You are on page 1of 14

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (SOSIALISASI) PADA KLIEN

DENGAN HALUSINASI DI RUANG KAKAK TUA RUMAH SAKIT


JIWA RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG MALANG

PROPOSAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


(P3N) Stase Keperawatan Jiwa

oleh:
Fifty Rokhimatun Nuraini, S.Kep 072311101001
Bagus Setyo Prabowo, S.Kep 082311101023
Enggar Municha S. D, S.Kep 102311101007
Angga Alif Pradana, S.Kep 102311101071
Aulia Merdekawati N. H, S.Kep 102311101090

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL
SESI I : KEMAMPUAN MENGENALKAN DIRI

A. Topik
Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi, Kemampuan Mengenalkan
Halusinasi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien mampu mengenal halusinasi yang dialami oleh peserta Terapi
Aktivitas Kelompok.
2. Tujuan Khusus
a) Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya
dengan tepat
b) Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang
dialami

C. Landasan Teori
Terapi Aktifitas Kelompok
1. Pengertian
Menurut Direktorat Jendral pelayanan Medik Depkes RI (1998)
terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk
membantu dan meningkatkan hubungan antar anggota. Wilson dan Kneisl
(1992), dalam Keliat (2005) menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok
(TAK) adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi
pengalaman seseorang serta meningkatkan respon sosial.

2. Tujuan dan fungsi kelompok


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan
dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan mal-
adaptif. Kekuatan kelompok ada pada kontribusi dari setiap anggota dan
pemimpin dalam mencapai tujuan. Kelompok berfungsi sebagai tempat
berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan
laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal
yang baik, serta mengembangkan perilaku adaptif. Anggota kelompok
merasa memiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota
kelompok yang lain.
3. Struktur kelompok
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses
pengambilan keputusan, dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur
dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah
komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara
bersama.
4. Besar kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil
yang anggotanya berkisar 5 12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil 7
10 orang (Stuart dan Laria, 2001) adalah. Menurut Lancester (1980)
adalah 10 12 orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan Beck
(1993) adalah 5 10 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya
tidak semua mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat,
dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan
interaksi yang terjadi.

5. Lamanya sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20 40 menit bagi fungsi
kelompok yang rendah dan 60 120 menit bagi fungsi kelompok yang
tinggi. Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian
tahap kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi bergantung
pada tujuan kelompok, dapat satu kali/ dua kali per minggu, atau dapat
direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
6. Kualifikasi terapi aktivitas kelompok
Rawlins, Williams dan Beck (1993) mengidentifikasi tiga cara
yang perlu dipersiapkan untuk menjadi terapis atau pemimpin terapi
kelompok, yaitu:
a. Persiapan teoritis melalui pendidikan formal, literatur, bacaan, dan
lokakarya;
b. praktik yang disupervisi pada saat berperan sebagai pemimpin
kelompok;
c. pengalaman mengikuti terapi kelompok.
Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jika telah
dipersiapkan secara profesional. American Nurses Association (ANA)
menetapkan pada praktik keperawatan psikiatri dan klinikal spesialis dapat
berfungsi sebagai terapis kelompok. Sertifikat dari ANA sebagai spesialis
klinik dalam keperawatan psikiatri kesehatan jiwa menjamin perawat mahir
dan kompeten sebagai terapis kelompok. The American Group
Psychotherapy Association (AGPA) sebagai badan akreditasi terapis
kelompok menetapkan anggotannya minimal berpendidikan master.
Perawat yang memimpin kelompok terapeutik dan kelompok
tambahan (TAK), persyaratannya harus mempunyai pengetahuan tentang
masalah klien dan mengetahui metode yang dipakai untuk kelompok
khusus serta trampil berperan sebagai pemimpin.

Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Realita


Terapi aktifitas kelompok dibagi menjadi 4, salah satunya adalah terapi
aktifitas kelompok stimuasi realita. Terapi aktifitas kelompok stimulasi realita
adalah salah satu bentuk terapi yang membantu klien untuk melakukan sosialisasi
dengan Klien dioreantasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien,
dan lingkungan yang mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula
pada oreantasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana kedepan. Aktifitas
dapat berupa: oreantasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar, dan
semua kondisi nyata (Keliat, 2004).

D. Klien
1. Karakteristik/ Kriteria
a. Cukup kooperatif dalam komunikasi;
b. Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang
mengidap penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain);
c. Klien halusinasi yang belum bisa mengkonrol halusinasinya;
d. Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya;
e. Klien dengan riwayat marah/amuk yang sudah tenang.
2. Proses Seleksi
a. Berdasarkan kriteria klien yang telah ditetapkan.
b. Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai prilaku klien shari-hari
dan kemungkinan dapat dilakukan terapi aktifitas kelompok pada klien
tersebut dengan perawat ruangan.
c. Melakukan kontrak dengan klien untuk mengikuti aktifitas yang akan
dilaksanakan serta menanyakan kesediaannya.
d. Menetapkan bersama klien dan perawat ruangan tentang topik, waktu
dan tempat kegiatan.

E. Pengorganisasian
Sesi 1 Mengenal halusinasi
1. Waktu : Jumat, 23 Januari 2015
Pukul 09.00 WIB
Lama kegiatan 30 menit
2. Tim Terapis :
a. Leader : Enggar Municha S. D, S.Kep
b. Co Leader : Aulia Merdekawati N. H, S.Kep
c. Fasilitator : Angga Alif Pradana, S.Kep, Fifty Rokhimatun
Nuraini, S.Kep
d. Observer : Bagus Setyo Prabowo, S.Kep
3. Tujuan
1. Klien dapat mengenal halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
4. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
4. Metode/ Media :
a. Metode :
1) diskusi dan tanya jawab;
2) bermain peran atau simulasi;
b. Media :
1) Spidol dan bolpoin
2) Kertas Folio

F. Proses Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan
sensori persepsi: halusinasi.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Pada tahap ini, trapis melakukan:
a. Memberikan salam teraupetik: Memberikan salam dari terapis
b. Evaluasi / validasi :
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak :
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenalkan suara-suara yang
didengar
2) Menjelaskan aturan permainan, yaitu
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis;
b) lama kegiatan 30 menit;
c) setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal
suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu
terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.
b. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien pada saat terjadi
halusinasi. Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan
sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya tulis di kertas folio.
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari
suara yang biasa didengar
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK;
2) memberikan pujian atas keberhasilan kelompok;
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi halusinasi
c. Kontrak yang akan datang:
1) Menyepakati kegiatan yang akan dating, yaitu cara engontrol
halusinasi;
2) menyepakati waktu dan tempat.

Sesi 2: Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik


1. Waktu : Sabtu, 24 Januari 2015
Pukul 09.00 WIB
Lama kegiatan 30 menit
2. Tim Terapis :
a. Leader : Bagus Setyo Prabowo, S.Kep
b. Co Leader : Angga Alif Pradana, S.Kep
c. Fasilitator : Aulia Merdekawati N. H, S.Kep, Fifty
Rokhimatun Nuraini, S.Kep
d. Observer : Enggar Municha S. D, S.Kep
3. Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi.
2. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
3. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
4. Metode/ Media :
a. Metode :
1) diskusi dan tanya jawab;
2) bermain peran atau simulasi;
b. Media :
1) Spidol dan bolpoin
2) Kertas Folio
G. Proses Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Pada tahap ini, trapis melakukan:
a. Memberikan salam teraupetik: Memberikan salam dari terapis
b. Evaluasi / validasi :
Menanyakan perasaan klien saat ini.
Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi,
waktu, situasi dan perasaan.
c. Kontrak :
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan,yaitu dengan latihan satu cara
mengontrol halusinasi.
2) Terapis menjelaskan aturan main yaitu:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis;
b) lama kegiatan 30 menit;
c) setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua
klien mendapat giliran.
b. Beri pujian pada klien selesai bercerita.
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul.
d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu pergi
jangan ganggu saya, saya mau bercakap-cakap dengan .. .
e. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara
menghardik halusinasi dimulai dari klien di sebelah kiri terapis
berurutan searah jarum jam sampai semua peserta mendapat giliran.
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan
saat setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul.
2) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian
klien.
c. Kontrak yang akan datang:
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.

Sesi 3: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan


1. Waktu : Senin, 26 Januari 2015
Pukul 09.00 WIB
Lama kegiatan 30 menit
2. Tim Terapis :
a. Leader : Angga Alif Pradana, S.Kep
b. Co Leader : Bagus Setyo Prabowo, S.Kep
c. Fasilitator : Aulia Merdekawati N. H, S.Kep, Enggar Municha
S. D, S.Kep
d. Observer : Fifty Rokhimatun Nuraini, S.Kep
3. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk
mencegah munculnya halusinasi
2. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
4. Metode/ Media :
a. Metode :
1) diskusi dan tanya jawab;
2) bermain peran atau simulasi;
b. Media :
1) Spidol dan bolpoin
2) Kertas Folio

H. Proses Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Pada tahap ini, trapis melakukan:
a. Memberikan salam teraupetik: Memberikan salam dari terapis
b. Evaluasi / validasi :
Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang telah
dipelajari.
Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara
menghardik halusinasi.
c. Kontrak :
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan,yaitu dengan latihan satu cara
mengontrol halusinasi.
2) Terapis menjelaskan aturan main yaitu:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis;
b) lama kegiatan 30 menit;
c) setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua
klien mendapat giliran.
b. Beri pujian pada klien selesai bercerita.
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan melakukan
kegiatan yang ada.
d. Terapis menyebutkan kegiatan yang ada sehari-hari.
e. Terapis meminta masing-masing klien menyebutkan kegiatan sehari-
hari.
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan
saat setiap klien selesai menyebutkan kegiatan yang ada.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun
jadwal kegiatan dan memperagakannya.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol
halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.
c. Kontrak yang akan datang:
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.

Sesi 4: Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-cakap


1. Waktu : Sealasa, 27 Januari 2015
Pukul 09.00 WIB
Lama kegiatan 30 menit
2. Tim Terapis :
a. Leader : Aulia Merdekawati N. H, S.Kep
b. Co Leader : Enggar Municha S. D, S.Kep
c. Fasilitator : Bagus Setyo Prabowo, S.Kep, Angga Alif Pradana,
S.Kep
d. Observer : Fifty Rokhimatun Nuraini, S.Kep
3. Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi.
2. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah
halusinasi.
4. Metode/ Media :
a. Metode :
1) diskusi dan tanya jawab;
2) bermain peran atau simulasi;
b. Media :
1) Spidol dan bolpoin
2) Kertas Folio

I. Proses Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi 3
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Pada tahap ini, trapis melakukan:
a. Memberikan salam teraupetik: Memberikan salam dari terapis
b. Evaluasi / validasi :
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang
telah dipelajari (menghardik, menyibukan diri dengan kegiatan
terarah) untuk mencegah halusinasi
c. Kontrak :
1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
2) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut :
a) Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis
b) lama kegiatan 30 menit;
c) setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mengontrol dan mencegah halusinasi
b. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa
diajak bercakap-cakap.
c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang
biasa dan bisa dilakukan
d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul
Suster ada suara di telinga saya, saya mau ngobrol saja dengan suster
atau Suster saya mau ngobrol tentang kapan saya boleh pulang
e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang
di sebelahnya.
f. Berikan puian atas keberhasilan klien
g. Ulangi e dan f sampai semua klien mendapat giliran.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengkut TAK
2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang mudah
dilatih
3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien meggunakan tiga cara mengontrol halusinasi yaitu
menghardik, melakukan kegiaan, dan bercakap-cakap.
c. Kontrak yang akan datang:
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan kepatuhan minum
obat.
2) Terapis menyepakati waktu dan tempat.

Sesi 5 : Mengkontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat


1. Waktu : Rabu, 28 Januari 2015
Pukul 09.00 WIB
Lama kegiatan 30 menit
2. Tim Terapis :
a. Leader : Fifty Rokhimatun Nuraini, S.Kep
b. Co Leader : Aulia Merdekawati N. H, S.Kep
c. Fasilitator : Bagus Setyo Prabowo, S.Kep, Angga Alif Pradana,
S.Kep
d. Observer : Enggar Municha S. D, S.Kep
3. Tujuan
1. Klien memahami pentingnya patuh minum obat
2. Klien memahami akibat tidak pauh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar minum obat
4. Metode/ Media :
c. Metode :
1) diskusi dan tanya jawab;
2) bermain peran atau simulasi;
d. Media :
1) Spidol dan bolpoin
2) Kertas Folio
3) Beberapa contoh obat

J. Proses Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Mengingatkan dengan klien yang telah mengikuti sesi 4
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Pada tahap ini, trapis melakukan:
a. Memberikan salam teraupetik: Memberikan salam dari terapis
b. Evaluasi / validasi :
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang
telah dipelajari (menghardik, menyibukan diri dengan kegiatan
terarah) untuk mencegah halusinasi
c. Kontrak :
1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
2) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut :
a) Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis
b) lama kegiatan 30 menit;
c) setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh karena obat member perasaan tenang, dan memperlambat
kambuh
b. Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab
kambuh
c. Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan
waktu memakannya.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat,
dan benar dosis
e. Meminta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara
bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar
g. Mendiskusikan perasaan klien setelah minum obat
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah halusinasi kambuh
j. Menjelaskan akibat atau kerugian tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian halusinasi atau kambuh
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat
l. Memberi pujian tiap klien benar.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengkut TAK
2) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah
dipelajari
3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien meggunakan tiga cara mengontrol halusinasi yaitu
menghardik, melakukan kegiaan, dan bercakap-cakap.
c. Kontrak yang akan datang:
1) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengkontrol
halusianasi
2) T Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan
indikasi klien.

You might also like