Professional Documents
Culture Documents
S1 2014 302594 Conclusion
S1 2014 302594 Conclusion
76
o. Terpinggirkan dengan membentuk struktur sosial sendiri
p. Kreatif dan emosional terasah
q. Rendahnya kualitas intelegensia
77
p. Menyesuaikan kontur alam/kontekstual (konteks arsitektur)
q. Terdiri atas ruang-ruang semi tertutup (konteks arsitektur)
r. Resource sharing (konteks arsitektur)
s. Flexible class (konteks arsitektur)
78
Kurikulum dalam sekolah alam relatif berbeda dengan kurikulum sekolah
konvensional namun masih memiliki kemiripan. Dalam kurikulum sekolah alam
ditambah muatan kepribadian akhlak dan leadership. Seperti pada gambar,
kurikulum sekolah terdiri atas pengetahuan sains, kebahasaan, ilmu sosial,
keagamaan, pendidikan jasmani (outbound dan kegiatan alam), teknologi, dan seni.
Dalam penyajiannya, kurikulum ini dilaksanakan melalui metode pembelajaran
spider web dan bersifat tematik. Kurikulum sekolah alam inilah yang menjadi acuan
bagi kebutuhan ruang sekolah alam yang didesain.
79
3.4 Pendekatan Arsitektural
3.4.1 Pendekatan Umum
Berdasarkan karakteristik pelaku dan prinsip yang ada, sejatinya sekolah alam
khusus anak jalanan memiliki wujud arsitektural sebagai berikut:
a. Berlokasi di daerah tepian kota
Lokasi ini dianggap tepat untuk sejenak merehatkan para peserta didik dari
riuhnya jalanan. Kondisi daerah tepian kota atau agak jauh dari keramaian kota
pada umumnya masih asri dan berupa pedesaan namun masih mudah dijangkau
oleh peserta didik. Pada umumnya, mereka yang berasal dari kategori children
on the street atau on the street memiliki rumah tinggal di pinggiran atau
pedesaan (dunia jalanan hanya sebagai tempat mencari nafkah). Beberapa daerah
di Indonesia, kasus anak jalanan tidak hanya ditemui di perkotaan, adapula
ditemukan anak jalanan di pusat kota/keramaian sebuah kecamatan atau
pedesaan.
b. Konfigurasi massa sederhana namun dinamis
Konfigurasi dinamis dirasa paling cocok untuk sekolah alam karena
mengekspresikan sekolah yang mengusung konsep edukasi rekreatif. Sekolah
dan lingkungannya memungkinkan sebagai media dan objek belajar. Peraturan
sekolah alam pun berbeda dengan sekolah konvensional, cenderung lebih
longgar. Peraturan yang diciptakan dalam sekolah alam menggunakan keluhuran
akhlak dan kemampuan pemahaman. Atas dasar kebebasan belajar dan aturan
tersebut, konfigurasi massa yang tidak tunggal dan formal sangat cocok
diterapkan.
c. Menggunakan material alam
Sekolah alam tidak hanya menyajikan alam dan lingkungan yang kondusif untuk
belajar tetapi juga mencitrakan bangunan sekolah yang kontekstual dengan
lokasi topografinya. Penggunaan material alam sebaiknya memanfaatkan
material yang banyak terdapat di lokasi sehingga mengusung ramah lingkungan.
Jika dimaknai lebih dalam dari konsep sekolah alam, sekolah tidak hanya
memfasilitasi peserta didiknya untuk menggunakan alam sebagai media belajar
tetapi juga mengajarkan untuk ramah lingkungan, hidup lebih hijau, sehat, dan
bersih. Green school menjadi percontohan sekolah yang mengusung green living
dan green education.
80
d. Bentukan massa yang atraktif
Bentukan massa sekolah konvensional dinilai telah menjenuhkan semangat
belajar anak-anak. Massa yang atraktif dapat menarik perhatian peserta didik
karena selain atraktif secara visual juga dapat atraktif secara fungsional. Peserta
didik dapat memanfaatkan setiap sudut bangunan sebagai kegiatan dan media
belajar.
e. Konfigurasi ruang yang memungkinkan resource sharing
Ruang-ruang yang ada di sekolah dibuat seinteraktif mungkin. Seluruh ruang
bersifat fleksibel dan dapat digunakan secara efisien. Setiap ruangan
memungkinkan komunikasi antar pengguna. Ruang-ruang yang bersifat privat
dapat dipisahkan oleh ruang publik dan zonasi yang tertata.
f. Ruang-ruang semi terbuka/semi tertutup
Ruangan dapat didesain semi terbuka terutama untuk ruang publik dan semi
private. Untuk ruang yang memiliki privasi tingkat tinggi tetap dapat didesain
dengan kondisi ruang tertutup. Ruang semi terbuka dimaksudkan agar terjadi
interaksi optimal dan memungkinkan memasukkan nuansa alam ke dalam
ruangan. Ruangan yang dapat diperlakukan secara semi terbuka adalah ruang
kelas, ruang guru, ruang baca, kantin, dan sejenisnya.
g. Lingkungan yang kondusif dan rekreatif
Tidak hanya bangunan yang dibuat semenarik mungkin tetapi juga
lingkungannya. Ruang-ruang terbuka dan alami sangat diperlukan dalam sekolah
alam. Dalam lingkungan tersebutlah peserta didik mengembangkan minat dan
bakat secara ekspresif. Seluruh komponen alam yang ada dapat dijadikan media
bermain dan belajar secara menyenangkan.
h. Fasilitas yang bersinergi
Sebagaimana sekolah pada umumnya, fasilitas pendukung pe,mbelajaran juga
harus disediakan. Sekolah alam identik dengan kegiatan outdoor yang cukup
dominan. Bahkan terkadang kegiatan indoor pun disinergikan dengan outdoor.
Untuk itulah, fasilitas yang disediakan dalam sekolah alam harus mendukung
seluruh kegiatan pembelajaran. Fasilitas yang dimaksud dapat berupa fasilitas
outbound, berkebun, berkemah (camp), ruang terbuka hijau, alam terbuka, ruang
ekspresi, dan fasilitas olahraga.
81
3.4.2 Pendekatan Ruang
3.4.2.1 Kebutuhan Ruang
Secara umum berdasarkan karakter fungsi, ruang dalam arsitektur
terbagi atas ruang publik dan privat. Ruang yang bersifat diantara keduanya
dapat dikategorikan sebagai ruang semipublik atau semi privat.
1. Ruang Publik
Berdasarkan karakternya, ruang publik merupakan ruang yang
dapat diakses secara publik/umum. Setiap orang berhak mengakses
ruangan ini dengan mudah dan diposisikan pada bagian terdepan dari
fungsi-fungsi ruang lain. Ruang yang termasuk dalam kategori ini adalah
entrance, ruang tunggu, ruang tamu, ruang terbuka, area parkir, toilet dan
ruang serbaguna.
2. Ruang Semi Publik
Berdasarkan karakternya, ruang semipublik merupakan ruang
yang dapat diakses secara publik/umum namun lebih terbatas. Setiap
orang dapat mengakses ruangan ini dengan mudah dan persyaratan
tertentu atau kepentingan tertentu. Ruang yang termasuk kategori ini
adalah ruang kelas, ruang administrasi, ruang kreasi, UKS, dan
perpustakaan.
3. Ruang Privat
Berdasarkan karakternya, ruang privat merupakan ruang yang
dapat diakses sangat terbatas. Setiap orang tidak dapat mengakses secara
sembarangan. Biasanya ruang ini hanya dapat diakses oleh orang-orang
tertentu yang menempati sebuah ruangan dan fungsi tertentu yang sangat
penting. Ruang jenis ini diletakkan di lokasi yang tidak dapat diakses
oleh publik. Ruang yang termasuk kategori ini adalah ruang guru, ruang
kepala sekolah, dan ruang keamanan.
Secara garis besar, ruangan yang diperlukan pada sekolah alam anak
jalanan ini dikelompokkan ke dalam lima jenis, yakni:
1. Kegiatan Belajar Mengajar
Merupakan ruang-ruang yang memfasilitasi kegiatan akademik
terutama belajar mengajar dan praktek yang dilakukan dalam ruangan.
82
Ruang yang termasuk kategori ini contohnya: ruang kelas, laboratorium,
perpustakaan, dan workshop internal.
2. Fungsi Administrasi dan Pengelola
Merupakan ruang yang mewadahi fungsi administrasi dan
pengelolaan pendidikan. Ruang-ruang ini bersifat cenderung semi publik
hingga privat. Contohnya: ruang guru, staf Tata Usaha, kepala sekolah,
pengelola lab, dan pengurus/penjaga sekolah.
3. Fungsi Penunjang
Merupakan ruang-ruang yang berfungsi mewadahi aktivitas
penunjang akademik terkait. Ruang-ruang yang termasuk ke dalam
kategori ini adalah kantin, UKS, ruang ibadah, dan hall/ruang serbaguna
4. Fungsi Pelayanan/Servis
Merupakan ruang-ruang yang berfungsi untuk pelayanan. Ruang-
ruang yang termasuk kategori ini adalah parkir, ruang tamu, ruang
tunggu, pantry, pos jaga, dan toilet.
5. Ruang Terbuka
Merupakan ruang terbuka dan bebas yang dapat digunakan
berbagai aktivitas terkait belajar di luar ruangan. Ruang terbuka ini
menjadi salah satu ruang terpenting bagi sekolah alam karena
kebanyakan aktivitas yang dilakukan berupa belajar di alam terbuka,
alam sebagai media pembelajaran warga sekolah. setiap peserta didik
bebas bermain dan belajar di ruang ini. Contohnya: ruang kreasi, ruang
outbound, taman, camping ground, dan ladang.
83
didik. Peserta didik ini menjadi poin utama dan acuan dalam menentukan
besaran ruang karena jumlahnya yang besar dan didasarkan pada frekuensi
penggunaan ruang-ruang yang ada di sekolah. Berdasarkan jenis pelakunya,
sekolah alam ini digunakan oleh anak-anak jalanan yang berlatar belakang
ekonomi lemah. Adapun karakteristiknya (telah dijelaskan sebelumnya) di
antaranya cenderung bebas untuk berekspresi dan berkegiatan, tidak
menginginkan aturan ketat, dan cenderung menyukai kegiatan di ruang
terbuka. Usia yang diwadahi adalah kelompok usia anak-anak hingga remaja
dalam kisaran 6 16 tahun. Atas dasar faktor-faktor tersebutlah luasan ruang
dan ketinggian bangunan disesuaikan secara terukur.
Tabel 3.1: Standar Ruang Gerak Kegiatan Indoor Usia 2-13 Tahun
Tabel 3.2: Standar Ruang Gerak Kegiatan Outdoor Usia 2-13 Tahun
84
Tabel 3.3: Standar Ruang Gerak Orang Dewasa
85
Koordinator
Lab
3 Ruang Guru 60 250 1 250 SD, SMP
Ruang Kepala SD
4 Sekolah Dan 3 15 1 15
Wakasek
Ruang Kepala SMP
5 Sekolah Dan 5 25 1 25
Wakasek
Fungsi Penunjang
Kantin +
1 100 300 1 300 SD, SMP
Dapur Umum
Unit Kesehatan
2 10 50 1 50 SD, SMP
Sekolah
3 Ruang Ibadah 200 400 1 400 SD, SMP
Ruang
5 300 600 1 600 SD, SMP
Serbaguna/Hall
JUMLAH LUASAN 1350
Fungsi Pelayanan/Servis
1 Area Parkir 2000 1 2000
2 Gudang 10 1 10
3 Ruang Tamu 5 8 1 8
4 Ruang Tunggu 5 8 1 8
Ruang
5 5 2 10
Kebersihan
6 Pos Keamanan 2 2 2 4
7 Pantry 5 2 10
8 Toilet Guru 10 15 4 60 SD, SMP
9 Toilet Siswa 10 15 4 60 SD, SMP
86
JUMLAH LUASAN 2170
Ruang Terbuka
1 Ruang Kreasi 250 300 1 300 SD, SMP
Arena
2 300 3000 1 3000 SD, SMP
Outbound
Taman
3 300 1 300 SD, SMP
Terbuka
Camping
4 500 1 500 SD, SMP
Ground
5 Ladang 250 1 250 SD, SMP
JUMLAH LUASAN 4350
Sumber: Analisa Penulis, 2013
87
3.5 Kerangka Berpikir Konsep
Secara skematik, seluruh karakteristik yang telah disebutkan di atas dapat
digambarkan sebagai berikut:
88