You are on page 1of 10

Hilangnya Buku Biru Materi IPA

Bel pulang sekolah berbunyi. Ketua kelas X-IPA 2 menyiapkan untuk segera berdoa.
Setelah berdoa dengan tertib. Semua siswa berbaris untuk segera ke luar kelas.
Kondisi sekolah itu menjelang pulang sekolah memang selalu tertib dan tidak gaduh.

Siswa mulai berhamburan ke luar kelas untuk segera pulang. Namun tidak dengan
Feni. Dia masih mondar-mandir di kelas. Ratih, sahabat Feni, yang menyadari hal itu,
kembali masuk kelas dan menanyakan kenapa Feni masih di sana.
fen, kenapa masih di sana? tanya Ratih seduktif. Dilihatnya Feni yang mondar-mondir
seperti obat nyamuk bakar saja. Sepertinya sedang mencari sesuatu.
ini fen, buku biru fotokopian kemarin. Kok nggak ada ya? Padahal tadi aku udah siapin
di meja. ujar Feni masih mondar-mandir mengitari seluruh laci maupun kolong meja
dalam kelas.

Berharap buku biru yang berisi seluruh materi IPA itu akan segera ditemukan.
emang tadi kamu naruhnya di mana? tanya Ratih mulai ikut mencari buku materi itu.
di mejaku. Tadi aku lihat sendiri. Jelas-jelas masih di meja. Tapi habis beres-beres tas.
Eh.. Bukunya udah nggak ada. ucap Feni cemas. eh? Tadi kamu sama Dian duduk di
depanku kan? Coba deh kamu periksa tas, barangkali nyangkut di situ. tambah Feni.
mana ada buku bisa nyangkut. ujar Ratih Sambil memeriksa tasnya. Barangkali
memang nyangkut. Namun hasilnya nihil, gak ada ujarnya.
aduh.. Terus di mana dong kata Feni menggaruk tengkuknya kebingungan.
coba deh, di tas kamu. Mungkin udah dimasukin kata Ratih.
tapi aku udah yakin, buku itu ditaruh di meja. Aduhh gimana nih. Mana besok
ulangan lagi. rengek Feni. Ratih merasa jengah. Oh iya.. Dian sama Ocit di mana,
mungkin mereka salah masukin buku. tambah Feni.

Tak lama Ratih memanggil Dian dan Ocit, yang kebetulan masih ikut ngrumpi di kelas
sebelah. Memang masih banyak anak di kelas sebelah, jadilah Dian dan Ocit ikut
nimbrung di sana. Dan itu memudahkan Ratih mencari batang hidung kedua siswi
tersebut.
ada apa rat? Tanya Dian pada Ratih yang tiba-tiba menyeretnya bersama Ocit
kembali ke kelas IPA 2.
Ini yan, cit, buku biru materi IPA milik Feni hilang. Padahal udah ditaruh di meja. Tapi
katanya, tiba-tiba nggak ada. ujar Ratih menjelaskan.
emangnya kamu taruh di mana fen? tanya Ocit seduktif. Namun Ratih yang malah
menjawabnya. di meja Ocit.. Kan aku udah bilang tadi
aku tanya ke Feni tahu. celoteh Ocit langsung membuat Ratih nyengir gak jelas.
udah.. Udah.. Terus, kita kesini buat apa? potong Dian pada ketiganya.
ini, mungkin kalian salah masukin buku ke tas kalian. Coba periksa deh, barangkali
emang ada di situ. kata Feni.
di tas aku nggak mungkin ada. soalnya aku hari ini cuma bawa buku kuning. Bukan
buku biru. celetuk Ocit memulai candaannya.

Tetapi ketiga siswi di hadapannya malah menghadiahinya dengan tatapan seolah


mengisyaratkan itu-nggak-lucu. Ocit hanya nyengir nggak jelas.
udah deh.. Ini serius tahu ujar Feni. Membuat Dian dan Ocit memeriksa tasnya
dengan teliti.
nggak ada fen. jawab Dian. aku juga nggak ada nih. Ini buku biru. Tapi punyaku
sendiri. Tuh lihat namanya. tambah Ocit sambil menunjukkan buku biru miliknya.
iya, ini punya kamu. Aduh Terus gimana nih. Masa bisa hilang. rengek Feni.

Iya , iya , kita bantu cari lagi sahut teman temannya .

Nah gitu dong , itu baru namanya teman yang baik Feny tersenyum.

Iyalah, daripada ada yang nangis nanti , sahut Ocit


Siapa nangis ? aku nangis ? mana mungkin , balas Feny

Sudah sudah , lerai Ratih.

Kapan mulai dicarinya ? tanya Dian yang tangannya asyik menekan tombol di
handpuonenya.

Sekaranglah . , seru Feny , Ratih dan Ocit serempak.

Oke .. Dian tersenyum .

Dian , Ocit dan Ratih mulai melongok dan membongkar isi tas masing masing . Tiap
buku diperiksa dengan teliti , mungkin ada terselip buku Feny.

Kita sudah bongkar ini Fen, gak ada .. kata Dian


coba deh kamu periksa tas kamu. Mungkin kamu yang lupa udah ditaruh di sana. kata
Dian disertai anggukan kecil dari Ratih dan Ocit.
Feni pun memeriksa tasnya dengan teliti. Tak ada satu pun biji buku yang terlewatkan.

Setelah beberapa saat mencari, Feni tercengang. Ia melihat buku biru materi IPA yang
dicarinya ternyata ada di dalam tasnya sejak tadi. Feni terlonjak girang. Membuat ketiga
teman di hadapannya menatapnya aneh.
yeay!!! Bukunya udah ketemu. Ternyata nggak hilang. Yeyeye Yeay!! Kata Feni
berhasil membuat Ratih, Dian, dan Ocit mengernyitkan dahi, kemudian memasang
wajah ditekuk 3 kali lipat.

fen, lapangan luas loh. Gimana kalau kita adu jotos di sana. celetuk Ocit memasang
wajah ditekuk 10 kali lipat dari biasanya. Perkataannya malah membuat Feni nyengir
nggak jelas.
hehehe Sory kawan. Jangan marah dong. Hehehe. celetuk Feni membuat ketiga
siswi di hadapannya memutar bola mata mereka.

Tadi itu sungguhan hilang atau niat ngerjain kita sih Fen ? tanya Ratih

Mana hilang , ada bukunya . kata Ocit .

Eh , barangkali kamu perlu kacamata Feni . tambah Ocit .

Hehehe bukan kacamata Cit , tapi dia sudah mulai pikun. Kata Dian sambil tertawa.

Yah baru satu kali lupa , sudah dibilang pikun. Sahut Feni nyengir.

jadi nggak hilang fen, oke fix aku mau pulang sekarang. ujar Dian memasang muka
kesal yang dibuat-buat.
hehehe Maaf deh Rat, Yan, Cit, aku nggak tahu ternyata aku udah masukin buku itu
ke tas. Hehehe. pungkas Feni sambil nyengir.
makanya kalau memeriksa sesuatu itu harus teliti, jadi kita nggak repot kayak gini deh.
ujar Dian masih memasang wajah kesal. Pantas saja, karena kehebohan Feni lah yang
membuatnya harus memotong acara ikut nimbrung bareng kelas sebelah.

hehehe maaf deh teman-teman. Aku nggak bakal nyusahin deh. Sueer! ucap Feni
menunjukan peace dua jari.

Karena buku sudah ketemu , aku traktir kalian minum es . ujar Feni

Besok aja traktirnya , sekarang sudah siang nih lapar kata Ocit
oke, oke, sekarang pulang yuk. Lagian udah jam segini. ajak Ratih.
oke, yuk kemon. jawab Feni antusias.

Jarang-jarang mereka berempat pulang bersama seperti saat ini. Karena apa? Karena
kejadian itulah yang membuat keempat sahabat itu semakin akrab dibuatnya.

Feni dan ketiga kawannya sedang menunggu bus di halte depan sekolah. Keadaan di
sana semakin hangat dikala candaan dan tawaan tercipta di antara mereka. Namun
tiba-tiba Feni mengatakan sesuatu yang membuat ketiga sahabatnya terdiam.

loh Tunggu.. tadi pas aku periksa tas, kok buku LKS nggak ada ya.. Di mana nih?
Runtuk Feni berhasil membuat ketiga temannya Kembali memutar bola matanya malas.

emang kita pikirin ucap Ratih, Dian dan Ocit serempak. Membuat Feni menekuk
wajahnya 3 kali lipat.

Namun semenit kemudian keempatnya tertawa bersama. Bahkan tertawa sampai


berbahak-bahak. Menjadikan keempat sahabat itu makin akrab dibuatnya.
Bagaikan Pelangi
Tulisan Lovely Camp seakan menyambut kedatanganku pagi ini. Aku mengikuti ini
karena bosan di rumah. Aku akan camping di sini selama 1 minggu. Kau tahu? Ayah
dan Ibuku bekerja dengan sibuknya. Ayah berkelana, mengelilingi dunia dan Ibu
bekerja di New York. Aku sudah bosan dan aku butuh sesuatu. Kasih sayang, pelukan
dan segalanya dari orangtua. Sudahlah, tak usah dibahas.

Sheila! panggil seseorang seraya menepuk pundakku. Aku menoleh. Ternyata Arini,
sahabat karibku yang sudah lama tak ku temui.
Arini?! Kamu kemana aja sih? Pindah ke mana? tanyaku. Facebook enggak aktif,
bbm didealive aja, line dikacangin, whatsapp dibiarin, twitter enggak on, ask fm apalagi,
terus skype enggak dijawab. Telepon kamu udah ganti ya? lanjutku panjang.
Oh no, no, no! pekiknya.
Aku tuh pindah ke Tokyo. Di Tokyo itu ketat banget. Anak-anak harus fokus sama
belajar, sambung Arini.
Oh, aku ber-ooh panjang.

Lovely Camp ini diselenggarakan di sebuah hutan yang terpencil di Indonesia. Seru
banget! Aku daftarnya online. Alhamdulillah, aku terlahir di keluarga berkecukupan.
Yeaay..
Asheila Khairunnisa, peserta terpilih dari Bandung panggil resepsionis melewati
pengeras suara.
Arini, aku ke sana dulu ya!

Aku segera berlari menuju meja resepsionis. Di sana, aku diberi pengarahan, formulir,
diberi kunci kamar dan diberi gooddie bag yang berisi resep makanan. Just your
information, Lovely Camp ini adalah ajang bergengsi. Gratis! Dibayar oleh pemerintah.
Ini semacam lomba memasak gitu, deh! Selesai aku registrasi ulang, aku memasuki
kamarku ntuk seminggu kedepan. Sebelumnya aku naik lift. Sampai di lantai 6, aku
buru-buru berlari saking semangatnya. Bruk! huuh siapa sih yang nubruk kau
sembarangan? Aku mendapati seseorang itu Lisa Nur Alifah! Lisa adalah koki handal
ternama.

Ada apa? berani-beraninya nubruk aku, ucap Lisa angkuh.


Huh, enggak lah yaau! sahutku. Aku berlari kecil menuju kamarku, kamar 612. Eh, dia
juga, Lisa, mengikutiku!
Krieeek.. pintu terbuka. Aku melepas lelah. Wow, fasilitasnya bagus!

Hei ngapain kamu ke sini? tanya Lisa.


Aku kamarnya di sini! jawabku.
Apa? Berarti kita sekamar, katanya datar.
Huuh.. dia lagi! Lisa sekamar denganku? dia kan perempuan sok cool yang iuhnya
selangit? Sombong deh ih!
Kamu pikir aku mau tidur denganmu? Iuh pake banget. Lisa mengerlingkan
matanya.
Lagi pula, kita di sini cuma 1 hari. Setelah itu kita tidur di tenda. Aku harap sih, aku
enggak setenda lagi. Iih, seru Lisa.
Aku hanya menutup telinga, lalu tetidur. Hoamhh.
Malam pertama di Lovely Camp.
Heh, kamu tuh jangan sok berani sama aku!
Idih ge-er! balasku.
Akhirnya aku dan Lisa adu mulut.
Plaaak! Eeh.. si Lisa melemparkan bantal padaku.
HOYAAT! aku membalasnya.
Hehehe.. terjadilah perang bantal. Habis, si Lisa nyebelin.
Aduh, hp-ku belum dicharger, keluh Lisa.
Pinjam hp kamu dong, ucap Lisa ketus. Aku meminjamkannya.

Lisa mengotak-atik hp-ku.


Hei, hp kamu bagus juga,
Aku nyengir kuda saja, tak perlu menanggapinya.
Hehehe,
Hei, kamu kenal Mr. Sholihin? tanya Lisa kaget.
Aku mengangguk.
Itu bosku! serunya.
Mataku membulat.
Itu Ayahku! tambahku.
Lisa terkaget.
Sheila, maafkan aku.. ternyata Mr. Sholihin itu Ayahmu ya? ungkap Lisa. Aku
mengangguk.

Tok..tok.. terdengar suara pintu.


Sheila, Lisa, ini lembaran kelompok untuk besok. Tenda sudah disiapkan, kata kak
Arni memberitahu. Assalamualaikum, salamnya sembari pergi.
Waalaikumsallam, jawabku dan Lisa.
Ada apa, Sheil?
Ini nih, ada daftar kelompok untuk besok,

Ini dia daftarnya:

Tenda 1
*Alya Shaiffah
*Sherina Mumtadz
*Aulia Anindya
*Shafira
*Arbeila Khairunnisa

Tenda 2
*Arini Shaila
*Yumna Salsabiila
*Keisya Prasyasya
*Nurul Fitria
*Alfitrieshabila Annifa

Tenda 3
*Lisa Annifatha
*Lisa Ayla
*Lisa Kireina
*Lisa Finda
*Lisa Lovusa

Tenda 4
*Laiyla Veya
*Syabani Dityaning
*Dyah Nurussyifa
*Hasyaa Nissa
*Asheila Kharunnisa
Tenda 5
*Alifah
*Fanndesa Ariyahni
*Diffa Shakila
*Aylaa
*Zulfa Z.

Tenda 6
*Citra Kindia
*Aleila Fainni
*Lisa Nur Alifia
*Zahrana

Wah, kita tak setenda!


Yaaaah,

Ini adalah hari keenam di Lovely Camp. Sekarang diadakannya lomba memasak. Di
tenda 4, gaduh sekali.
Hei, bagaimana dong, lombanya? Di antara kita, tak ada yang bawa uang,
Gimana dong?
Aduuuh..
Apalagi, di kelompok kita enggak ada yang handal,
Andai aja, ada Lisa Niur Alifia, aku berandai-andai.
Iya, andai jika ada Zahrana, Citra Kindia, Yumna, atau Nurul. Mereka koki cilik
terkenal, sahut Nisaa, yang bernama lengkap Hasya Nisaa.
Kita ini kan baru pemula. Mana kalau aku masak, pasti gosong!

Kring!!! Suara bel pertanda lomba memasak dimulai. Dengan bahan seadanya, kami:
kelompok 4, memasak tanpa arah yang jelas. Huuuh..
Hei, gulanya mana?
Aduuh.. ini adonannya enggak pas!
Bruuukk!! Aduuh. Gimana dong? Adonan yang udah perfect tumpah..
Iuuuuh..
Eh, lihat gosong!
Rasanya kayak sabun!
Waktunya 1 menit lagi.

Waktunya 1 menit lagi! Sedangkan kami baru membuat adonan. Dilihatnya saja sudah
iuh. Harusnya sudah plating, di garnish. Tapi, kami tetap kompak. Kami sabar, dan kami
pasrah kepada Allah. Ting! Akhirnya, pancake rainbow ala kelompok kami selesai.
Perlombaan selesai! ujar MC.

Harus dikumpulkan! Tapi, gawatnya, kami belum mencoba.


GUBRAK!!

Malamnya, aku dan yang lain menunggu di hutan. Ada pengumuman lomba. Ternyata
kami menang! Itu semua karena cinta dan kekompakan kami. Bagaikan pelangi!
Friendship
Rin! Tungguin gue bisa kali? Iss Tariin!

Gadis yang bernama Tarin pun menoleh ke arah asal suara. Senyumnya mengembang
menjadi seringai ketika mengetahui siapa yang memanggilnya barusan.
Kenapa sayang? Santai aja kali, sampe ngos-ngosan gitu ujar Tarin dengan nada
menggoda kepada sahabat baiknya -Sinta yang tengah berusaha mengatur napasnya.
Sinta menjitak Tarin yang langsung meringis.
lo sih dipanggilin dari tadi gak nyaut! Abis napas gue!
Lebay deh kamu. ujar Tarin meniru suara anak kecil. Sinta nyengir lebar.
Udah yuk ke kelas. Pelajaran Pak Har nih, bisa abis kita kalau sampai telat masuk.
Lagian bel udah bunyi dari tadi ajak Sinta sembari menarik lengan Tarin menuju
kelas mereka.

Rin, lo pulang sekolah ini mau ke mana? tanya Sinta di tengah bisingnya bel pulang
sekolah yang terus menerus berdering.
Langsung pulang. Kenapa?
Temenin gue yuk ke toko buku bentar aja deh. Mau ya? pinta Sinta dengan wajah
memelas. Tarin menyetujuinya begitu saja.

Saat mereka tengah berjalan sambil mengobrol dengan asyiknya, muncullah sosok
tampan di depan pandangan Tarin dan Sinta. Tarin sontak tersenyum sumringah ketika
mengetahui bahwa Farid -sang ketua OSIS- lah yang tengah berdiri di hadapannya.
Hai, Rin sapa Farid tanpa menganggap Sinta berada di situ sedetik pun. Kedua
mata Tarin berbinar saat Farid menyapanya dengan senyuman manis yang telah
disukainya sejak lama itu.
Halo, Rid. Ada apa? tanya Tarin. Farid menggaruk belakang kepalanya berlagak
malu.
Kamu ada acara gak habis ini? tanya Farid takut-takut. Sinta malah melebarkan kedua
matanya tanda ia mengetahui arah pembicaraan Farid.

Tarin tampak berpikir sejenak kemudian menggeleng. Gak ada tuh. Emang kenapa?
Mata Sinta makin melebar saja sekarang. Bukankah Tarin baru saja menyetujui akan
menemaninya ke toko buku?
Wajah Farid berubah cerah ketika mendengar jawaban Tarin. Err, mau nemenin aku
jalan-jalan gak? Tapi kalau semisal kamu lagi ada urusan apa gitu, yaaa gak usah.
Pipi Tarin memerah karena ajakan Farid barusan. Ohh, oke. Lagian aku lagi gak ada
urusan penting gitu

Mata Sinta kembali melebar.


Ohh. Ya udah yuk pergi. Ntar keburu malem kan berabe. ajak Farid sambil mengamit
tangan Tarin dan menariknya pergi. Sinta menatap Tarin dan Farid dengan kening
berkerut dan hati dongkol. Jadi, permintaan Sinta yang super-duper sepele tadi
dianggap Tarin sebagai urusan tidak penting dibanding acara jalan-jalan membosankan
dengan ketua OSIS yang emang kece banget itu? Sinta mendesah geram dan
langsung berjalan pulang menuju rumahnya.

Keesokan harinya.
Sinn! Sintaaa!
Sinta mengacuhkan suara cempreng milik Tarin saat ini. Hatinya masih dipenuhi rasa
kesal dengan kejadian kemarin.
Ih sinn. Berhenti dulu bisa kan?! bentak Tarin yang membuat Sinta menghentikan
langkahnya dan terlonjak akibat bentakan keras Tarin yang menggema di koridor.
Tarin membalikkan tubuh Sinta kasar dan langsung menghujamnya dengan ungkapan
kekesalannya.
lo ini udah tuli atau apa? Kalau dipanggil langsung nyaut kek. Gak kasian lihat gue
ngos-ngosan lari ngejer lo sambil teriak-teriak?!
Udah marahnya? tanya Sinta dengan wajah bosan. Tarin malah makin emosi
dibuatnya.
Sin! Kalau orang ngomong itu didengerin bisa kan? Hargain gue dikit dong!
Brilliant banget sekarang lo bisa ngomong kayak gitu di depan gue. Terus lo pikir apa
gue ngerasa dihargain kemarin?

Tarin menatap Sinta dengan pandangan tidak percaya. Ya Tuhan, Sin! lo masih
ngungkit masalah yang kemarin?!
Kalau lo jadi gue, lo juga bakal sakit hati kok, Rin. Kemaren gue diacuhin gitu aja sama
lo dan Farid. Lo bisa ngerasa gimana rasanya lo bener-bener dianggep gak ada sama
seseorang sedetik pun? tanya Sinta menuntut.
Loh? Jadi lo nyalahin Farid dan gue?!
Menurut lo?
Kenapa lo jadi gini sih, Sin! Jangan-jangan Tarin menyipitkan matanya. lo
cemburu?

Mata Sinta melebar selama beberapa detik sebelum ia menarik garis senyumnya dan
membentuk sebuah seringai.
HAH? What for? Gue -Sinta Anindita- cemburu sama sohib sendiri cuma karena cowok
yang gak seberapa itu?
Jangan ngata-ngatain Farid di depan gue! Gue bakal buktiin kalau Farid gak seburuk
yang lo kira! ujar Tarin kemudian dan langsung mendahului Sinta berjalan menuju
kelasnya.
Masa bodoh. Sinta menyeringai sinis sambil kembali berjalan.

Sinta benar-benar sebal ketika melihat Tarin bersama Farid bermesraan satu sama lain
saat sepulang sekolah. Bukan apa-apa, Sinta benar-benar jijik melihatnya. Well,
mereka baru saja jalan kemarin untuk pertama kalinya dan pada hari ini mereka begitu
saja memamerkan hubungan dekat mereka kepada Sinta? Yang benar saja! Dengan
itu, Sinta hanya memanyunkan bibirnya dan memutuskan untuk pulang ke rumah
secepat yang ia bisa dan beristirahat.

Sekitar pukul 20.00 malam, Ibu Sinta mengetuk pintu kamarnya. Sinta mendongak
ketika Ibunya muncul di ambang pintunya. Hanya 3 kata yang diucapkannya kepada
Sinta, tapi sukses membuat gadis itu mengeryitkan dahinya heran.
Tarin nyari kamu.

Sinta beranjak dari kasurnya dan ke luar dari kamarnya menuju ruang tamu. Sinta
mendekati Tarin yang tengah terisak-isak dan berusaha menahan tangisnya. Sinta
duduk di hadapan Tarin dan menunggu penjelasannya.
Farid emang seburuk yang lo kira. Malah, jauh lebih buruk. kata Tarin dengan suara
berat. Farid ngejadiin gue bahan taruhan sama gengnya. Mereka taruhan kalau Farid
berhasil ngegaet gue dalam waktu dua hari, dia bakal dikasih hadiah. Tarin
melanjutkan kalimatnya dengan napas tersendat-sendat.

Selama beberapa detik, Sinta tidak melakukan apapun karena bingung dengan apa
yang harus ia lakukan jika keadaannya menjadi seperti sekarang ini. Perlahan, ia
memutuskan untuk memeluk sahabat karibnya itu erat-erat. Tarin membalas
pelukannya dan bergumam.
Gue minta maaf.

Sinta terkekeh. Accepted. Ia melepas pelukannya dan tersenyum lebar pada Tarin.
Jadi, besok, temenin gue ke toko buku ya?
Tarin mengusap air matanya sebelum membalas, Siap.
] ALAM
Puisi Vino Tritambayong

Ku buka mata ..
cahaya pagi menembus kaca jendela ..
Semerbak mawar merah dan putih merekah ..
Ku buka jendela ..
Ku hirup udara segar ..

Melihat kabut tebal masih menyelimuti bumi ..


Setetes embun membasahi daun ..
Kicauan indah terdengar di telinga ..
Angin berhembus halus menembus kulit

Ku lihat awan seputih melati ..


Juga langit, sebiru lautan samudra ..
Kini kusiap menghadapi hari yang baru ..
Dan indahnya bumi ..

PERMAINYA DESAKU

Sawah mulai menguning


mentari menyambut datangnya pagi
ayam berkokok bersahutan
petani bersiap hendak ke sawah.

Padi yang hijau


siap untuk dipanen
petani bersuka ria
beramai ramai memotong padi

Gemercik air sungai


begitu beningnya
bagaikan zamrud khatulistiwa
itulah alam desaku yang permai

Lingkungan Sekolah
Disaat mentari pagi menjelang
Kulihat pemandangan yang indah
Langit yang membentang luas
Pepohonan yang hijau

Lingkungan sekolahku....
Indah dan cantik dimataku
Seperti burung yang berkicauan
Kupu-kupu yang berterbangan
Semakin cantik lingkungan sekolahku
Pemandangan yang indah
Langit yang cerah
Seakanku ingin melayang
Seperti burung yang terbang ke angkasa

Sejuknya Sawah Di Pagi Hari


oleh: Dino Joy

Hamparan daun-daun hijau begitu luas


Tertetesi butiran-butiran embun dari atas..
Melekat erat didahan dan menghias
Nampak berkilauan bagai mutiara yang berbias..

Beginilah suasan alam saat pagi di sawah


Memanjakan mata dengan pemandangan yang indah..
Terus menatap terpaku seolah tak pernah lelah
Selalu segar terbasuh sejuknya udara sawah..

Sejuknya udara mengisi setiap rongga di dada ini


Menyegarkan napas menyejukan hati..
Dengan kedamaian menikmati keindahan ini
Menginjak rerumputan telanjang kaki..

You might also like