You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI

(TUBERCULOSIS PARU)

A. Pengertian
Tuberkolosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
paru-paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis
dengan gejala yang sangat bervariasi
Tuberkilosis adalah penyakit infeksiis, yang terutama menyerang
parenkim paru. Agen infeksius utama adalah Mycobakterium
tuberculosis.

B. Etiologi
Penyebab dari TB paru adalah agen infeksius yang dikenal dengan
Myicobkterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan
asam yang tumbuh dengan lambat dan sensistif terhadap panas dan
sinar ultraviolet.

C. Patofisiologi
Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung Mycobakterium tuberkulosis dapat menetap dalam udara
bebas selama 1-2 jam. Orang dapat terifeksi kalau droplet tersebut
terhirup ke dalam saluran pernapasan.
Setelah Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam saluran
pernapasan, masuk ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan
mulai memperbanyak diri. Basil juga secara sistemik melalui sistem
limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks
serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas).
D. Manifestasi Klinik
1. Batuk lebih dari 3 minggu
2. Dahak (sputum)
3. Batuk Darah
4. Sesak Napas
5. Nyeri dada
6. Wheezing
7. Demam dan Menggigil
8. Penurunan Berat Bada
9. Rasa lelah dan lemah
10. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari

E. Komplikasi
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
karena tersumbatnya jalan napas.
2. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari
lobus akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada
tahap aktif penyakit
b. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB;
adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
c. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital,
peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi
parenkim/fibrosis.
2. Pemeriksaan Radiologis
Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area
paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan.
Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga,
area fibrosa.
G. Penatalaksanaan
Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
1. Isoniazid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 %
populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Sangat
efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman
yang sedang berkembang. Dosis harian 5 mg/kg berat badan,
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 10 mg/kg berat badan.
2. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi dormant yang tidak
dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis
sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
3. Pirazinamid (Z)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Dosis harian 25 mg/kg berat badan,
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 35 mg/kg berat badan.
4. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, dosis 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang
sama.
5. Etambutol (E)
Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Dosis
harian 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk intermiten 3 kali
seminggu diberikan dengan 30 mg/kg berat badan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
TUBERCULOSIS (TBC)

A. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data yang cermat tentang pasien,
keluarga dan kelompok melalui wawancara, observasi, dan
pemeriksaan
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Badan lemah, sesak nafas, Kesulitan tidur pada
malam hari, demam dan menggigil, berkeringat pada malam hari.
Tanda : Takikardia, takipnea / dipsnea pada kerja
kelelahanotot, nyeri dan sesak.
2. Integritas ego
Gejala : Adanya faktor stress, Masalah keuangan, Perasaan
tak berdaya / tak ada harapan.
Tanda : Menyangkal, ansietas, ketakutan, dan mudah
tersinggung.
3. Makanan / cairan
Tanda : Turgor kulit kering / kulit bersisik, dan kehilangan
otot.
4. Nyeri / kenyaman
Gejala :Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda :Berhati-hati pada area yang sakit.
5. Pernapasan
Gejala : Batuk produktif atau tak produktif. Sesak nafas.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas
atau fobrosis parenkim paru dan pleura), Perkusi pekak dan
penurunan fremitus (cairan pleural) atau penebalan pleural.
6. Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS,
kanker. Tes HIV positif
Tanda :Demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi sosial
Gejala : Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit
menular. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
8. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga tuberculosis. Status kesehatan
buruk. Gagal untuk membaik atau kambuhnya tuberculosis. Tidak
berpartisipasi dalam terapi.
Rencana Pemulangan : Memerlukan bantuan dengan / gangguan
dalam terapi obat, dan bantuan perawatan diri, serta pemeliharaan
atau perawatan rumah.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi
sputum yang kental atau berlebih.
2. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan
kerusakanjaringan atau infeksi.
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan penurunan permukaan efektif paru.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.

C. Intervensi, Rasionalisasi dan Evaluasi


1. Bersihkan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekret yang
kental atau berlebihan.

a. Kaji fungsi pernapasan


Rasional : Penurunan fungsi nafas dapat menunjukkan
ketidakmampuan untuk membersihkan jalaan nafas
b. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Penyimpangan TTV menunjukan perubahan status
pasien.
c. Atur klien dengan posisi semi atau fowler tinggi.
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru, membuka atelektasis
dan menurunkan bernapas
d. Ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional : meningkatkan ventilasi dan membantu mengeluarkan
sputum
e. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, pengisapan sesuai
keperluan
Rasional : Mencegah obstruksi atau aspirasi, pengisapan dapat
diperlukan apabila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
f. Kolaborasi pemberian O2 dan obat-obatan
Rasional : membantu suplay O2 dan mempercepat proses
penyembuhan
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan atau
infeksi.
a. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui
droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, bicara,
tertawa, menyanyi.
Rasional : Membantu pasien menyadari atau menerima
perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah
pengaktifan berulang atau komplikasi.
b. Anjurkan pasien untuk batuk dan bersin dan mengeluarkan
pada tisu dan hindari meludah.
Rasional: Perilaku yang diperlukan untuk
mencegahpenyebaran infeksi.
c. Kaji tindakan kontrol sementara, contoh masker atau isolasi
pemapasan.
Rasional: Dapat menurunkan rasa, terisolasi pasien dan
membuang stigma sosial berhubungan dengan penyakit
menular.
d. Awasi suhu sesuai indikasi.
Rasional : Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.
e. Tekankan pentingnya untuk tidak menghentikan terapi obat.
Rasional : Kombinasi agen anti infeksi digunakan 2/1 obat
primer tambah I obat sekunder.
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas, berhubungan
dengan penurunan permukaan efektif paru.
a. Kaji dispnea, takipnea, tak normal atau menurunnya bunyi
napas, peningkatan upaya pernapasan,terbatasnya ekspansi,
dinding dada dan kelemahan.
Rasional: Tuberculosis paru menyebabkan efek luas pada paru
dari bagian kecil bronco pneumoniasampai inflamasi difus,
nekrosis, efusi pleural dan fibrosis luas.
b. Catat sianosis atau perubahan warna kulit, termasuk
membran mukosa dan kuku.
Rasional : Akumulasi sekret atau pengaruh jalan napas dapat
mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan.
c. Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas
perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan
selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan
beratnya gejala.
d. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan yang sesuai.
Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat
terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau permukaan
alveolar paru.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
a. Catat status nutrisi klien
Rasional : mengidentifikasi derajat masalah dan menentukan
interfensi
b. Monitor intake dan output
Rasional : mengukur kefektifan nutrisi dan cairan
c. Anjurkan klien untuk makan makanan dalam porsi sedikit atau
sering
Rasional : mencegah iritasi gaster.
d. Catat adanya anoreksia dan mual muntah
Rasional : Menentukan jenis diet dan mendefinisikan
pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutris

DAFTAR PUSTAKA

Dachlan,dkk. 2011. Kamus Istilah Medis. Arkola : Surabaya


Martha. 2010. NANDA DIAGNOSA KEPERAWATAN Definisi dan
Klasifikasi. Digna Pustaka : Yogyakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 20013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari
Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.

You might also like