You are on page 1of 43

TINEA KAPITIS

A. DEFINISI

Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi
bersisik,kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis
yang berat,yang disebut kerion.1
Dalam pengertian lain Tinea kapitis juga dapat didefinisikan sebagai infeksi
dermatofita pada kulit kepala, alis mata dan bulu mata yang disebabkan oleh spesies
dari genus Microsporum dan Trichophyton.2

B. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton
dan Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T.
tonsurans, M. audoinii, M. canis, M.ferrugineum.2

C. EPIDEMIOLOGI
Tinea kapitis adalah infeksi jamur yang mengenai anak-anak berumur antara
4 dan 14 tahun. Walaupun jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton
tonsurans menjadi penyebab lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan United
Kingdom. Kasus- kasus di perkotaan biasanya didapatkan dari teman-teman atau
anggota keluarga. Kepadatan penduduk, hygien yang buruk dan malnutrisi protein
memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini.3

D. GEJALA KLINIK
Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas :1,4
1. Grey patch ringworm
Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan
oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit
mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan
membentuk bercak yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita
adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi.
Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut
dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang
oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat. Pada pemeriksaan
dengan lampu wood dapatdi lihat flouresensi hijau kekuningan pada rambut
yang sakit melampaui batas-batas grey tersebut 4
2. Kerion
Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang
yang padat disekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum caniis dan
Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak
kurang bila penyebabnya adalah Trichophyto violaceum. Kelainan ini dapat
menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap, parut
yang menonjol kadang-kadang dapat terbentuk.4
3. Black dot ringworm
Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan
Trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya
menyerupai kelainan yang di sebabkan oleh genus Microsporum. Rambut
yang terkena infeksi patah, tepat pada rambut yang penuh spora. Ujung
rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu
black dot, Ujung rambut yang patah kalau tumbuh kadang- kadang masuk ke
bawah permukaan kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk
mendapatkan bahan biakan jamur.4,6
E. TERAPI
Pada masa sekarang dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan
pemberian griseofulvin yang bersifat fungistatik. Bagan dosis pengobatan
griseofulvin berbeda-beda. Secara umum, griseofulvin dalam bentuk fine particle
dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk
anak-anak sehari atau 10-25mg per kgBB. Lama pengobatan bergantung pada
lokasi penyakit, penyebab penyakit dan keadaan imunitas penderita.7
Beberapa anti mikotik terbaru termasuk Ketokonazol, itraconazol,
terbinafine, dan fluconazol telah dilaporkan sebagai obat yang efektif dan aman.
Ketokonazol yang bersifat fungistatik, pada kasus-kasus resisten terhadap
griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200mg per hari selama 10
hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol merupakan
kontraindikasi untuk penderita kalainan hepar.7
Sebagai pengganti ketokonazol yang mempunyai sifat hepatotoksisk
terutama bila diberikan lebih dari 10 hari, dapat diberikan suatu obat tiazol yaitu
itrakonazol yang merupakan pemilihan yang baik. Pemberian obat tersebut untuk
penyakit kulit dan selaput lender oleh penyakit jamur biasanya cukup 2 x 100-
200mg sehari dalam kapsul selama 3 hari.6
Terbinafen yangbersifat fungsidal juga dapat diberikan sebagai penggati
griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62,5mg-250mg sehari bergantung
pada berat badan. Efek samping terbinafen ditemukan pada kira-kira 10%
penderita, yang tersering gangguan gastrointestinal di antaranya nausea, vomitus,
nyeri lambung, diare, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping yang lain
dapat berupa gangguan pengecapan, presentasinya kecil. Rasa pengecapan
hilang sebagian atau seluruhnya setelah beberapa minggu makan obat dan
bersifat sementara. Sefalgia ringan dapat pula terjadi. Gangguan fungsi hepar
dilaporkan pada 3,3 7% kasus.4
Pada infeksi ektotriks (misalnya M. audouinii, M. canis), pengobatan dalam
jangka yang lama diharuskan. Meskipun ketoconazol oral dapat di terima
sebagai alternat IF lain dari griseofulvin tetapi tidak dapat dipercaya sebagai
terapi pilihan karena resiko hepatotoksik dan biayanya yang mahal.3
Pada masa kini selain obat-obat topical konvensional, misalnya asam
salisil 2-4%, asam benzoate 6-12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, asam
undesilenat 2-5%, dan zat warna (hijau brilian 1% dalam cat castellani) dikenal
banyak obat topical baru.diantaranya tolnaftat 2%, tolsiklat,haloprogin,
derivate-derivat imidazol, siklopiroksolamin, dan naftifine masing-masing
1%.4
GONORE

A.Definisi
Gonore adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya keluar
cairan putih kental berupa nanah dari OUE (orifisium uretra eksternum)
sesudah melakukan hubungan kelamin (Siregar, 2004).

A. Epidemiologi

Diantara PMS yang lain, uretritis paling sering dijumpai, walaupun di


beberapa negara kedudukan ini telah digeser oleh uretritis non- gonore
Infeksi gonokokal 1,5 kali lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita,
dan lebih sering terjadi pada pria yang melakukan hubungan seksual
dengan sesama pria. Infeksi ini prevalensinya lebih tinggi pada kelompok
usia 15 sampai 35 tahun. Pada tahun 2000, wanita yang lebih banyak
terinfeksi adalah pada kelompok usia 15 sampai 19 tahun, sedangkan pria
yang lebih banyak terinfeksi adalah pada kelompok usia 20 sampai 24
tahun.
Insidensi gonore meningkat karena ada N. gonorrhoeae yang resisten
terhadap antibiotik, yaitu Penicillinase Producing Neisseria gonorrhoeae
(PPNG). Bakteri ini meningkat di banyak negeri, termasuk di Indonesia.

Insidensi tertinggi terjadi di negara berkembang. Prevalensi DGI pada


wanita hamil: 10% di Afrika, 5% di Amerika Latin, 4% di Asia.10 Insiden
gonore di Amerika Serikat meningkat secara dramatis pada tahun 1960
dan awal 1970 mencapai lebih dari 1 juta kasus dilaporkan setiap tahun.
Diperkirakan bahwa kurang dari sepertiga dari kasus baru dilaporkan.
Pada tahun 1980, terjadi penurunan lambat dalam kasus yang dilaporkan
kepada sekitar 700.000 per tahun. Penurunan bertahap terus dengan kurang
dari 400.000 kasus gonore dilaporkan pada tahun 2000. Tren penurunan
infeksi melambat, tapi terus berlanjut sampai 1997 (Freedberg, 2003);
(wolff, 2005).
B. Etiologi
penyebab penyakit gonore adalah Gonokokus yang ditemukan oleh
Neissr pada tahun 1879, dan kemudian baru ditemukan pada tahun 1982.
Setelah ditemukan kemudian kuman tersebut dimasukka dalam grup
Neisseria dan pada grup ini dikenal 4 spesies dan diantaranya adalah N.
gonorrhoeae, N. meningitidis dimana kedua spesies ini bersifat patogen.
Kemudian 2 spesies lainnya yang bersifat komensel diantaranya adalah N.
catarrhalis dan N. pharyngis sicca. Keempat spesies dari grup neisseria ini
sukar untuk dibedakan kecuai dengan menggunakan tes fermentasi.
Gonokokus termasuk golongan bakteri diplokok berbentuk seperti biji
kopi yang bersifat tahan terhadap asam dan mempunyai ukuran lebar 0,8
dan mempunyai panjang 1,6. dalam sediaan langsung yang diwarnai
dengan pewarnaan gram, kuman tersebut bersifat gram negatif, tampak
diluar dan didalam leukosit, kuman ini tidak tahan lama di udara bebas,
cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan terhadap suhu diatas 39oc,
dan kuman ini tidak tahan terhadap zat desinfektan (Djuanda, 2008);
(Barakbah, 2005); (wolff, 2005).
Gonokokus termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi, yang
memiliki ukuran lebar 0,8 m dan panjang 1,6 m, bersifat tahan asam.
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat Gram negatif,
terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas,
cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39C, dan tidak
tahan zat disinfektan.
Secara morfologik, gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan
2 yang mempunyai pili dan bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak
mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa
epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah
terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng
yang belum berkembang, yaitu pada vagina wanita sebelum pubertas.
Gambar. Neisseria gonorrhoeae

C. Patogenesis
Kuman N. gonorrhoeae menyerang membran mukosa berepitel
kolumner.Pada wanita, endoserviks merupakan tempat primer dari infeksi
gonore (80-90%), kemudian pada uretra (80%), rektum (40%), dan faring (10-
20%).Dapat terjadi infeksi asenden hingga mencapai tuba falopii dan ovarium
saat terjadinya menstruasi.
Kuman ini mempunyai pili dan beberapa protein permukaan, sehingga
dapat melekat pada sel epitel kolumner dan menuju ruang subepitelial. Dengan
adanya lipooligosakarida akan menimbulkan invasi dan destruksi sel epitel
mukosa dan lapisan submukosa secara progresif, disertai dengan respons dari
lekosit polimorfonuklear yang hebat. Peradangan dan destruksi sel epitel
tersebut menimbulkan duh tubuh mukopurulen.
Gambar 4 Patogenesis infeksi N.Gonore
D. Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan adhesi pada sel mukosa ( urethra, vagina, rectum,
tenggorokan) kemudian penetrasi ke submukosa dan menyebar baik secara langsung maupun
hematogen (Daili, 2009).
1. Langsung
Pada pria menyebabkan prostatitis dan epididymitis, sedangkan pada
wanita langsung menyebar ke kelenjar Bartholin, paraserviks, tuba falopii, dst
(Daili, 2009).
2. Hematogen
Hanya 1% kasus, kebanyakan dari asymptomatic infection pada
wanita. Inidisebabkan adanya kelainan pertahanan tubuh, misalnya.
Defisiensi C6-9 atau bakteri yang kebal terhadap antibodi dan
komplemen, bakteri dengan protein porin A pada dinding sel kemudian
menginaktivasi C3b. Manifestasi berupa arthritis, lesikulit, dan
tenosynovitis.

E. Faktor Resiko
Pada umumnya, penularan gonore melalui hubungan kelamin yaitu
secaragenito-genital, oro-genital, dan ano-genital. Tetapi dapat juga menular
melalui alatalat,pakaian, handuk, dan sebagainya.
Beberapa faktor risiko infeksi ini:
Melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi tanpa pelindung
dan partner seksual yang banyak.
Pada anak-anak infeksi ini dapat terjadi akibat pelecehan seksual
yangdilakukan oleh orang yang terinfeksi.
Pada bayi saat melewati jalan kelahiran dari ibu yang terinfeksi.

F. Manifestasi Klinis
Masa tunas gonorrhoeae sangat singkat yaitu sekitar 2 hingga 5 hari pada
pria. Sedangkan pada wanita, masa tunas sulit ditentukan akibat adanya
kecenderungan untuk bersifat asimptomatis pada wanita.
Keluhan subjektif yang paling sering timbul adalah rasa gatal, disuria,
polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen dari ujung uretra yang kadang-kadang
dapat disertai darah dan rasa nyeri pada saat ereksi. Pada pemeriksaan orifisium
uretra eksternum tampak kemerahan, edema, ekstropion dan pasien merasa panas.
Pada beberapa kasus didapati pula pembesaran kelenjar getah bening inguinal
unilateral maupun bilateral.
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari pria.
Pada wanita, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati
kelainan objektif. Adapun gejala yang mungkin dikeluhkan oleh penderita wanita
adalah rasa nyeri pada panggul bawah, dan dapat ditemukan serviks yang
memerah dengan erosi dan sekret mukopurulen (Manuaba, 2008).
J. Pengobatan

1. Medikamentosa
- Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap
penicilin,banyak strain yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin,
amoksisilin, dantetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
- Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1
grprobonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan
pengobatanyang memadai.
- Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan
penderitayang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr
untuk wanita.
- Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan
meningitisgonokokus.
Rincian pengobatan duh tubuh uretra
Pengobatan uretritis gonore Pengobatan uretritis non-gonore

Pilihlah salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan dibawah ini

Sefiksim 400mg per oral, dosis tunggal Doksisiklin* 100mg peroral,2x1 selama
7hari,
atau
atau
Levofloksasin * 250mg per oral dosis
tunggal Azitromisin 1 g per oral, dosis tunggal

Pilihan pengobatan lain

Kanamisin 2 g i.m. dosis tunggal, atau Tetrasiklin*500mg peroral, 4x1 selama


7hari,
atau
atau
Tiamfenikol* 3,5 mg per oral, dosis tunggal
Eritromisin 500mg peroral, 4x1 selama
atau 7hari,

Spektinomisin 2gr im dosis tunggal (bila ada kontraindikasi tetrasiklin)

* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12 tahun
dan remaja.

WHO merekomendasikan agar menggunakan dosis tunggal untuk gonore, dan


dosis ganda untuk klamidiosis.

Duh Tubuh Uretra Persisten/ Rekuren


Gejala uretritis yang persisten (setelah pengobatan satu kur selesai)) atau
rekuren (setelahdinyatakan sembuh, muncul lagi dalam waktu 1 minggu tanpa
hibungan seksual) mungkindisebabkan oleh resiostensi obat, atau sebagai akibat
kekurang-patuhan meminum obat ataureinfeksi. Namun pada beberpa kasus hal
ini mungkin akibat infeksi oleh Trichomonasvaginalis (Tv). Sebagai protozoa
diperkirakan bahwa Tv memakan kuman gonokokustersebut (fagositosis),
sehingga kuman gonokokus tersebut terhindar dari pengaruhpengobatan, setelah
Tv-nya mati maka kuman gonokokus tersebut kembali bisa melepaskandiri dan
berkembang biak.
Ada temuan baru yang menunjukan bahwa disuatu daerah tertentu bisa di
jumpaiprevalens Tv yang tinggi pada laki-laki dengan keluhan duh tubuh uretra.
Bilamana gejaladuh tubuh tetap ada atau timbul gejala kambuhan setelah
pemberian pengobatan secara benarterhadap gonore maupun klamidiosis pada
kasus indeks dan mitra seksualnya, maka pasientersebut harus diobati untuk
infeksi Tv. Hal ini hanya dilakukan bila ditunjang dataepidemiologis setempat.
Bilamana simptom tersebut masih ada sesudah pengobatan Tv, makapasien
tersebut harus dirujuk. Sampai saat ini data epidemiologi trikomoniasis pada pria
diIndonesia sangat sedikit, oleh karena itu, bila gejala duh tubuh uretra masih ada
setelahpemberian terapi awal sebaiknya penderita dirujuk pada tempat dengan
fasilitas laboratoriumyang lengkap.
Pengobatan uretritis gonore Pengobatan uretritis non-gonore

Pilihlah salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan dibawah ini

Sefiksim 400mg per oral, dosis tunggal Doksisiklin** 100mg peroral,2x1 selama
7hari,
atau
atau
Levofloksasin * 250mg per oral dosis
tunggal Azitromisin 1 g per oral, dosis tunggal

Pilihan pengobatan lain

Tiamfenikol* 3,5 mg per oral, dosis Tetrasiklin**500mg peroral, 4x1 selama


tunggal 7hari,

atau atau

Kanamisin 2 g i.m. dosis tunggal, Eritromisin 500mg peroral, 4x1 selama


7hari,
atau
(bila ada kontraindikasi tetrasiklin)
Spektinomisin 2 g i.m. dosis tunggal

Pengobatan Trichomonas vaginalis

Pengobatan yang dianjurkan Pilihan pengobatan lain

Metronidazol 2 g per oral, dosis tunggal Metronidazol 400 atau 500 mg per oral,
2x sehari,
atau
selama 7 hari, atau
Tinidazol 2 g per oral, dosis tunggal Tinidazol500 mg per oral, 2x sehari,
selama 5 hari

* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12 tahun
dan remaja.

Infeksi yang Menyebar


Gonore dengan Komplikasi
Gonore dengan komplikasi seperti bartolinitis, epididimitis, orkitis dan
lainlain,harus diobati dengan rejimen dosis ganda (multipel dose).
Cara pengobatan yang dianjurkan
Lama pengobatan per oral 5 hari, dan per injeksi 3 hari :
- Sefiksim, 400 mg, per oral, dosis tunggal sekali sehari atau
- Levofloksasin 250 mg per oral dosis tunggal sekali sehari
Pilihan pengobatan lain
Lama pengobatan per oral 5 hari, dan per injeksi 3 hari :
- Tiamfenikol, 3,5 g, per oral, sekali sehari, atau
- Kanamisin, 2 g, intramuskuler, dosis tunggal sekali sehari, atau
- Spektinomisin, 2 g, intramuskuler, dosis tunggal sekali sehari.
Untuk meningitis dan endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus dapat
diberikan dalam dosis yang sama, namun memerlukan jangka waktu pemberian
yanglebih lama, yaitu selama 4 minggu untuk endokarditis.
2. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
- Bahaya penyakit menular seksual
- Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
- Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks
tetapnya
- Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika
tidakdapat dihindari.
- Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang (Wilson,
2009)
SKABIES
A. Definisi
Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal
agogo. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.(1)
Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua geografi daerah,
semua kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi masalah utama pada
daerah yang padat dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk, dan negara
dengan keadaan perekonomian yang kurang. Skabies ditularkan melalui kontak
fisik langsung. (skin-to-skin) maupun tak langsung (pakaian, tempat tidur, yang
dipakai bersama).(2,3)
Gejala utama adalah pruritus intensif yang memburuk di malam hari atau kondisi
dimana suhu tubuh meningkat. Lesi kulit yang khas berupa terowongan, papul,
ekskoriasi dan kadang-kadang vesikel.(4,5)
Tungau penyebab skabies merupakan parasit obligat yang seluruh siklus hidupnya
berlangsung di tubuh manusia. Tungau tersebut tidak dapat terbang atau meloncat
namun merayap dengan kecepatan 2.5 cm per menit pada kulit yang hangat. (6)

EPIDEMIOLOGI
Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Daerah
endemik skabies adalah di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika, Mesir,
Amerika Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara, Australia, Kepulauan Karibia,
India, dan Asia Tenggara.(2,7)
Diperkirakan bahwa terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terjangkit
tungau skabies.(6) Studi epidemiologi memperlihatkan bahwa prevalensi skabies
cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja dan tidak dipengaruhi oleh jenis
kelamin, ras, umur, ataupun kondisi sosial ekonomi. Faktor primer yang
berkontribusi adalah kemiskinan dan kondisi hidup di daerah yang padat,(7)
sehingga penyakit ini lebih sering di daerah perkotaan. (3)
Terdapat bukti menunjukkan insiden kejadian berpengaruh terhadap musim
dimana kasus skabies lebih banyak didiagnosis pada musim dingin dibanding
musim panas. Insiden skabies semakin meningkat sejak dua dekade ini dan telah
memberikan pengaruh besar terhadap wabah di rumah-rumah sakit, penjara, panti
asuhan, (3) dan panti jompo. (8)
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor
yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: higiene yang buruk,
kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologi. Penyakit ini
dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).(1)

PATOGENESIS
Reaksi alergi yang sensitif terhadap tungau dan produknya memperlihatkan peran
yang penting dalam perkembangan lesi dan terhadap timbulnya gatal.(9) S.
Scabiei melepaskan substansi sebagai respon hubungan antara tungau dengan
keratinosit dan sel-sel Langerhans ketika melakukan penetrasi ke dalam kulit.
(11)
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan keterlibatan reaksi hipersensitivitas
tipe IV dan tipe I. (9,11) Pada reaksi tipe I, pertemuan antigen tungau dengan
Imunoglobulin-E pada sel mast yang berlangsung di epidermis menyebabkan
degranulasi sel-sel mast. Sehingga terjadi peningkatan antibodi IgE. Keterlibatan
reaksi hipersensitivitas tipe IV akan memperlihatkan gejala sekitar 10-30 hari
setelah sensitisasi tungau (11) dan akan memproduksi papul-papul dan nodul
inflamasi yang dapat terlihat dari perubahan histologik dan jumlah sel limfosit T
banyak pada infiltrat kutaneus. (9) Kelainan kulit yang menyerupai dermatitis
tersebut sering terjadi lebih luas dibandingkan lokasi tungau dengan efloresensi
dapat berupa papul, nodul, vesikel, urtika dan lainnya. Akibat garukan yang
dilakukan oleh pasien dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta hingga terjadinya
infeksi sekunder. (12)
Cara penularan skabies:
Skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tidak
langsung.(7) Penularan melalui kontak langsung (skin-to-skin) menjelaskan
mengapa penyakit ini sering menular ke seluruh anggota keluarga.(11) Penularan
secara tidak langsung dapat melalui penggunaan bersama pakaian, handuk,
maupun tempat tidur. Bahkan dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual
antar penderita dengan orang sakit,(1) namun skabies bukan manifestasi utama
dari penyakit menular seksual. (7)

PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektivitas yang
bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain umur
pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan factor kegagalan terapi yang
pernah diberikan sebelumnya.(3)
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan
tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di daerah sela-sela
jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga.
Pada pasien anak dan scabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus
dioleskan skabisid topikal. Pasien harus diinformasikan bahwa walaupun telah
diberikan terapi skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap
menetap hingga 4 minggu. Jika tidak diberikan penjelasan, pasien akan
beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak berhasil dan kemudian akan
menggunakan obat anti scabies secara berlebihan. Steroid topikal, anti histamin
maupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan untuk menghilangkan
ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah pemberian terapi skabisid
yang lengkap.(3)
a. Penatalaksanaan secara umum
Edukasi pada pasien skabies : (17)
1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
2. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada
malam hari sebelum tidur.
3. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan
bila perlu direndam dengan air panas
5. Jangan ulangi penggunaan skabisd yang berlebihan dalam seminggu
walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.
6. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang
sama (17) dan ikut menjaga kebersihan (13)
b. Penatalaksanaan secara khusus
Pengobatan skabies harus efektif terhadap tungau dewasa, telur dan produknya,
mudah diaplikasikan, nontoksik, tidak mengiritasi, aman untuk semua umur, dan
terjangkau biayanya.(11) Pengobatan skabies yang bervariasi dapat berupa topikal
maupun oral.

a. Permethrin
Merupakan sintesa dari pyrethroid, (11,18) dan bekerja dengan cara mengganggu
polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan natrium. Hal ini
memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit.
(11,19) Obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena
efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah (11,13) dan kecenderungan
keracunan akibat kesalahan dalam penggunaannya sangat kecil. (13) Hal ini
disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorpsi di kulit dan cepat
dimetabolisme yang kemudian dikeluarkan kembali melalui keringat dan sebum,
dan juga melalui urin. (11,13) Belum pernah dilaporkan resistensi setelah
penggunaan obat ini.(13)
Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan selama 8-12 jam
dan setelah itu dicuci bersih. (11) Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan
pemberian kedua setelah 1 minggu. (13)
Permethrin jarang diberikan pada bayi-bayi yang berumur kurang dari 2 bulan,
wanita hamil dan ibu menyusui.(13) Wanita hamil dapat diberikan dengan aplikasi
yang tidak lama sekitar 2 jam. (11) Efek samping jarang ditemukan, berupa rasa
terbakar, perih dan gatal,(13) namun mungkin hal tersebut dikarenakan kulit yang
sebelumnya memang sensitive dan terekskoriasi.(11)
b. Presipitat Sulfur 2-10%
Sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25 M.
(11,17) Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan
umumnya salep konsentrasi 6% lebih disukai. Cara aplikasi salep sangat
sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh selama
24 jam selama tiga hari berturut-turut.(13,17) Keuntungan penggunaan obat ini
adalah harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya pilihan di
negara yang membutuhkan terapi massal.(17)
Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hydrogen
sulfide dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germicid dan fungicid.
Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil
dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian
pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang
menimbulkan iritasi.(13)
c. Benzyl benzoate
Benzil benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil (17) yang
merupakan bahan sintesis balsam peru.(11) Benzil benzoate bersifat neurotoksik
pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24
jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi
12,5%. Benzil benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan
secara kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzil benzoate dapat
menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus
diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang
dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita
hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzil
benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies. Di negara-
negara berkembang dimana sumber daya yang terbatas, benzil benzoate
digunakan dalam pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih
murah.(17,20)
d. Gamma benzene heksaklorida (Lindane)
Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah sebuah
insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Lindane diserap
masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh
bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan
kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau. (17,20) Lindane
dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses. (17)
Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan tidak
berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari
leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion. Setelah
pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. (11,13)
Hal ini untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh
pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan Lindane
selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam
7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi lain selain 1%.(13)
Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP, kejang, dan
bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis
toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah,
gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang,
kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane
dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia aplastik,
trombositopenia, dan pancytopenia.(11)

e. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine)


Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau
lotion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil terbaik telah
diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut setelah
mandi dan mengganti pakaian (11,13) dari leher ke bawah selama 2 malam
kemudian dicuci setelah aplikasi kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa
iritasi bila digunakan jangka panjang.(13)
Beberapa ahli beranggapan bahwa crotamiton krim ini tidak memiliki
efektivitas yang tinggi terhadap skabies. Crotamiton 10% dalam krim atau losion,
tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan
anak kecil. (11)
f. Ivermectin
Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh Streptomyces
avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotic makrolid, namun tidak
mempunyai aktifitas sebagai antibiotic, diketahui aktif melawan ekto dan endo
parasit. Digunakan secara meluas pada pengobatan hewan, pada mamalia, pada
manusia digunakan untuk pengobatan penyakit filarial terutama oncocerciasis.
Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk
scabies. Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus
tentang formulasi ivermectin topikal efektif untuk mengobati scabies. Efek
samping yang sering adalah kontak dermatitis dan toxicepidermal necrolysis.(13)
g. Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3
bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.(13)
h. Malathion
Malathion 0,5% adalah insektisida organosfosfat (11) dengan dasar air
digunakan selama 24%. Pemberian berikutnya beberapa hari kemudian.(13)
Namun saat ini tidak lagi direkomendasikan karena berpotensi memberikan efek
samping yang buruk.(11)
c. Penatalaksanaan skabies berkrusta
Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun skabies
berkrusta berespon lebih lambat dan umumnya membutuhkan beberapa
pengobatan dengan skabisid. Kulit yang diobati meliputi kepala, wajah, kecuali
sekitar mata, hidung, mulut dan khusus dibawah kuku jari tangan dan jari kaki
diikuti dengan penggunaan sikat di bagian bawah ujung kuku. Pengobatan diawali
dengan krim permethrin dan jika dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur.
Mungkin sangat membantu bila sebelum terapi dengan skabisid diobati dengan
keratolitik.(13)
d. Penatalaksanaan skabies nodular
Nodul tidak mengandung tungau namun merupakan hasil dari reaksi
hipersensitivitas terhadap produk tungau. Nodul akan tetap terlihat dalam
beberapa minggu setelah pengobatan. Skabies nodular dapat diobati dengan
kortikosteroid intralesi (11) atau menggunakan primecrolimus topikal dua kali
sehari. (11,21)
e. Pengobatan terhadap komplikasi
Pada infeksi bakteri sekunder dapat digunakan antibiotik oral.(13)
f. Pengobatan simptomatik
Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal yang
secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan anti
skabeis yang adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi kulit yang
sangat aktif dan aplikasi pelumas atau emolient pada lesi yang kurang aktif
mungkin sangat membantu, dan pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon
0,1% .(13)
Tabel 1. Pengobatan Skabies (3)
Jenis Obat Dosis Keterangan
Permethrin 5% cream Dioleskan selama 8-14 jam, diulangi selama 7 hari.
Terapi lini pertama di US dan kehamilan kategori B
Lindane 1% lotion Dioleskan selama 8 jam setelah itu dibersihkan, olesan kedua
diberikan 1 minggu kemudian. Tidak dapat diberikan pada anak umur 2 tahun
kebawah, wanita selama masa kehamilan dan laktasi.
Crotamiton 10% cream Dioleskan selama 2 hari berturut-turut, lalu diulangi
dalam 5 hari. Memiliki efek anti pruritus tetapi efektifitasnya tidak sebaik
topikal lainnya.
Precipitatum Sulfur 5-10% Dioleskan selama 3 hari lalu dibersihkan. Aman
untuk anak kurang dari 2 bulan dan wanita dalam masa kehamilan dan laktasi,
tetapi tampak kotor dalam pemakaiannya dan data efisiensi obat in masih kurang.
Benzyl Benzoat 10% lotion Dioleskan selama 24 jam lalu dibersihkan Efektif
namun dapat menyebabkan dermatitis pada wajah
Ivermectin 200 g/kg Dosis tunggal oral, bisa diulangi selama 10-14 hari
Memiliki efektifitas yang tinggi dan aman. Dapat digunakan bersama bahan
topikal lainnya. Digunakan pada kasus-kasus scabies berkrusta dan scabies
resisten.
Setelah pengobatan berhasil untuk membunuh tungau skabies, masih terdapat
gejala pruritus selama 6 minggu sebagai reaksi eczematous atau masa
penyembuhan. Pasien dapat diobati dengan Emolien dan kortikosteroid topikal,
dengan atau tanpa antibiotik topikal tergantung adanya infeksi sekunder oleh
Staphylococcus aureus. Crotamiton antipruritic topikal sering membantu pada
kulit yang gatal.(20)
Keluhan sering ditemukan pada pasien yaitu mengalami gejala yang berkelanjutan
selama 2-6 minggu setelah pengobatan berhasil. Hal ini karena respon tubuh dari
kekebalan terhadap antigen tungau. Jika gejalanya menetap di luar 2 minggu, itu
mungkin karena diagnosis awal yang tidak sesuai, aplikasi obat yang salah
menyebabkan tungau skabies tetap ditemukan pada pasien . Kebanyakan kambuh
karena reinfeksi dan tidak diobati.(17)

PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang
kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal
skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran
scabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang
masih dalam periode inkubasi asimptomatik.(3)
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan
pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan
dikeringkan dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari
diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (vacuum
cleaner).(3)

DERMATITIS KONTAK ALERGI

A. DEFINISI
Dermatitis kontak alergi tidak berhubungan dengan atopi. DKA merupakan
reaksi hipersensitivitas tipe lambat, atau reaksi imunologi tipe IV, dimediasi
terutama oleh limfosit yang sebelumnya tersensitisasi, yang menyebabkan
peradangan dan edema pada kulit.
B. ETIOLOGI
Sekitar 25 bahan kimia yang tampaknya memberi pengaruh terhadap sebanyak
setengah dari semua kasus DKA. Ini termasuk nikel, pengawet, pewarna, dan
parfum.10 Bahan- bahan yang sering menyebabkan DKA
C. PATOFISIOLOGI
Fase sensitisasi Alergen atau hapten diaplikasikan pada kulit dan diambil
oleh sel Langerhans. Antigen akan terdegradasi atau diproses dan terikat
pada Human Leucocyte Antigen-DR (HLA- DR), dan kompleks yang
diekspresikan pada permukaan sel Langerhans. Sel 5 Langerhans akan
bergerak melalui jalur limfatik ke kelenjar regional, dimana akan terdapat
kompleks yang spesifik terhadap sel T dengan CD4-positif. Kompleks
antigen- HLA-DR ini berinteraksi dengan reseptor T-sel tertentu (TCR)
dan kompleks CD3. Sel Langerhans juga akan mengeluarkan Interleukin-1
(IL-1). Interaksi antigen dan IL-1 mengaktifkan sel T. Sel T mensekresi
IL-2 dan mengekspresikan reseptor IL-2 pada permukaannya. Hal ini
menyebabkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel T spesifik yang beredar
di seluruh tubuh dan kembali ke kulit.2 Tahap elisitasi Setelah seorang
individu tersensitisasi oleh antigen, sel T primer atau memori dengan
antigen-TCR spesifik meningkat dalam jumlah dan beredar melalui
pembuluh darah kemudian masuk ke kulit. Ketika antigen kontak pada
kulit, antigen akan diproses dan dipresentasikan dengan HLA-DR pada
permukaan sel Langerhans. Kompleks akan dipresentasikan kepada sel T4
spesifik dalam kulit (atau kelenjar, atau keduanya), dan elisitasi dimulai.
Kompleks HLA-DR-antigen berinteraksi dengan kompleks CD3-TCR
spesifik untuk mengaktifkan baik sel Langerhans maupun sel T. Ini akan
menginduksi sekresi IL-1 oleh sel Langerhans dan menghasilkan IL-2 dan
produksi IL-2R oleh sel T. Hal ini menyebabkan proliferasi sel T. Sel T
yang teraktivasi akan mensekresi IL-3, IL- 4, interferon-gamma, dan
granulocyte macrophage colony-stimulating factor (GMCSF). Kemudian
sitokin akan mengaktifkan sel Langerhans dan keratinosit. Keratinosit
yang teraktivasi akan mensekresi IL-1, kemudian IL-1 mengaktifkan
phospolipase. Hal ini melepaskan asam arakidonik untuk produksi
prostaglandin (PG) dan leukotrin (LT). PG dan LT menginduksi aktivasi
sel mast dan pelebaran pembuluh darah secara langsung dan pelepasan
histamin yang melalui sel mast. Karena produk vasoaktif dan
chemoattractant, sel-sel dan protein dilepaskan dari pembuluh darah.
Keratinosit yang 6 teraktivasi juga mengungkapkan intercellular adhesion
molecule-1 (ICAM-1) dan HLA-DR, yang memungkinkan interaksi
seluler langsung dengan sel-sel darah.2
D.PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan awal dari semua jenis DKA diduga terdiri dari reduksi
atau, jika memungkinkan, eliminasi semua alergen yang dicurigai dan
penggunaan steroid topikal atau - terutama di wajah - inhibitor kalsineurin
topikal untuk mengembalikan kulit menjadi normal.5
Pencegahan Menghindari Alergen Setelah kemungkinan penyebab
masalah dermatologi pasien telah ditentukan oleh uji tempel, sangat
penting untuk menyampaikan informasi ini kepada pasien dengan cara
yang mudah dimengerti. Ini melibatkan penjelasan cermat terhadap bahan
yang mengandung alergen.5 Namun, untuk beberapa bahan kimia (seperti
nikel dan kromium logam), penghindaran langsung setelah sekali
sensitisasi tidak selalu menghasilkan perbaikan gejala. Secara keseluruhan,
prognosis untuk alergi akibat kerja ini buruk. Dengan demikian,
menghindari alergen yang sudah pernah terpapar sekali adalah pencegahan
yang tidak memadai. Selain itu, menasihati pekerja dengan DKA untuk
meninggalkan posisi mereka saat ini mungkin bukan saran terbaik,
terutama jika perubahan pekerjaan akan menghasilkan dampak ekonomi
yang signifikan buruk.3
DERMATITIS KONTAK IRITAN
A. DEFINISI
Dermatitis kontak iritan merupakan suatu kelainan kulit yang ditandai dengan
peradangan lokal terhadap berbagai bahan kimia dan/atau fisik. Penyakit ini
merupakan efek langsung dari bahan iritan pada kulit yang menjadi racun
untuk sel-sel kulit.
B.ETIOLOGI

Sejatinya, hampir semua bahan dapat menimbulkan iritasi terhadap kulit jika
paparannya terjadi cukup lama atau konsentrasi zat tersebut cukup tinggi.
Dermatitis kontak iritan dapat terjadi apabila bahan kimia atau fisik merusak
permukaan kulit atau lebih parah. Harus Anda tahu, bahwa kulit manusia lebih
mudah untuk mengalami kerusakan dibandingkan memperbaiki kerusakan. Bahan
iritan merusak pertahanan kulit yang berupa struktur minyak dan pengatur
kelembapan alami dari lapisan luar kulit, sebelum akhirnya dapat menembus lebih
dalam dan menyebabkan kerusakan lebih hingga timbul peradangan pada kulit.

Beberapa hal yang dapat menimbulkan penyakit ini, ialah :

1. Cairan logam.Pekerja yang terpapar oleh zat ini (logam cair) akan lebih
banyak mengalamnya dibandingkan mereka yang tidak terpapar. Zat surfaktan
pada cairan tersebut lah yang merupakan penyebab utama timbulnya penyakit
ini
2. Zat pelarut.Zat alkohol seringkali ditemukan sebagai bahan pelarut utama.
Individu yang terpapar bahan ini dapat menderita penyakit ini, karena alkohol
sendiri dapat menyebabkan lemak pada kulit menghilang sehingga kulit lebih
rentan terhadap bahan kimia lainnya.
3. Trauma mekanik.Gesekan atau tekanan pada kulit dapat menimbulkan bintik
merah hingga kemerahan pada kulit. Hal ini dapat membuat lapisan kulit
luar Anda Menggosok atau menggaruk kulit secara kasar dan terus-menerus
akan menimbulkan penebalan pada kulit. Karenanya, penggesekan maupun
tekanan yang kasar pada kulit merupakan penyebab utama dermatitis pada
anak.
4. Sarung tangan berbahan karet. Pada beberapa individu, sarung tangan karet
dapat memicu timbulnya iritasi pada kulit. Sarung tangan karet yang bolong
memungkinkan bahan iritan menembus kulit secara
langsungsehingga akhirnya menimbulkan penyumbatan terhadap kulit.
Penyumbatan ini dapat meningkatkan kerusakan dan membuat kulit menjadi
iritasi.
5. Zat asam.Individu yang terpapar zat asam akan menunjukan gejala iritasi
pada kulitnya. Kulit yang telah terpapar zat asam umumnya akan menderita
sakit yang cukup berat dan penangannya pun lebih sulit.
6. Zat basa.Zat ini dapat ditemukan pada sabun dan bisa lebih banyak
menyebabkan iritasi dibandingkan zat asam. Hal ini dikarenakan sistem
pertahanan kulit alami yang terdapat pada sesorang umumnya memiliki pH
asam. Nah, jika pH asam tersebut terpapar dengan zat basa yang berlebihan,
tentunya akan mengikis kulit pada lapisan terluar.
7. Udara kering. Udara yang kering dan suhu tinggi dapat menyebabkan kulit
lebih rentan terkena iritasi. Selain itu, cuaca yang panas juga dapat memicu
kulit untuk menjadi iritasi.
8. Air. Kulit yang terpapar air secara terus-menerus dapatmenjadi kering dan
memiliki pertahanan yang rapuh sehingga menimbulkan iritasi.

Gejala

Tingkat keparahan dermatitis kontak iritan cukup beragam dan dipengaruhi oleh
banyak faktor, seperti:

1. Jumlah dan kekuatan suatu bahan yang membuat iritasi,


2. Lamanya kulit terpapar (contohnya, paparan pendek atau paparan rendah
berulang / lama),
3. Pertahanan kulit (contohnya, kulit tebal, tipis, berminyak, kering, sangat
kencang, atau kulit sebelumnya rusak), dan
4. Faktor lingkungan (contohnya, suhu yang panas atau dingin).

Nah, untuk gejalanya, berikut adalah beberapa tanda yang dapat timbul:

1. Kemerahan pada kulit


2. Penebalan pada kulit
3. Kulit menjadi kering
4. Lepuhan atau gelembung pada kulit
5. Sensasi gatal, terbakar atau menyengat
6. Kulit yang terkena timbul rasa sakit
7. Nanah
8. Suhu tubuh meningkat

Walaupun tangan dan wajah merupakan area yang paling sering terkena, namun
penyakit ini tetap dapat terjadi pada bagian tubuh mana pun. Gejala dapat timbul
segera atau 48 jam setelah terpapar bahan iritan. Jika Anda mencegah kulit yang
teriritasi agar terhindar dari paparan zat iritan, biasanya kulit akan beregenerasi
kembali dalam beberapa hari atau minggu. Meskipun demikian, beberapa individu
mengalami gejala ini dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan sehingga
memengaruhi kualitas hidupnya.

Diagnosis

Dokter dapat mendiagnosis Anda terkena dermatitis kontak iritan melalui gejala
yang timbul pada kulit. Jika sudah terdiagnosis, maka identifikasi dari zat yang
memicu terjadinya penyakit ini akan dilakukan. Setelah teridentifikasi, sebaiknya
Anda mulai berusaha untuk menghindari zat tersebut sehingga gejala dapat
berkurang. Riwayat kesehatan sebelumnya, pekerjaan, kebiasaan hingga hobi
penting untuk Anda diskusikan dengan dokter. Tak hanya itu, dokter pun akan
melakukan beberapa tes tambahan jika diperlukan.

Pencegahan dan Pengobatan

Sejatinya, pencegahan yang paling baik adalah dengan menghindari penyebabnya.


Perlunya identifikasi zat iritan dan menghindarinya merupakan langkah awal
untuk mencegah terjadinya penyakit ini. Berikut adalah langkah-langkahnya :
1. Identifikasi dan hindari bahan iritan.Gejala penyakit ini seharusnya tidak
terjadi jika Anda dapat menghindari serta mengurangi paparan zat yang dapat
mengiritasi kulit.
2. Gunakanlah pelindung.Pelindung berfungsi untuk meminimalisir kulit Anda
untuk melakukan kontak terhadap zat iritan.
3. Gunakan krim pelembapalami. Pelembap alami dapat mengurangi
terjadinya penyakit ini. Penggunaan yang benar dan tepat akan membuat suatu
pertahanan antara kulit dengan bahan iritan.

Sedangkan untuk pengobatannya, secara umum bertujuan untuk membantu dalam


mengurangi gejala yang tejadi. Pada beberapa penderita, gejala yang timbul akibat
penyakit ini menghilang seluruhnya.

Beberapa pengobatan akan diberikan pada penderita, antara lain:

1. Emolien. Emolien merupakan pelembab kulit yang dapat menyegarkan dan


membentuk pertahanan pada kulit. Penggunaan obat ini biasa diberikan pada
penderita yang mengalami kulit kering atau bersisik. Namun, Anda harus
berhati-hati sebab beberapa emolien dapat menyebabkan iritasi pada sebagian
Maka itu, konsultasikanlah kepada dokter Anda terlebih dahulu sebelum
memulai penggunaan obat ini.
2. Kortikosteroid topikal.Pengunaan obat ini berfungsi untuk mengurangi
kemerahan, sakit hingga meradang pada kulit. Beberapa efek sampingnya
ialah penipisan kulit, perubahan warna kulit, dan timbul bintik-bintik pada
kulit.
3. Kortiosteroid oral.Penggunaan obat ini diberikan pada penderita yang
mengalami kelainan kulit pada area yang luas. Efek sampingnya ialah
peningkatan tekanan darah, osteoporosis, dan diabetes. Pada anak-anak efek
samping obat ini dapat mengganggu pertumbuhannya.
PSORIASIS

A. DEFINISI

Psoriasis merupakan salah satu masalah atau penyakit kulit berupa peradangan
kronis pada kulit, yang mana penderitanya lebih cepat mengalami pergantian
kulit.Psoriasis merupakan penyakit autoimun kronik yang menimpa kulit.
Penyakit ini juga memiliki sifat kambuhan dengan tanda berupa lepuhan, dimana
lepuhan tersebut berwarna merah dan ukurannya beragam, serta dilapisi oleh sisik
kering berwarna keperakan.

B. ETIOLOGI

Belum diketahui apa penyebab pasti psoriasis. Namun, diduga penyakit ini
disebabkan oleh autoimun atau sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel-sel
kulit yang normal atau sehat. Saat terserang sistem kekebalan tubuh, sel kulit yang
seharusnya melawan infeksi justru menggandakan dirinya dengan cepat sehingga
akibatnya terjadi penebalan kulit. Secara pasti masih belum diketahui mengapa
kinerja sistem kekebalan tubuh keliru. Namun, lingkungan dan gen diduga kuat
sebagai penyebabnya.

Dalam keadaan normal tubuh akan memproduksi dan mengganti sel kulit mati
beberapa minggu sekali. namun, pada penderita psoriasis akan mengalaminya
hanya dalam hitungan hari saja, sehingga akibatnya terjadi penumpukan sel-sel
kulit yang sudah mati dan akhirnya akan membentuk penebalan kulit, bersisik,
memerah dan mengelupas.

Faktor keturnan diduga dapat meningkatkan resiko penyakit ini.

Penderita psoriasis bisa mencegah kambuhnya gejala dengan menghindari


beberapa faktor yang dapat memicu seperti di bawah ini:

Cedera kulit yang disebabkan karena tergores, terbakar sinar matahari, atau
karena gigitan serangga.
Mengkonsumsi minuman keras berlebihan.
Infeksi pada tenggorokan. Psoriasis guttate yang biasanya menyerang anak-anak
dan remaja tumbuh setelah penderitanya mengalami infeksi tenggorokan.
Pengaruh obat-obatan tertentu.
Kondisi cuaca bisa menjadi pemicu psoriosis. Penyakit ini akan muncul ketika
cuaca dingin dan kering. Sementara gejalanya akan berkembang selama cuaca
cerah atau lembab.
Stres berat berperan juga dalam memicu psoriasis. Berdasarkan penelitian, stres
dapat meningkatkan keaktifan faktor imun yang berhubungan dengan psoriasis.
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus dapat meningkatkan
pembentukan psoriasis.

Pengobatan Psoriasis

Obat Oles

Pengobatan atau penanganan psoriasis dilakukan untuk mengendalikan atau


menekan gejala yang timbul. Pengobatan psoriasis itu sendiri biasanya
menggunakan jenis salep tertentu yang mana untuk mendapatkannya dan
menggunakannya harus berasal dan sesuai dengan resep dari dokter. Jenis obat ini
biasanya digunakan untuk mengatasi psoriasis masih dalam tingkat ringan atau
menengah. Penggunaan salep juga bisa dikombinasikan dengan sampo untuk
mengatasi psoriasis pada kulit kepala.

Terapi Cahaya

Terapi cahaya biasanya dilakukan atau dipilih sebagai alternatif untuk jenis
psoriasis yang memang tidak bisa diatasi dengan menggunakan obat oles. Proses
foto terapi ini dilakukan oleh dokter spesialis kulit dengan memanfaatkan sinar
ultraviolet A dan B.
Terapi ultraviolet B atau UVB memiliki durasi beberapa menit yang dijalani oleh
penderitanya beberapa kali seminggu. Tujuan dilakukan pengobatan ini yaitu agar
kecepatan produksi sel berkurang.

Jenis terapi cahaya lainnya yakni terapi ultraviolet A atau UVA. Sinar ultraviolet
ini bisa menembus ke dalam kulit lebih dari sinar ultraviolet B. Terapi ini tidak
dianjurkan dalam jangka waktu panjang karena memiliki resiko kanker kulit.

Obat Minum

Obat minum akan dianjurkan apabila metode pengobatan lainnya tidak efektif
dalam menangani psoriasis yang memiliki tingkat keparahan tinggi.

Obat Infus atau Suntik

Sedangkan untuk psoriasis dengan tingkat keparahan yang sudah serius atau
tinggi, biasanya akan diberikan obat dengan melalui suntikan atau infus. Yang
mana cara kerjanya yaitu untuk menurunkan tingkat dari reaksi sistem kekebalan
tubuh berlebih, sehingga dengan begitu inflamasi kulit dan regenerasi bisa
berkurang.

HERPES ZOSTER

Herpes Zoster adalah infeksi virus akut yang terjadi akibat infeksi dan aktifnya
virus Varicella zoster. Virus ini merupakan penyebab varicella atau cacar air yang
dapat diderita semua orang. Faktanya, mereka yang pernah menderita cacar air
dan dinyatakan sembuh, masih bisa terkena penyakit ini. Sebab, virus varicella
tipe ini dapat bersembunyi di dalam tubuh hingga kemudian aktif kembali.
Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit ini dapat berbeda-beda pada
setiap orang, tergantung pada sistem kekebalan tubuhnya. Secara
umum, akan timbul lepuhan yang terasa sakit pada kulit penderita penyakit ini.
Penyakit ini paling sering terjadi pada orang dewasa. Namun, terdapat vaksin
yang dapat mencegahnya pada orang dewasa.
Penyebab

Pada sebagian besar kasus herpes zoster, penderitanya adalah mereka yang pernah
mengalami cacar air pada masa kanak-kanak. Walaupun telah dinyatakan sembuh
dari cacar air, virus yang menyerang pada masa kanak-kanak ini bisa saja tidak
mati, melainkan hanya tertidur sebelum kemudian kembali aktif di sistem saraf
pada saat dewasa. Selain itu, Anda juga dapat menderita penyakit ini lebih dari
satu kali, meskipun hal ini sangat jarang terjadi. Hingga saat ini, belum diketahui
mengapa virus varicella tersebut kerap menjadi aktif kembali di usia dewasa.
Namun, berdasarkan pengamatan, telah diketahui bahwa hal ini sering ditemukan
pada mereka yang tengah mengalami infeksi atau penyakit sehingga menurunkan
fungsi sistem kekebalan tubuh.

Pada kenyataannya, penyakit ini jauh lebih tidak menular dibandingkan cacar air,
tetapi meskipun penderita herpes zoster masih dapat menyebarkan
virus ini kepada orang lain. Selain itu, mereka yang belum pernah terkena
penyakit cacar air dapat pula terkena virus ini, yang cenderung menginfeksi
seseorang dengan luka terbuka atau lecet. Jika virus varicella tersebut menular
atau menginfeksi seseorang yang belum pernah memilikinya, maka orang tersebut
justru akan menderita cacar air, bukan herpes zoster.

Gejala

Gejala utama pada penderitanya adalah timbulnya rasa sakit, diiringi dengan
munculnya warna kemerahan pada kulit, yang kemudian berkembang menjadi
lecet dan gatal. Kondisi ini dapat dikatakan mirip dengan cacar air, dan lepuhan
biasanya baru muncul setelah seminggu. Setelah lepuhan muncul, beberapa hari
kemudian warnanya akan berubah menjadi kekuningan, kering, dan rata.

Secara garis besar, berikut adalah tanda dan gejala yang dapat muncul pada
penderitanya:

Kemerahan pada kulit disertai lepuhan yang nyeri


Rasa sakit yang dirasakan terus menerus
Rasa terbakar pada kulit
Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk tajam dan berkembang menjadi parah
Area yang umum terkena adalah wajah, dada, punggung dan perut

Pada beberapa kasus, terdapat pula gejala awal yang dialami penderita sebelum
kemerahan pada kulit muncul, gejala tersebut adalah:

Sakit kepala
Rasa terbakar
Kesemutan
Gatal pada kulit daerah yang terkena
Demam dan menggigil

Penanganan

Pencegahan penyakit herpes zoster dapat dilakukan dengan pemberian vaksin,


yang hanya tersedia untuk orang yang berusia 50 tahun ke atas. Manfaat vaksin ini
adalah menurunkan risiko herpes zoster hingga 50%.

Jika Anda tengah menderita penyakit ini Anda dapat menularkan virus ini kepada
orang lain hingga dinyatakan sembuh secara total. Untuk mencegah terjadinya
penularan, hindarilah penggunaan handuk bersamaan, berenang, dan kontak
kulit dengan orang lain. Tak hanya itu, Anda juga harus menghindari pekerjaan
yang dapat membuat lepuhan menjadi pecah. Setelah itu, hindari:

Wanita yang sedang hamil. Pada individu ini virus dapat menyebar dan
membahayakan bayi mereka.
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Bayi kurang dari satu bulan.

Beberapa tips yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi gejala saat menderita
penyakit ini:
Gunakan pakaian yang longgar. Hal ini membantu Anda merasa lebih
nyamandalam bergerak.
Hindari penggunaan obat topikal sendiri
Hindari menggaruk lepuhan atau warna kemerahan yang timbul pada penyakit
ini
Jika terdapat lepuhan, Anda dapat menggunakan kompres dingin guna
meringankan gejala yang timbul
Jangan menggunakan handuk, pakaian, ataupun kain lainnya bersama
denganorang lain
Jaga kondisi kulit Anda tetap bersih dan kering. Hal ini membantu
mengurangi risiko infeksi bakteri.

Sementara itu, pengobatan pada penyakit herpes zoster biasanya diberikan guna
mengurangi gejala yang timbul. Hal ini dilakukan hingga kondisi tubuh menjadi
kembali normal, di mana penyakit ini umumnya hanya berlangsung sekitar dua
hingga empat minggu.

Pengobatan yang umumnya diresepkan oleh dokter kepada penderita penyakit ini,
di antaranya adalah :

Obat penghilang rasa sakit.Obat ini paling sering digunakan dan mudah
didapatkan, dan biasanya akan diberikan dalam bentuk Selalu konsultasikan
terlebih dahulu kepada dokter Anda agar diberikan dosis yang sesuai.
Obat anti virus.Pada beberapa orang, obat ini mungkin akan diresepkan
selama tujuh hari. Obat ini tidak dapat membunuh virus yang terdapat pada
tubuh, tetapi dapat menghentikan perkembangan dan pertumbuhannya. Meski
begitu, antivirus biasanya memiliki efek samping berupa muntah, diare, sakit
perut, dan sakit kepala
HERPES SIMPLEX

Herpes simplex adalah penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simplex 1
(HSV-1) dan virus herpes simplex 2 (HSV-2). Infeksi kedua jenis herpes virus ini
berbeda satu sama lain melihat tempat infeksi HSV 1 dan HSV 2 berbeda.
Penyakit herpes simplex yang paling umum dan banyak orang yang terdiagnosis
sejak masa kecil disebabkan oleh Virus penyakit herpes simplex tipe 1 (HSV-1),
biasanya terkain dengan infeksi pada bibir, mulut, wajah.

Gejala Herpes Simplex


Herpes simplex yang sudah mengjangkiti seseorang akan ditandai dengan adanya
kesemutan, rasa tidak nyaman atau rasa gatal yang dirasakan beberapa jam sampai
2-3 hari sebelum timbulnya lepuhan. Lepuhan yang dikelilingi oleh daerah
kemerahan dapat muncul dimana saja pada kulit atau selaput lendir, tetapi paling
sering ditemukan di dalam dan disekitar mulut, bibir dan alat kelamin. Lepuhan
(yang bisa saja terasa nyeri) cenderung membentuk kelompok, yang bergabung
satu sama lain membentuk sebuah kumpulan yang lebih besar.
Selain itu gejala herpes simplex lainnya bisa berupa lecet atau borok (paling
sering terdapat di bibir mulut, gusi, dan alat kelamin), pembesaran kelenjar getah
bening di leher atau selangkangan (biasanya hanya pada saat infeksi awal),
demam lepuh (terutama pada episode pertama), lesi genital (mungkin akan ada
sensasi terbakar atau kesemutan) dan lain-lain.
Penularan Herpes Simplex
Penularan herpes simplex terjadi melalui kontak langsung dengan kulit yang
melempuh atau melalui cairan yang keluar dari kulit yang melepuh atau melalui
kontak seksual pada orang dewasa. HSV 1 juga bisa ditularkan melalui kontak
sosial pada masa anak-anak. Prevelansi HSV 2 lebih tinggi pada kelompok HIV
positif dan mereka yang melakukan hubungan seks tanpa kondom. Penularan
dapat terjadi walaupun tidak ada luka HSV yang terbuka. Sebenarnya sebagian
besar orang dengan HSV tidak mengetahui dirinya terinfeksi dan tidak sadar
bahwa mereka dapat menyebarkannya. Justru, di negara maju seperti AS, hanya
sekitar 9% orang dengan HSV-2 mengetahui dirinya terinfeksi. Berarti masih
orang yang terinfeksi virus herpes simplex dan tidak mengetahui bahwa dirinya
terinfeksi.
Pencegahan Penyakit Herpes Simplex
Sebetulnya penyebaran virus herpes simplex sangat sulit dicegah. Hal ini
dikarenakan kebanyakan orang telah terinfeksi virus herpes simplex tidak tahu
dirinya terinfeksi dan dapat menularkannya. Orang yang tahu dirinya terinfeksi
virus herpes simplex pun mungkin tidak mengetahui bahwa mereka dapat
menularkan infeksi walaupun mereka tidak mempunyai luka herpes yang terbuka.
Angka penularan penyakit herpes simplex dapat dikurangi dengan penggunaan
kondom. Namun kondom tidak dapat mencegah semua penularan. Infeksi
penyakit herpes simplex dapat menular dan ditulari dari daerah kelamin yang agak
luas lebih luas daripada yang ditutup oleh celana dalam dan juga di daerah
mulut. Para peneliti sekarang mencari vaksin untuk mencegah HSV. Satu calon
vaksin menunjukkan hasil yang baik terhadap HSV-2 pada perempuan, tetapi
tidak pada laki-laki. Belum ada vaksin yang disetujui untuk mencegah infeksi
HSV, tetapi penelitian terhadap vaksin untuk HSV berlanjut terus.
Herpes simpleks adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan herpes kelamin
atau luka demam di sekitar mulut. Kebanyakan orang yang terinfeksi HSV tidak
mengetahui dirinya terinfeksi. HSV mudah menular dari orang ke orang waktu
hubungan seks atau hubungan langsung yang lain dengan daerah infeksi HSV.
Herpes simplex dapat menular walaupun luka terbuka tidak terlihat.
Sekali kita terinfeksi, kita tetap terinfeksi untuk seumur hidup. Orang
dengan herpes simplex sekali-kali dapat mengalami jangkitan kulit melepuh yang
sakit. Setelah setiap jangkitan selesai, untuk sementara infeksi menjadi laten atau
tidak aktif. Orang dengan virus HIV mengalami jangkitan HSV yang lebih sering
dan lebih berat.
MORBUS HANSEN/LEPRA

Kusta adalah penyakit infeksi Mycobakterium pada manusia yang kronik


progresif, mula-mula menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang
kulit, mukosa mulut dan hidung, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang,
testis, dinding pembuluh darah (terutama tipe lepromatosa) dan organ lain kecuali
sistem saraf pusat. Sinonim kusta adalah Lepra dan Morbus Hansen.

EPIDEMIOLOGI

Penderita kusta tersebar di seluruh dunia. Di Indonesia tercatat 33.739


orang penderita kusta. Indonesia merupakan negara ketiga terbanyak
penderitanya setelah India dan Brazil dengan prevalensi 1,7 per 10.000
penduduk. Kusta dapat menyerang semua orang. Pria lebih banyak
terkena dibandingkan wanita dengan perbandingan 2:1, walaupun ada
daerah yang menunjukkan insidensi hampir sama bahkan penderita
wanita lebih banyak. Perbedaan tidak begitu nyata untuk tipe
tuberkuloid pada orang dewasa karena perbedaan kerentanan dari
faktor-faktor kontak. Kusta dapat mengenai semua umur, walaupun
jarang dijumpai pada umur sangat muda. Kelompok umur terbanyak
penderita antara 25-35 tahun dan kerentanan terhadap kusta sama
untuk semua umur, kecuali bayi. Di Indonesia penderita anak dibawah
umur 14 tahun sekitar 13 % tetapi anak dibawah umur 1 tahun jarang
sekali.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT DAN CARA


PENULARAN

Penyakit kusta banyak terjadi pada negara-negara berkembang dan faktor


sosioekonomi yang rendah, lingkungan yang kurang memenuhi kebersihan dan
faktor genetik berperan penting dalam penularan karena penyakit ini tidak
diturunkan pada bayi yang dikandung ibu kusta. Ada 3 faktor yang berperan
dalam proses penularan, antara lain: Jalan keluar dari penderita (port of exit),
terutama melalui sekresi lendir hidung (paling banyak), ulkus, air susu ibu dan
usapan vagina. Cara penularannya sendiri melalui : - Kontak langsung antar kulit
yang lama dan erat. - Percikan udara pernafasan (secara inhalasi), sebab
Mycobacterium leprae masih dapat hidup beberapa hari dalam droplet. - Melalui
traktus gastrointestinalis. - Vektor (nyamuk) - Mycobacterium leprae yang hidup
bebas diudara. Pintu masuk kuman (port of entry) yang paling mungkin adalah
traktus respiratorius, dapat juga masuk melalui kulit. Kuman mencapai permukaan
kulit melalui folikel rambut, kelenjar keringat dan air susu ibu, jarang dalam urine.
PEMERIKSAAN KLINIK Gejala dan keluhan penyakit bergantung pada:
Multiplikasi dan diseminasi kuman Respons imun penderita terhadap kuman
Komplikasi yang diakibatkan kerusakan saraf perifer Gambaran klinik kusta
sangat bervariasi, tergantung dari keseimbangan antara respons imunitas seluler
penderita dengan multiplikasi kuman yang ditunjukkan jelas pada stadium lanjut
dan semuanya tergantung dari tipe penyakitnya: Tipe TT Lesi kulit satu atau
beberapa, berupa makula hipopigmentasi atau erimatous bentuk bulat atau
lonjong, batas tegas, kadang berupa plak dengan tepi meninggi dan tengah
menipis, lesi regresi atau penyembuhan ditengah, permukaan kasar dan kering
(bersisik), gangguan sensibilitas (anestesi) komplit atau inkomplit, penebalan
saraf pada daerah lesi, kelemahan otot, sedikit rasa gatal disertai pemeriksaan
bakteriologi negatif dan tes lepromin positif kuat. Tipe ini mempunyai imunitas
tinggi terhadap Mycobacterium leprae, sehingga lesi berkembang perlahan dan
tetap sukar ditemukan. Kusta tipe ini dapat sembuh sendiri tetapi bekasnya sukar
diobati. Tipe BT Berupa makula atau plak erimatosa tak teratur, lesi satu atau
beberapa, batas tak tegas, kering, mula-mula ada tanda kontraktur, anestesi
dengan pemeriksaan bakteriologi positif/negatif dan tes lepromin positif/negatif.
Lesi menyerupai tipe TT, tetapi bukan tipe kutub dimana lesi individual tidak
begitu menunjukkan tepi yang tegas seperti tipe TT. Tepi lesi mungkin sama rata
dengan kulit normal atau mungkin terdapat satelit disekitar lesi yang besar dekat
saraf perifer yang menebal. Lesi yang terjadi lebih banyak dibandingkan tipe TT,
lebih bervariasi dan deskuamasi lebih nyata. Hipopigmentasi dan kekeringan kulit
tidak jelas serta gangguan saraf tidak seberat tipe TT dan asimetrik. Tipe BB
Tidak menunjukkan adanya invasi kuman pada mukosa hidung, mata, tulang
maupun testis. Merupakan tipe paling tidak stabil dengan gambaran klinik
campuran dari tanda khas kusta, yaitu lesi dikulit banyak walau tidak sebanyak
tipe lepromatous, permukaan mengkilat, ada kecenderungan simetris, bentuk
makula infiltrat atau plak erimatosa, menonjol, bentuk irreguler dengan tepi
samar, batas tidak tegas, kasar, lesi punched out, satelit diluar plak, saraf banyak
terkena penebalan dan kontraktur tetapi tidak simetris, pemeriksaan bakteriologi
positif dan tes lepromin negatif. Tipe BL Berupa makula infiltrat merah
mengkilat, tak teratur, batas tak tegas, pembengkakan saraf, pemeriksaan
bakteriologi ditemukan banyak basil dan tes lepromin negatif. Lesi lebih
pleomorfik, banyak dan tersebar sehingga menyerupai tipe LL walaupun masih
dapat dibedakan secara jelas dengan pemeriksaan yang teliti. Punched out yang
merupakan tanda khas masih dapat dijumpai. Madarosis, ulserasi mukosa hidung
dan keratitis belum dijumpai, kalaupun ada masih sebagian saja. Anestesi yang
terjadi sama dengan tipe LL tetapi tidak simetris, dengan tanda kerusakan saraf
berupa hilangnya sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya keringat, gugurnya
rambut dan pembesaran saraf terjadi lebih awal. Tipe LL Infiltrat difus berupa
nodula simetri, makula multipel sedikit hipopigmentasi, papula infiltrat agak
mengkilat. Jumlah lesi sangat banyak, permukaan halus, lebih eritem, batas tak
tegas, tidak ada gangguan anestesi dan anhidrosis pada stadium dini disertai
pemeriksaan bakteriologi positif kuat dan tes lepromin negatif. Gangguan
sensibilitas (anestesi) dan sekuele saraf bilateral pada stadium akhir, penebalan
kulit progresif, madarosis, ulserasi nasal dan sadle nose, ginekomastia, orkitis,
atropi testis dan facies leonina. Penderita tidak mampu melawan infeksi sehingga
hasilnya akan berkembang tanpa terkontrol. Kuman banyak ditemukan diseluruh
badan, terutama dikulit dan serabut saraf. Organ-organ yang dapat terserang
antara lain kulit, serabut saraf, mukosa, hepar, lien, kelenjar limfe, testis, mata dan
dinding pembuluh darah. Tipe Indeterminate (I) Jumlah lesi sedikit, satu atau
lebih makula hipopigmentasi dengan sisik sedikit dan kulit sekitar normal,
asimetrik, batas tidak tegas, sedikit kering, sedikit gangguan fungsi keringat,
sedikit atau tidak didapatkan gangguan sensibilitas, basil lepra sangat sedikit
(jarang dijumpai) sehingga pemeriksaan bakteriologi negatif dan tes lepromin
positif. Tipe ini tidak disebutkan dalam klasifikasi Ridley dan Jopling,
diagnosisnya didasarkan atas observasi klinik secara teratur. Lebih dari separuh
penderita kusta tipe ini sembuh tanpa pengobatan dan menimbulkan kekebalan
terhadap Mycobacterium leprae. Selain pemeriksaan kulit harus
diperiksa/dipalpasi saraf tepi (n. ulnaris, n. radialis, n.aurikularis magnus dan n.
poplitea), mata (lagoftalmos), tulang (kontraktur atau absorpsi) dan rambut (alis
mata, kumis dan lesi itu sendiri) PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan
Bakteriologik Untuk membantu menegakkan diagnosis dan pengamatan
pengobatan termasuk penilaian hasil pengobatan dan penentuan adanya resistensi
pengobatan. Sediaan dibuat dari kerokan jaringan, irisan kulit atau apusan mukosa
hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam.
Bakterioskopik negatif pada penderita kusta bukan berarti orang tersebut tidak
mengandung Mycobacterium leprae. Dua hal yang perlu diperhatikan: Index
Bakteri (IB) Menilai kepadatan hasil yang dimulai dari 0 sampai +6 dan
memberikan gambaran jumlah bakteri pada penderita meliputi kuman hidup
(solid) dan mati (non solid), index dihitung dari rata-rata Index Bakteri sediaan
apus yang diperiksa dan setiap penderita harus diperiksa minimal 6 sediaan. Index
Morfologi (IM) Ditentukan apabila I.B lebih dari +3, merupakan prosentase
kuman berbentuk solid dari seluruh kuman, berguna untuk mengetahui beberapa
hal sebagai berikut : - Infeksiositas penderita - Resistensi kuman terhadap
pengobatan - Keadaan penderita Pemeriksaan Histopatologik Dilakukan apabila:
Diagnosis tidak pasti (tipe indeterminate), untuk biopsi harus menyertakan kulit
normal Untuk menentukan klasifikasi secara tepat Untuk menentukan macam
penyakit kusta, misalnya antara reaksi down grading dengan up grading Untuk
menentukan kemajuan pengobatan Tes Histamin Histamin yang disuntikkan
secara intradermal kedalam kulit normal akan menyebabkan terjadinya dilatasi
pembuluh darah kulit normal berupa bintul-bintul dan eritema histamine flare.
Kerusakan serabut saraf dilihat dari berkurangnya ukuran bintul dan eritema,
penting untuk menentukan penyebab suatu makula hipopigmentasi. Tes
Pilokarpin Proses berkeringat tergantung pada integritas serabut saraf
parasimpatis. Apabila suatu makula hipopigmentasi disebabkan karena kusta,
maka respon kelenjar keringat terhadap obat kolinergik akan berkurang. Tes
Lepromin Berguna untuk menentukan klasifikasi penyakit dan prognosisnya.
Lain-lain, seperti pemeriksaan anestesia dengan jarum atau air panas dan tes
keringat dengan pinsil tinta

PENATALAKSANAAN

Non farmakologi Rehabilitasi Dilakukan untuk cacat tubuhnya dengan jalan


operasi dan fisioterapi. Fungsi dan kosmetik dapat diperbaiki walaupun hasil tidak
sempurna. Memberikan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan cacat tubuh agar
dapat berorientasi dan meningkatkan harga dirinya Rehabilitasi kejiwaan
Farmakologi Kombinasi atau MDT (Multi Drug Treatment) yang mulai
diterapkan tahun 1971 untuk tipe I, TT dan BT terdiri dari DDS (Diamino Difenil
Sulfon), klofazimin dan rifampisin merupakan obat anti kusta yang paling banyak
digunakan saat ini karena banyak kasus resisten terhadap pengobatan tunggal.
DDS Paling banyak dipakai dan paling murah sehingga sesuai untuk negara
berkembang yang sosial ekonominya rendah walaupun sering menyebabkan
resistensi, dosis 100 mg/hari. Rifampisin Dosis 600 mg setiap bulan. Pemberian
monoterapi memperbesar terjadinya resistensi. Keduanya diberikan selama 6-9
bulan, pemeriksaan bakteriologi dilakukan setelah 6 bulan pengobatan dan
pengawasan selama 2 tahun. Klofazimin Dosis 50 mg/hari, 100 mg selang sehari
atau 3 x 100 mg setiap minggu. Bersifat anti inflamasi dengan efek samping
berupa warna kecoklatan pada kulit dan kekuningan sclera seperti ikterus. MDT
dengan beberapa alternatif yang telah ditetapkan pada Rapat Konsultasi Kusta
Nasional (RKKN) untuk kusta multibasiler (LL, BL, BB) adalah sebagai berikut:
Rifampisin 600 mg setiap bulan DDS 100 mg setiap hari Klofazimin 300
mg/bulan, diteruskan 50 mg setiap hari, 100 mg selang sehari atau 3 x 100 mg
setiap minggu. Pengobatan dilakukan selama 2-3 tahun dan pemeriksaan
bakteriologi setiap 3 bulan Bila pengobatan pertama tidak dapat dilaksanakan,
maka dilakukan MDT alternatif. Rifampisin 1200 mg dosis tunggal sekali saja.
PROGNOSIS Dengan adanya obat-obat kombinasi, pengobatan menjadi lebih
sederhana dan lebih singkat serta prognosis menjadi lebih baik. Bila sudah ada
kontraktur dan ulkus kronik, prognosis menjadi kurang baik. REAKSI KUSTA
Definisi reaksi kusta: Episode akut dari penyakit kusta dengan gejala konstitusi,
aktivasi dan atau timbul efloresensi baru dikulit. Klasifikasi reaksi kusta: Eritema
Nodosum Leprosum (ENL) Umumnya terjadi pada kusta tipe BL atau LL. Yang
berperan penting adalah sistem imunologis humoral. Gejala konstitusional berupa
demam, menggigil, mual, nyeri sendi, sakit pada saraf dan otot. Pada kulit timbul
eritema, nodus dan bila nodus pecah menimbulkan ulkus. Predileksi antara lain
lengan tungkai dan dinding perut. Reaksi Pembalikan (Reaksi Reversal, Reaksi
Upgrading) Umumnya pada kusta tipe BT, BB dan BL. Yang berperan penting
adalah sistem imunologis seluler. Gejala konstitusi lebih ringan dari ENL. Gejala
kulit lesi-lesi kusta menjadi lebih banyak dan lebih aktif secara mendadak. Tidak
timbul nodus dan kadang ada jejak neuritis. Penatalaksanaan reaksi kusta :
Eritema Nodosum Leprosum (ENL) : - Antipiretik-analgetik: Parasetamol atau
Metampiron 4 x 500 mg - Kortikosteroid: Prednison, dosis awal 20-40 mg/hari
dalam 4 dosis - Klofazimin 300 mg/hari - Obat antikusta lain diteruskan Reaksi
Pembalikan (Reaksi Reversal, Reaksi Upgrading) - Bila timbul neuritis, berikan
kortikosteroid (Prednison 30-60 mg/hari) - Analgetik dan antipiretik jika perlu -
Obat kusta yang lain diteruskan

TINEA VESIKOLOR

penyakit kurap yang lebih dikenal dengan sebutan panu. Penyakit ini seringkali
terjadi pada leher dan punggung, penderitanya kebanyakan remaja ataupun orang
dewasa. Panu dapat kambuh terutama pada saat Anda berada dalam lingkungan
yang lembab dan hangat. Sewaktu dalam masa pengobatan bekas pigmentasi atau
perubahan warna tidak akan segera hilang, butuh waktu beberapa minggu hingga
bercak warna hilang sepenuhnya.
Penyebab Tinea Versicolor

Penyebab utama dari panu ini ialah infeksi jamur Malassezia globosa, jamur ini
dapat bertumbuh pada tubuh orang yang memiliki kulit berminyak dan mudah
berkeringat. Perubahan hormon dan melemahnya sistem kekebalan tubuh juga
bisa memicu pertumbuhan jamur dengan cara yang tidak terkendali. Panu lebih
sering dialami oleh orang yang berketombe atau menderita penyakit Seborrheic
dermatitis, begitupula jika suhu tubuh Anda meningkat, walau tidak berkeringat.

Gejala Tinea Vesikolor

Gejala panu sudah sangat umum diketahui oleh kebanyakan orang, misalnya
timbul bercak berwarna putih yang disertai dengan rasa gatal, terutama saat
sedang berkeringat. Infeksi tidak hanya menyerang leher atau punggung, area
lainnya seperti dada, lengan, perut, kaki, ketiak, dan lipatan paha juga dapat
terkena panu. Panu tidak sama dengan munculnya jerawat, karena bercak putih
yang timbul tidak disertai dengan benjolan dan hanya terasa gatal saat berkeringat
saja.

Pengobatan Tinea Versicolor

Pengobatan panu dapat dilakukan dengan pemakaian obat oles seperti krim atau
salep yang mengandung Selenium sulvida 2,5%. Perawatan lainnya dapat
dilakukan dengan Ketoconazole , Ciclopirox olamine, Clotrimazole, Miconazole
atau Terbinafine, Hidrogen peroksida, Klotrimazol (1%), dan beberapa obat yang
diminum berdasarkan petunjuk dokter. Saat menjalani pengobatan biasanya
membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Jika kambuh dapat diatasi dengan tea
tree oil.
Pencegahan Tinea Versicolor

Cegah panu dengan menjaga kebersihan tubuh dan pakaian, hindari memakai
pakaian bekas orang lain atau meminjam pakaian orang laintermasuk handuk
dan sabun. Sewaktu Anda hendak mandi, sebaiknya biarkan keringat menguap
terlebih dahulu, agar jamur tidak berkembang. Obat-obat yang digunakan selama
masa pengobatan juga sering diberikan dokter guna menghindari kambuhnya
panu, ini meliputi sampo yang mengandung Selenium sulvida (2,5%), tablet atau
kapsul Itrakonazol yang diminum, dan krim ketoconazole . Adakalanya Anda
perlu melakukan pemeriksaan berkala khususnya bila reaksi alergi muncul.

Bercak warna juga tidak selalu berwarna putih, karena ini bergantung pada
pigmen warna kulit seseorang, bercak dapat berwarna merah muda dan cokelat .
Pertumbuhan bercak ini cukup lambat disertai dengan sisik, bercak panu akan
sangat terlihat ketika terkena sinar matahari. Jika kondisi Anda memburuk, seperti
meluasnya bercak panu, kambuhnya infeksi jamur

You might also like