You are on page 1of 4

Turbulensi dapat didefinisikan sebagai perubahan kecepatan yang sering terjadi

dalam waktu singkat berskala kecil dan terjadi secara acak. Dengan kata lain,
ketika kecepatan aliran udara dan atau arah pergerakannya berubah dengan
cepat, maka pada saat itu dapat dikatakan telah terjadi turbulensi udara
(Wagtendonk, 2003). ketika pesawat terbang melalui aliran udara yang seperti ini
maka pesawat akan mengalami turbulensi.

Turbulensi inilah yang ditakuti oleh penumpang saat mereka melakukan


perjalanan udara (pesawat terbang). Ketika penumpang mengalami guncangan
saat berada di ruang tertutup (pesawat) tanpa dapat menghindar dan tidak
mengetahui apa yang sedang terjadi, pengalaman ini sangatlah menakutkan dan
menberi tekanan (stress) mental yang tinggi bagi penumpang.

Untuk mengetahui bagaimana pesawat melakukan perjalanan di udara ada


baiknya kita mengenal terlebih dahulu bagaimana pergerakan udara di angkasa
tersebut. Perjalanan pesawat udara tentunya terbang melintasi aliran udara.
Sebagian besar perjalanan udara biasanya lancar lancar saja namun
terkadang udara yang tenang dapat berubah tidak tenang seperti kapal di lautan.
Di mana pesawat dapat naik, turun dan bergoyang selama perjalanan udara
berlangsung.

Udara cenderung bergerak memanjang seperti sungai yang disebut Jet Stream.
Jet stream merupakan alur dari arus utama yang mengalir secara horisontal
dengan kecepatan tinggi (100 km/jam). Jet stream ini terjadi sebagai fenomena
alam yaitu pertemuan udara panas dengan udara dingin. Jet stream berada di
sepanjang lapisan atas atmosfir dan dapat mencapai panjang ribuan kilometer
dan lebar ratusan kilometer, namun hanya memiliki tebal beberapa kilometer.
Arus ini biasanya ditemukan antara enam hingga sepuluh kilometer diatas
permukaan laut.

Tergantung arah perjalanan pesawat, pilot biasanya lebih memilih untuk


menghindari (into a headwind) atau mengikuti (into a tailwind) jet stream untuk
menghemat bahan bakar. Karena dengan mengikuti jet stream (into a tailwind)
maka pesawat dapat terbang lebih cepat dan sebaliknya dapat menghambat
kecepatan pesawat (into a headwind).

Penyebab terjadinya Turbulensi

Berdasarkan penyebabnya ada 4 (empat) penyebab dasar terjadinya turbulensi


yaitu Thermal Turbulence, Mechanical Turbulence, Shear Turbulence dan
Aerodynamic Turbulence.
Turbulensi Termal (Thermal Turbulence) atau yang sering sebut juga turbulensi
konveksi (Convection Turbulence) terjadi pada ketinggian yang lebih tinggi
daripada mechanical turbulensi. Yaitu pada ketinggian sekitar 2.000 sampai
10.000 feet. Thermal turbulensi terjadi ketika suhu udara naik. Yaitu ketika udara
yang hangat dari permukaan naik ke udara dan berbenturan dengan udara yang
lebih tinggi di atmosfir. Intensitas turbulensi termal tergantung dari besarnya
suhu permukaan dan juga ketinggian karena suhu udara menurun seiring
bertambahnya ketinggian (disebut Lapse Rate). Suhu udara menurun sekitar 3,5
derajat fahrenheit setiap 1000 feet di atmosfir. Pada prosesnya udara yang lebih
hangat dan tidak stabil akan naik dan udara yang dingin dan stabil akan turun.
Hal ini karena udara yang lebih hangat memiliki densitas yang lebih rendah dan
akan naik ke atas lapisan udara yang lebih dingin (yang memiliki densitas lebih
tinggi). Ketika arus udara ini menabrak pesawat terjadilah guncangan atau
turbulensi. Turbulensi termal biasa terjadi pada tengah hari ketika suhu udara
permukaan telah menghangat sampai suhu maksimum.

Turbulensi Mekanis (Mechanical Turbulence) disebabkan oleh arus udara yang


bergerak dekat dengan permukaan yang terganggu oleh struktur fisik seperti
pegunungan atau bangunan buatan manusia. Adanya pegunungan atau struktur
fisik ini menyebabkan perubahan arah aliran udara menjadi menyebar.
Turbulensi mekanikal ini mempengaruhi lapisan atmosfir sampai dengan sekitar
2000 feet diatas permukaan laut. Intensitas turbulensi mekanis ini bervariasi
tergantung oleh kecepatan angin dan seberapa besar struktur fisik yang
dilewatinya.

urbulensi Geseran (Shear Turbulence) disebabkan adanya perubahan arah


angin yang tiba tiba. Yaitu ketika arah angin berubah mendadak baik secara
horisontal maupun vertikal dalam jarak yang dekat. Akibat adanya perbedaan
tekanan udara. turbulensi geseran terjadi sepanjang perbatasan antara dua
aliran udara yang bergerak berlawanan arah. Seperti ketika pilot masuk ke jet
stream untuk memanfaatkan tail wind untuk menghemat bahan bakar.

Yang terakhir adalah Turbulensi Aerodinamika (Aerodynamic Turbulence) atau


sering disebut juga Wake Turbulence. turbulensi ini terjadi melalui gerakan
pesawat saat terbang di udara. Pesawat yang terbang di belakangnya bisa
terkena efek turbulensi ini. Semakin besar ukuran pesawat, semakin besar juga
efek aerodynamic turbulence-nya.

Selain ke empat jenis turbulensi diatas, terdapat pula apa yang umumnya
disebut Clear Air Turbulence (CAT). CAT ini biasanya terjadi di area tropopause
yaitu ruang udara antara troposphere dan stratosphere pada ketinggian sekitar
23.000 sampai 40.000 feet.
Turbulensi CAT ini dapat terjadi tiba tiba bahkan di cuaca yang cerah dan
dapat terjadi kapan saja sepanjang rute penerbangan. Turbulensi CAT ini tidak
dapat dideteksi oleh radar dan tidak ada satupun alat pada kockpit yang dapat
memberikan peringatan kepada pilot akan datangnya turbulensi ini.

Turbulensi CAT ini berbahaya karena sifatnya yang mendadak hingga tidak ada
cukup waktu bagi kru pesawat untuk memperingatkan penumpang untuk kembali
ke kursi mereka dan menggunakan sabuk pengaman. Oleh karena sifatnya yang
mendadak itu, CAT sering menyebabkan cedera pada penumpang dan kru
pesawat akibat turbulensi.

Namun demikian, dengan adanya pertukaran informasi penerbangan dari


pesawat lain yang melalui rute penerbangan yang sama, maka informasi akan
adanya CAT atau informasi lainnya dapat yang disalurkan ke pesawat lainnya
melalui air traffic control, sehingga pilot kemudian dapat mengantisipasi dan
menimbang pilihan terbaik atas rute perjalanan penerbangan.

Selain penyebab turbulensi seperti yang dijelaskan di atas, awan comulus


nimbus juga biasanya di hindari oleh para pilot karena dapat menyebabkan
turbulensi. Awan comulus nimbus ini mengandung air yang mana pada bagian
atas awan ini mengandung butiran es dan didalamnya dapat disertai badai petir.
Butiran es ini berbahaya bila masuk ke dalam mesin pesawat karena dapat
menyebabkan mesin pesawat mati.

Intensitas Turbulensi

Pada dunia penerbangan intensitas atau kekuatan turbulensi dibagi menjadi


beberapa intensitas yaitu light turbulence, moderate turbulence, severe
turbulence dan extreme turbulence.

Bagi pilot, Light turbulence (Turbulensi tingkat 1) seperti mengemudi di jalan


yang bergelombang, kecil dan relatif sangat aman tidak berbahaya. Pada light
turbulensi ketinggian pesawat mungkin dapat menyimpang beberapa feet/kaki.
Light turbulensi dijabarkan dengan adanya penyimpangan ketinggian sekitar 1
2 feet (1 meter) dan dapat membuat baku minuman bergetar.

Moderate turbulence (Turbulensi tingkat 2) biasanya berlangsung sekitar 10


sampai 15 menit, namun terkadang dapat mencapai beberapa jam dengan
kejadiannya putus nyambung (on off). Pada turbulensi ini penumpang akan
merasa tidak tenang dan dapat menyebabkan minuman tumpah. Pada saat ini
biasanya kru pesawat menyarankan penumpang untuk memakai sabuk
pengaman (seat belt lamp alert menyala). Pada turbulensi moderate ini
ketinggian pesawat dapat menyimpang sekitar 10 sampai 20 feet (3 6 meter).
Jika turbulensi ini berlanjut maka pilot biasanya akan merubah ketinggian agar
turbulensi ini menghilang.

Severe turbulence (Turbulensi tingkat 3) sangatlah tidak nyaman akibat


guncangan yang cukup keras tetapi ini tidak berbahaya. Pada saat terjadi Severe
turbulence, benda benda dalam pesawat yang tidak terikat dapat terlempar
termasuk manusia (jika tidak memakai sabuk pengaman). Pada turbulensi ini
ketinggian pesawat dapat menyimpang sekitar 100 feet (30 meter).

Extreme turbulence (Turbulensi tingkat 4) sangat jarang terjadi dan amat


berbahaya karena turbulensi ini sulit dikendalikan sedemikian kerasnya hingga
dapat mengangkat penumpang atau barang ke langit langit dan
membantingnya dengan keras kembali ke lantai. Sehingga dapat menyebabkan
cedera serius.

Pesawat modern aman tidak perlu khawatir dengan turbulensi

Pesawat modern di rancang untuk memiliki kemampuan mengatasi berbagai


tekanan yang lebih besar daripada tekanan yang diperoleh saat terjadi
turbulensi. Sehingga pesawat modern tidak mudah rusak atau patah hanya
karena mengalami turbulensi. Struktur pesawat modern dapat menahan segala
gangguan mulai dari serangan kawanan burung hingga sambaran petir, suhu
panas dan dingin yang ekstrim, dan hembusan angin yang sangat kencang.

Jadi ingatlah, ketika pilot dan kru pesawat menyarankan anda untuk memakai
sabuk pengaman ketika anda sedang duduk itu, sebenarnya itu adalah untuk
memperingatkan agar anda aman ketika tiba tiba terjadi Clear Air Turbulence
(CAT) yang biasanya sering menyebabkan cedera. Remember : Memakai sabuk
pengaman setiap saat dapat mencegah cedera yang berhubungan dengan
turbulensi.

Faktanya turbulensi memang penyebab paling umum dari cedera yang dialami
oleh penumpang pesawat. Namun secara statistik jumlah penumpang yang
mengalami cedera yang disebabkan oleh turbulensi amatlah sedikit jika
dibandingkan dengan banyaknya jumlah penumpang yang melakukan
penerbangan dengan aman setiap harinya. Jadi pada intinya turbulensi
menyebabkan ketidaknyamanan namun tidak berbahaya, turbulensi itu adalah
bagian dari perjalanan penerbangan jadi tidak perlu ditakuti. Demikianlah
informasi tentang turbulensi pada pesawat udara.

You might also like