Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Kondisi lingkungan tambak terkait erat dengan kualitas air tambak yang tercermin
dari beberapa parameter. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah
merancang sebuah simulasi tentang sistem pengontrolan kualitas air tambak dalam
sebuah modul kontrol. Dalam hal ini, hanya diambil empat sifat yang berpengaruh
besar terhadap kualitas air tambak, yaitu: salinitas, kandungan oksigen (dissolved
oxygen atau DO), temperatur, dan pH.
Hasil simulasi model tambak pada komputer menunjukkan bahwa pengontrol
berdasarkan logika fuzzy dapat mengendalikan temperatur air tambak di sekitar 28C
dalam waktu sekitar 34 jam. Sedangkan pengontrol berdasarkan metode on-off
dapat mengendalikan salinitas air tambak di daerah 22 ppt 28 ppt. Jika nilai
salinitas dan temperatur dapat dikontrol, maka secara tidak langsung nilai DO juga
terkontrol, namun tidak dengan pH. Modul kontrol yang diperoleh dari perangkat
lunak ini dapat digunakan untuk memberikan pemahaman wawasan perbaikan teknik
budidaya udang.
Hasil simulasi model tambak pada miniplant menunjukkan bahwa pengendali on-off
dengan menggunakan pompa sebagai aktuator terbukti dapat menjaga nilai salinitas
pada daerah 10 35 ppt dalam waktu sekitar 1 menit. Sedangkan pengendali fuzzy
dengan menggunakan kincir air sebagai aktuator terbukti dapat menjaga temperatur
di sekitar 28C. Akibat sulitnya aktuator, parameter pH dikendalikan secara manual
sehingga membutuhkan monitoring pH yang handal. Modul kontrol yang diperoleh
dari perangkat keras ini dapat digunakan untuk memberikan pemahaman teknis
tentang perbaikan budidaya udang.
Kata kunci: kualitas air tambak, fuzzy logic controller, on-off controller
1. Pendahuluan
70
mengendalikan DO dan temperatur yang juga merupakan parameter kondisi air yang
sangat vital dibutuhkan oleh udang.
Makalah ini memaparkan hasil penelitian tentang perancangan sebuah
simulator sistem pengontrolan kualitas air tambak dalam sebuah modul kontrol.
Dalam hal ini, hanya diambil empat sifat yang berpengaruh besar terhadap kualitas
air tambak, yaitu: salinitas, kandungan oksigen, temperatur, dan pH. Hal ini
disebabkan karena parameter tersebut cenderung untuk sering berubah dan
mempunyai dampak merugikan yang signifikan pada sistem jika diijinkan beroperasi
di luar nilai yang diijinkan. Sedangkan parameter lainnya berubah secara perlahan
dan cenderung tetap nilainya jika laju aliran air yang masuk dijaga tetap.
Permasalahan utama dalam melakukan simulasi adalah membuat model
matematika dari sistem yang ditinjau. Selanjutnya, dengan model yang ada maka
simulasi dinamik dari kualitas air tambak dapat dilakukan. Secara simulasi,
pengontrolan terhadap model plant tambak dengan mengacu pada keempat
parameter yang ditinjau (salinitas, kandungan oksigen, temperatur, dan pH) dapat
dilihat dampaknya. Karena latar belakang petani tambak tidak berasal dari bidang
rekayasa yang membutuhkan pemahaman matematika dan pemrograman yang kuat,
maka algoritma kontrol yang digunakan adalah kontrol logika fuzzy dan on-off,
dimana penyusunan algoritma kontrol ini adalah dengan bahasa linguistik sederhana
yang dikuasai oleh para petani tambak. Selanjutnya metode kontrol ini diterapkan
pada sebuah miniplant yang merepresentasikan air tambak dengan menggunakan
mikrokontroller. Alasan menggunakan alat ini adalah karena harganya murah,
ukurannya kecil, dan dapat beroperasi pada kondisi lingkungan yang berat, sehingga
cocok untuk diterapkan pada plant tambak.
71
Model temperatur pada tambak dapat dibangun dengan dua cara, yaitu model
sederhana dan model lengkap (Gillot & Vanrolleghem, 2003). Kedua model
berbeda dari segi derajat kompleksitas dan data masukan yang
dibutuhkan. Dari hasil perbandingan untuk kedua model tersebut, terlihat
bahwa keduanya menghasilkan nilai perkiraan temperatur yang hampir
sama pada musim di luar musim panas. Hanya saja model lengkap
memberikan data pertukaran energi secara lebih lengkap.
Pembuatan model kualitas air tambak ditujukan untuk simulasi sistem kontrol
yang dibuat pada tahap selanjutnya. Oleh karena itu, parameter kualitas air yang
dimodelkan adalah parameter kualitas air yang berhubungan langsung dengan
sistem kontrol, yaitu temperatur salinitas, pH dan DO. Persamaan yang
merepresentasikan parameter temperatur, salinitas, dan DO dalam model tambak
adalah sebagai berikut:
Model Temperatur
Temperatur air pada model dihitung berdasarkan pada kesetimbangan energi
untuk setiap lapisan. Dalam penelitian ini, model tambak didekati dengan satu
lapisan saja, dengan asumsi kondisi tambak tidak terbagi (stratified). Hal ini dengan
alasan bahwa sensor dan aktuator bekerja pada satu kondisi lingkungan (satu
lapisan), dan penekanan penelitian ini hanya pada algoritma kontrol untuk prototipe
tambak yang skalanya kecil. Untuk aplikasi riil, mungkin diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk peletakan sensor dan aktuator yang baik sehingga model tambak
dengan beberapa lapisan (stratified pond) diperlukan.
Dinamika temperatur air tambak dapat dituliskan sebagai berikut:
dT
=
H
=
in out
(1)
dt Az c Az c
Keterangan:
T adalah temperatur air tambak (C)
in adalah laju perpindahan energi yang masuk ke tambak (Watt)
out adalah laju perpindahan energi yang keluar tambak (Watt)
A adalah luas penampang tambak (m2)
z adalah kedalaman tambak (m)
adalah kerapatan air tambak (kg/m3)
c adalah panas spesifik air tambak (J/kgC)
Seperti yang telah dijelaskan pada bab II buku laporan ini, energi yang masuk
ke tambak adalah melalui panas matahari, reaksi biologi yang terjadi di dalam
tambak, dan daya aerator yang digunakan pada tambak. Pada penelitian ini, ketiga
sumber panas tersebut dipresentasikan oleh sebuah heater yang diletakkan pada
miniplant tambak. Selanjutnya laju perpindahan energi yang masuk ke tambak dapat
dituliskan sebagai berikut:
in = heater (2)
Keterangan:
heater adalah laju perpindahan energi dari heater sebagai akumulasi dari energi
panas yang masuk ke tambak.
Energi panas yang hilang dari tambak (dengan mengacu pada bab II) adalah
melalui konveksi/konduksi pada bagian sedimen tambak dan pertukaran panas
melalui antar-muka udara/cairan, seperti penggunaan aerator permukaan pada
tambak, sehingga laju perpindahan energi yang keluar dari tambak adalah:
out = A U i (T Ta ) + U w Ag (T Te ) (3)
72
dengan:
11,4NPaer
Ui = (4)
V
Keterangan:
Ui adalah koefisien panas (W/m2C)
Ta adalah temperatur lingkungan (C)
Uw adalah koefisien perpindahan panas keseluruhan (overall) untuk dinding/dasar
tambak (W/m2C)
Ag adalah luas dinding dan dasar tambak
Te adalah temperatur tanah (C)
N adalah jumlah aerator
Paer adalah daya aerator (W)
V adalah volume tambak (m3)
Model Salinitas
Perhitungan nilai salinitas pada tambak didasarkan pada hukum
kesetimbangan massa garam yang terjadi pada satu lapisan badan air tambak.
Dengan mengasumsikan nilai koefisien laju perubahan larutan ks adalah fungsi hujan
dan evaporasi, persamaan dinamika yang dapat digunakan untuk memodelkan nilai
salinitas air tambak adalah:
dS Qin S in Qout S
= + ksS (5)
dt Az
Keterangan:
S konsentrasi garam air tambak (kg/m3)
Qin laju aliran volume air payau yang masuk ke tambak (m3/s)
Sin konsentrasi garam air payau yang masuk ke tambak (kg/m3)
Qout laju aliran volume air tambak yang keluar (m3/s)
ks koefisien laju penurunan atau penambahan larutan (1/s)
Model pH
Perhitungan nilai pH pada tambak didasarkan pada hukum kesetimbangan
konsentrasi [H+] yang terjadi pada satu lapisan badan air tambak. Dengan
mengasumsikan nilai koefisien laju perubahan ion hidrogen kpH adalah fungsi reaksi
kimia yang terjadi pada badan air tambak, persamaan dinamika yang dapat
digunakan untuk memodelkan nilai pH air tambak adalah:
d [ H + ] Qin [ H + ]in Qout [ H + ]
= k pH [ H + ]
dt Az (6)
+
pH = log [ H ]
Keterangan:
[H+] konsentrasi ion hidrogen air tambak (kg/m3)
Qin laju aliran volume air payau yang masuk ke tambak (m3/s)
[H+]in konsentrasi ion hidrogen yang masuk ke tambak (kg/m3)
Qout laju aliran volume air tambak yang keluar (m3/s)
kpH koefisien laju perubahan ion hidrogen akibat reaksi kimia (1/s)
Model DO
Perhitungan nilai DO menggunakan prinsip perpindahan massa oksigen yang
disebabkan karena aerator permukaan (kincir air), dan mengabaikan pengaruh
respirasi mahluk hidup yang ada di dalam tambak. Dinamika dari persamaan DO
adalah sebagai berikut:
73
dO
= K L a (Os O) (7)
dt
Keterangan:
O adalah konsentrasi oksigen dalam tambak (mg/l)
Os adalah konsentrasi jenuh oksigen dalam tambak (mg/l), merupakan fungsi dari
temperatur dan salinitas dengan menggunakan tabel 2.2.
KLa adalah koefisien perpindahan massa (oksigen) ( s1 ) secara keseluruhan yang
dipengaruhi oleh temperatur, berdasarkan persamaan vant Holff-Arrhenius berikut:
KLa(T) = KLa(20C) T- 20 (8)
bernilai 1.015 1.040, untuk aerator mekanik = 1.024
Sistem kontrol yang dibangun adalah untuk mengontrol nilai temperatur dan
salinitas. Nilai DO tidak dikontrol secara langsung sebagai akibat karena nilai DO
dipengaruhi oleh temperatur dan salinitas. Oleh karena itu, dengan menjaga nilai
temperatur maupun salinitas, diharapkan nilai DO akan terjaga. Nilai pH juga tidak
dikontrol secara langsung namun hanya dimonitor sebagai akibat sulitnya dipreoleh
aktuator yang sesuai dengan kebutuhan plant.
74
Algoritma kontrol yang dibangun untuk mengontrol temperatur adalah dengan
menggunakan fuzzy logic controller (FLC). Algoritma kontrol yang dibangun untuk
mengontrol salinitas adalah dengan menggunakan on-off controller. Penjelasan dari
kedua algoritma tersebut adalah sebagai berikut:
Pengontrolan Temperatur
Untuk pengontrolan nilai temperatur (dan juga DO), maka digunakan aerator
permukaan (kincir air) sebagai aktuator. Nilai normal temperatur dijaga pada range
26 30 C. Variabel input dan output bagi fuzzy logic controller (FLC) temperatur
adalah:
Input berupa nilai temperatur dalam derajat celcius, dengan 5 fungsi
kenggotaan yaitu: positif besar (PB), positif kecil (PK), nol (N), negatif kecil
(NK), dan negatif besar (NB).
75
Input Ouput
PB SC
PK C
N M
NK L
NB SL
Pengontrolan Salinitas
Pengontrolan salinitas menggunakan satu jenis aktuator, yaitu pompa air payau
yang masuk ke dalam tambak. Air payau yang masuk diasumsikan dari kolam
tandon (reservoir) dimana nilai salinitas dan pH yang masuk adalah sesuai dengan
baku mutu standar kualitas air tambak pada tabel 2.3, yaitu 7,8 8,5 untuk pH dan
10 35 ppt untuk salinitas. Untuk keperluan simulasi, maka diambil satu nilai untuk
setiap parameter kualitas air tandon yang masuk ke miniplant tambak, yaitu 8 untuk
pH dan 25 ppt untuk salinitas.
Algoritma kontrol yang digunakan untuk pengendalian salinitas adalah
algoritma kontrol on-off. Hal ini disebabkan karena kondisi salinitas diijinkan untuk
berfluktuasi namun tidak melebihi batas yang ditentukan, yaitu fluktuasi harian
salinitas tidak lebih dari 3 ppt. Sinyal kontrol akan menghidupkan pompa jika nilai
salinitas di atas 28 ppt atau di bawah 22 ppt, sehingga air dari tandon akan mengalir.
Sinyal kontrol akan mematikan pompa jika nilai salinitas berada pada range 28 22
ppt. Dengan demikian nilai salinitas air tambak dapat dijaga pada daerah yang
ditentukan, yaitu 22 ppt 28 ppt.
4. Pembuatan Miniplant
Komponen perangkat keras dari modul kontrol kualitas air tambak mengikuti
diagram blok pada gambar 3. Ukuran miniplant tambak adalah 0,5 m x 1,5 m x 1 m,
terbuat dari kayu yang dialasi dengan lembaran plastik untuk menghindari kebocoran.
Di dalam miniplant tambak dipasang sensor suhu, salinitas dan pH, serta kincir air.
Sedangkan pompa diletakkan pada bak air tandon.
LCD / Komputer
Driver Aerator
Mikrokontroler. Motor
Miniplant
Tambak
Driver Pompa
Mikrokontroler. Relay
LCD / Komputer
Sensor pH
Sensor
Salinitas
Sensor
Temperatur
76
Gambar 3. Diagram blok sistem kontrol kualitas air miniplant tambak
Sensor Temperatur
Sensor suhu yang digunakan yaitu LM 35 yang memiliki 3 buah kaki dan
bekerja pada suhu +2oC s/d +150oC. Inputan yang dibutuhkan agar komponen ini
dapat bekerja adalah sebesar 5 VDC. Outputan yang dikeluarkan oleh IC ini sebesar
10 mVDC setiap oC-nya.
LM 35 memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut: dikalibrasi langsung dalam
celcius; memiliki faktor skala linear +10.0 mV/C; memiliki ketepatan 0,5C pada
suhu + 25C; jangkauan maksimal suhu antara -55 sampai +150C; cocok untuk
aplikasi jarak jauh; harga yang cukup murah; bekerja pada tegangan catu 4 sampai
30 Volt; memiliki arus drain kurang dari 60 uA; pemanasan sendiri yang lambat (low
self heating), 0,08C di udara diam; ketidaklinearan hanya sekitar 1-4C; dan
memiliki impedansi keluaran yang kecil 0,1 W untuk beban 1 mA.
Sensor Salinitas
Pada penelitian ini, sensor salinitas dibuat dengan mengasumsikan bahwa
kandungan garam terlarut pada miniplant tambak adalah NaCl. Prinsip yang
digunakan untuk mendeteksi kandungan garam NaCl tersebut adalah prinsip
kapasitor keping sejajar.
Kapasitansi elektrik di antara dua konduktor yang terpisah oleh jarak tertentu (d)
merupakan sifat penting dalam instrumen ini. Besarnya kapasitansi yang dimiliki oleh
dua konduktor dapat dinyatakan dalam hubungan sebagai berikut :
(9)
dengan:
C : Kapasitansi
: Permeabilitas listrik
K : Konstanta dielektrik
A : Luasan
D : Jarak kedua konduktor
Variabel yang digunakan untuk mendeteksi kandungan NaCl pada persamaan
9 di atas adalah permeabilitas listrik bahan dielektrik. Dalam hal ini, larutan NaCl
dianggap sebagai bahan dieletrik yang disisipkan di antara dua keping plat sejajar.
Semakin banyak kandungan NaCl di antara dua plat tersebut, maka semakin besar
77
pula permeabilitas listrik yang diberikan sehingga akan semakin bersar pula
kapasitansi listrik yang dihasilkan.
Sensor pH
Sensor pH yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan suatu teknik
electrode differential dimana terdapat dua gelas kaca elektroda pengukuran. Satu
electroda digunakan sebagai elektroda pengukuran, dan yang lain digunakan
sebagai elektroda acuan. Tegangan keluaran yang dihasilkan sensor ini dan
digunakan sebagai inputan pengukuran adalah perbedaan tegangan antara
elektroda pengukuran dengan elektroda acuan.
Tegangan keluaran yang dihasilkan oleh elektroda pengukuran tergantung dari
aktivitas ion hidrogen dalam suatu larutan. Ketika suatu larutan bersifat asam,
tegangan keluaran bersifat negatif. Sebaliknya jika suatu larutan bersifat basa,
tegangan keluaran bersifat positif. Pada suatu elektroda yang sempurna, saat pH = 7
tegangan keluaran adalah 0 mV.
78
Relay adalah peralatan yang menggunakan elektromagnet dalam memberikan
gaya untuk membuka atau menutup switch. Dengan kata lain, relay merupakan
suatu switch yang menggunakan tenaga elektris. Suatu switch atau relay pada saat
keadaan tidak fiktif memiliki dua kondisi yaitu NO (Normally Open) dan NC (Normally
Close). Dalam pemilihan suatu relay yang harus diperhatikan adalah kapasitas
arusnya. Relay merupakan piranti control yang dapat berguna untuk menutup dan
membuka kontak. Relay mekanis digunakan untuk menyambung atau memutuskan
beban elektris. Proses swithing ini dikontrol oleh rangkaian elektrik. Relay magnetic
sering digunakan untuk mengontrol relay yang lain atau beban dengan daya yang
kecil. Dalam penelitian ini, relay digunakan untuk mengatur kerja pompa pada
kondisi on dan off.
Mikrokontroler ATMega
Sebagai pengendali utama dari sistem kontrol kualitas air miniplant tambak
maka digunakan rangkaian minimum sistem mikrokontroler ATMega 8535 dan 16.
Alat ini digunakan untuk mengolah data yang berasal dari sensor untuk kemudian
ditampilkan ke LCD atau komputer melalui komunikasi serial. Selain itu, alat ini juga
digunakan untuk mengatur motor DC melalui driver motor DC, serta mengatur
pompa melalui driver relay.
Pemograman mikrokontroler menggunakan software CodeVision C Compiler
yang merupakan pemrogaman sekaligus compiler pada ATMega 8535/16 dan
dijalankan secara serial pada operating system windows. Langkah pertama adalah
membuat listing program C terlebih dahulu pada CodeVision yang langsung dapat di-
compile pada aplikasi tersebut. Jika kesalahan yang ada (error) sama dengan nol
(tidak ada kesalahan pada penulisan Listing Program), maka selanjutnya dilakukan
pengisian (download program) ke IC Mikro ATMega 8535/16.
Pada proses pengisian, digunakan Program Atmel Mikrokontroler ISP Program yang
dijalankan pada Operating System Windows. Pertama kali pada proses pengisian
harus dilakukan pemeriksaan terhadap IC ATMega 8535/16 baik itu komunikasinya
ataupun keberadaannya. Pada pengisian diperlukan suatu kabel download yang
memiliki IC 74LS541 dan digunakan sebagai buffer data dari komputer menuju ke IC
mikrokontroller yang digunakan.
Program mikrokontroller ATMega 8535 berisi syntax tentang pembacaan
sensor temperatur dan perhitungan nilai DO, serta pengaturan motor DC penggerak
kincir air. Persamaan yang digunakan untuk menghitung DO berdasarkan nilai
temperatur dan salinitas adalah menggunakan Hukum Weiss:
ln( C ) = -139.34 + (1.5757 x 105/T) - (6.6432 x 107/T) + (1.2438 x 1010/T)
(8.6219 x 1011/T) - S [1.7674 x 10-2 - (10.754/T) + (2.1407 x 103/T)]
(10)
LCD (Liquid Crystal Display)
Pada suatu sistem umumnya memerlukan suatu elemen akhir yang berupa
tampilan. Salah satu jenis tampilan adalah LCD (Liquid Crystal Display), yaitu
merupakan sejenis crystal yang akan berpendar jika diberi tegangan tertentu,
sehingga perpendaran tersebut dapat diatur untuk membentuk angka, huruf dan
karakter lain sebagainya. LCD yang digunakan dalam penelitian ini adalah LCD
dengan dua baris dan enambelas karakter tiap barisnya yang biasa disebut dengan
LCD 2 x 16. Sehingga dapat menampilkan dua data ukur alat.
LCD memiliki memori internal yang berisi definisi karakter sesuai dengan
standar ASCII (CGROM Character Generator ROM) dan memori sementara (RAM)
yang bisa digunakan bila memerlukan karakter khusus (berkapasitas 8 karakter).
RAM ini juga berfungsi untuk menyimpan karakter yang ingin ditampilkan di LCD.
79
Simulasi model kualitas air tambak dilakukan dengan menggunakan toolbox
SIMULINK yang terdapat pada software MATLAB 6.5. Parameter model yang
digunakan dalam simulasi ini ditunjukkan pada tabel 3. Syarat simulasi dapat
berlangsung dengan stabil, terutama untuk perhitungan nilai DO adalah
menggunakan step size 1, runge kutta.
Hasil simulasi model open loop (tanpa pengontrol) ditunjukkan pada gambar 4
hingga 7. Sedangkan hasil simulasi model closed loop (dengan pengontrol)
ditunjukkan pada gambar 8 hingga 11.
Respon temperatur tambak pada saat kincir air dan pompa air tandon tidak
digunakan dapat dilihat pada gambar 1. Nilai temperatur mula-mula air tambak
adalah 28 C. Sebagai akibat masuknya panas dari luar sebesar 50 kW,
menyebabkan temperatur air tambak naik menjadi 32,434C dalam waktu sekitar 4,4
jam. Jika fluks panas yang masuk ke badan air tambak lebih besar dari 50 kW,
sebagai contoh akibat pancaran sinar matahari yang sangat panas, maka temperatur
air tambak dapat mencapai nilai di atas 32 C. Tentu saja hal ini tidak diinginkan
karena dapat menyebabkan kematian pada udang karena kriteria suhu air pada saat
pemeliharaan adalah 27 32 C.
80
Gambar 4. Respon temperatur tambak tanpa kincir air dan pompa
Respon nilai pH badan air tambak pada saat pompa air tandon tidak digunakan
dapat dilihat pada gambar 5. Nilai pH mula-mula air tambak adalah 8. Sebagai akibat
penurunan konsentrasi [H+] sebesar 10-51/s, menyebabkan pH air tambak naik
menjadi 8,56 dalam waktu 36 jam. Nilai pH ini di luar batas kriteria pH yang diijinkan,
yaitu 7,8 8,5.
Respon nilai salinitas badan air tambak pada saat pompa air tandon tidak
digunakan dapat dilihat pada gambar 6. Nilai salinitas mula-mula air tambak adalah
25 ppt. Sebagai akibat perubahan konsentrasi garam dengan laju sebesar 5.10-6 1/s,
menyebabkan salinitas air tambak naik menjadi 38,5 ppt dalam waktu 24 jam. Nilai
salinitas ini di luar batas kriteria salinitas air tambak yang diijinkan, yaitu 10 35 ppt.
Respon nilai DO air tambak pada saat pompa dan kincir air tidak digunakan
dapat dilihat pada gambar 7. Nilai DO mula-mula air tambak adalah 7 ppm. Sebagai
akibar perubahan temperatur (akibat masuknya panas dari luar sebesar 50 kW) dan
kenaikan salinitas air tambak (dengan laju perubahan 5.10-6), nilai DO air tambak
juga akan mengalami perubahan menjadi 4 ppm dalam waktu 48 jam atau 2 hari.
Nilai DO ini berada di luar batas kriteria nilai DO yang diijinkan (minimum 4,5 pada
saat pemeliharaan).
Gambar 6. Respon salinitas air tambak tanpa pompa air tandon (reservoir).
81
Gambar 7. Respon nilai DO air tambak tanpa kincir air dan pompa
82
Gambar 9. Respon salinitas tambak dengan pompa air
Respon salinitas air tambak ketika digunakan pompa air ditunjukkan pada
gambar 9. Akibat kerja pompa air yang mengalirkan air dari tandon (reservoir) ke
tambak pemeliharaan udang dengan laju aliran 1000 m3/s, nilai salinitas tidak lagi
menjadi naik (lihat gambar 5) tetapi dijaga pada nilai yang tidak melebihi 28 ppt.
Pompa air mulai bekerja pada saat nilai salinitas untuk pertama kali sama dengan 28
ppt, yaitu pada waktu sekitar jam ke-6, dan akan mati ketika salinitas di bawah 28 ppt.
Dampak dari masuknya air tandon yang memiliki salinitas 25 ppt adalah penurunan
salinitas air tambak hingga mencapai sekitar 27,5 ppt. Penurunan tidak berlangsung
hingga salinitas 25 ppt. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan salinitas air
tambak dengan laju 5.10-6 1/s sehingga salinitas kembali naik namun tidak melebihi
28 ppt sebagai akibat pompa air bekerja kembali. Peristiwa ini berulang sehingga
menyebabkan nilai salinitas berosilasi di sekitar 27,5 ppt 28 ppt, dan masih sesuai
dengan kriteria perubahan salinitas yang diijinkan dalam 1 hari yaitu 3 ppt. Osilasi
yang terjadi juga disebabkan karena secara simulasi volume air tandon yang masuk
ke tambak adalah tiba-tiba (dalam satu waktu) sebesar 1000 m3/s. Dalam kondisi
nyata, hal ini tidak mungkin terjadi. Osilasi dapat diperkecil tetapi tidak dapat
dihilangkan bila laju aliran air tandon diperkecil.
Pada gambar 9 juga menampilkan hasil uji beban berupa perubahan koefisien
laju perubahan salinitas, dari 5.10-6 1/s menjadi -5.10-6 1/s pada jam ke 13,9. Akibat
perubahan ini, salinitas air tambak turun namun tidak melebihi di bawah 22 ppt. On-
off controller mempertahankan nilai salinitas air tambak pada daerah 22 ppt 28 ppt,
sehingga tetap sesuai dengan kriteria yang diijinkan.
83
Gambar 10 Respon pH tambak dengan pompa air
Gambar 10 memperlihatkan respon pH tambak ketika pompa air digunakan
untuk menjaga salinitas air tambak dengan respon seperti yang terlihat pada gambar
9. Pada saat pompa tidak bekerja, pH air tambak bertambah dari 8 menjadi sekitar
8,1 sebagai akibat penurunan konsentrasi [H+] dengan laju 10-51/s. Saat pompa air
bekerja sehingga air tandon yang memiliki pH sama dengan 8 masuk ke badan air
tambak dengan laju 1000 m3/s, nilai pH air tambak cenderung turun kembali secara
berosilasi. Osilasi ini menunjukkan pengaruh dari pompa yang bekerja secara on-off
untuk mempertahankan salinitas tidak lebih dari 28 ppt.
Pada saat terjadi uji beban berupa perubahan koefisien laju perubahan salinitas
seperti yang ditunjukkan pada gambar 9, pompa tidak bekerja sehingga konsentrasi
[H+] menurun dengan laju 10-51/s. Sebagai akibatnya, nilai pH akan naik hingga
mencapai 8,3. Saat pompa bekerja kembali dalam rangka mempertahankan nilai
salinitas tidak dibawah 22 ppt, nilai pH cenderung turun menuju kondisi di sekitar 8,1
secara osilasi. Seperti yang telah dijelaskan di paragraf sebelumnya, osilasi ini
merupakan dampak dari kerja pompa yang on-off serta masuknya air tandon secara
tiba-tiba (dalam satu waktu) besar.
84
kriteria yang diijinkan. Nilai temperatur sebelum terjadi perubahan beban energi input
yang masuk ke tambak adalah mantap pada 28,04 C. Pada saat pompa tidak
bekerja, nilai salinitas bergerak naik sehingga nilai DO bergerak turun. Pada saat
pompa bekerja, nilai salinitas dijaga tidak melebihi 28 ppt sehingga nilai DO juga
tidak melebihi 6,8 ppm. Saat terjadi penurunan salinitas akibat perubahan koefisien
laju perubahan konsentrasi garam dari 5.10-6 menjadi -5.10-6, nilai DO menjadi naik.
Saat pompa mulai bekerja kembali untuk mempertahankan nilai salinitas tidak di
bawah 22 ppt, nilai DO mantap dengan osilasi di sekitar 7.2 ppm. Pada saat terjadi
perubahan energi input yang masuk ke tambak, yaitu dari 50 kW menjadi 100 kW
pada jam ke-50, kincir air mempertahankan nilai temperatur pada 28,123C sehingga
nilai mantap DO bergeser sedikit yaitu berosilai di sekitar 7,19 ppm. Dengan
demikian, dengan mengendalikan temperatur dan salinitas, maka nilai DO secara
tidak langsung juga dapat dijaga pada daerah kriteria yang diijinkan.
Miniplant sistem kontrol kualitas dan monitoring air tambak udang secara
keseluruhan ditunjukkan pada gambar 12. Plant model tambak diletakkan di bagian
atas, sedangkan dua bak hitam di bawah merepresentasikan kolam air pembuangan
dan kolam air reservoir tandon (reservoir). Air yang masuk ke kolam pembuangan
tidak dikontrol, melainkan luapan dari air yang melebihi ketinggian yang diijinkan
pada model tambak. Sedangkan air yang keluar dari kolam tandon menuju ke model
tambak, dikendalikan dengan menggunakan pompa yang bekerja secara on-off
untuk menjaga nilai salinitas air tambak.
Pemasangan kincir air dan sensor pada miniplant tambak ditunjukkan pada
gambar 13. Sensor yang terpasang adalah sensor temperatur, sensor pH, dan
sensor salinitas.
85
Gambar 5.13 Pemasangan kincir air dan sensor pada miniplant tambak
86
hingga nilai salinitas pada miniplant tambak kembali pada kondisi yang sesuai
dengan kriteria, yaitu 10 35 ppt.
Pada saat awal, akibat memasukkan larutan garam ke miniplant tambak,
salinitas air tambak terbaca 37.2 ppt, melebihi batas maksimum kriteria salinitas air
tambak, sehingga pompa hidup. Selanjutnya setiap 5 detik dilakukan pembacaan
salinitas dan pH pada miniplant tambak dengan. Saat nilai salinitas di bawah 35 ppt,
maka pompa tidak hidup.
Grafik respon salinitas dan pH hasil pengukuran untuk pengujian unjuk kerja
pompa ditunjukkan pada gambar 14 dan 15. Terlihat bahwa waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai nilai salinitas kembali sesuai dengan kriteria maksimum adalah
sekitar 1 menit. Nilai pH pada saat pompa bekerja cenderung stabil di nilai 10. Hal ini
menandakan bahwa air payau yang masuk ke miniplant tambak mempunyai pH
sekitar 10. Saat nilai pH cenderung turun, kemungkinan terdapat kesalahan
pengukuran, karena tidak mungkin dalam waktu kurang dari 20 detik terjadi reaksi
yang menaikkan konsentrasi [H+] pada miniplant tambak yang hanya berisi air payau
saja.
37,5
37
36,5
Salinitas (ppt)
36
35,5
35
34,5
34
33,5
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Waktu (detik)
10
8
pH
4
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Waktu (detik)
87
Grafik respon temperatur dan DO hasil pengamatan untuk pengujian unjuk
kerja pompa ditunjukkan pada gambar 16 dan 17. Terlihat bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai temperatur 28C adalah sekitar 340 detik atau 5,7 menit.
Kincir air berputar sangat cepat (artinya menggunakan daya maksimum) hingga detik
ke-220. Setelah itu, daya yang digunakan oleh kincir air berkurang terus hingga pada
kondisi putaran normal. Nilai DO cenderung naik disebabkan temperatur cenderung
turun pada percobaan ini. Hal tersebut sesuai dengan hasil simulasi model dengan
SIMULINK yang telah dijabarkan pada sub bab sebelumnya. Dengan demikian, nilai
DO secara tidak langsung dapat dikendalikan dengan menjaga nilai temperatur.
45
43
41
Temperatur (deg-C)
39
37
35
33
31
29
27
25
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
Waktu (detik)
7,5
7
DO (ppm)
6,5
5,5
5
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
Waktu (detik)
7. Kesimpulan
88
- Pengontrol berdasarkan metode on-off dapat mengendalikan salinitas air tambak di
daerah 22 ppt 28 ppt. Nilai salinitas yang dihasilkan pada kondisi mantap tidak
menuju pada satu harga seperti halnya temperatur, namun berosilasi di sekitar
harga tertentu. Osilasi disebabkan karena masuknya air tandon ke tambak adalah
secara tiba-tiba besar.
- Pengaruh pompa yang bekerja secara on-off juga berdampak pada nilai pH yang
berosilasi (seperti halnya salinitas) di sekitar harga tertentu.
- Nilai salinitas yang berosilasi menyebabkan nilai DO berosilasi juga di sekitar
harga tertentu. Jika nilai salinitas dan temperatur dapat dikontrol, maka secara
tidak langsung nilai DO juga terkontrol.
- Sensor yang digunakan pada miniplant tambak dapat bekerja dengan baik
menggunakan kriteria six sigma (3), yaitu 3,55C untuk temperatur, 0,12 untuk
pH, dan 0,775 ppt untuk salinitas.
- Sistem kontrol on-off dengan menggunakan pompa sebagai aktuator terbukti dapat
menjaga nilai salinitas pada daerah 10 35 ppt. Waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan salinitas sesuai dengan kriteria adalah sekitar 1 menit.
- Sistem kontrol fuzzy dengan menggunakan kincir air sebagai aktuator terbukti
dapat menjaga temperatur di sekitar 28 C. Waktu yang dbutuhkan untuk
mengembalikan temperatur sesaui kriteria adalah sekitar 5,7 menit.
8. Daftar Pustaka
Arifin, Z., Kokarkin, C., Priyoutomo, T.P. (editor), 2007, Penerapan Best
Management Practices (BMP) pada Budidaya Udang Windu (Penaeus Monodon
Fabricius) Intensif, Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau, Jepara.
Culberson, S.D., 1993, Simplified model for prediction of temperature and dissolved
oxygen in aquaculture ponds: Using reduced data inputs. M.S. thesis, University
of California, Davis.
Ernst, D.H., Bolte, J.P., Nath, S.S., 2000, AquaFarm: simulation and decision support
for aquaculture facility design and management planning, Aquacultural
Engineering, 23, pp. 121 179
Gillota, S., Vanrolleghem, P.A., 2003, Equilibrium temperature in aerated basins
comparison of two prediction models, Water Research, 37, pp. 37423748
James, A., 1993, An Introduction to Water Quality Modelling 2nd ed., John Wiley &
Sons, England, chapter 9.
Losordo, T.M., Piedrahita, R.H., 1991. Modeling temperature variation and thermal
stratification in shallow aquaculture ponds. Ecol. Model. 54, 189226.
Lu, Z., Piedrahita, R.H, 1998. Modeling of temperature, dissolved oxygen, and fish
growth rate in stratified ponds using stochastic input variables. Pond
Dynamics:Aquaculture CRSP, 16th Annual Technical Report, Oregon State
University
Piedrahita, R.H., Culberson, S., Giovannini, P., 1993. Analysis and modeling of water
quality in ponds. In: Tenth annual administrative report, Pond
Dynamics:Aquaculture CRSP. Oregon State University, Corvallis OR, pp. 72103.
__, 2000, Budidaya Udang Windu, TTG Budidaya Perikanan, Proyek Pengembangan
ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas.
Fowler, P., Baird, D., Bucklin, R., Yerlan, S., Watson, C. dan Chapman, F., 1994,
Microcontrollers in Recirculating Aquaculture Systems, EES-326, Florida
Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Sciences,
University of Florida.
89