang tinggal di panti. Hasil

keamanan dan kenyamanan, cinta dan rasa studi pendahuluan kepada 10 orang lansia di

memiliki, harga diri, bahkan sampai yang paling dapatkan sebanyak 7 orang mengalami gangguan

tinggi yaitu aktualisasi diri (Iqbal, 2014). tidur seperti susah memulai tidur dan buang air

Tidur yang buruk juga berhubungan dengan kecil dan hanya 3 orang tidak mengalami

meningkatnya gejala depresi tetapi hanya pada gangguan tidur Sedangkan 6 orang lansia

gejala fungsionalnya (contohnya penurunan mengalami stress dikarenakan tidak adanya

konsentrasi) dan bukan alam perasaannya perhatian dari anaknya dan 4 orang tidak

(contohnya sedih). Masalah pada tidur bisa mengalami stress. Dari 10 orang lansia didapat 4

berkontribusi terhadap perbedaan kemampuan orang lansia memiliki gaya hidup yang buruk

antar lanjut usia, tetapi hanya pada kemampuan seperti tidak ikut senam pagi dan merokok dan 6

fungsi kognitif area tertentu. orang lansia memiliki gaya hidup baik.

115
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Berdasarkan uraian yang di atas maka HASIL

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian 1. Analisis Univariat

tentang Hubungan Tingkat Stres dan Gaya Sampel dalam penelitian ini adalah

Hidup dengan Kualitas Tidur pada Lansia. lansia yang berada di Panti Sosial Tresna

Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru

BAHAN DAN METODE sebanyak 53 orang. Berdasarkan hasil

Lokasi penelitian di Panti Sosial Tresna penelitian didapatkan data sebagai berikut:

Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Provinsi Tabel 1 Gambaran Karakteristik Responden


Variabel n (%)
Jenis Kelamin
Kalimantan Selatan Banjarbaru Laki-laki 18 (34%)
Perempuan 35 (66%)
Umur
Metode yang digunakan dalam penelitian 45-59 tahun 2 (3,8%)
60-74 tahun 11 (20,8%)
75-90 tahun 39 (73,6%)
ini adalah cross sectional. Teknik yang digunakan >90 tahun 1 (1,9%)

dalam pengambilan sampel yaitu dengan teknik Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari

purposive sampling. Dalam hal ini, adalah 53 responden menunjukkan menunjukkan bahwa

Responden yang bersedia menjadi responden dan sebagian besar responden berumur 75-90 tahun

mengikuti prosedur penelitian sampai tahap akhir, sebanyak 39 orang (87,5%) dan paling sedikit

Responden yang tidak mengalami dimensia/lupa, berumuur >90 tahun sebanyak 1 orang

Responden yang tidak mengalami gangguan (1,9%).Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui

pendengaran. Uji statistik yang digunakan oleh bahwa dari 53 responden menunjukkan

peneliti adalah uji chi square dengan menunjukkan bahwa sebagian besar responden

menggunakan komputerisasi. berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang

(66%) dan paling sedikit berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 18 orang (34%).

116
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat stres pada lansia di 2. Analisa Bivariat
Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru
No Tingkat Stres Frekuensi Persentase (%)
1. Ringan 25 47,2 Tabel 5 Hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia. di Panti
2. Sedang Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru
16 30,2 No Tingka Kualitas Tidur Jumlah P value
3. Berat t Stres Baik Buruk
12 22,6 n % N % n %
Jumlah 53 100 1. Ringan 16 64 9 36 25 100 0,001
2. Sedang 2 12,5 14 87,5 16 100
3 Berat 2 12,5 10 83,3 12 100
Total 20 37,7 33 62,3 53 100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
Hasil Uji statistik Chi square
sebagian besar responden memiliki tingkat stres
diperoleh nilai p = 0,001. Dengan nilai p<
ringan sebanyak 25 orang (47,2%) dan paling
( = 0,05), maka dapat disimpulkan
sedikit memiliki tingkat stres berat sebanyak 12
bahwa hipotesis diterima, yang artinya
orang (22,6%).
ada hubungan tingkat stres dengan
Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan gaya hidup pada lansia di Panti
Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru
No Gaya Hidup Frekuensi Persentase (%) kualitas tidur pada lansia di Panti Sosial
1. Baik 19 35,8
2. Kurang baik
34 64,2 Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera
Jumlah 53 100
Banjarbaru.

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar Tabel 6 Hubungan gaya hidup dengan kualitas tidur pada lansia. di Panti
Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru

responden memiliki gaya hidup kurang baik No Gaya Kualitas Tidur Jumlah P value
Hidup Baik Buruk
sebanyak 34 orang (64,2%) dan kualitas tidur n % n % n %
1. Baik 12 63,2 7 36,8 19 100 0,007
baik sebnayak 19 orang (35,8%) 2. Kurang 8 23,5 26 76,5 34 100
Total 20 37,7 33 62,3 53 100
Tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan kualitas tidur pada lansia di Panti
Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru
No Kualitas Tidur Frekuensi Persentase (%)
1. Kualitas tidur
baik
20 37,7 3. Hasil Uji statistik Chi square diperoleh
2. Kualitas tidur
33 62,3
buruk
Jumlah 53 100 nilai p = 0,007. Dengan nilai p< ( =

0,05), maka dapat disimpulkan bahwa


Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar
hipotesis diterima, yang artinya ada
responden memiliki kualitas tidur buruk sebanyak
hubungan gaya hidup dengan kualitas
33 orang (62,3%) dan paling sedikit memiliki
tidur pada lansia di Panti Sosial Tresna
kualitas tidur baik sebanyak 20 orang (37,7%).

117
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Hasil Penelitian ini sesuai penelitian

Banjarbaru. Indiana (2010), menyatakan bahwa banyaknya

stresor dapat menimbulkan stres pada diri

PEMBAHASAN seseorang dan bukan karena stres yang

1. Tingkat stres pada lansia di Panti Sosial disebabkan dari lingkungan saja tetapi dari

Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera dalam diri individu. Namun, sumber stres

Banjarbaru. dapat berubah-ubah sesuai dengan

Berdasarkan hasil penelitian tingkat stres perkembangannya karena tergantung dengan

ringan sebanyak 25 orang (47,2%), tingkat koping yang dimilikinya, sehingga dukungan

stres sedang sebanyak 16 orang (30,2%) dan dan interaksi yang akrab antara lansia dapat

paling sedikit memiliki tingkat stres berat mengurangi stres yang dialami lansia.

sebanyak 12 orang (22,6%). Tingkat stres Stres adalah suatu respon fisik normal

ringan dikarenakan adanya dukungan dari terhadap suatu peristiwa yang membuat hidup

lingkungan yang baik seperti keakraban seseorang menjadi terancam atau mengganggu

sesama lansia lainnya serta dapat juga keseimbangan dalam beberapa cara, seperti

dikarenakan pola koping individu yang sudah yang ketika seseorang mengalami tubuh akan

baik terkait penyesuaian diri. Tingkat stres melakukan pertahanan secara otomatis yang

sedang dikarenakan lansia masih mengalami dikenal dengan sebutan fight or fight reaction

perasaan kesepian pada lansia meskipun atau reaksi stres (Smith et al, 2012).

banyak teman dipanti, sedangkan tingkat stres Faktor penyebab stres terbagi menjadi 2

berat dikarenakan lansia kurang mendapat yaitu faktor internal stres bersumber dari diri

dukungan dari lingkungan, merasa dirinya sendiri yang dapat dialami lewat penyakit.

tidak berharga lagi karena perubahan fisik dan Penyakit dapat mengakibatkan perubahan

mental. fungsi psikologis pada orang yang

118
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
menderitanya. Perubahan tersebut dapat memicu dirinya untuk tidak menjalankan gaya

mempengaruhi kehidupan seseorang sehingga hidup yang baik. Hal ini sesuai dengan

dapat menyebabkan stres. Faktor eksternal penelitian permana (2013) yang menyatakan

bersumber dari keluarga.Keluarga menjadi bahwa gaya hidup tidak baik akan berdampak

sumber tersendiri. Stres dalam kelurga dapat di pada kehidupan sehari-hari pada lansia.

sebabkan karena adanya konflik dalam Hal ini sesuai dengan teori Situmorang

keluarga, seperti perilaku yang tidak sesuai (2015) yang menyatakan bahwa gaya hidup

dengan harapan, keinginan dan cita-cita serta seperti olahrga, tidak merokok, pola makan,

pendapat yang tidak dapat di satukan. Oleh aktivitas fisik, kebiasaan istirahat dan

karena itu keluarga bisa menjadi pengaruh mengkonsumsi obat akan membantu lansia

stress (Puspasari, 2009). sehingga tidak akan mudah terserang penyakit.

2. Gaya hidup pada lansia di Panti Sosial Tresna Gaya hidup individu yang dicirikan

Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru. dengan pola perilaku individu akan memberi

Berdasarkan hasil penelitian gaya dampak pada kesehatan individu dan

hidup kurang baik sebanyak 34 orang (64,2%) selanjutnya pada kesehatan orang lain. Dalam

dan paling sedikit memiliki gaya hidup baik kesehatan, gaya hidup seseorang dapat diubah

sebanyak 19 orang (35,8%). Gaya hidup baik dengan cara memberdayakan individu agar

dikarenakan mampu untuk melakukan gaya merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya

hidup sehat seperti olahraga, tidak merokok, bukan pada si individu saja, tetapi juga

pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat merubah lingkungan sosial dan kondisi

dan mengkonsumsi obat sedangkan gaya hidup kehidupan yang memengaruhi pola

sehari-hari dengan baik, sedangkan gaya hidup perilakunya. Dan tidak ada aturan ketentuan

kurang baik dikarenakan responden sudah baku tentang gaya hidup yang berlaku untuk

merasa dirinya tidak berharga lagi, hal ini akan semua orang. Budaya, pendapatan, struktur

119
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
keluarga, umur, kemampuan fisik, lingkungan aktivitas fisik, kebiasaan istirahat dan

rumah dan lingkungan tempat kerja yang mengkonsumsi obat.

berbeda, menciptakan berbagai gaya yang Hal ini sejalan dengan pendapat Collins

berbeda pula (Situmorang (2015). (2008), bahwa kualitas tidur seseorang dapat

Menurut Belloc & Breslow, (1972) yang dipengaruhi oleh adanya gangguan kesehatan

termasuk gaya hidup sehat adalah pola makan (penyakit), diet, olahraga, lingkungan, dan

yang baik, aktivitas fisik, olahraga, psikologisnya. Lansia yang mengalami

istirahat/tidur 7 8 jam perhari, tidak kualitas tidur buruk pada penelitian ini

merokok, tidak minum-minuman keras, tidak sebagian besar berjenis kelamin perempuan

mengonsumsi obat-obatan. dikarenakan lansia perempuan mengalami

3. Kualitas tidur pada lansia di Panti Sosial perubahan hormon estrogen yang dapat

Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera berpengaruh pada pola irama sirkadian

Banjarbaru. sehingga menyebabkan kesulitan tidur. Hal ini

Berdasarkan hasil penelitian kualitas sejalan dengan penelitian Intani, (2013) bahwa

tidur buruk sebanyak 33 orang (62,3%) dan wanita di atas 60 tahun akan mengalami

paling sedikit memiliki kualitas tidur baik penurunan kualitas tidur dari pada laki-laki

sebanyak 20 orang (37,7%). Kualitas tidur diatas 60 tahun karena dipengaruhi oleh

buruk dikarenakan adanya gaya hidup yang penurunan fungsi reproduksi dan hormonal

buruk seperti kebiasaan tidak adanya yang diakibatkan oleh menopause.

pengaturan jam tidur dan adanya masalah Potter dan Perry (2005) menyatakan

dilingkungan tempat tinggal seperti masalah bahwa tidur adalah suatu keadaan berulang-

dengan lansia lainnya, sedangkan kualitas tidur ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi

baik dikarenakan adanya gaya hidup yang baik selama periode tertentu. Tidur yang cukup

seperti olahrga, tidak merokok, pola makan, dapat memulihkan tenaga. Tidur dapat

120
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
memberikan waktu untuk perbaikan dan disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yang

penyembuhan sistem tubuh untuk periode artinya ada hubungan tingkat stres dengan

keterjagaan berikutnya. kualitas tidur pada lansia. di Panti Sosial

Hidayat (2008) menyatakan bahwa Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera

sebagian besar lansia berisiko tinggi Banjarbaru

mengalami gangguan tidur akibat beberapa Responden yang mengalami stres ringan

faktor. Selama penuaan, terjadi perubahan dengan kualitas tidur baik dikarenakan

fisik dan mental yang diikuti dengan lingkungan di sekitar membuat lansia merasa

perubahan pola tidur yang khas yang aman dan nyaman sehingga lansia menjadi

membedakan dari orang yang lebih muda. tidak depresi karena mempunyai banyak teman

Perubahan-perubahan itu mencakup kelatenan untuk berbagi hal-hal apapun. Hasil penelitian

tidur, terbangun pada dini hari, dan ini sesuai dengan penelitian Masfuati, (2015)

peningkatan jumlah tidur siang. Kurang tidur bahwa dikarenakan bahwa seseorang dengan

berkepanjangan dan sering terjadi dapat pikiran tenang dapat memberikan tidur yang

mengganggu kesehatan fisik maupun psikis. efektif. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Kebutuhan tidur Drake, et al (2014), menyatakan bahwa efek

4. Hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur dari paparan stres juga sangat berpengaruh

pada lansia. dengan kesulitan tidur yang dapat berakibat

Berdasarkan hasil penelitian mengalami pada kognitif sehingga berdampak pada emosi.

stress ringan dengan kualitas tidur baik Responden yang mengalami stres

sebanyak 16 orang (64%) dan kualitas tidur ringan dengan kualitas tidur buruk

buruk sebanyak 9 orang (36%). Hasil Uji dikarenakan responden tidak teratur mengatur

statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,001. pola tidur/jam malam akan tidur dikarenakan

Dengan nilai p< ( = 0,05), maka dapat sering bangun pada malam hari. Hal ini

121
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
didukung oleh penelitian Sagala, (2013) yang dikarenakan kurangnya perhatian dari

menyatakan bahwa semakin tua umur lansia lingkungan sekitar.

maka kemampuannya untuk bergerak menjadi Responden yang mengalami stres berat

sangat terbatas dan sering mengalami dengan kualitas tidur baik dikarenakan

insomnia. responden rindu dengan keluarga dan tidak

Responden yang mengalami stres mendapat perhatian dari lingkungan seperti

sedang dengan kualitas tidur baik dikarenakan teman juga perawat. Hasil penelitian ini

responden merasa kesepian dengan lingkungan sejalan dengan penelitian Anjarsari, (2013)

yang ada karena kurangnya interaksi antara yang menyatakan bahwa sebagian besar

lingkungan sekitar. Hasil penelitian ini sejalan responden mengalami stress berat selama di

dengan penelitian Anjarsari, (2013) yang panti karena kurang berinteraksi dengan

menyatakan bahwa sebagian besar responden lingkungan

mengalami stres sedang dikarenakan pada Responden yang mengalami stres berat

masa lansia sering mengalami kesepian akan dengan kualitas tidur buruk dikarenakan

rindu dengan rumah dan keluarganya. responden sangat menginginkan berada di

Responden yang mengalami stres sedang tengah keluarganya dan mendapatkan

dengan kualitas tidur buruk dikarenakan perhatian dari keluarga. Hasil penelitian ini

responden merasa tersisih atau kurang sejalan dengan penelitian Anjarsari, (2013)

dianggap sehingga berakibat pada responden yang menyatakan bahwa responden stress

terganggu pola tidur. Hasil penelitian ini buruk dengan kualitas tidur buruk dikarenakan

sejalan dengan penelitian Anjarsari, (2013) lingkungan yang kurang kondusif, kurang

yang menyatakan bahwa sebagian besar adanya kebersamaan antar lansia sehingga

responden mengalami stres sedang lansia merasa sendiri.

122
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Banyak faktor yang mempengaruhi artinya ada hubungan gaya hidup dengan

kualitas tidur salah satu faktor yaitu kualitas tidur pada lansia. di Panti Sosial

lingkungan di PSTW sudah baik dan jauh dari Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera

kebisingan. Pernyataan ini sesuai dengan Banjarbaru

Stuart, (2006) bahwa lingkungan sosial dan Responden yang memiliki gaya hidup

budaya sekitar yang baik tidak akan kurang dengan kualitas tidur buruk

menimbulkan stres yang parah. Tidur dikarenakan lansia tidak menerapkan gaya

merupakan hal yang sangat penting bagi hidup yang baik maka hal ini akan

manusia, karena terjadi suatu proses berpengaruh ke psikologis lansia sehingga

pemulihan serta penting untuk keseimbangan lansia akan mengalami kualitas tidur buruk.

fisiologis dan fungsi mental dalam jangka Hal ini sesuai dengan penelitian Masfuati,

pendek maupun jangka panjang. Menurut (2015) yang menyatakan bahwa gaya hidup

Akerstedt et al dalam Kompier et al, (2012) buruk seperti tidak berolahraga maka akan

menyebutkan bahwa stres dan tidur mengakibatkan lansia mengalami insomnia.

mempunyai hubungan yang erat. Responden yang memiliki gaya hidup

5. Hubungan gaya hidup dengan kualitas tidur kurang dengan kualitas tidur baik dikarenakan

pada lansia. lansia jarang berolahrga tetapi tidur teratur,

Berdasarkan hasil penelitian memiliki lansia tidak merokok dan memakan makanan

gaya hidup kurang dengan kualitas tidur buruk yang bergizi sehingga akan menyebabkan. Hal

sebanyak 26 orang (76,5%) dan kualitas tidur ini sesuai dengan penelitian Masfuati, (2015)

baik sebanyak 8 orang (23,5%). Hasil Uji yang menyatakan bahwa gaya hidup kurang

statistik Chi square diperoleh nilai p = 0,007. tetapi kualitas tidur baik dikarenakan

Dengan nilai p< ( = 0,05), maka dapat kurangnya mengikuti olahraga selama di panti.

disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yang

123
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Gaya hidup baik dengan kualitas tidur menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

buruk dikarenakan lansia melakukan gaya kualitas tidur seperti stres dapat diatasi dengan

hidup yang baik seperti berolahraga, tidak pengaturan koping dengan tepat, untuk

merokok, tidur teratur akan tetapi karena masalah kelelahan dapat diatasi dengan

semakin bertambahnya usia maka lansia sering istirahat yang cukup, untuk masalah

mengalami insomnia. Hal ini sesuai dengan lingkungan dapat diatasi dengan membuat

penelitian Masfuati, (2015) yang menyatakan kondisi di sekitar menjadi senyaman mungkin,

bahwa gaya hidup baik tidak menjamin lansia untuk masalah diet dapat diatasi dengan

akan mengalami kualitas tidur baik juga malah mengatur pola makan yang baik, untuk

sebaliknya dikarenakan lansia betambah usia masalah obat dapat diatasi dengan tidak

maka akan semakin sulit tidur dikarenakan mengkonsumsi obat yang dapat mengganggu

sering kencing dan terbangun di malam hari kualitas tidur, untuk masalah penyakit dapat

dan memikirkan keadaan keluarganya. diatasi dengan meminimalkan efek dari

Gaya hidup baik dengan kualitas tidur penyakit tersebut dan untuk masalah gaya

baik dikarenakan lansia makan-makanan yang hidup dapat diatasi dengan merubah gaya

bergizi, rajin berolahraga dan tidak merokok hidup tersebut menjadi lebih baik (Potter &

selama di panti sehingga hal ini akan Perry, 2005).

menyebabkan kualitas tidur yang baik. Hal ini


UCAPAN TERIMAKASIH
sesuai dengan penelitian Masfuati, (2015)
Terimakasih kami ucapkan kepada ketua
yang menyatakan bahwa gaya hidup sehat
STIKES Sari Mulia Banjarmasin yang telah
akan memperpanjang umur lansia dan
memberikan dukungan dalam melakukan
terhindar dari insomnia.
penelitian dan kepala lansia Panti Sosial Tresna
Hasil penelitian ini sesuai dengan
Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru yang
penelitian Wicaksono, (2014) yang
telah memfasilitasi tempat penelitian.
124
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Anggraini, F. 2008. Hubungan antara gaya Cipta.
hidup dan status kesehatan lansia
binaan puskesmas pekayon jaya kota Nugrho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik
Bekasi. [skripsi]. Bekasi: Universitas dan Geriatrik. Jakarta: Fakultas
Indonesia. Kedokteran ECG Edisi 3.

Azizah, L.M,. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Permana, Chandra Aji. 2013. Dukungan sosial
Yogyakarta: Graha Ilmu. keluarga dengan tingkat stres pada lansia
andropause di Gebang wilayah kerja
Bandiyah, S. 2011. Lanjut Usia dan Keperawatan puskesmas patrang kabupaten Jember
Gerontik. Ygyakarta: Nuha Medika. [skripsi]. Jember: Universitas Jember.

Bustan MN, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Prasadja, A. 2009. Ayo Bangun Dengan Bugar
Menular. Jakarta: Rineka. Karena Tidur yang Benar. Jakarta:
Penerbit Hikmah.
BPS Banjarmasin. 2014. Jumlah penduduk
provensi kalimantan selatan dan kota Sagala. 2013. Hubungan pasien gagal ginjal
banjarmasin [internet]. Tersedia dalam: kronis yang menjalani hemodialisis
http://banjarmasinkota.bps.go.id [diakses terhadap sensitivitas pengecapan di klinik
18 November 2015]. spesialis ginjal dan hipertensi [Skripsi].
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Efendi, F., Makhfudli. 2009. Keperawatan
Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Keperawatan Konsep, Proses, dan
Medika. Praktik. Jakarta: EGC.

Hidayat A. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Saputra Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan
Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Manusia. Bina Rupa Akshara
Medika Edisi 2. Tanggerang Selatan.

Khusnul Khasanah & Wahyu Hidayati. 2012, Situmorang, A. 2015. Hubungan karakteristik,
Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi gaya hidup, dan asupan gizi dengan
Sosial MANDIRI Semarang. Jurnal: status gizi pada lansia di wilayah kerja
Program Studi Ilmu Keperawatan, puskesmas aek habil kota Sibolga.
Fakultas Kedokteran, Universitas [skripsi]. Sibolga: Universitas Sumatera
Diponegoro. Utara.
Saryono dan Widianti A.T,. 2010. Catatan Kuliah
Masfuati, Any. 2015. Hubungan tingkat stres Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
dengan kualitas tidur lansia di Panti Sosial Nuha Medika.
Tresna Wredha Unit Budi Luhur
Yogyakarta [Skripsi]: Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare.
Yogyakarta:Universitas Muhammadiyah. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi2., Jakarta: EGC.
Mubarok,dkk. 2006. Ilmu Keperawatan
komunitas 2. CV Sagung Seto, Tamher, S & Noorkasiani. 2009. Kesehatan
Jakarta. Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
125
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.

Tim penyusun. 2015. Panduan Tugas Akhir.


Banjarmasin. Akademik kebidanan dan
sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari
Mulia Banjarmasin.

126

You might also like