Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
DODY TOSINDA
DBB 114 009
Pembahasan :
1. Tahapan-tahapan proses dalam proyek Layanan Utama Jasa Arsitek dalam pekerjaan
perencanaan dan perancangan Arsitektur akan dilaksanakan dalam tahapan pekerjaan
sebagai berikut:
(2) Pada tahap ini arsitek melakukan persiapan perancangan yang meliputi pemeriksaan
seluruh data serta informasi yang diterima, membuat analisis dan pengolahan data yang
menghasilkan:
a. Program Rancangan yang disusun arsitek berdasarkan pengolahan data primer
maupun sekunder serta informasi lain untuk mencapai batasan tujuan proyek serta
kendala persyaratan/ketentuan pembangunan yang berlaku.
Setelah program rancangan diperiksa dan mendapat persetujuan pengguna jasa,
selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk konsep rancangan.
b. Konsep Rancangan yang merupakan dasar pemikiran dan pertimbangan-
pertimbangan semua bidang terkait (baik struktur, mekanikal, elektrikal, dan atau bidang
keahlian lain bila diperlukan) yang melandasi perwujudan gagasan rancangan yang
menampung semua aspek, kebutuhan, tujuan, biaya, dan kendala proyek.
Setelah mendapatkan persetujuan dari pengguna jasa konsep ini merupakan dasar
perancangan tahap selanjutnya.
Tahap 2 : Tahap Prarancangan / Skematik Desain
(1) Prarancangan
Pada tahap ini berdasarkan Konsep Rancangan yang paling sesuai dan dapat
memenuhi persyaratan program perancangan, arsitek menyusun pola dan gubahan
bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar-gambar. Sedangkan nilai fungsional
dalam bentuk diagram-diagram. Aspek kualitatif lainnya serta aspek kuantitatif seperti
perkiraan luas lantai, informasi penggunaan bahan, sistem konstruksi, biaya, dan waktu
pelaksanaan pembangunan disajikan dalam bentuk laporan tertulis maupun gambar-
gambar.
Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna jasa, arsitek akan melakukan
kegiatan tahap selanjutnya.
Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna jasa, hasil pengembangan
rancangan ini dianggap sebagai rancangan akhir dan digunakan oleh arsitek sebagai dasar
untuk memulai tahap selanjutnya.
(2) Sasaran tahap ini adalah:
a. Untuk memastikan dan menguraikan ukuran serta wujud karakter bangunan secara
menyeluruh, pasti, dan terpadu.
b. Untuk mematangkan konsep rancangan secara keseluruhan, terutama ditinjau dari
keselarasan sistem-sistem yang terkandung di dalamnya baik dari segi kelayakan dan
fungsi, estetika, waktu, dan ekonomi bangunan.
Tahap 4 : Tahap Pembuatan Gambar Kerja
(1) Pada tahap Pembuatan Gambar Kerja, berdasarkan hasil Pengembangan Rancangan
yang telah disetujui pengguna jasa, Arsitek menerjemahkan konsep rancangan yang
terkandung dalam Pengembangan Rancangan tersebut ke dalam gambar-gambar dan
uraian-uraian teknis yang terinci sehingga secara tersendiri maupun secara keseluruhan
dapat menjelaskan proses pelaksanaan dan pengawasan konstruksi.
Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna jasa, Gambar Kerja
yang dihasilkan ini dianggap sebagai rancangan akhir dan siap digunakan untuk proses
selanjutnya.
b. Untuk memperoleh kejelasan kuantitatif, agar supaya biaya dan waktu pelaksanaan
pembangunan dapat dihitung dengan seksama dan dapat dipertanggungjawabkan.
PEMBAHASAN:
STUDI KASUS TENTANG KONSTRUKSI BERKELANJUTAN DALAM
TAHAPAN PEMBANGUNAN GREEN BUILDING
e-journal.uajy.ac.id/6282/3/TS213027.pdf
Menurut (Ervianto, 2012), Pemahaman konstruksi berkelanjutan berbeda di setiap
negara, bergantung kekuatan ekonomi negara tersebut. Di negara maju, pemahaman tentang
konstruksi berkelanjutan lebih di fokuskan pada inovasi teknologi, sedangkan di negara
yang sedang berkembang masih berkutat pada permasalahan sosial dan ekonomi.
Adanya fakta tentang permasalahan keterbatasan sumber daya alam sudah menjadi
keharusan bidang konstruksi untuk melakukan tindakan yang lebih nyata dan berpihak
kepada lingkungan, tujuan utama dari konstruksi berkelanjutan adalah menciptakan
bangunan berdasarkan desain yang memperhatikan ekologi, menggunakan sumber daya
alam secara efisiensi dan ramah lingkungan selama masa operasional bangunan.
Sebagai upaya dalam mencapai konstruksi berkelanjutan, di Indonesia perlu dilakukan
tindakan-tindakan seperti yang dimuat dalam Agenda Konstruksi Indonesia 2030 yaitu :
a. Penggunaan/pemanfaatan kembali bangunan-bangunan yang telah ada
b. Perancangan konstruksi yang bertujuan untuk mengurangi limbah yang
ditimbulkannya.
c. Penerapan konstruksi ramping ( lean construction )
d. Pelaksanaan konstruksi dengan meminimalkan konsumsi energi
e. Pengunaan bangunan dengan meminimalkan konsumsi energi.
f. Penguran polusi.
g. Mempertimbangkan aspek lingkungan pada tahap pengaadaan material sampai
dengan tahap konstruksi.
h. Penggunaan air secara bijaksana.
i. Mempertimbangkan dampak proses konstruksi berkelanjutan sebagai salah satu
aspek dalam peningkatan kinerja.
`
Proses Mewujudkan Green Building
Sistem pengelolaan proyek yang berorientasi hijau akan berbeda dengan proyek pada
umumnya. Perbedaan terjadi pada proses perencanaan sampai dengan proses konstruksi. Oleh
karenanya tim proyek harus menyadari sejak awal akan perbedaan pengelolaan dalm proyek
jenis ini. Setelah aspek pembiayaan proyek disetujui oleh pemilik proyek maka proses
selanjutnya adalah mewujudkan green building berdasarkan tahap-tahap berikut (kibert,
2008) : 10
mendapatkan
pelaksanaan proses menetapkan desain
masukan dari
konstruksi yang akan digunakan
berbagai pihak
Sistem pengelolaan proyek pada umunya diawalai dengan proses perencanaan oleh
konsultan, yang mana anggotnya terdiri dari berbagai di siplin ilmu. Arsitek mengawali cara
perancangan, proses berikutnya adalah menetapkan dimensi struktur bangunan yang
dilakukan oleh konstruktor bangunan.
Berbagai cara pengelolaan proyek yang dimungkinkan adalah :
a. Metode kontraktor umum.
b. Metode kontrak terpisah.
c. Metode kontrak rancang bangunan.
d. Metode swakelola.
eMetode manajemen konstruksi.
Metode
kontraktor
umum.
Metode
Metode
kontrak
kontrak
rancang
terpisah.
bangunan.
sistem
pengelolaan
proyek
Metode
Metode
manajemen
swakelola
konstruksi.
Konstruksi Hijau
Konstruksi hijau adalah suatu perencanaan dan pengaturan proyek konstruksi sesuai
dengan dokumen kontrak untuk meminimalkan pengaruh proses konstruksi terhadap
lingkungan. Glavinich (2008,h.5) Tahap konstruksi merupakan tahap yang perlu
mendapatkan perhatian agar tujuan utama menghasilkan kostruksi hijau dapat tercapai.
Dalam tahap konstruksi, pengelola proyek hendaknya mempertimbangkan aspek positif dan
negatif yang akan terjadi pada tahap berikutnya, yaitu tahap operasional dan tahap perilaku
pengguna. Penerapan konsep hijau dalam tahap konstruksi memerlukan pemahaman yang
mendalam tentang berbagai unsur ekologis. Setiap proses pembangunan proyek konstruksi
selalu melibatkan pekerja, material, alat metode, dan berbagai unsur alam
pekerja
bahan
alat
bangunan
konstruksi
hijau
unsur
metode
alam
Faktor yang ikut menentukan dalam konstruksi hijau dinyatakan oleh Glavinich
(2008) dan Kibert (2009). Keduanyan mempunyai pandangan berbeda tentang konstruksi
hijau, namun terdapat kesesuaian dalam tujuan akhir, yaitu : Konservasi energi, konservasi
air, efisiensi penggunaan semberdaya alam, minimalisasi limbah, dan kualitas udara. Oleh
karena itu akan menjadi lebih lengka apabila dilakukan penggabungan atas faktor-faktor dari
kedua sumber tersebut. Glavinich (2008) menyatakan bahwa kontruksi hijau dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu :
1. Perencanaan dan penjadwalan.
2. konservasi pekerja.
3. Konservasi material.
4. Tata letak dan pengunaan lokasi pekerjaan.
5. Manajemen limbah konstruksi
6. Penyimpanan dan perlindungan material.
7. Kesehatan lingkungan kerja terhadap konstruksi.
8. Mewujudkan lokasi kaerja yang ramah lingkungan.
9. Pemilihan dan pengoperasian peralatan konstruksi.