Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Latar Belakang: Kebutuhan kualitas tidur setiap orang berbeda-beda ada yang terpenuhi dengan baik
dan ada yang mengalami gangguan. Waktu tidur usia lanjut 6-7 jam perhari, walaupun mereka
menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun pada
malam hari, memiliki waktu tidur kurang, dan mengalami tidur siang lebih banyak. Panti Werdha
merawat dan menampung sekitar 106 lansia yang terdiri dari laki-laki 48 orang dan perempuan 58
orang yang tinggal di panti
Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat stres dan gaya hidup dengan kualitas tidur pada lansia di Panti
Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru.
Metode: Survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
lansia yang berada di Panti Sosial Tresna werdha Budi Sejahtera Banjarbaru dari bulan Maret 2016
sebanyak 109 orang. Jumlah sampel 53 orang. Teknik sampling menggunakan Purposive Sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan uji chi square (p=0,05)
Hasil: Sebagian besar responden mengalami tingkat stres ringan sebanyak 25 orang (47,2%), gaya
hidup kurang baik sebanyak 34 orang (64,2%), kualitas tidur buruk sebanyak 33 orang (62,3%)
Simpulan: ada hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia. di panti sosial tresna wherda
(pstw) budi sejahtera banjarbaru dan ada hubungan gaya hidup dengan kualitas tidur pada lansia. di
panti sosial tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru
113
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
PENDAHULUAN (gangguan intelektual/dementia), infection
Di Indonesia pada tahun 2012 termasuk (infeksi), impairment of vision and hearing,
negara Asia ketiga dengan jumlah populasi di atas taste, smell, communication, convalescence,
60 tahun keatas yakni setelah Cina (200 juta), skin integrity (gangguan panca indera,
India (100 juta) dan Indonesia (25 juta). Di komunikasi, penyembuhan, dan kulit),
perkirakan akan mencapai 100 juta lansia pada impaction (sulit buang air besar), isolation
tahun 2050. Berdasarkan data dari Badan Pusat (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity
Statistik (BPS) tahun 2015 jumlah lanjut usia di (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita
(BPS Banjarmasin, 2015) Sedangkan di Kota (gangguan tidur), immune deficiency (daya
Banjarmasin jumlah lansia pada tahun 2015 tahan tubuh yang menurun), impotence
Umumnya pada orang yang memasuki Tingginya masalah tidur yang terjadi pada
lansia ditandai oleh kemunduran-kemunduran lansia memerlukan penanganan yang sesuai untuk
kemunduran fisik dan kemunduran kognitif yang Kebutuhan kualitas tidur setiap orang berbeda-
sering menimbulkan masalah. Masalah kesehatan beda ada yang terpenuhi dengan baik dan ada
yang sering terjadi pada lansia berbeda dari yang mengalami gangguan. Waktu tidur usia
orang dewasa, yang menurut Kane dan lanjut 6-7 jam perhari, walaupun mereka
Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, menghabiskan lebih banyak waktu di tempat
yaitu immobility (kurang bergerak), instability tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh
(berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah terbangun pada malam hari, memiliki waktu tidur
jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan kurang, dan mengalami tidur siang lebih banyak
114
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Kualitas tidur adalah suatu keadaan Gaya hidup juga mempengaruhi pola tidur
tidur yang dijalani seorang individu seseorang. Gaya hidup merupakan aktivitas dan
menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat rutinitas yang biasa dilakukan seseorang
terbangun (Khasanah, 2012). Faktor-faktor yang sehari-hari (Anggraini, 2011). Gaya hidup yang
mempengaruhi kualitas tidur pada lansia antara tidak sehat, menyebabkan terjadinya hipertensi,
lain penyakit, stress, obat, nutrisi, lingkungan, misalnya ; makanan, aktifitas fisik, stress, dan
Kebutuhan tidur yang tidak dapat terpenuhi dilakukan pada tanggal 29 November 2015, Panti
dengan baik, maka akan mengalami kesulitan Werdha merawat dan menampung sekitar 106
dalam memenuhi dan mencapai kebutuhan dasar lansia yang terdiri dari laki-laki 48 orang dan
manusia pada tingkatan yang selanjutnya, yaitu perempuan 58 orang yang tinggal di panti. Hasil
keamanan dan kenyamanan, cinta dan rasa studi pendahuluan kepada 10 orang lansia di
memiliki, harga diri, bahkan sampai yang paling dapatkan sebanyak 7 orang mengalami gangguan
tinggi yaitu aktualisasi diri (Iqbal, 2014). tidur seperti susah memulai tidur dan buang air
Tidur yang buruk juga berhubungan dengan kecil dan hanya 3 orang tidak mengalami
meningkatnya gejala depresi tetapi hanya pada gangguan tidur Sedangkan 6 orang lansia
konsentrasi) dan bukan alam perasaannya perhatian dari anaknya dan 4 orang tidak
(contohnya sedih). Masalah pada tidur bisa mengalami stress. Dari 10 orang lansia didapat 4
berkontribusi terhadap perbedaan kemampuan orang lansia memiliki gaya hidup yang buruk
antar lanjut usia, tetapi hanya pada kemampuan seperti tidak ikut senam pagi dan merokok dan 6
fungsi kognitif area tertentu. orang lansia memiliki gaya hidup baik.
115
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Berdasarkan uraian yang di atas maka HASIL
tentang Hubungan Tingkat Stres dan Gaya Sampel dalam penelitian ini adalah
Hidup dengan Kualitas Tidur pada Lansia. lansia yang berada di Panti Sosial Tresna
Lokasi penelitian di Panti Sosial Tresna penelitian didapatkan data sebagai berikut:
dalam pengambilan sampel yaitu dengan teknik Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari
purposive sampling. Dalam hal ini, adalah 53 responden menunjukkan menunjukkan bahwa
Responden yang bersedia menjadi responden dan sebagian besar responden berumur 75-90 tahun
mengikuti prosedur penelitian sampai tahap akhir, sebanyak 39 orang (87,5%) dan paling sedikit
Responden yang tidak mengalami dimensia/lupa, berumuur >90 tahun sebanyak 1 orang
Responden yang tidak mengalami gangguan (1,9%).Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui
pendengaran. Uji statistik yang digunakan oleh bahwa dari 53 responden menunjukkan
peneliti adalah uji chi square dengan menunjukkan bahwa sebagian besar responden
116
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat stres pada lansia di 2. Analisa Bivariat
Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru
No Tingkat Stres Frekuensi Persentase (%)
1. Ringan 25 47,2 Tabel 5 Hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia. di Panti
2. Sedang Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru
16 30,2 No Tingka Kualitas Tidur Jumlah P value
3. Berat t Stres Baik Buruk
12 22,6 n % N % n %
Jumlah 53 100 1. Ringan 16 64 9 36 25 100 0,001
2. Sedang 2 12,5 14 87,5 16 100
3 Berat 2 12,5 10 83,3 12 100
Total 20 37,7 33 62,3 53 100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
Hasil Uji statistik Chi square
sebagian besar responden memiliki tingkat stres
diperoleh nilai p = 0,001. Dengan nilai p<
ringan sebanyak 25 orang (47,2%) dan paling
( = 0,05), maka dapat disimpulkan
sedikit memiliki tingkat stres berat sebanyak 12
bahwa hipotesis diterima, yang artinya
orang (22,6%).
ada hubungan tingkat stres dengan
Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan gaya hidup pada lansia di Panti
Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru
No Gaya Hidup Frekuensi Persentase (%) kualitas tidur pada lansia di Panti Sosial
1. Baik 19 35,8
2. Kurang baik
34 64,2 Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera
Jumlah 53 100
Banjarbaru.
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar Tabel 6 Hubungan gaya hidup dengan kualitas tidur pada lansia. di Panti
Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru
responden memiliki gaya hidup kurang baik No Gaya Kualitas Tidur Jumlah P value
Hidup Baik Buruk
sebanyak 34 orang (64,2%) dan kualitas tidur n % n % n %
1. Baik 12 63,2 7 36,8 19 100 0,007
baik sebnayak 19 orang (35,8%) 2. Kurang 8 23,5 26 76,5 34 100
Total 20 37,7 33 62,3 53 100
Tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan kualitas tidur pada lansia di Panti
Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru
No Kualitas Tidur Frekuensi Persentase (%)
1. Kualitas tidur
baik
20 37,7 3. Hasil Uji statistik Chi square diperoleh
2. Kualitas tidur
33 62,3
buruk
Jumlah 53 100 nilai p = 0,007. Dengan nilai p< ( =
117
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Hasil Penelitian ini sesuai penelitian
1. Tingkat stres pada lansia di Panti Sosial disebabkan dari lingkungan saja tetapi dari
Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera dalam diri individu. Namun, sumber stres
ringan sebanyak 25 orang (47,2%), tingkat koping yang dimilikinya, sehingga dukungan
stres sedang sebanyak 16 orang (30,2%) dan dan interaksi yang akrab antara lansia dapat
paling sedikit memiliki tingkat stres berat mengurangi stres yang dialami lansia.
sebanyak 12 orang (22,6%). Tingkat stres Stres adalah suatu respon fisik normal
ringan dikarenakan adanya dukungan dari terhadap suatu peristiwa yang membuat hidup
lingkungan yang baik seperti keakraban seseorang menjadi terancam atau mengganggu
sesama lansia lainnya serta dapat juga keseimbangan dalam beberapa cara, seperti
dikarenakan pola koping individu yang sudah yang ketika seseorang mengalami tubuh akan
baik terkait penyesuaian diri. Tingkat stres melakukan pertahanan secara otomatis yang
sedang dikarenakan lansia masih mengalami dikenal dengan sebutan fight or fight reaction
perasaan kesepian pada lansia meskipun atau reaksi stres (Smith et al, 2012).
banyak teman dipanti, sedangkan tingkat stres Faktor penyebab stres terbagi menjadi 2
berat dikarenakan lansia kurang mendapat yaitu faktor internal stres bersumber dari diri
dukungan dari lingkungan, merasa dirinya sendiri yang dapat dialami lewat penyakit.
tidak berharga lagi karena perubahan fisik dan Penyakit dapat mengakibatkan perubahan
118
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
menderitanya. Perubahan tersebut dapat memicu dirinya untuk tidak menjalankan gaya
mempengaruhi kehidupan seseorang sehingga hidup yang baik. Hal ini sesuai dengan
dapat menyebabkan stres. Faktor eksternal penelitian permana (2013) yang menyatakan
bersumber dari keluarga.Keluarga menjadi bahwa gaya hidup tidak baik akan berdampak
sumber tersendiri. Stres dalam kelurga dapat di pada kehidupan sehari-hari pada lansia.
sebabkan karena adanya konflik dalam Hal ini sesuai dengan teori Situmorang
keluarga, seperti perilaku yang tidak sesuai (2015) yang menyatakan bahwa gaya hidup
dengan harapan, keinginan dan cita-cita serta seperti olahrga, tidak merokok, pola makan,
pendapat yang tidak dapat di satukan. Oleh aktivitas fisik, kebiasaan istirahat dan
karena itu keluarga bisa menjadi pengaruh mengkonsumsi obat akan membantu lansia
2. Gaya hidup pada lansia di Panti Sosial Tresna Gaya hidup individu yang dicirikan
Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru. dengan pola perilaku individu akan memberi
hidup kurang baik sebanyak 34 orang (64,2%) selanjutnya pada kesehatan orang lain. Dalam
dan paling sedikit memiliki gaya hidup baik kesehatan, gaya hidup seseorang dapat diubah
sebanyak 19 orang (35,8%). Gaya hidup baik dengan cara memberdayakan individu agar
dikarenakan mampu untuk melakukan gaya merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya
hidup sehat seperti olahraga, tidak merokok, bukan pada si individu saja, tetapi juga
pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat merubah lingkungan sosial dan kondisi
dan mengkonsumsi obat sedangkan gaya hidup kehidupan yang memengaruhi pola
sehari-hari dengan baik, sedangkan gaya hidup perilakunya. Dan tidak ada aturan ketentuan
kurang baik dikarenakan responden sudah baku tentang gaya hidup yang berlaku untuk
merasa dirinya tidak berharga lagi, hal ini akan semua orang. Budaya, pendapatan, struktur
119
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
keluarga, umur, kemampuan fisik, lingkungan aktivitas fisik, kebiasaan istirahat dan
berbeda, menciptakan berbagai gaya yang Hal ini sejalan dengan pendapat Collins
berbeda pula (Situmorang (2015). (2008), bahwa kualitas tidur seseorang dapat
Menurut Belloc & Breslow, (1972) yang dipengaruhi oleh adanya gangguan kesehatan
termasuk gaya hidup sehat adalah pola makan (penyakit), diet, olahraga, lingkungan, dan
istirahat/tidur 7 8 jam perhari, tidak kualitas tidur buruk pada penelitian ini
merokok, tidak minum-minuman keras, tidak sebagian besar berjenis kelamin perempuan
3. Kualitas tidur pada lansia di Panti Sosial perubahan hormon estrogen yang dapat
Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera berpengaruh pada pola irama sirkadian
Berdasarkan hasil penelitian kualitas sejalan dengan penelitian Intani, (2013) bahwa
tidur buruk sebanyak 33 orang (62,3%) dan wanita di atas 60 tahun akan mengalami
paling sedikit memiliki kualitas tidur baik penurunan kualitas tidur dari pada laki-laki
sebanyak 20 orang (37,7%). Kualitas tidur diatas 60 tahun karena dipengaruhi oleh
buruk dikarenakan adanya gaya hidup yang penurunan fungsi reproduksi dan hormonal
pengaturan jam tidur dan adanya masalah Potter dan Perry (2005) menyatakan
dilingkungan tempat tinggal seperti masalah bahwa tidur adalah suatu keadaan berulang-
dengan lansia lainnya, sedangkan kualitas tidur ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi
baik dikarenakan adanya gaya hidup yang baik selama periode tertentu. Tidur yang cukup
seperti olahrga, tidak merokok, pola makan, dapat memulihkan tenaga. Tidur dapat
120
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
memberikan waktu untuk perbaikan dan disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yang
penyembuhan sistem tubuh untuk periode artinya ada hubungan tingkat stres dengan
mengalami gangguan tidur akibat beberapa Responden yang mengalami stres ringan
faktor. Selama penuaan, terjadi perubahan dengan kualitas tidur baik dikarenakan
fisik dan mental yang diikuti dengan lingkungan di sekitar membuat lansia merasa
perubahan pola tidur yang khas yang aman dan nyaman sehingga lansia menjadi
membedakan dari orang yang lebih muda. tidak depresi karena mempunyai banyak teman
Perubahan-perubahan itu mencakup kelatenan untuk berbagi hal-hal apapun. Hasil penelitian
tidur, terbangun pada dini hari, dan ini sesuai dengan penelitian Masfuati, (2015)
peningkatan jumlah tidur siang. Kurang tidur bahwa dikarenakan bahwa seseorang dengan
berkepanjangan dan sering terjadi dapat pikiran tenang dapat memberikan tidur yang
mengganggu kesehatan fisik maupun psikis. efektif. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
4. Hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur dari paparan stres juga sangat berpengaruh
Berdasarkan hasil penelitian mengalami pada kognitif sehingga berdampak pada emosi.
stress ringan dengan kualitas tidur baik Responden yang mengalami stres
sebanyak 16 orang (64%) dan kualitas tidur ringan dengan kualitas tidur buruk
buruk sebanyak 9 orang (36%). Hasil Uji dikarenakan responden tidak teratur mengatur
statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,001. pola tidur/jam malam akan tidur dikarenakan
Dengan nilai p< ( = 0,05), maka dapat sering bangun pada malam hari. Hal ini
121
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
didukung oleh penelitian Sagala, (2013) yang dikarenakan kurangnya perhatian dari
maka kemampuannya untuk bergerak menjadi Responden yang mengalami stres berat
sangat terbatas dan sering mengalami dengan kualitas tidur baik dikarenakan
sedang dengan kualitas tidur baik dikarenakan teman juga perawat. Hasil penelitian ini
responden merasa kesepian dengan lingkungan sejalan dengan penelitian Anjarsari, (2013)
yang ada karena kurangnya interaksi antara yang menyatakan bahwa sebagian besar
lingkungan sekitar. Hasil penelitian ini sejalan responden mengalami stress berat selama di
dengan penelitian Anjarsari, (2013) yang panti karena kurang berinteraksi dengan
mengalami stres sedang dikarenakan pada Responden yang mengalami stres berat
masa lansia sering mengalami kesepian akan dengan kualitas tidur buruk dikarenakan
dengan kualitas tidur buruk dikarenakan perhatian dari keluarga. Hasil penelitian ini
responden merasa tersisih atau kurang sejalan dengan penelitian Anjarsari, (2013)
dianggap sehingga berakibat pada responden yang menyatakan bahwa responden stress
terganggu pola tidur. Hasil penelitian ini buruk dengan kualitas tidur buruk dikarenakan
sejalan dengan penelitian Anjarsari, (2013) lingkungan yang kurang kondusif, kurang
yang menyatakan bahwa sebagian besar adanya kebersamaan antar lansia sehingga
122
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Banyak faktor yang mempengaruhi artinya ada hubungan gaya hidup dengan
kualitas tidur salah satu faktor yaitu kualitas tidur pada lansia. di Panti Sosial
lingkungan di PSTW sudah baik dan jauh dari Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera
Stuart, (2006) bahwa lingkungan sosial dan Responden yang memiliki gaya hidup
budaya sekitar yang baik tidak akan kurang dengan kualitas tidur buruk
menimbulkan stres yang parah. Tidur dikarenakan lansia tidak menerapkan gaya
merupakan hal yang sangat penting bagi hidup yang baik maka hal ini akan
pemulihan serta penting untuk keseimbangan lansia akan mengalami kualitas tidur buruk.
fisiologis dan fungsi mental dalam jangka Hal ini sesuai dengan penelitian Masfuati,
pendek maupun jangka panjang. Menurut (2015) yang menyatakan bahwa gaya hidup
Akerstedt et al dalam Kompier et al, (2012) buruk seperti tidak berolahraga maka akan
5. Hubungan gaya hidup dengan kualitas tidur kurang dengan kualitas tidur baik dikarenakan
Berdasarkan hasil penelitian memiliki lansia tidak merokok dan memakan makanan
gaya hidup kurang dengan kualitas tidur buruk yang bergizi sehingga akan menyebabkan. Hal
sebanyak 26 orang (76,5%) dan kualitas tidur ini sesuai dengan penelitian Masfuati, (2015)
baik sebanyak 8 orang (23,5%). Hasil Uji yang menyatakan bahwa gaya hidup kurang
statistik Chi square diperoleh nilai p = 0,007. tetapi kualitas tidur baik dikarenakan
Dengan nilai p< ( = 0,05), maka dapat kurangnya mengikuti olahraga selama di panti.
123
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Gaya hidup baik dengan kualitas tidur menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
buruk dikarenakan lansia melakukan gaya kualitas tidur seperti stres dapat diatasi dengan
hidup yang baik seperti berolahraga, tidak pengaturan koping dengan tepat, untuk
merokok, tidur teratur akan tetapi karena masalah kelelahan dapat diatasi dengan
semakin bertambahnya usia maka lansia sering istirahat yang cukup, untuk masalah
mengalami insomnia. Hal ini sesuai dengan lingkungan dapat diatasi dengan membuat
penelitian Masfuati, (2015) yang menyatakan kondisi di sekitar menjadi senyaman mungkin,
bahwa gaya hidup baik tidak menjamin lansia untuk masalah diet dapat diatasi dengan
akan mengalami kualitas tidur baik juga malah mengatur pola makan yang baik, untuk
sebaliknya dikarenakan lansia betambah usia masalah obat dapat diatasi dengan tidak
maka akan semakin sulit tidur dikarenakan mengkonsumsi obat yang dapat mengganggu
sering kencing dan terbangun di malam hari kualitas tidur, untuk masalah penyakit dapat
Gaya hidup baik dengan kualitas tidur penyakit tersebut dan untuk masalah gaya
baik dikarenakan lansia makan-makanan yang hidup dapat diatasi dengan merubah gaya
bergizi, rajin berolahraga dan tidak merokok hidup tersebut menjadi lebih baik (Potter &
Azizah, L.M,. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Permana, Chandra Aji. 2013. Dukungan sosial
Yogyakarta: Graha Ilmu. keluarga dengan tingkat stres pada lansia
andropause di Gebang wilayah kerja
Bandiyah, S. 2011. Lanjut Usia dan Keperawatan puskesmas patrang kabupaten Jember
Gerontik. Ygyakarta: Nuha Medika. [skripsi]. Jember: Universitas Jember.
Bustan MN, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Prasadja, A. 2009. Ayo Bangun Dengan Bugar
Menular. Jakarta: Rineka. Karena Tidur yang Benar. Jakarta:
Penerbit Hikmah.
BPS Banjarmasin. 2014. Jumlah penduduk
provensi kalimantan selatan dan kota Sagala. 2013. Hubungan pasien gagal ginjal
banjarmasin [internet]. Tersedia dalam: kronis yang menjalani hemodialisis
http://banjarmasinkota.bps.go.id [diakses terhadap sensitivitas pengecapan di klinik
18 November 2015]. spesialis ginjal dan hipertensi [Skripsi].
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Efendi, F., Makhfudli. 2009. Keperawatan
Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Keperawatan Konsep, Proses, dan
Medika. Praktik. Jakarta: EGC.
Hidayat A. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Saputra Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan
Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Manusia. Bina Rupa Akshara
Medika Edisi 2. Tanggerang Selatan.
Khusnul Khasanah & Wahyu Hidayati. 2012, Situmorang, A. 2015. Hubungan karakteristik,
Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi gaya hidup, dan asupan gizi dengan
Sosial MANDIRI Semarang. Jurnal: status gizi pada lansia di wilayah kerja
Program Studi Ilmu Keperawatan, puskesmas aek habil kota Sibolga.
Fakultas Kedokteran, Universitas [skripsi]. Sibolga: Universitas Sumatera
Diponegoro. Utara.
Saryono dan Widianti A.T,. 2010. Catatan Kuliah
Masfuati, Any. 2015. Hubungan tingkat stres Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
dengan kualitas tidur lansia di Panti Sosial Nuha Medika.
Tresna Wredha Unit Budi Luhur
Yogyakarta [Skripsi]: Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare.
Yogyakarta:Universitas Muhammadiyah. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi2., Jakarta: EGC.
Mubarok,dkk. 2006. Ilmu Keperawatan
komunitas 2. CV Sagung Seto, Tamher, S & Noorkasiani. 2009. Kesehatan
Jakarta. Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
125
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Rahmayani, et.al., Hubungan Tingkat Stres
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.
126