You are on page 1of 12

METODE PERANCANGAN I

DI SUSUN OLEH :
DODY TOSINDA
DBB 114 009

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2015
Tugas metode perancangan arsitektur I
Tugas I
Latihan
1. jelaskan tahapan-tahapan proses dalam proyek arsitektur!
2. Apa saja tugas arsitek dalam tiap tahap proses tersebut?
3. Bagaimana proses perancangan dalam proyek arsitektur? Gambar secara skematik!
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi daur/tahap proyek arsitektur? Jelaskan!

Pembahasan :
1. Tahapan-tahapan proses dalam proyek Layanan Utama Jasa Arsitek dalam pekerjaan
perencanaan dan perancangan Arsitektur akan dilaksanakan dalam tahapan pekerjaan
sebagai berikut:

Pekerjaan Tahap ke 1 : Tahap Konsep Rancangan


Pekerjaan Tahap ke 2 : Tahap Pra Rancangan / Skematik Desain
Pekerjaan Tahap ke 3 : Tahap Pengembangan Rancangan
Pekerjaan Tahap ke 4 : Tahap Pembuatan Gambar Kerja
Pekerjaan Tahap ke 5 : Tahap Proses Pengadaan Pelaksanaan Konstruksi
Pekerjaan Tahap ke 6 : Tahap Pengawasan Berkala.

Tahap 1 : Tahap Konsep Rancangan


(1) Sebelum kegiatan perancangan dimulai, perlu ada kejelasan mengenai semua data dan
informasi dari pengguna jasa yang terkait tentang kebutuhan dan persyaratan
pembangunan agar supaya maksud dan tujuan pembangunan dapat terpenuhi dengan
sempurna.

(2) Pada tahap ini arsitek melakukan persiapan perancangan yang meliputi pemeriksaan
seluruh data serta informasi yang diterima, membuat analisis dan pengolahan data yang
menghasilkan:
a. Program Rancangan yang disusun arsitek berdasarkan pengolahan data primer
maupun sekunder serta informasi lain untuk mencapai batasan tujuan proyek serta
kendala persyaratan/ketentuan pembangunan yang berlaku.
Setelah program rancangan diperiksa dan mendapat persetujuan pengguna jasa,
selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk konsep rancangan.
b. Konsep Rancangan yang merupakan dasar pemikiran dan pertimbangan-
pertimbangan semua bidang terkait (baik struktur, mekanikal, elektrikal, dan atau bidang
keahlian lain bila diperlukan) yang melandasi perwujudan gagasan rancangan yang
menampung semua aspek, kebutuhan, tujuan, biaya, dan kendala proyek.

Setelah mendapatkan persetujuan dari pengguna jasa konsep ini merupakan dasar
perancangan tahap selanjutnya.
Tahap 2 : Tahap Prarancangan / Skematik Desain

(1) Prarancangan
Pada tahap ini berdasarkan Konsep Rancangan yang paling sesuai dan dapat
memenuhi persyaratan program perancangan, arsitek menyusun pola dan gubahan
bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar-gambar. Sedangkan nilai fungsional
dalam bentuk diagram-diagram. Aspek kualitatif lainnya serta aspek kuantitatif seperti
perkiraan luas lantai, informasi penggunaan bahan, sistem konstruksi, biaya, dan waktu
pelaksanaan pembangunan disajikan dalam bentuk laporan tertulis maupun gambar-
gambar.

Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna jasa, arsitek akan melakukan
kegiatan tahap selanjutnya.

(2) Sasaran tahap ini adalah untuk:


Membantu pengguna jasa dalam memperoleh pengertian yang tepat atas program dan
konsep rancangan yang telah dirumuskan arsitek.
a.) Mendapatkan pola dan gubahan bentuk rancangan yang tepat, waktu pembangunan
yang paling singkat, serta biaya yang paling ekonomis.
b.) Memperoleh kesesuaian pengertian yang lebih tepat atas konsep rancangan serta
pengaruhnya terhadap kelayakan lingkungan.
c.) Menunjukkan keselarasan dan keterpaduan konsep rancangan terhadap ketentuan
Rencana Tata Kota dalam rangka perizinan.

Tahap 3 : Tahap Pengembangan Rancangan


(1) Pada tahap Pengembangan Rancangan, arsitek bekerja atas dasar prarancangan yang
telah disetujui oleh pengguna jasa untuk menentukan:
a. Sistem konstruksi dan struktur bangunan, sistem mekanikal-elektrikal, serta disiplin
terkait lainnya dengan mempertimbangkan kelayakan dan kelaikannya baik terpisah
maupun secara terpadu.
b. Bahan bangunan akan dijelaskan secara garis besar dengan mempertimbangkan nilai
manfaat, ketersediaan bahan, konstruksi, dan nilai ekonomi.
c. Perkiraan biaya konstruksi akan disusun berdasarkan sistem bangunan, kesemuanya
disajikan dalam bentuk gambar-gambar, diagram-diagram sistem, dan laporan tertulis.

Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna jasa, hasil pengembangan
rancangan ini dianggap sebagai rancangan akhir dan digunakan oleh arsitek sebagai dasar
untuk memulai tahap selanjutnya.
(2) Sasaran tahap ini adalah:
a. Untuk memastikan dan menguraikan ukuran serta wujud karakter bangunan secara
menyeluruh, pasti, dan terpadu.
b. Untuk mematangkan konsep rancangan secara keseluruhan, terutama ditinjau dari
keselarasan sistem-sistem yang terkandung di dalamnya baik dari segi kelayakan dan
fungsi, estetika, waktu, dan ekonomi bangunan.
Tahap 4 : Tahap Pembuatan Gambar Kerja
(1) Pada tahap Pembuatan Gambar Kerja, berdasarkan hasil Pengembangan Rancangan
yang telah disetujui pengguna jasa, Arsitek menerjemahkan konsep rancangan yang
terkandung dalam Pengembangan Rancangan tersebut ke dalam gambar-gambar dan
uraian-uraian teknis yang terinci sehingga secara tersendiri maupun secara keseluruhan
dapat menjelaskan proses pelaksanaan dan pengawasan konstruksi.

Arsitek menyajikan dokumen pelaksanaan dalam bentuk gambar-gambar kerja dan


tulisan spesifikasi dan syarat-syarat teknik pembangunan yang jelas, lengkap dan teratur,
serta perhitungan kuantitas pekerjaan dan perkiraan biaya pelaksanaan pembangunan
yang jelas, tepat, dan terinci.

Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna jasa, Gambar Kerja
yang dihasilkan ini dianggap sebagai rancangan akhir dan siap digunakan untuk proses
selanjutnya.

(2) Sasaran tahap ini adalah:


a. Untuk memperoleh kejelasan teknik pelaksanaan konstruksi, agar supaya konsep
rancangan yang tergambar dan dimaksud dalam Pengembangan Rancangan dapat
diwujudkan secara fisik dengan mutu yang baik.

b. Untuk memperoleh kejelasan kuantitatif, agar supaya biaya dan waktu pelaksanaan
pembangunan dapat dihitung dengan seksama dan dapat dipertanggungjawabkan.

c. Untuk melengkapi kejelasan teknis dalam bidang administrasi pelaksanaan


pembangunan dan memenuhi persyaratan yuridis yang terkandung dalam dokumen
pelelangan dan dokumen perjanjian/kontrak kerja konstruksi.

Tahap 5 : Tahap Proses Pengadaan Pelaksana Konstruksi


(1) Penyiapan Dokumen Pengadaan Pelaksana Konstruksi
Pada tahap ini, arsitek mengolah hasil pembuatan Gambar Kerja ke dalam
bentuk format Dokumen Pelelangan yang dilengkapi dengan tulisan Uraian Rencana
Kerja dan Syarat-Syarat teknis pelaksanaan pekerjaan-(RKS) serta Rencana Anggaran
Biaya (RAB) termasuk Daftar Volume (Bill of Quantity/BQ).

Sehingga secara tersendiri maupun keseluruhan dapat mendukung proses:


a. Pemilihan pelaksana konstruksi
b. Penugasan pelaksana konstruksi
c. Pengawasan pelaksanaan konstruksi
d. Perhitungan besaran luas dan volume serta biaya pelaksanaan pembangunan yang
jelas.
(2) Pada Tahap Pelelangan arsitek membantu pengguna jasa secara menyeluruh atau secara
sebagian dalam:
a. Mempersiapkan Dokumen Pelelangan;
b. Melakukan prakualifikasi seleksi pelaksana konstruksi;
c. Membagikan Dokumen Pelelangan kepada peserta/lelang;
d. Memberikan penjelasan teknis dan lingkup pekerjaan.
e. Menerima penawaran biaya dari pelaksana konstruksi;
f. Melakukan penilaian atas penawaran tersebut;
g. Memberikan nasihat dan rekomendasi pemilihan Pelaksanaan Konstruksi kepada
pengguna jasa
h. Menyusun Perjanjian Kerja Konstruksi antara Pengguna Jasa dan Pelaksana
Konstruksi
(3) Sasaran tahap ini adalah:
Untuk memperoleh penawaran biaya dan waktu konstruksi yang wajar dan memenuhi
persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan sehingga Konstruksi dapat
dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan baik dan benar.

Tahap 6 : Tahap Pengawasan Berkala


(1) Dalam tahap ini:
a. Arsitek melakukan peninjauan dan pengawasan secara berkala di lapangan dan
mengadakan pertemuan secara teratur dengan pengguna jasa dan Pelaksana
Pengawasan Terpadu atau MK yang ditunjuk oleh pengguna jasa.
b. Dalam hal ini, arsitek tidak terlibat dalam kegiatan pengawasan harian atau menerus.
c. Penanganan pekerjaan pengawasan berkala dilakukan paling banyak 1 (satu) kali
dalam 2 (dua) minggu atau sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.
(2) Apabila lokasi pembangunan berada di luar kota tempat kediaman arsitek, maka
biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perjalanan arsitek ke lokasi
pembangunan, wajib diganti oleh pengguna jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku
atau yang ditetapkan dan disepakati bersama sebelumnya.
(3) Sasaran tahap ini adalah:
a. Untuk membantu pengguna jasa dalam merumuskan kebijaksanaan dan memberikan
pertimbangan-pertimbangan untuk mendapatkan keputusan tindakan pada waktu
pelaksanaan konstruksi, khususnya masalah-masalah yang erat hubungannya dengan
rancangan yang dibuat oleh arsitek.
b. Untuk membantu Pengawas Terpadu atau MK khususnya dalam menanggulangi
masalah-masalah konstruksi yang berhubungan dengan rancangan yang dibuat oleh
arsitek.
c. Untuk turut memastikan bahwa pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan
ketentuan mutu yang terkandung dalam rancangan yang dibuat oleh arsitek.
2.Peran arsitek dalam tahapan proyek antara lain:
Arsitek sebagai koordinator proyek konstruksi yang memiliki integritas pengetahuan
dari berbagai disiplin ilmu, mampu menyelesaikan masalah, dapat berperan sebagai
manajer sekaligus mediator / perentara
Arsitek sebagai pembuat desain bangunan
Arsitek sebagai teknisi lingkungan yang tahu bagaimana menyediakan atau
mewujudkan kondisi lingkungan yang sesuai dengan keinginan / kebutuhan manusia
Arsitek sebagai seorang spesialis untuk mendesain dan menghasilkan sistem
komponen dan sistem struktur bangunan.
Arsitek sebagai seorang artis yang mempresentasikan desain untuk menciptakan
kesan-kesan khusus untuk tujuan komunikasi proyek pemasaran.
3. Proses perancangan dalam proyek arsitektur atau desain. Dapat berupa antara lain:
Mewujudkan konsep / gagasan dalam gambar skematik site lokasi, denah, bentuk
bangunan (tampak) dan outline spesifikasi yang akan digunakan dalam pengembangan,
pada tahap ini disiplin lain seperti struktur dan M/E sudah memberikan arahannya.
Membantu pemilik proyek dengan membuat rancangan yang masih dalam batasan
anggaran (dibantu Quantity Surveyor)
Membantu pemilik proyek dengan membuat rancangan yang marketable (untuk bangun
komersial) sesuai saran konsultan.
Memahami peraturan-peraturan yang berkaitan dengan rancangan / proyek dan proses
perijinan serta berkonsultasi dengan pihak-pihak yang terkait.
Proses perancangan dalam proyek arsitektur dapat dilihat dari skema berikut:

4.Faktor-faktor yang mempengaruhi daur/tahap proyek arsitektur


a. manajemen proyek konstruksi
b. manajemen waktu proyek
c. manajamen ruang lingkup proyek
d. besarnya dana yang ditanamkan
e. tingkat ketidakpastian proyek
f. kompleksitas elemen elemen yang mempengaruhi proyek
g. penggunan teknologi
h. lokasi
TUGAS II
-Cobalah untuk mempelajari proyek sederhana
-Gambarkan dan ilustrasikan menurut pemahaman anda berdasarkan contoh yang telah
disajikan.
-lengkapi deskripsi anda dengan ilustrasi/ sketsa gambar dan diagram atau skema skema
mendukung.

PEMBAHASAN:
STUDI KASUS TENTANG KONSTRUKSI BERKELANJUTAN DALAM
TAHAPAN PEMBANGUNAN GREEN BUILDING
e-journal.uajy.ac.id/6282/3/TS213027.pdf
Menurut (Ervianto, 2012), Pemahaman konstruksi berkelanjutan berbeda di setiap
negara, bergantung kekuatan ekonomi negara tersebut. Di negara maju, pemahaman tentang
konstruksi berkelanjutan lebih di fokuskan pada inovasi teknologi, sedangkan di negara
yang sedang berkembang masih berkutat pada permasalahan sosial dan ekonomi.

Adanya fakta tentang permasalahan keterbatasan sumber daya alam sudah menjadi
keharusan bidang konstruksi untuk melakukan tindakan yang lebih nyata dan berpihak
kepada lingkungan, tujuan utama dari konstruksi berkelanjutan adalah menciptakan
bangunan berdasarkan desain yang memperhatikan ekologi, menggunakan sumber daya
alam secara efisiensi dan ramah lingkungan selama masa operasional bangunan.
Sebagai upaya dalam mencapai konstruksi berkelanjutan, di Indonesia perlu dilakukan
tindakan-tindakan seperti yang dimuat dalam Agenda Konstruksi Indonesia 2030 yaitu :
a. Penggunaan/pemanfaatan kembali bangunan-bangunan yang telah ada
b. Perancangan konstruksi yang bertujuan untuk mengurangi limbah yang
ditimbulkannya.
c. Penerapan konstruksi ramping ( lean construction )
d. Pelaksanaan konstruksi dengan meminimalkan konsumsi energi
e. Pengunaan bangunan dengan meminimalkan konsumsi energi.
f. Penguran polusi.
g. Mempertimbangkan aspek lingkungan pada tahap pengaadaan material sampai
dengan tahap konstruksi.
h. Penggunaan air secara bijaksana.
i. Mempertimbangkan dampak proses konstruksi berkelanjutan sebagai salah satu
aspek dalam peningkatan kinerja.

Pengelolaan Proyek Hijau (Green building)


(green building) dapat diwujudkan melalui berbagai cara dimulai sejak proses desain
sampai pembangunan dan pada akhirnya diserahkan kepada pemilik proyek. Proses
pembangunan green building ini akan menimbulkan berbagai permasalahan bagi kontraktor
karena terkait dengan lingkup kerja, risiko bagi kontraktor, aspek pembiayaan, penciptaan
perilaku bagi kontraktor, sistem adsministrasi, sistem dokumentasi, sistem manajemen
konstruksi, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya pengelolaan proyek jenis ini menjadi
sangat penting bagi kontraktor untuk mengelola secara tepat, terutama selama
berlangsungnya proses konstruksi. Ervianto (2012).

`
Proses Mewujudkan Green Building
Sistem pengelolaan proyek yang berorientasi hijau akan berbeda dengan proyek pada
umumnya. Perbedaan terjadi pada proses perencanaan sampai dengan proses konstruksi. Oleh
karenanya tim proyek harus menyadari sejak awal akan perbedaan pengelolaan dalm proyek
jenis ini. Setelah aspek pembiayaan proyek disetujui oleh pemilik proyek maka proses
selanjutnya adalah mewujudkan green building berdasarkan tahap-tahap berikut (kibert,
2008) : 10

Menetapkan proses menerapkan proses


proyek green pemilihan tim proyek perencanaan
building terintergritasi

mendapatkan
pelaksanaan proses menetapkan desain
masukan dari
konstruksi yang akan digunakan
berbagai pihak

serah terima kepada


pemilik

Tahap Eksekusi Proyek Green Building


a. Menetapkan prioritas green building.
b. Pemilihan tim proyek.
c. Proses perencanaan yang teritegrasi.
d. Mendapat masukan dari berbagi pihak.
e. Menetapkan rancangan yang akan digunakan.
f. Menjalankan proses konstruksi.
g. Serah terima kepada pemilik proyek.
Menurut Ervianto (2012), peran aktif kontraktor sangat di butuhkan.

Sistem pengelolaan proyek

Sistem pengelolaan proyek pada umunya diawalai dengan proses perencanaan oleh
konsultan, yang mana anggotnya terdiri dari berbagai di siplin ilmu. Arsitek mengawali cara
perancangan, proses berikutnya adalah menetapkan dimensi struktur bangunan yang
dilakukan oleh konstruktor bangunan.
Berbagai cara pengelolaan proyek yang dimungkinkan adalah :
a. Metode kontraktor umum.
b. Metode kontrak terpisah.
c. Metode kontrak rancang bangunan.
d. Metode swakelola.
eMetode manajemen konstruksi.

Metode
kontraktor
umum.

Metode
Metode
kontrak
kontrak
rancang
terpisah.
bangunan.
sistem
pengelolaan
proyek

Metode
Metode
manajemen
swakelola
konstruksi.

Konstruksi Hijau
Konstruksi hijau adalah suatu perencanaan dan pengaturan proyek konstruksi sesuai
dengan dokumen kontrak untuk meminimalkan pengaruh proses konstruksi terhadap
lingkungan. Glavinich (2008,h.5) Tahap konstruksi merupakan tahap yang perlu
mendapatkan perhatian agar tujuan utama menghasilkan kostruksi hijau dapat tercapai.
Dalam tahap konstruksi, pengelola proyek hendaknya mempertimbangkan aspek positif dan
negatif yang akan terjadi pada tahap berikutnya, yaitu tahap operasional dan tahap perilaku
pengguna. Penerapan konsep hijau dalam tahap konstruksi memerlukan pemahaman yang
mendalam tentang berbagai unsur ekologis. Setiap proses pembangunan proyek konstruksi
selalu melibatkan pekerja, material, alat metode, dan berbagai unsur alam
pekerja

bahan
alat
bangunan
konstruksi
hijau

unsur
metode
alam

Faktor Dalam Konstruksi Hijau

perencanaan dan penjadwalan


konservasi pekerja

faktor 3. Konservasi material.


4. Tata letak dan pengunaan lokasi
pekerjaan.
dalam 5. Manajemen limbah konstruksi
6. Penyimpanan dan perlindungan
material.
konstruksi 7. Kesehatan lingkungan kerja
terhadap konstruksi.

hijau 8. Mewujudkan lokasi kaerja yang


ramah lingkungan.
9. Pemilihan dan pengoperasian
peralatan konstruksi.

Faktor yang ikut menentukan dalam konstruksi hijau dinyatakan oleh Glavinich
(2008) dan Kibert (2009). Keduanyan mempunyai pandangan berbeda tentang konstruksi
hijau, namun terdapat kesesuaian dalam tujuan akhir, yaitu : Konservasi energi, konservasi
air, efisiensi penggunaan semberdaya alam, minimalisasi limbah, dan kualitas udara. Oleh
karena itu akan menjadi lebih lengka apabila dilakukan penggabungan atas faktor-faktor dari
kedua sumber tersebut. Glavinich (2008) menyatakan bahwa kontruksi hijau dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu :
1. Perencanaan dan penjadwalan.
2. konservasi pekerja.
3. Konservasi material.
4. Tata letak dan pengunaan lokasi pekerjaan.
5. Manajemen limbah konstruksi
6. Penyimpanan dan perlindungan material.
7. Kesehatan lingkungan kerja terhadap konstruksi.
8. Mewujudkan lokasi kaerja yang ramah lingkungan.
9. Pemilihan dan pengoperasian peralatan konstruksi.

Green Building Menurut Arsitek


Definisi green architectures adalah sebuah kesadaran lingkungan yang tidak
memasukan aspek utama arsitektur ( kuat, fungsi, nyaman, rendah biaya dan estetika), namun
juga memasukan aspek lingkungan dari sebuah green building yaitu efisiensi energi, konsep
keberlanjutan dan pendekatan secara holistic terhadap lingkungan. Green architectures
memiliki pengertian sebagai sebuah istilah yang menggambarkan tentang ekonomi, hemat
energi, ramah lingkungan dan dapat dikembangkan menjadi pembangunan
berkesinambungan.
Green architectures mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya.
Arsitek hijau mengandung juga dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio kultural,
ruang serta teknik bangunan. Konsep green architectures yaitu suatu konsep perancangan
untuk menghasilkan suatu lingkungan binaan green building yang di bangun serta berjalan
secara lestari atau berkelanjutan. Berkelanjutan merupakan suatu kondisi di mana unsur
unsur yang terlibat selama proses pemanfaatan suatu sistem sebagain besar dapat berfungsi
sendiri, sedikit mengalamai pergantian atau tidak menyebabkan sumber lain berkurang
jumlah dan kualitasnya.
lingkup green architectures yang lebih dikenal sempit adalah green building, di
definisikan sebagai bangunan yang meminimalkan dampak lingkunga melalui konservasi
sumber daya dan memberikan kontribusi kesehatan bagi penghuninya. Secara garis besar,
green building lebih di tekan pada nyaman dan kuat. Sedangkan green architectures
penekannya menyangkut pada aspek kekuatan, kenyamanan, estetika dan komposisi yang
tetap mementingkan efisiensi 22 energi, konsep berkelanjutan dan pendekatan holistic.
(www.sribd.com/doc/96566919/Konsep-Bangunan-Hijau)

You might also like