You are on page 1of 13

BAB III

PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN


3.1 Pendekatan Karakter Pengguna
Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, secara umum anak jalanan
merupakan bagian dari salah satu kaum marjinal golongan ekonomi lemah. Karena
perbedaan karakter dan kebiasaan hidupnya, anak jalanan memiliki klasifikasi
tersendiri dalam kalangan kaum marjinal. Sifat, perilaku dan karakter anak jalanan
tidak bisa disamaratakan dengan anak pada umumnya. Sesuai dengan sebutannya,
anak jalanan merupakan kalangan anak-anak yang kesehariannya menghabiskan
waktu di jalanan. Dalam konteks hukum, pengertian anak adalah sebagai berikut:
Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum
pernah kawin 42
Atas dasar sifat dan karakternya, anak jalanan perlu perhatian tersendiri dan
intensitas yang lebih dibandingkan anak seusianya meskipun pada dasarnya mereka
normal dan sehat. Yang membuat mereka berbeda adalah kebiasaan dan didikan
dunia jalanan sehingga menumbuhkan karakter tersendiri dalam diri anak jalanan.
Secara sederhana, karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menghabiskan waktu di jalanan
b. Terbiasa dengan alam terbuka
c. Keinginan bebas yang tidak terbatas
d. Cenderung liar dan sesuai keinginan hati
e. Berkemauan keras dan tidak dapat dihalangi
f. Berkata kurang sopan
g. Tidak ada strata sosial
h. Menganut sistem sama rata kecuali pemimpinnya
i. Tidak menginginkan peraturan yang ketat
j. Lebih menyukai aturan yang longgar atau bahkan tidak sama sekali
k. Tidak menyukai beban tugas sekolah (konteks pendidikan)
l. Cenderung ingin instan tanpa proses yang rumit (konteks pendidikan)
m. Lebih mudah berkelompok sesuai kedekatannya
n. Solidaritas sangat tinggi
42
menurut UU No. 4 Tahun 1979, Pasal 1 Ayat 2

76
o. Terpinggirkan dengan membentuk struktur sosial sendiri
p. Kreatif dan emosional terasah
q. Rendahnya kualitas intelegensia

3.2 Pendekatan Prinsip Sekolah Alam


Sekolah alam merupakan sekolah alternatif bagi masyarakat dalam memilih
sekolah dengan konsep pendidikan yang berbeda. Sekolah alam dalam konteks
Indonesia hadir atas gagasan Lendo Novo yang kemudian mendirikan Sekolah Alam
Ciganjur (kini Sekolah Alam Indonesia) yang terinspirasi dari pendidikan Nabi
Muhammad Shallahu Alaihi Wassallam. Dalam perkembangannya sekolah alam
menjadi sekolah alternatif berbasis keagamaan maupun non keagamaan. Kebanyakan
di Indonesia, sekolah alam berbasis pada keagamaan dan menjadi Islam Terpadu
baik disematkan pada nama sekolah maupun tidak. Sejauh ini Green School menjadi
sekolah alam percontohan yang berbasis non keagamaan.
Sekolah alam memiliki prinsip-prinsip tersendiri yang membuatnya berbeda
dengan sekolah konvensional pada umumnya. Sejak kemunculannya, sekolah alam
menjadi sangat diminati karena keunikannya. Adapun karakteristik dari sekolah alam
adalah sebagai berikut:
a. Mengutamakan pemahaman dengan media alam semesta
b. Fun active learning
c. Keteladanan bersama (akhlak)
d. Integrasi pengetahuan dan kenyataan
e. Proses belajar aplikatif, edukatif, dan rekreatif
f. Metode belajar spider web (keterkaitan ilmu)
g. Dynamic group
h. Memiliki kegiatan outbound, jelajah alam, dan tafakur alam
i. Seluruh lingkungan sekolah dapat menjadi media belajar dan bermain
j. Peraturan lebih longgar dibandingkan sekolah umum
k. Mengasah kemampuan softskill, leadership, minat, dan bakat
l. Berlokasi di daerah pinggiran kota, jauh dari keramaian dan alami (konteks
arsitektur)
m. Konfigurasi massa bangunan yang non formal (konteks arsitektur)
n. Menggunakan material alam (konteks arsitektur)
o. Bentukan bangunan terkadang organik (konteks arsitektur)

77
p. Menyesuaikan kontur alam/kontekstual (konteks arsitektur)
q. Terdiri atas ruang-ruang semi tertutup (konteks arsitektur)
r. Resource sharing (konteks arsitektur)
s. Flexible class (konteks arsitektur)

Skema 3.1: Landasan Utama Kurikulum Sekolah Alam


Sumber: http://www.sekolahalamindonesia.org/konsep-pendidikan/kurikulum/; diakses pada 20
Oktober 2013 pukul 23:35 WIB

Skema 3.2: Kurikulum Sekolah Alam Lampung; spider web


Sumber: sekolahalamlampung.weebly.com/kurikulum-sal.html; diakses pada 20 Oktober
2013 pukul 13:32 WIB

78
Kurikulum dalam sekolah alam relatif berbeda dengan kurikulum sekolah
konvensional namun masih memiliki kemiripan. Dalam kurikulum sekolah alam
ditambah muatan kepribadian akhlak dan leadership. Seperti pada gambar,
kurikulum sekolah terdiri atas pengetahuan sains, kebahasaan, ilmu sosial,
keagamaan, pendidikan jasmani (outbound dan kegiatan alam), teknologi, dan seni.
Dalam penyajiannya, kurikulum ini dilaksanakan melalui metode pembelajaran
spider web dan bersifat tematik. Kurikulum sekolah alam inilah yang menjadi acuan
bagi kebutuhan ruang sekolah alam yang didesain.

3.3 Pendekatan Edukasi Rekreatif


Edukasi rekreatif merupakan pendekatan yang digunakan secara umum oleh
sekolah alam. Nilai edukasi merupakan nilai yang mendidik sedangkan nilai yang
terkandung dalam rekreatif adalah nilai yang menghibur, menyikapi ilmu
pengetahuan dari sisi yang mengasyikkan, dan suasana santai. Namun, prinsip
edukasi rekreatif saat ini hanya digunakan oleh Taman Kanak-kanak dan Sekolah
Dasar tingkat awal (kelas 1-2). Prinsip edukasi rekreatif bukan berarti kemasan
keilmuan yang kekanak-kanakan melainkan kondisi yang menyenangkan, untuk
dapat memahami suatu ilmu pengetahuan.
Adapun prinsip-prinsip edukasi rekreatif adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan bersifat aplikatif
b. Dikemas dalam fun games
c. Tidak berifat teoritis textbook
d. Bebas berekspresi
e. Mengasah minat dan bakat individu
f. Suasana menyenangkan
g. Dinamis dan aktif
h. Tidak mendasarkan pada tuntutan kompetensi baku
i. Mengacu pada standar kompetensi lebih objektif dan hasil subjektif per individu
j. Mengutamakan proses bukan hasil akhir
k. Menggunakan media tak terbatas
l. Berada dalam ruang dan suasana yang menyenangkan

79
3.4 Pendekatan Arsitektural
3.4.1 Pendekatan Umum
Berdasarkan karakteristik pelaku dan prinsip yang ada, sejatinya sekolah alam
khusus anak jalanan memiliki wujud arsitektural sebagai berikut:
a. Berlokasi di daerah tepian kota
Lokasi ini dianggap tepat untuk sejenak merehatkan para peserta didik dari
riuhnya jalanan. Kondisi daerah tepian kota atau agak jauh dari keramaian kota
pada umumnya masih asri dan berupa pedesaan namun masih mudah dijangkau
oleh peserta didik. Pada umumnya, mereka yang berasal dari kategori children
on the street atau on the street memiliki rumah tinggal di pinggiran atau
pedesaan (dunia jalanan hanya sebagai tempat mencari nafkah). Beberapa daerah
di Indonesia, kasus anak jalanan tidak hanya ditemui di perkotaan, adapula
ditemukan anak jalanan di pusat kota/keramaian sebuah kecamatan atau
pedesaan.
b. Konfigurasi massa sederhana namun dinamis
Konfigurasi dinamis dirasa paling cocok untuk sekolah alam karena
mengekspresikan sekolah yang mengusung konsep edukasi rekreatif. Sekolah
dan lingkungannya memungkinkan sebagai media dan objek belajar. Peraturan
sekolah alam pun berbeda dengan sekolah konvensional, cenderung lebih
longgar. Peraturan yang diciptakan dalam sekolah alam menggunakan keluhuran
akhlak dan kemampuan pemahaman. Atas dasar kebebasan belajar dan aturan
tersebut, konfigurasi massa yang tidak tunggal dan formal sangat cocok
diterapkan.
c. Menggunakan material alam
Sekolah alam tidak hanya menyajikan alam dan lingkungan yang kondusif untuk
belajar tetapi juga mencitrakan bangunan sekolah yang kontekstual dengan
lokasi topografinya. Penggunaan material alam sebaiknya memanfaatkan
material yang banyak terdapat di lokasi sehingga mengusung ramah lingkungan.
Jika dimaknai lebih dalam dari konsep sekolah alam, sekolah tidak hanya
memfasilitasi peserta didiknya untuk menggunakan alam sebagai media belajar
tetapi juga mengajarkan untuk ramah lingkungan, hidup lebih hijau, sehat, dan
bersih. Green school menjadi percontohan sekolah yang mengusung green living
dan green education.

80
d. Bentukan massa yang atraktif
Bentukan massa sekolah konvensional dinilai telah menjenuhkan semangat
belajar anak-anak. Massa yang atraktif dapat menarik perhatian peserta didik
karena selain atraktif secara visual juga dapat atraktif secara fungsional. Peserta
didik dapat memanfaatkan setiap sudut bangunan sebagai kegiatan dan media
belajar.
e. Konfigurasi ruang yang memungkinkan resource sharing
Ruang-ruang yang ada di sekolah dibuat seinteraktif mungkin. Seluruh ruang
bersifat fleksibel dan dapat digunakan secara efisien. Setiap ruangan
memungkinkan komunikasi antar pengguna. Ruang-ruang yang bersifat privat
dapat dipisahkan oleh ruang publik dan zonasi yang tertata.
f. Ruang-ruang semi terbuka/semi tertutup
Ruangan dapat didesain semi terbuka terutama untuk ruang publik dan semi
private. Untuk ruang yang memiliki privasi tingkat tinggi tetap dapat didesain
dengan kondisi ruang tertutup. Ruang semi terbuka dimaksudkan agar terjadi
interaksi optimal dan memungkinkan memasukkan nuansa alam ke dalam
ruangan. Ruangan yang dapat diperlakukan secara semi terbuka adalah ruang
kelas, ruang guru, ruang baca, kantin, dan sejenisnya.
g. Lingkungan yang kondusif dan rekreatif
Tidak hanya bangunan yang dibuat semenarik mungkin tetapi juga
lingkungannya. Ruang-ruang terbuka dan alami sangat diperlukan dalam sekolah
alam. Dalam lingkungan tersebutlah peserta didik mengembangkan minat dan
bakat secara ekspresif. Seluruh komponen alam yang ada dapat dijadikan media
bermain dan belajar secara menyenangkan.
h. Fasilitas yang bersinergi
Sebagaimana sekolah pada umumnya, fasilitas pendukung pe,mbelajaran juga
harus disediakan. Sekolah alam identik dengan kegiatan outdoor yang cukup
dominan. Bahkan terkadang kegiatan indoor pun disinergikan dengan outdoor.
Untuk itulah, fasilitas yang disediakan dalam sekolah alam harus mendukung
seluruh kegiatan pembelajaran. Fasilitas yang dimaksud dapat berupa fasilitas
outbound, berkebun, berkemah (camp), ruang terbuka hijau, alam terbuka, ruang
ekspresi, dan fasilitas olahraga.

81
3.4.2 Pendekatan Ruang
3.4.2.1 Kebutuhan Ruang
Secara umum berdasarkan karakter fungsi, ruang dalam arsitektur
terbagi atas ruang publik dan privat. Ruang yang bersifat diantara keduanya
dapat dikategorikan sebagai ruang semipublik atau semi privat.
1. Ruang Publik
Berdasarkan karakternya, ruang publik merupakan ruang yang
dapat diakses secara publik/umum. Setiap orang berhak mengakses
ruangan ini dengan mudah dan diposisikan pada bagian terdepan dari
fungsi-fungsi ruang lain. Ruang yang termasuk dalam kategori ini adalah
entrance, ruang tunggu, ruang tamu, ruang terbuka, area parkir, toilet dan
ruang serbaguna.
2. Ruang Semi Publik
Berdasarkan karakternya, ruang semipublik merupakan ruang
yang dapat diakses secara publik/umum namun lebih terbatas. Setiap
orang dapat mengakses ruangan ini dengan mudah dan persyaratan
tertentu atau kepentingan tertentu. Ruang yang termasuk kategori ini
adalah ruang kelas, ruang administrasi, ruang kreasi, UKS, dan
perpustakaan.
3. Ruang Privat
Berdasarkan karakternya, ruang privat merupakan ruang yang
dapat diakses sangat terbatas. Setiap orang tidak dapat mengakses secara
sembarangan. Biasanya ruang ini hanya dapat diakses oleh orang-orang
tertentu yang menempati sebuah ruangan dan fungsi tertentu yang sangat
penting. Ruang jenis ini diletakkan di lokasi yang tidak dapat diakses
oleh publik. Ruang yang termasuk kategori ini adalah ruang guru, ruang
kepala sekolah, dan ruang keamanan.

Secara garis besar, ruangan yang diperlukan pada sekolah alam anak
jalanan ini dikelompokkan ke dalam lima jenis, yakni:
1. Kegiatan Belajar Mengajar
Merupakan ruang-ruang yang memfasilitasi kegiatan akademik
terutama belajar mengajar dan praktek yang dilakukan dalam ruangan.

82
Ruang yang termasuk kategori ini contohnya: ruang kelas, laboratorium,
perpustakaan, dan workshop internal.
2. Fungsi Administrasi dan Pengelola
Merupakan ruang yang mewadahi fungsi administrasi dan
pengelolaan pendidikan. Ruang-ruang ini bersifat cenderung semi publik
hingga privat. Contohnya: ruang guru, staf Tata Usaha, kepala sekolah,
pengelola lab, dan pengurus/penjaga sekolah.
3. Fungsi Penunjang
Merupakan ruang-ruang yang berfungsi mewadahi aktivitas
penunjang akademik terkait. Ruang-ruang yang termasuk ke dalam
kategori ini adalah kantin, UKS, ruang ibadah, dan hall/ruang serbaguna
4. Fungsi Pelayanan/Servis
Merupakan ruang-ruang yang berfungsi untuk pelayanan. Ruang-
ruang yang termasuk kategori ini adalah parkir, ruang tamu, ruang
tunggu, pantry, pos jaga, dan toilet.
5. Ruang Terbuka
Merupakan ruang terbuka dan bebas yang dapat digunakan
berbagai aktivitas terkait belajar di luar ruangan. Ruang terbuka ini
menjadi salah satu ruang terpenting bagi sekolah alam karena
kebanyakan aktivitas yang dilakukan berupa belajar di alam terbuka,
alam sebagai media pembelajaran warga sekolah. setiap peserta didik
bebas bermain dan belajar di ruang ini. Contohnya: ruang kreasi, ruang
outbound, taman, camping ground, dan ladang.

3.4.2.2 Besaran Ruang


Besaran ruang yang ada di sebuah sekolah alam perlu memerhatikan
beberapa hal, yakni kegiatan yang diwadahi, jumlah pengguna yang dapat
ditampung, dan karakter pengguna yang beraktivitas di dalamnya.
Berdasarkan kegiatannya, sekolah alam ini menyelenggarakan kegiatan
akademik dan non akademik, kegiatan internal dan eksternal, dan seluruh
aktivitas yang berkaitan langsung dengan alam. Berdasarkan jumlah
penggunanya, sekolah alam ini mengakomodasi jenjang Sekolah Dasar (SD)
dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terdiri atas 6 kelas SD dan 3
kelas SMP. Estimasi idealnya setiap kelas mewadahi sebanyak 25 peserta

83
didik. Peserta didik ini menjadi poin utama dan acuan dalam menentukan
besaran ruang karena jumlahnya yang besar dan didasarkan pada frekuensi
penggunaan ruang-ruang yang ada di sekolah. Berdasarkan jenis pelakunya,
sekolah alam ini digunakan oleh anak-anak jalanan yang berlatar belakang
ekonomi lemah. Adapun karakteristiknya (telah dijelaskan sebelumnya) di
antaranya cenderung bebas untuk berekspresi dan berkegiatan, tidak
menginginkan aturan ketat, dan cenderung menyukai kegiatan di ruang
terbuka. Usia yang diwadahi adalah kelompok usia anak-anak hingga remaja
dalam kisaran 6 16 tahun. Atas dasar faktor-faktor tersebutlah luasan ruang
dan ketinggian bangunan disesuaikan secara terukur.
Tabel 3.1: Standar Ruang Gerak Kegiatan Indoor Usia 2-13 Tahun

Sumber: Osmond, 1987, Creating Architectural Theory

Tabel 3.2: Standar Ruang Gerak Kegiatan Outdoor Usia 2-13 Tahun

Sumber: Osmond, 1987, Creating Architectural Theory

84
Tabel 3.3: Standar Ruang Gerak Orang Dewasa

Sumber: Neufert, Jilid I, Data Arsitek

3.4.2.3 Program Ruang


Berdasarkan kebutuhan ruang, kurikulum yang digunakan, jumlah dan
karakter pengguna, dan pendekatan edukasi rekreatif, program ruang yang
disusun adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4: Program Ruang

NAMA KAPASITAS LUAS TOTAL


NO JUMLAH JENJANG
RUANG (orang) (m2) (m2)

Kegiatan Belajar Mengajar

1 Ruang Kelas 25 75 9 675 SD, SMP


Laboratorium SD, SMP
2 25 80 4 320
Sains
Laboratorium SD, SMP
3 25 80 2 160
Teknologi
Workshop SD, SMP
4 40 100 1 100
Internal
Perpustakaan + SD, SMP
5 100 250 1 250
Ruang baca
JUMLAH LUASAN 1505
Administrasi & Pengelola
Ruang Tata SD, SMP
1 10 20 1 20
Usaha
2 Ruang 2 8 4 32 SD, SMP

85
Koordinator
Lab
3 Ruang Guru 60 250 1 250 SD, SMP
Ruang Kepala SD
4 Sekolah Dan 3 15 1 15
Wakasek
Ruang Kepala SMP
5 Sekolah Dan 5 25 1 25
Wakasek

6 Ruang Penjaga 4 4 1 4 SD, SMP

JUMLAH LUASAN 346

Fungsi Penunjang
Kantin +
1 100 300 1 300 SD, SMP
Dapur Umum
Unit Kesehatan
2 10 50 1 50 SD, SMP
Sekolah
3 Ruang Ibadah 200 400 1 400 SD, SMP
Ruang
5 300 600 1 600 SD, SMP
Serbaguna/Hall
JUMLAH LUASAN 1350
Fungsi Pelayanan/Servis
1 Area Parkir 2000 1 2000
2 Gudang 10 1 10
3 Ruang Tamu 5 8 1 8
4 Ruang Tunggu 5 8 1 8
Ruang
5 5 2 10
Kebersihan
6 Pos Keamanan 2 2 2 4
7 Pantry 5 2 10
8 Toilet Guru 10 15 4 60 SD, SMP
9 Toilet Siswa 10 15 4 60 SD, SMP

86
JUMLAH LUASAN 2170
Ruang Terbuka
1 Ruang Kreasi 250 300 1 300 SD, SMP
Arena
2 300 3000 1 3000 SD, SMP
Outbound
Taman
3 300 1 300 SD, SMP
Terbuka
Camping
4 500 1 500 SD, SMP
Ground
5 Ladang 250 1 250 SD, SMP
JUMLAH LUASAN 4350
Sumber: Analisa Penulis, 2013

Berikut adalah rekapitulasi kebutuhan ruang yang dibutuhkan:


Tabel 3.5: Rekapiltulasi Luasan
LUAS TOTAL
NO RUANG
(m2)

1 Ruang KBM 1505


2 Administrasi dan Pengelola 346

3 Fungsi Penunjang 1350


4 Fungsi Pelayanan/Servis 2170

5 Ruang Terbuka 4350


6 Estimasi Sirkulasi 20% 1944,2

LUAS TOTAL 11665,2


Sumber: Analisa Penulis, 2013

87
3.5 Kerangka Berpikir Konsep
Secara skematik, seluruh karakteristik yang telah disebutkan di atas dapat
digambarkan sebagai berikut:

Tanpa beban tugas sekolah

Skema 3.3: Kerangka Konsep


Sumber: Analisa Penulis, 2013

88

You might also like