Professional Documents
Culture Documents
7. Lain-lain :
Laboratorium :
24 Agustus 2017
9
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 12,3 13,3-17,5 g/dL
Hematokrit 38,9 38,8-46,4%
Leukosit 23.600 4.000-11.000 sel/L
Trombosit 366.000 150.000-450.000 sel/L
Eritrosit 5,32 4,30-5,60 juta sel/ L
Hematologi MCV 73,2 80-100 fL
MCH 21,2 26-34pg
MCHC 29,0 32-36 g/dl
*Pemeriksaan fungsi pankreas; Amilase, Lipase tidak dilakukan karena tidak ada fasilitas.
Assessment
- Peritonitis Generalisata e.c. Susp. Pankreatitis Akut DD/ Perforasi Gaster
Plan
- IVFD RL gtt XX/m
- Inj. Ceftriaxone 2x1gr IV
- Inj. Ketorolac 2x 30mg IV
- Inj. Tramadol 3x1 amp IV
- Inj. Ranitidin 2 x 50mg IV
- Foley Kateter Monitor Urin Output
- Pro Laparotomi Cito Hasil: Pankreatitis Akut
- Puasa 5 hari (hingga nyeri perut berkurang), selanjutnya diet rendah lemak tinggi protein
- Tirah baring
Daftar Pustaka :.
1. Cahyono, JB Suharjo B. 2014. Tatalaksana Terkini Pankreatitis Akut. Medicnus 27:2:43-50
2. Daley, Brian J. Peritonitis and Abdominal Sepsis Clinical Presentation. Medscape Reference. Last
updated 11 Jan 2017. Available at http://emedicine.medscape.com/article/180234-clinical
Hasil Pembelajaran :
1. Mampu mengenali dan mendiagnosis penyakit peritonitis generalisata dan macam-macam
etiologinya.
2. Mampu memberikan penatalaksanaan awal peritonitis generalisata dan pankreatitis akut dengan
benar sesuai dengan kompetensi dokter umum
3. Mampu memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit Peritonitis
Generalisata dan pankreatitis akut
10
1. Subyektif :
2 hari SMRS, penderita tiba-tiba mengeluh nyeri seluruh perut. Nyeri awalnya dirasakan di pada ulu hati
yang menjalar hingga punggung. Nyeri dirasakan terus menerus, nyeri bertambah ketika os batuk, mual
(+), muntah (-), nafsu makan tidak ada, demam (-), badan menguning(-), flatus (-). Nyeri perut kanan
bawah disangkal. Tidak BAB 2 hari, BAB hitam disangkal, BAK seperti biasa.
2. Objektif :
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan Darah:120/80 mmHg
Nadi : 116 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,9o C
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor 3mm/3mm
Telinga: membran timpani intak, hiperemis -/-, sekret -/-
Hidung: sekret (-/-), hiperemis(-)
Mulut : sianosis (-), coated tongue (-)
Leher
KGB : tidak teraba
Trakea : deviasi (-)
Thoraks
Paru
Inspeksi : Tampak simetris, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikularis sinistra
11
Perkusi : Batas jantung dbn
Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, distensi(-), benjolan (-), darm contour(-), darm steifung(-).
Auskultasi : BU
Palpasi : Defans Muskular (+),nyeri tekan (+) pada seluruh lapang perut.
Hepar dan Lien sulit dinilai, turgor kulit baik
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : akral hangat, pucat, CRT < 2, edema (-)
3. Assessment :
Peritoneum dibagi atas :
peritoneum parietal
peritoneum viseral
peritoneum penghubung yaitu mesenterium, mesogastrin, mesocolon, mesosigmidem, dan
mesosalphinx
peritoneum bebas yaitu omentum
Lapisan parietal dari peritoneum membungkus organ-organ viscera membentuk peritoneum visera,
dengan demikian menciptakan suatu potensi ruang diantara kedua lapisan yang disebut rongga peritoneal.
Normalnya jumlah cairan peritoneal kurang dari 50 ml. Cairan peritoneal terdiri atas plasma ultrafiltrasi
dengan elektrolit serta mempunyai kadar protein kurang dari 30 g/L, juga mempunyai sejumlah kecil sel
mesotelial deskuamasi dan bermacam sel imun.
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam rongga
perut. Peradangan peritoneum (peritonitis) merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus
gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus
abdomen. Peritonitis merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah dengan
12
mortalitas sebesar 10-40%.
Klasifikasi:
Peritonitis primer
Merupakan peritonitis yang infeksi kumannya berasal dari penyebaran secara hematogen. Sering
disebut juga sebagai Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP). Peritonitis ini bentuk yang paling
sering ditemukan dan disebabkan oleh perforasi atau nekrose (infeksi transmural) dari kelainan
organ visera dengan inokulasi bakterial pada rongga peritoneum.
Kasus SBP disebabkan oleh infeksi monobakterial terutama oleh bakteri gram negatif ( E.coli,
klebsiella pneumonia, pseudomonas, proteus) , bakteri gram positif ( streptococcus pneumonia,
staphylococcus).
Peritonitis primer dibedakan menjadi:
- Spesifik
Peritonitis yang disebabkan infeksi kuman yang spesifik, misalnya kuman tuberkulosa.
- Non- spesifik
Peritonitis yang disebabkan infeksi kuman yang non spesifik, misalnya kuman penyebab
pneumonia yang tidak spesifik.
Peritonitis sekunder
Peritonitis ini bisa disebabkan oleh beberapa penyebab utama, diantaranya adalah:
- invasi bakteri oleh adanya kebocoran traktus gastrointestinal atau traktus genitourinarius ke
dalam rongga abdomen, misalnya pada : perforasi appendiks, perforasi gaster, perforasi kolon
oleh divertikulitis, volvulus, kanker, strangulasi usus, dan luka tusuk.
- Iritasi peritoneum akibat bocornya enzim pankreas ke peritoneum saat terjadi pankreatitis, atau
keluarnya asam empedu akibat trauma pada traktus biliaris.
- Benda asing, misalnya peritoneal dialisis catheters
Komplikasi yang dapat terjadi pada peritonitis sekunder antara lain adalah syok septik, abses,
perlengketan intraperitoneal.
Peritonitis tersier
Biasanya terjadi pada pasien dengan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), dan
pada pasien imunokompromise. Organisme penyebab biasanya organisme yang hidup di kulit,
yaitu coagulase negative Staphylococcus, S.Aureus, gram negative bacili, dan candida,
mycobacteri dan fungus. Gambarannya adalah dengan ditemukannya cairan keruh pada dialisis.
13
Biasanya terjadi abses, phlegmon, dengan atau tanpa fistula. Bila terjadi peritonitis tersier ini
sebaiknya kateter dialisis dilepaskan.
Penegakan Diagnosa
Anamnesa
Gejala klinis peritonitis yang utama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat dirasakan terus-menerus
selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat ataupun tersebar di seluruh abdomen. Dan makin
hebat nyerinya dirasakan saat penderita bergerak.
14
bernafas.
- Dehidrasi dapat terjadi akibat ketiga hal diatas, yang didahului dengan hipovolemik
intravaskular. Dalam keadaan lanjut dapat terjadi hipotensi, penurunan output urin dan syok.
- Distensi abdomen dengan penurunan bising usus sampai tidak terdengar bising usus
- Rigiditas abdomen atau sering disebut perut papan (defans muskuler), terjadi akibat
kontraksi otot dinding abdomen secara volunter sebagai respon/antisipasi terhadap penekanan
pada dinding abdomen ataupun involunter sebagai respon terhadap iritasi peritoneum.
- Takikardi, akibat pelepasan mediator inflamasi
- Tidak dapat BAB/buang angin.
Untuk mengenali sebuah pankreatitis akut, diagnosis ditegakkan apabila memenuhi 2 dari 3
kriteria, yakni (1) nyeri perut bagian atas, (2) peningkatan amilase dan lipase >3x nilai batas
normal, (3) hasil pemeriksaan radiologi (USG/CT Scan/MRI).
4. Plan :
Diagnosis : Peritonitis Generalisata e.c Pankreatitis Akut
Pengobatan :
- IVFD RL gtt XX/m
- Inj. Ceftriaxone 2x1gr IV
- Inj. Ketorolac 2x 30mg IV
- Inj. Tramadol 3x1 amp IV
- Inj. Ranitidin 2 x 50mg IV
15
- Puasa 5 hari, diet tinggi protein, rendah lemak
- Tirah Baring
- Pro Laparotomi Cito
Peritonitis adalah suatu kondisi yang mengancam jiwa, yang memerlukan pengobatan medis sesegera
mungkin. Prinsip utama terapi pada infeksi intra abdomen adalah:
1. Mengontrol sumber infeksi
2. Mengeliminasi bakteri dan toksin
3. Mempertahankan fungsi sistem organ
4. Mengontrol proses inflamasi
5. Mengganti cairan dan elektrolit
Edukasi :
- Puasa ketat, dilakukan hingga nyeri abdomen berkurang. Diet yang diberikan tinggi protein, rendah
lemak.
Konsultasi dan Rujukan : Dilakukan konsultasi atau rujukan ke dokter spesialis bedah jika keluhan
berulang
16