Professional Documents
Culture Documents
Disampaikan pada Aksi Damai Dokter IDI Cab Boyolali 24 Oktober 2016dalam Rangka HUT IDI ke-
66 di Gedung DPRD Kabupaten Boyolali
Beberapa faktor yang boleh jadi saling silang dalam polemik pengajuan-
penolakan DLP antara lain adalah belum ada kejelasan status DLP, kepentingan
kelompok yang saling tarik ulur, ketidakadilan yang dirasakan oleh para dokter,
keengganan untuk meninggalkan zona nyaman, dan ketidakjelasan arah
pengembangan karir, atau mungkin juga sedikit ketidakpercayaan korps dokter
pada penggagas dan lembaga penyelenggara pendidikan DLP. Selain itu, menurut
kami, masih banyak halyang lebih penting dan perlu diprioritaskan dalam
menyelesaikan masalah sistem pelayanan kesehatan yang ada
Pada dasarnya dokter adalah golongan knowledge based worker. Di mana dokter
dalam menjalankan pekerjaannya selalu berpegang pada data.
Dokter bukanlah sosok yang sulit untuk diajak bekerja sama. Dokter terbiasa
bekerja sistematik, berdasarkan bukti, sadar akan probabilitas dan kemungkinan
adanya odverse effect.
Dokter selalu memulai kerjanya dengan upaya menegakkan diagnosis yang tepat,
sebelum melangkah ke tindakan definitif. Sebab, kesalahan diagnosis bisa
berakibat fatal.
1. Apakah ada data valid yang membuktikan bahwa dokter umum saat ini tidak
mampu bekerja di layanan primer?
8. Apakah sertifikat DLP benar-benar akan menjamin masa depan dokter? Sudah
siapkah infrastruktur dan manajemen kelola bagi DLP dalam menjalankan
kompetensi di tempat praktiknya?
Cara ini, akan dapat menjaga agar keputusan yang diambil tepat terutama di saat-
saat situasi sulit. Setiap keputusan harus didasari oleh penilaian sistematik (critical
opproisoll terhadap bukti yang ada, sehingga keputusan yang dilahirkan dapat
dipertanggungjawabkan. Keputusan baru harus didasari oleh bukti baru. Tidak
boleh suatu keputusan dibuat hanya berdasarkan asumsi saja. Apalagi
keputusan besar yang menyangkut masa depan bangsa dan Negara.
Kita ketahui, bahwa suatu nilai kebenaran tidak pernah absolut. Selalu
kontekstual, artinya terikat oleh ruang dan waktu. Hal yang dianggap benar di satu
tempat dan di suatu waktu, belum tentu menjadi kebenaran di tempat lain dan di
waktu berbeda.
Catatan:
Kompetensi adalah tentang apa yang pernah dipelajari dan tentang kema m puan
seseora ng da la m melakukan tugasnya.
Performa adalah, tentang apa yang benar-benar dilakukan seseorang sehari
hariditempat kerja.
Dari rumus di atas, jelas bahwa performa seseorang tidak hanya tergantung dari
faktor kompetensinya saja. Tapi ada faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi
performa seseorang. Yaitu faktor motivasidan adanya hambatan dalam
menjalankan tugas.
Bila masalahnya ada di faktor motivasi, jelas pendidikan DLP bukan jawabannya.
Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa sebelum lahirnya keputusan
pendidikan DLP, studi pendahuluan perihal ketiga faktor di atas (M, C dan B)
harus dilakukan sebaik baiknya agar "diagnosis" nya jelas, sehingga upaya
perbaikan yang dilakukan betul-betul tepat sasaran.
IV. Hak Dokter Terhadap Imbalan Profesi yang layak dan pantas
Dengan predikat profesi luhur, dokter seakan telah kehilangan haknya untuk
bertanya tentang imbalan profesi yang sepantasnya dia dapatkan. Walaupun
imbalan itu semata-mata untuk menyambung kehidupan keluarga dan demi masa
depan anak-anak mereka.
Dalam iklan di satu klinik UNTAR di Tangerang yang buka pukul 08:00 - 21:00
tertulis, dicari dokter pengganti, dengan bayaran Rp 2.000,- ($Aus 0,2) per-pasien
untuk pasien BPJS. Sebagai catatan, biaya tukang parkir di Surabaya Rp 3.000,-
per kendaraan, tukang cukur di pos Hansip Rp 10.000,- hingga Rp 20.000,-,
tukang pijat Rp 60.000,- hingga Rp 100.000,- per jam.
Jelas di sini ada ketidakpatutan yang luar biasa. Bagaimana dokter di negeri ini
harus merencanakan masa depannya dengan pendapatan seperti itu? Bagaimana
mungkin kita akan menuntut dedikasi dan motivasi tinggi pada seseorang yang
hidupnya relatif pas-pasan dan kurang merasa aman. Bisakah semangat dokter
praktik umum di negeri ini (dalam menjalankan tugas sebagai dokter layanan
primer) disamakan dengan semangat GP di Australia? Bisakah sistem yang
dianggap benar di Melbourne langsung diterapkan di lndonesia?
Selain itu, pemerataan infrastruktur kesehatan perlu menjadi perhatian lebih jauh.
Dari 9.719 Puskesmas yang telah ada hingga Juni 20L4, masih terdapat daerah
yang belum terjangkau ataupun memiliki akses yang mudah ke Puskesmas sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang difasilitasi oleh pemerintah.
Sumber daya yang bekerja di setiap Puskesmas pun masih belum terpenuhi sesuai
standar jumlah penduduk yang ada, apalagi sarana yang dibutuhkan untuk
optimalnya pelayanan kesehatan pimer.
Untuk bekerja secara menetap di daerah terpencil dan amat terpencil dengan
pendapatan yang rendah, kurang leluasanya inovasi kerja karena terbatasnya
fasilitas pelayanan kesehatan, dan sulitnya pemenuhan kebutuhan hidup bagi
dokter di daerah tersebut, juga menyebabkan rendahnya motivasi untuk bekerja di
daerah tersebut.
Atas dasar penilaian di atas, Dokter Boyolali bersama Pengurus lDl cabang
Boyolali mengusulkan dan menyampaikan ASPIRASI melalui para wakil kami di
DPRD Kabupaten Boyolali sebagai berikut:
3. Systemotic review harus segera dilakukan dengan seksama pada seluruh sistem
kesehatan, sehingga peta permasalahannya segera dapat teridentifikasi. Dalam
melakukan systematic review, IDI seyogyanya dilibatkan, sebab hampir di semua
program kesehatan di lndonesia, dokter (anggota lDl) selalu terlibat.
4. Tetapkan prioritas penyelesaian masalah sesuai dengan peta hasil systemdtic
review.
5. Mencari solusi yang kreatif, efektif dan bijak, dalam arti membawa efek
samping terkecil untuk meningkatkan kualitas pelayanan melalui pelatihan
terstruktur sesuai keanekaragaman kebutuhan dokter di daerahnya masingmasing.
Sebelum sampai pada akhir risalah pendek yang merupakan ASPIRASI DOKTER
BOYOLALI ini, ijinkan kami mengingatkan bahwa semua pihak harus saling percaya
bahwa upaya ini dilakukan demi kepentingan bersama, benefit for all. Dengan kata lain,
upaya ini benar-benar bertujuan untuk membuat semua pihak tersenyum. Bukan demi
keuntungan beberapa pihak, tetapi membuat pihak lain menangis.
Begitu banyak problema yang sedang membelit negeri ini, juga di sektor kesehatan. Semua
yang kami perjuangkan ini semata-mata untuk kepentingan seluruh rakyat lndonesia. Jika
pendidikan dokter tidak berjalan dengan baik dan benar maka akan juga berdampak buruk
terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Dokter Boyolali dan Pengurus lDl cabang
Boyolali meyakini, semua persoalan bisa diselesaikan hanya dengan kerja kolektif dari kita
semua. Kerja kolektif tidak akan bisa dibangun tanpa adanya kesadaran kolektif.
Besar harapan kami risalah pendek yang merupakan ASPIRASI DOKTER BOYOLALIini
dapat membawa kita pada kesadaran kolektif, sehingga ke depan kita bisa kerja bahu
membahu dalam membangun bangsa dan negeri ini.