You are on page 1of 10

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No.

1 / April 2011

FAKTORFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR


TIMBAL (PB) DALAM DARAH PADA SOPIR ANGKUTAN UMUM
JURUSAN KARANG AYU-PENGGARON DI KOTA SEMARANG

Irimawa Rustanti*), Eni Mahawati**)


*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
**) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
Jl.Nakula I No 5-11 Semarang
Email:ema_rafafi@yahoo.com

ABSTRACT

Background: The cause of air pollution is smoke of motor vehicle. Public transportation
represents one of transportation which releases the smoke. This condition cause public
transport drivers always exposed by motor vehicle smoke that contain Plumbum and its
health effect. The aim of this research is to examine Plumbum exposure and the factors that
related with Plumbum concentration in blood of public transport drivers majors Karang Ayu-
Penggaron in Semarang.
Method: This is an explanatory research with the cross sectional approach. The population
is 70 public transport drivers majors Karang Ayu-Penggaron and 34 samples selected by
inclusion criteria. Data collected use the direct interview with questioner and laboratory test
from the respondents blood sample. The variable in this research consist of age, work pe-
riod, nutrition status, smoking habit, and Plumbum concentration in blood.
Result: Based on the result of this research was known that the respondent characteristics
are their age between 20-52 years old, their work period between 2-19 year, mean of IMT is
22,92 with the normal category nutrition status and 23 respondent have smoking habit. The
plumbum concentration in blood was 0,059 until 0,198 mg/liter. This concentration was simi-
lar with average of 12 cigarette smoked a day. The Pearson product moment correlation
showed that there was significant correlation between age, work period, nutrition status, the
smoking habit with the Plumbum concentration in blood, -value is smaller than 0,05.
Based on inferential analysis of the data was known that there was significant correlation
between age, work period, nutrition status, the cigarette habit with the Pb concentration in
blood. Suggestion for ORGANDA and the Head of Terminal Penggaron-Pedurungan
Semarang should be applied the health inspection for public transport drivers and supply the
mask for them. Public transport drivers should be using the mask correctly. Early preven-
tion should be done by continuing measurement of the air Pb concentration by government,
especially transportation department.

Keywords: Plumbum Concentration, public transport drivers

59
FaktorFaktor Yang Berhubungan ... - Irimawa R, Eni M

PENDAHULUAN antara lain, sintesis darah, hipertensi dan


Peningkatan mobilitas penduduk kerusakan otak. Pada anak - anak Pb
memberikan pula konsekuensi peningkatan menghambat perkembangan IQ
pemakaian sarana transportasi sehingga (kecerdasan). Padahal anak-anak
udara perkotaan menerima beban pencemar menghadapi risiko tinggi terkena pencemaran
yang berat. Kota Semarang sebagai ibukota Pb karena mereka sering memasukan jarinya
Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu yang kotor oleh debu yang tercemar Pb ke
kota terbesar di Jateng dengan tingkat dalam mulut.
kepadatan lalu lintas cukup tinggi. Sumber Disamping itu timbal dapat menyebabkan
pencemaran udara sebesar 60% berasal dari Encelopati yaitu kerusakan sel endotel dan
kendaraan bermotor sebagai sarana kapiler darah di otak. Berbagai perubahan
transportasi. Asap pembakaran dari knalpot anatomi akibat keracunan Pb baik pada
kendaraan mengandung zat pencemar yang sistem saraf pusat maupun perifer. Gastro-
membahayakan kesehatan. Salah satu enteritis juga dapat terjadi disebabkan oleh
bahan pencemar udara yang berbahaya reaksi rangsangan garam Pb pada mukosa
tersebut adalah senyawa Pb yang emisinya saluran pencernaan sehingga menyebabkan
makin tinggi seiring perkembangan sektor pembengkakan, dan gerak kontraksi rumen
transportasi di Indonesia. Tahun 1971 sekitar dan usus terhenti, peristaltik usus menurun
981,9 ton Pb diemisikan akibat penggunaan sehingga terjadi konstipasi dan kadang -
bensin, tahun 1980 emisinya menjadi 2900 kadang diare.
ton dan tahun 1988 menjadi 3900 ton. Di Gejala keracunan Pb biasanya bervariasi
Semarang pencemaran Pb semakin serius, yang merupakan indikator dari kerusakan
tahun 1988 emisi Pb di Semarang mencapai saraf pusat. Gejala yang sering ditemukan
1,6 ton / hari dan konsentarsi di udara tersebut ialah : sakit perut, gangguan saluran
mencapai 2 g / m3. pencernaan yaitu rasa mual, diare dan atau
Pencemaran udara oleh Pb perlu konstipasi, neuropati saraf perifer, kelemahan
mendapat perhatian serius, karena berbagai otot terutama tangan dan kaki, lesu dan
dampak kesehatan yang ditimbulkannya. lemah, sakit kepala, nafsu makan hilang,
Menurut WHO, Indonesia menderita kerugian berat badan menurun, anemia, hiperiritasi,
ekonomi akibat pencemaran udara sekitar gangguan tidur, depresi. Disamping itu, hasil
424,3 juta pada tahun 1990 dan tahun 2000 uji psikologik dan neuropsikologik
naik menjadi 624 juta dollar. Karena itu, bila menunjukkan penurunan daya ingat, kurang
pemerintah tidak melakukan pengendalian konsentrasi, sulit berbicara, gangguan
udara secara serius, maka tingkat kerugian penglihatan, dan psikomotor (gerak).
yang dialami Indonesia akan bertambah Salah satu kelompok yang berisiko tinggi
besar. Timbal (Pb) merupakan racun yang terpapar Pb adalah Sopir Angkutan Kota.
bersifat kumulatif. Sekitar 90 % dari timbal Pada umumnya bertugas sebagai sopir atau
yang terkumpul dalam tubuh masuk kedalam pengemudi angkutan umum di jalan raya yang
tulang. Dari tulang Pb dapat diremobilisasi lagi selalu padat dengan arus lalu lintas, sehingga
dan masuk ke dalam peredaran darah. Timbal sering terpapar oleh asap kendaraan bermotor
terikat dengan kuat pada banyak jenis yang lain hasil pembakaran bahan bakar
senyawa, seperti asam amino, haemoglobin, (bensin) yang keluar dari knalpot di jalan raya
banyak jenis enzim, RNA dan DNA sehingga yang padat arus lalu lintas. Berdasarkan sur-
dapat mengganggu banyak alur metabolisme. vey awal diketahui bahwa dari 10 orang sopir
Karena itu dampak Pb sangat beraneka, daihatsu jurusan Karang Ayu Penggaron

60
JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011

yang diwawancarai, menyatakan sering Satuan : tahun


mengalami keluhan/gangguan kesehatan 4. Status gizi
seperti : kepala pusing, sakit kepala, lemah/ Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
lesu, dan kurang dapat berkonsentrasi. keseimbangan atau perwujudan dari nu-
Berdasarkan kondisi tersebut diatas dan triture dalam variabel tertentu, yang diukur
mengingat senyawa Pb adalah bahan yang berdasarkan IMT yang merupakan hasil
sangat toksik untuk darah, maka dilakukan pembagian antara berat badan dengan
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui tinggi badan kuadrat.
paparan Pb berdasarkan indikator Pb dalam Skala data : rasio
darah pada sopir Daihatsu Jurusan Karang Pengukuran berat badan dengan
Ayu Penggaron serta faktor-faktor yang menggunakan timbangan injak
berhubungan dengan hal tersebut. Pengukuran tinggi badan dengan
menggunakan microtoice
METODE PENELITIAN 5. Kebiasaan merokok
Penelitian ini merupakan explanatory re- Ratarata jumlah batang rokok yang
search dengan metode survey dan dihabiskan (dihisap) per hari oleh
pendekatan cross sectional, dimana variabel pengemudi / sopir angkutan umum
bebas dan variabel terikat diukur dan Skala data : rasio
dikumpulkan pada waktu yang bersamaan. Satuan : batang
Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel
bebas meliputi: umur, masa kerja, status gizi, Populasi dalam penelitian ini adalah
dan kebiasaan merokok; sedangkan variabel semua sopir angkutan umum jurusan Karang
terikat berupa kadar Pb dalam darah. Adapun AyuPenggaron sebanyak 70 orang.
definisi operasional masing-masing variabel Pemilihan sampel dilakukan secara acak
sebagai berikut: sederhana (Simpel Random Sampling)
1. Kadar timah hitam dalam darah adalah : dengan kriteria inklusi meliputi : jenis kelamin
kandungan timah hitam dalam darah pada lakilaki; tidak memiliki kebiasaan olahraga
sopir angkutan umum jurusan Karang Ayu (kebiasaan melakukan olahraga sesuai
Penggaron yang diukur dengan metode dengan aturan yang benar yaitu melakukan
AAS (Atomic Absorbtion olahraga dengan durasi minimal 30 menit dan
Spektrofotometric = Spektrofotometric dalam satu minggu dilakukan minimal 3 kali
Serapan Atom). serta dilakukan secara rutin / terus menerus);
Skala data : rasio bekerja lebih dari 1 tahun; Sebelumnya tidak
Satuan : mg/liter pernah bekerja ditempat yang mengandung
2. Umur zat kimia Pb sebelum menjadi sopir angkutan
Lama hidup pengemudi/sopir angkutan umum jurusan Karang AyuPenggaron; serta
umum yang dihitung sejak tahun lahir bersedia menjadi responden serta diambil
sampai tahun dilakukannya penelitian. darahnya. Menurut Moh. Nasir , besar sampel
Skala data : rasio dihitung dengan menggunakan rumus :
Satuan : tahun N 2
3. Masa kerja Rumus : n =
( N 1) D + 2
Banyaknya tahun yang dialami responden Dimana :
sebagai sopir angkutan umum jurusan n = jumlah sampel
Karang AyuPenggaron di Semarang N = jumlah populasi
Skala data : rasio 2 = varian populasi (karena varians
populasi tidak diketahui, maka digunakan

61
FaktorFaktor Yang Berhubungan ... - Irimawa R, Eni M

varians sampel penelitian sebelumnya) tus gizi, kebiasaan merokok, dan intensitas
Berdasarkan rumus tersebut maka olahraga, serta datadata lain yang
diperoleh sampel sebagai berikut: diperlukan. Sebelum dilakukan pengambilan
n 2 darah responden diminta mengisi kuesioner
n = dengan penjelasan secukupnya serta
(N - 1) D + 2
menandatangani surat kesediaan
70 x (0,0756)2 pengambilan darah. Karena kebutuhan darah
= cukup banyak, maka diambil darah dari vena
(70 1) x1,1.10 4 + (0,0756) 2
cubiti. Darah diambil sebanyak kurang lebih
0,4000752 5 ml, kemudian masukan dalam tabung yang
= sudah mengandung EDTA (Ethylene Di-
7,59 x10 3 + 5,715 x10 3
amine Tetra Acetate) sebagai anti koagulan,
0, 4000752 sehingga darah tidak menggumpal. Tabung
= = 30,06 = 31orang ditutup dan dicampurkan darah dengan EDTA
0,013305
tersebut hingga homogen (kurang lebih 60
Berdasarkan perhitungan sampel diatas detik). Sampel darah yang telah diberi EDTA
bahwa sampel minimum adalah 31 orang, kemudian dibawa ke Balai Laboratorium GAKI
sedangkan sampel yang diambil untuk (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium)
penelitian adalah 34 orang. Data primer UNDIP Semarang untuk selanjutnya
diambil secara langsung pada saat dilakukan Pemeriksaan Pb dalam Darah
pengambilan sampel darah responden menggunakan Metode AAS dengan prosedur
menggunakan metode wawancara dengan sebagaimana digambarkan dalam skema
kuesioner untuk mengetahui jawaban dari sebagai Gambar 1.
responden mengenai umur, masa kerja, sta- Data hasil penelitian dianalisis secara

Gambar 1. Metode AAS

62
JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011

univariat untuk mendeskripsikan masing- responden sebagaimana tercantum dalam


masing variabel, serta analisis bivariat tabel-tabel berikut.
dengan uji normalitas dan Korelasi Pearson Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
Product Moment untuk mengetahui faktor- umur responden antara 20-52 tahun, masa
faktor yang berhubungan dengan kadar Pb kerja responden antara 2-19 tahun, IMT mini-
dalam darah responden. mum 15,63 dan IMT maksimum 34,06. Rata-
rata IMT 22,92 dan standar deviasi 4,53
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan status gizi dalam kategori normal.
Berdasarkan hasil pengolahan data Dari tabel 4.2 terlihat bahwa status gizi
berdasarkan jawaban kuesioner responden responden pada sopir angkutan umum
maka dapat diketahui beberapa karakteristik jurusan Karang AyuPenggaron yang

Tabel 1 Data Deskriptif Umur, Masa Kerja dan IMT RespondenSopir Angkutan Umum
Jurusan Karang AyuPenggaron di Kota Semarang
Variabel Minimum Maksimum Rata-rata Standart Deviasi (SD)
Umur (tahun) 20 52 37.03 8.00
Masa kerja (tahun) 2 19 6.12 4.57
IMT (Status Gizi) 15.63 34.06 22.92 4.53

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Berdasarkan IMT RespondenSopir Angkutan Umum
Jurusan Karang AyuPenggaron di Kota Semarang
No Kategori IMT Frekuensi Persentase (%)
1 Kurus 4 11.8
2 Normal 21 61.8
3 Gemuk 1 2.9
4 Obesitas 8 23.5
Jumlah 34 100
Sumber : Data Primer

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok RespondenSopir Angkutan Umum Jurusan


Karang AyuPenggaron di Kota Semarang
No Kebiasaan merokok Frekuensi Persentase (%)
1 Merokok 23 67,6
2 Tidak merokok 11 32,4
Jumlah 34 100
Sumber : Data Primer

Tabel 4 Data Deskripsi Jumlah Batang Rokok Yang Dihisap SehariResponden Yang
Merokok
Jumlah Jumlah Batang Rokok Yang Dihisap
responden Mini Maksi Rata-rata Standar Deviasi (SD)
merokok mum mum
23 3 24 9,74 4,39
Sumber : Data Primer

63
FaktorFaktor Yang Berhubungan ... - Irimawa R, Eni M

dilakukan dengan pengukuran TB dan BB Dalam Darah Responden maka dapat


(IMT) paling banyak dengan IMT adalah diketahui paparan Pb. Dari tabel 5 terlihat
kategori normal (61.8%) bahwa kadar Pb darah pada sopir angkutan
Dari tabel 3 terlihat bahwa sebagian umum jurusan Karang AyuPenggaron
besar responden merokok yaitu sebanyak 23 dengan kadar rata-rata 0,11 mg/liter, standar
orang (67,6%). deviasi 0,032. Berdasarkan nilai ambang
Dari tabel 4 terlihat bahwa rata-rata toksik Pb yang direkomendasikan oleh CDC
jumlah batang rokok yang dihisap per hari oleh yaitu sebesar menjadi 0,1 mg / lt.
responden yang merokok sebanyak 9,74 Berdasarkan tabel 6 di atas diketahui
batang rokok. bahwa sebagian besar responden (67,6%)
Berdasarkan Pemeriksaan Kadar Pb telah terpapar Pb melebihi nilai ambang toksik

Tabel 5 Data Deskriptif Pemeriksaan Kadar Pb Dalam Darah Responden Sopir Angkutan
Umum Jurusan Karang AyuPenggaron di Kota Semarang
Data Minimum Maksimum Rata-rata Standart deviasi
(SD)
Kadar Pb 0.059 0.198 0.115 0.032
(mg/liter)
Sumber : Data Primer

Tabel 6 Kategori Paparan Pb Dalam Darah Responden Berdasarkan Nilai Ambang Toksik
Kategori Jumlah Responden %
Melebihi Nilai Ambang Toksik 23 67,6
Kurang dari Nilai Ambang Toksik 11 32,4
Total 34 100,0

Tabel 7 Hubungan Antara Umur, Masa Kerja, Status Gizi, dan Kebiasaan Merokok Dengan
Kadar Pb Dalam Darah Pada Sopir Angkutan Umum Karang AyuPenggaron di
Kota Semarang
Variabel Variabel Nilai Koefisien Keterangan Arah
Bebas Terikat - korelasi hubungan
value
Umur Pb darah 0.021 0.396 Ada hubungan, Positif
tingkat keeratan
hubungan rendah
Masa kerja Pb darah 0.016 0.411 Ada hubungan, Positif
tingkat keeratan
hubungan sedang
Status gizi Pb darah 0.005 -0.473 Ada hubungan, Negatif
tingkat keeratan
hubungan sedang
Jumlah batang Pb darah 0.031 0.370 Ada hubungan, Positif
rokok yang tingkat keeratan
dihisap sehari hubungan rendah

64
JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011

yang direkomendasikan. Hal ini berarti bahwa tingkat signifikan pada derajat kesalahan 5%
sebagian besar responden memiliki risiko ( 0,05) didapatkan nilai r = 0,411 dan =
gangguan kesehatan akibat paparan Pb di 0,016 maka -value lebih kecil dari 0,05 yang
udara. Adapun faktor-faktor yang berarti ada hubungan yang bermakna,
berhubungan dengan risiko paparan Pb memiliki arah hubungan yang positif dan
tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil uji memiliki tingkat keeratan hubungan sedang
statistik inferensial ( Uji Korelasi Pearson- antara masa kerja dengan kadar Pb dalam
Product Moment). darah sopir angkutan umum jurusan Karang
A. Hubungan antara umur dengan kadar AyuPenggaron, maka dengan demikian
Pb dalam darah lamanya masa kerja responden akan
Dari hasil uji statistik korelasi variabel memberikan pengaruh positif pada
umur dengan kadar Pb dalam darah r hitung peningkatan kadar Pb di dalam darahnya
sebesar 0,396 dengan value sebesar 0,021 dengan tingkat keeratan hubungan sangat
berarti pada taraf signifikansi 0,05 ada rendah.
hubungan yang bermakna, memiliki tingkat Berdasarkan penelitian Anik Kurniawati
keeratan hubungan rendah dan memiliki arah tahun 2004 terhadap mekanik otomotif pada
hubungan yang positif antara umur dengan bengkel resmi mobil di kota Semarang
kadar Pb dalam darah. Dengan demikian menunjukkan ada hubungan antara masa
dapat disimpulkan bahwa umur adalah kerja dengan kadar Pb dalam darah .
variabel yang berhubungan dengan kadar Pb Hubungannya dengan penelitian ini bahwa
dalam darah. Dapat dimengerti bahwa semakin lama masa kerja seseorang
dengan bertambahnya umur berarti waktu berpengaruh positif terhadap peningkatan
yang dialami responden dalam menghirup kadar Pb dalam darah. Dari hasil penelitian
udara yang tercemar Pb dapat meningkatkan bahwa masa kerja selama 19 tahun dengan
kadar Pb dalam darah. masa kerja selama 2 tahun akan memiliki
Paruparu umumnya berkembang kadar Pb dalam darah yang berbeda. Masa
sampai umur 20 tahun yang secara perlahan kerja selama 19 tahun memiliki kadar Pb
akan turun kemampuannya menahan udara dalam darah sebesar 0,104 mg/liter,
sejalan dengan lanjutnya umur karena terjadi sedangkan masa kerja selama 2 tahun
penyempitan pada paruparu. Dengan memiliki kadar Pb dalam darah sebesar 0,
bertambahnya umur berarti waktu yang telah 084 mg/liter.
dialami responden dalam menghirup udara Menurut Wardayati bahwa faktor yang
yang tercemar semakin panjang. mempengaruhi kadar timbal dalam darah
Semakin tua umur seseorang maka tergantung dari masa kerja, semakin lama
akan semakin mudah terpapar oleh gas masa kerja semakin banyak terpapar Pb.
maupun partikel dan semakin tinggi Selain faktor tersebut pekerjaan tambahan
konsentrasinya di dalam tubuh terutama Pb, juga mempengaruhi konsentrasi timbal
karena terjadi penyempitan dalam paru dalam darah, karena semakin sering terpapar
parunya sehingga secara perlahan menurun timbal (Pb).
kemampuannya dalam menahan udara dan Meskipun kadar Pb dalam darah rendah,
sifat Pb yang kumulatif, maka akan Pb dapat menghambat sintesa haemoglobin,
terakumulasi pada jaringan tubuhnya. meskipun tidak menunjukkan gejalagejala
B. Hubungan antara masa kerja dengan keracunan. Ini sesuai dengan penelitian
kadar Pb dalam darah Darmono yang menyatakan bahwa
Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa keracunan oleh partikel Pb bersifat kronis,

65
FaktorFaktor Yang Berhubungan ... - Irimawa R, Eni M

artinya setelah pemaparan oleh senyawa mengakibatkan kandungan Pb yang toksik


tersebut berlangsung dalam jangka waktu dalam beberapa bulan saja. Namun
lama atau beberapa tahun kemudian barulah demikian, kadar Pb darah sampai 30 g/100cc
menimbulkan gangguan kesehatan . Pb darah telah dikaitkan dengan penurunan
didalam darah ratarata rendah disebabkan fungsi neuropsikologis dan intelegensia pada
karena olahraga yang dilakukan setiap hari anakanak. Kelainan darah bahkan sudah
dan kadar Pb udara sendiri cukup rendah tampak pada kadar Pb dibawah 30 g/100cc
karena Pb mudah menguap dan diserap oleh darah.
pepohonan yang ada disekitar jalan raya Dosis dapat ditentukan oleh konsentrasi
sehingga konsentrasi kadar Pb yang rendah dan lamanya eksposisi zat yang diberikan
pada responden penelitian juga secara pada seseorang. Faktorfaktor tertentu
langsung dipengaruhi oleh konsentrasi yang seperti ventilasi di tempat kerja dan jenis kerja
rendah ditempat kerja. memegang peranan penting pada penentuan
Pb masuk kedalam tubuh melalui dosis, dosis juga dipengaruhi oleh jumlah jam
absorpsi sistem pernafasan dan sistem kerja dan waktu kerja, konsentrasi zat
pencernaan. Tingkat absorpsi Pb oleh berbahaya yang ada di lingkungan sering kali
mukosa saluran pernafasan dipengaruhi oleh lebih tinggi pada sore hari daripada pagi hari
adanya daya larut, bentuk dan ukuran partikel. dimana pada saat pekerjaan baru mulai.
Pb yang masuk melalui sistem pencernaan Untuk membatasi eksposisi sebaiknya
ke dalam tubuh melalui makanan dan istirahat kerja dilakukan di tempat yang tidak
minuman yang terkontaminasi oleh Pb tercemari (terkontaminasi), juga penting
kemudian diabsorpsi masuk ke aliran darah untuk mempersingkat jangka waktu eksposisi
mulai dari lambung sampai usus halus . Pb dengan melakukan pergantian kerja.
diserap oleh tubuh sekitar 5-10% dari jumlah Keadaan fungsi organ yang kontak
yang masuk melalui makanan atau sebesar dengan suatu zat kimia toksik, akan
30% dari jumlah Pb yang terhirup yang akan mempengaruhi kerja eksposisi, ini terutama
diserap oleh tubuh, dari jumlah yang diserap berlaku untuk sistem respirasi. Pada respirasi
tersebut hanya 15% yang akan mengendap dapat dibedakan antara jumlah zat yang ada
pada jaringan tubuh dan sisanya akan turut dalam udara yang dihirup dan jumlah zat yang
terbuang bersama sisa metabolisme tertinggal didalam paruparu. Hal yang
bersama urin dan feses. mempengaruhinya antara lain : frekuensi
Pb yang masuk ke dalam tubuh pernapasan, beban kerja, usia dan lama kerja
responden kemungkinan tidak hanya dari tenaga kerja yang bersangkutan, juga pada
udara yang tercemar, tetapi juga dari suhu dan kelembaban udara relatif.
makanan yang tercemar Pb dari asap C. Hubungan antara status gizi
kendaraan bermotor, mengingat sebagian berdasarkan IMT dengan kadar Pb
besar responden makan siang atau makan dalam darah
pada waktu istirahat di warung pinggir jalan Hasil dari uji korelasi pearson product
dan karena makanan yang dimakan seperti moment antara variabel status gizi melalui
sayuran hijau sudah mengandung Pb. pengukuran BB dan TB (IMT) menghasilkan
Penyerapan Pb sebesar 2,5 mg/hari akan nilai r hitung sebesar -0,377 dan -value
memerlukan waktu hampir 4 tahun menjadi sebesar 0,028 berarti pada taraf signifikansi
toksik dan hal itu terjadi pada waktu Pb 0,05 terdapat hubungan yang bermakna,
terakumulasi dalam jaringan lunak. memiliki tingkat keeratan hubungan rendah
Sedangkan penyerapan Pb 3,5 mg/hari akan dan memiliki arah hubungan yang negatif

66
JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011

antara IMT dengan kadar Pb dalam darah. seluler tubuh. Status gizi yaitu ekspresi dari
Kesehatan tenaga kerja dan keadaan keseimbangan dalam bentuk
produktivitas kerja erat bertalian dengan variabel tertentu, atau perwujudan dari nutri-
tingkat/keadaan gizi. Bahwa gizi merupakan ture dalam bentuk variabel tertentu.
suatu segi bagi kesehatan, telah lama Semakin baik status gizi seseorang
diketahui. Dalam hubungan dengan maka akan semakin berpengaruh positif
produktivitas kerja, seorang tenaga kerja dalam hal mencegah masuknya pencemaran
dengan keadaan gizi yang baik maka akan udara dalam tubuh terutama pencemaran
memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh Pb. Hal ini dikarenakan bahwa kondisi tubuh
yang baik. Gizi kerja adalah nutrisi/kalori yang yang sehat dan baik maka aktivitas dan
diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi produktivitas kerja semakin meningkat.
kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan. D. Hubungan antara kebiasaan merokok
Tujuannya adalah tingkat kesehatan tenaga dengan kadar Pb dalam darah
kerja dan produktivitas kerja yang setinggi- Kebiasaan merokok adalah sesuatu hal
tingginya. yang mempengaruhi tingkat absorpsi Pb oleh
Sehat dan gizi seimbang adalah mukosa saluran pernafasan . Hasil uji korelasi
merupakan salah satu syarat dari menu product moment antara variabel jumlah
makanan yang baik disertai dengan buah dan batang rokok yang dihisap setiap hari dengan
sayur-sayuran dan bisa juga ditambah kadar Pb dalam darah menghasilkan r hitung
dengan daging yang tidak mengandung lemak sebesar 0.370 dan -value sebesar 0,031
atau ikan serta minuman segar dari sari buah berarti pada taraf signifikansi 0,05 terdapat
dan dikurangi gula dan lemak. hubungan yang bermakna, memiliki tingkat
Selain makan dengan gizi seimbang keeratan hubungan rendah dan memiliki arah
dengan banyak makan buah dan sayur- hubungan yang positif antara jumlah batang
sayuran juga tidak merokok, melakukan rokok yang dihisap setiap hari dengan kadar
aktivitas fisik secara teratur setiap hari mini- Pb dalam darah. Dari hasil analisa bahwa
mal 30 menit, hindari minum minuman yang semakin banyak jumlah batang rokok yang
mengandung alkohol, dan jaga berat badan dihisap sehari oleh responden maka akan
dengan mengurangi banyak makan makanan semakin mempengaruhi kadar Pb dalam
yang mengandung lemak dan hindari selalu darah.
mengemil atau makan disela jam makan. Hal Pb ada dalam bensin yang digunakan
ini dapat menghindari bahaya terserang untuk menyalakan korek pada waktu
penyakit jantung dan penyakit kanker. menyulut rokok, maka setiap menyulut rokok
Gizi adalah suatu proses organisme orang juga akan kemasukan sedikit timbal
menggunakan makanan yang dikonsumsi kedalam paruparu dan inipun lama
secara normal melalui proses digesti, kelamaan juga membahayakan.
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan SIMPULAN
untuk mempertahankan kehidupan, Berdasarkan hasil dan pembahasan di
pertumbuhan dan fungsi organ-organ, serta atas dapat disimpulkan bahwa sebagian
menghasilkan energi. Keadaan gizi adalah besar responden sopir Daihatsu jurusan
keadaan akibat dari keseimbangan antara karang ayu Penggaron (67,6%) telah terpapar
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan Pb melebihi nilai ambang toksik yang
penggunaan zat-zat gizi, atau keadaan direkomendasikan CDC (melebihi 0,1 mg /
fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam lt). Faktor-faktor yang terbukti berhubungan

67
FaktorFaktor Yang Berhubungan ... - Irimawa R, Eni M

secara signifikan dengan kadar Pb dalam Jakarta. 1994


berdasarkan hasil uji statistik korelasi 10. Endah Puspita Rini. Hubungan Lama
Pearson Product moment adalah faktor Kerja Dengan Kadar Pb Dalam Darah
umur, masa kerja, status gizi serta kebiasaan Polisi Lalu Lintas Yang Bertugas Pada
merokok. Penjagaan dan Pengaturan (GATUR) Di
SARAN Satuan Lalu Lintas (SATLANTAS)
Untuk meminimalkan bahaya kesehatan POLTABES Semarang. Fakultas
sekaligus sebagai upaya pencegahan Kesehatan Masyarakat Universitas
dampak paparan Pb yang lebih berat, Diponegoro Semarang. 2001
khususnya pada sopir Daihatsu disarankan 11. Wardayati. Kadar Timbal Dalam Darah
perlunya dilakukan pemeriksaan kadar Pb di Tenaga Kerja di Perusahaan Pengecoran
udara secara berkala di kota Semarang oleh Timbal Surabaya. Gajah Mada University.
Dinas Perhubungan serta pemakaian alat Yogyakarta. 1997
pelindung diri (masker/kain penutup hidung). 12. Darmono. Logam Berat Sistem Biologi
Makhluk Hidup. Universitas Indonesia (UI)
DAFTAR PUSTAKA Press. Jakarta. 1995
1. Soekardi. Kualitas Lingkungan di Indone- 13. Fardiaz, Srikandi. Polusi Air dan Udara.
sia. Kantor Menteri Kependudukan dan Kanisius. Yogyakarta. 1992
Lingkungan Hidup.1990 14. Suhartono. Pencemaran Udara dan
2. Probstein, Ronald, F. et. al Synthesic Fuel Akibatnya bagi Generasi Mendatang.
Mc.Graw Hill Book Company. Singapore. Pertemuan Ilmiah Staff Pengajar FKM
1995 UNDIP Semarang
3. Darmono. Lingkungan Hidup dan 15. Budiono, Sugeng. Jusuf, RMS. Pusparini,
Pencemaran Hubungannya dengan Adriana. Bunga Rampai. Hiperkes dan KK
Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Higiene Perusahaan, Ergonomi,
Indonesia (UI) Press. 2001 Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja.
4. Fardiaz, Srikandi. Polusi Air dan Udara. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Kanisius. Yogyakarta. 1992 Semarang. 2003
5. Wijaya, Caroline. Deteksi Dini Penyakit 16. I Dewa Nyoman. S, Bakri. Bachyar, Fajar.
Akibat Kerja. EGC. Jakarta.1993 Ibnu. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
6. Sumamur. Higiene Perusahaan dan 2002
Kesehatan Kerja. Haji Mas Agung. 17. Aditama, Yoga Tjandra. Polusi Udara dan
Jakarta. 1986 Kesehatan. Arcan. Jakarta. 1992
7. Mifbakhuddin. Kinetika Paparan Plumbum 18. Prawiro, Ruslan. Ekologi Lingkungan
(Pb) Pada Manusia Dan Dampaknya Pencemaran. Setya Wacana. Semarang
Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Cetakan IV. 1988
Masyarakat Indonesia. volume 3 no.1,
Februari. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah. Semarang.
2006
8. Nazir, Moh. Metodologi Penelitian. PT.
Ghalia Indonesia. Jakarta. 1988
9. Palar, Heryanto. Pencemaran dan
Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta.

68

You might also like