Professional Documents
Culture Documents
valva, berarti papan pintu yang bergerak) adalah alat untuk mengatur,
mengarahkan atau mengontrol aliran fluida seperti gas, cairan, padatan
terfluidisasi, dan slurries, dengan cara membuka, menutup, atau menghalangi
sebagian. Pada saat valve terbuka, maka fluida akan mengalir dari tekanan
tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Pada tulisan berikut, akan diulas terkait
dengan jenis-jenis valve berdasarkan fungsinya.
JENIS VALVE
1. Butterfly Valve
Valve ini berbentuk diafragma yaitu menyerupai rongga seperti rongga badan
antara dada dan perut. Pada pengoperasiannya, terdapat 3 kondisi yaitu
terbuka penuh, throttling atau memperlambat aliran, dan tertutup penuh.
Kemampuan throttling (secara harfiah mencekik/memperlambat) pada
diaphragm valve merupakan kelebihannya dalam mengatur laju alir yang
diinginkan. Terdapat dua tipe diaphragm valve yaitu (1) Straighway type, dan (2)
Weir type.
4.
Globe Valve
Globe valve merupakan jenis katup yang memiliki arah gerak linier yang
memiliki fungsi sebagai regulator dengan cara menghentikan aliran dan
memperlambat aliran (throttling) menggunakan disk berbentuk bulat (atau
globe). Umumnya, terdapat 3 jenis globe valve yaitu (1) Angle globe valve, (2)
Y-Body globe valve, dan (3) Z-Body globe
valve.
5. Check Valve
Tipe valve merupakan non-return valve yang berfungsi agar mencegah terjadi
aliran balik sehingga aliran fluida hanya mengarah pada satu arah saja.
Biasanya, check valve bekerja secara otomatis dan tidak dikontrol oleh
seseorang atau pengontrol eksternal lainnya, dan kadang tidak memiliki
gagang valve (handle). Terdapat banyak jenis check valve, diantara adalah ball
check valve, duckbill valve, swing atau tilting disc check valve, diaphragm
check valve, stop-check valve, dan in-line check
valve. 6. Solenoid
Valve
Actuator (diartikan penggerak) pada valve berfungsi untuk mengatur laju alir
fluida dengan cara membuka dan menutup valve. Pada manual valve
dibutuhkan seseorang untuk mengatur gagang valve agar dapat dibuka dan
ditutup alirannya, sering disebut manual actuator karena pengeraknya
menggunakan tangan manusia. Untuk valve yang dikontrol bukan oleh tenaga
manusia maka dikategorikan sebagai control valve. Terdapat beberapa jenis
actuator yaitu sebagai berikut:
Teknologi Deionisasi
Teknologi deionisasi adalah proses untuk menghilangkan ion terlarut dalam air
menggunakan proses pertukaran ion (ion-exchange) baik menggunakan resin
penukar ion atau alat elektrikal deionisasi (seperti CDI). Pada resin penukar ion
akan terjadi proses penangkapan ion bermuatan positif oleh resin kation
(cation replacement resin) dan ion bermuatan negatif akan ditangkap oleh
resin anion (anion replacement resin). Alat untuk menghilangkan ion dengan
prinsip teknologi deionisasi disebut deionizer. Salah satu contoh teknologi
deionisasi adalah mixed-bed deionizer.
Pada resin mixed-bed deionizer, terjadi pertukaran ion antara kation dengan
H+ dan antara anion dengan OH-. Sehingga regenerant resin kation biasanya
digunakan HCl (asam kuat) sebagai pengganti kation menjadi H+ kembali, dan
regenerant resin anion biasanya digunakan NaOH (basa kuat) sebagai
pengganti anion menjadi OH-. Jenis resin yang digunakan mempengaruhi
efektifitas dalam menghilangkan kation dan anion dalam air baku.
Terdapat 2 tipe deionizer yang menggunakan resin penukar ion yaitu
-
Proses Regenerasi Resin Mixed-Bed
Proses regenerasi pada mixed-bed deionizer terdiri atas beberapa tahap yaitu
sebagai berikut:
1. Backwash, dialirkan air dari bawah ke atas untuk membersihkan kotoran
yang menempel dalam resin selama 15-20 menit, selanjutnya direndam air
selama 10 menit, dimana resin anion akan berada diatas karena berat
jenisnya yang lebih kecil dari resin kation.
2. Anion regeneration, dialirkan NaOH 48% dan air yang sesuai dengan
volume resin anion dari atas melewati resin anion bersamaan dengan aliran
air dari bawah menuju regenerant collector yang berada dibagian tengah.
3. Water extrusion, dialirkan air dari atas dan bawah tanki untuk membilas
sisa NaOH selama 15 menit.
4. Cation regeneration, dialirkan HCl 32% dan air yang sesuai dengan volume
resin kation dari bawah melewati resin kation bersamaan dengan aliran air
dari atas menuju regenerant collector yang berada dibagian tengah.
5. Water extrusion, dialirkan air dari atas dan bawah tanki untuk membilas
HCl selama 20 menit.
6. Rinsing, dialirkan air untuk pembilasan semuanya dari atas dan bawah.
7. Drain down, dialirkan udara dari atas ke bawah untuk membilas sisa air.
8. Mixing, dialirkan udara dari bawah ke atas untuk mencampur kembali
secara homogen resin kation dan resin anion didalam tanki.
9. Flushing and service, dialirkan air secara normal dari atas ke bawah, yang
dilanjutkan pengukuran konduktifitas untuk parameter berhasil tidaknya
proses regenerasi.
Semoga bermanfaat,
Cikarang, Desember 2016.
PERPIPAAN
Terdapat tiga (3) istilah terkait perpipaan yang ada dalam bahasa inggris
yaitu:
MATERIAL PIPA
Material pipa yang dapat kita temukan saat ini cukup bervariasi, diantaranya
sebagai berikut:
Sistem perpipaan terdiri atas beberapa komponen yang dirangkai dalam satu
kesatuan bertujuan untuk alat transportasi fluida dari penampung fluida ke
penampung fluida lainnya. Komponen sistem perpipaan terdiri atas beberapa
bagian:
1. Pipe (Pipa)
2. Pipe Fittings (Sambungan pipa)
3. Flanges (Alat penggabung ke komponen lain)
4. Gasket (Lapisan sambungan antar komponen)
5. Bolting (Baut)
6. Valves (Katup)
(1) Pipe Jenis dan material pipa telah dijelaskan diatas. Adapun ukuran
pipa berbeda-beda sesuai dengan aplikasinya, hal yang perlu diperhatikan
adalah: a) Actual Outside Diameter (OD), ukuran diameter bagian luar pipa, b)
Average Inside Diameter (ID), ukuran diameter bagian dalam pipa, dan c) Wall
Thickness atau Schedule, ketebalan pipa. Terdapat beberapa istilah untuk
ukuran pipa, berikut konversi standar ukuran pipa yang bisa dijadikan acuan
berdasarkan OD-nya.
(2) Pipe Fittings merupakan beberapa komponen yang digunakan untuk
menyambung dua buah pipa atau lebih, terdiri atas 5 bagian yaitu: a) Elbow, b)
Tee, c) Reducer, d) Couplings, dan e) Swage Nipples. Adapun dari sifat tetap
tidaknya dibagi menjadi 2 jenis: a) Welded Component, yaitu sambungan
bersifat tetap digunakan penge-las-an pada prosesnya, b) Threaded
Component, yaitu sambungan bersifat fleksibel dan mudah dilepas
menggunakan ulir.
(3). Flanges merupakan sambungan baut dimana dua buah atau lebih pipa,
equipment, fitting dan valve dihubungkan bersama-sama. Terdapat beberapa
tipe flange diantaranya yaitu a) welding-neck, b) threaded, c) slip-on, d)
socket weld, e) lap-joint, f) blind, dan g) orifice flange and plate, dan h)
spectable blind.
(4). Gasket merupakan lapisan material yang dipasang diantara dua
permukaan benda (contohnya flange), dimana di dalamnya terdapat fluida
bertekanan agar mencegah terjadinya kebocoran. Gasket biasanya dibuat dari
material metal dan non-metal. Contoh gasket metal yaitu terbuat dari
tembaga, alumunium, dan kuningan, sedangkan gasket non-metal dibuat dari
asbes, kertas, karet, rami, kulit, silikon, gabus, neoprene, karet nitril, fiberglass,
PTFE (Polytetrafluoroethylene), atau polimer plastik seperti PCTFE
(Polychlorotrifluoroethylene). Terdapat sekitar 6 jenis gasket berdasarkan
bentuknya yaitu: a) flat gasket, b) spiral wound gasket, c) metal O-ring gasket,
d) metal U-ring gasket, e) Metal C-ring gasket, dan f) Metal spring-energizing
rings. Untuk aplikasi pada flange, gasket dibedakan menjadi beberapa tipe
diantara yaitu a) tipe D, ukurannya cocok dengan cincin bagian dalam
ring-type-joint flanges, b) tipe E, ukurannya sama dengan diameter luar
flange dan disesuaikan dengan potongan baut, dan c) tipe F, ukurannya
disesuaikan dengan bagian dalam flange saja tanpa ada lubang yang
disesuaikan dengan baut.
(5). Bolting biasa disebut baut yang memiliki alur heliks penguat (threaded
fastener) disertai dengan tabung dengan alur heliks (male thread). Setiap baut
memiliki mur (nut) sebagai penguatnya.
(6). Valves disebut juga katup yaitu alat untuk mengatur, mengarahkan
atau mengontrol aliran fluida dengan cara membuka, menutup, atau
menghalangi sebagian. Pada saat katup terbuka, maka fluida akan mengalir
dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Terdapat banyak jenis
katup, berikut diantaranya yang banyak dipakai yaitu ball valve, butterfly
valve, clapper valve, check valve, choke valve, diaphragm valve, gate valve,
globe valve, needle valve, pinch valve, piston valve, knife valve, plug valve,
solenoid valve dan safety valve.
Limbah yang diolah meliputi limbah rumah tangga, limbah padat (solid waste),
limbah kotoran manusia (human waste), buangan air hujan atau salju
(stormwater), dan buangan dari pengolahan air (disposal water treatment).
Jika limbah lebih banyak berasal dari limbah perkotaan baik rumah tangga
atau industri kecil disebut sewage dan pengolahannya disebut sewage
treatment.
a. Metode sedimentasi
b. Metode filtrasi
Suspensi padatan koloid dalam limbah cair akan dihilangkan dengan proses
filtrasi baik dengan filter pasir, karbon aktif, atau sistem membran. Metode
filtrasi ini penting untuk mengurangi total padatan terlarut (TDS). Sistem
bioreaktor membran sering juga digunakan untuk sistem pemulihan (recovery)
dan sistem pemanfaatan kembali (reuse). MBR (Membrane Bio-Reactor)
adalah kombinasi proses membran (mikrofiltrasi atau ultrafiltrasi) dengan
sistem pertumbuhan bakteri dalam bioreaktor. MBR terdiri atas 2
konfigurasi: internal atau submerged MBR, dan external atau sidestream MBR.
Perbedaan keduanya ada pada peletakan membran, dimana internal MBR
berada dan didalam dan external BMR diluar system.
1. Oxidation (Oksidasi)
Proses oksidasi mengindikasikan jumlah senyawa organik dalam limbah.
Dengan melakukan proses oksidasi maka nilai BOD dan COD dalam limbah
dapat direduksi, serta toksisitas yang disebabkan oleh bahan pencemar dapat
dikurangi sebelum dibuang ke lingkungan. Pengukuran BOD dan COD
sangatlah penting untuk melihat karakteristik limbah yang akan diolah.
Nilai BOD juga dapat merepresentasikan kualitas air limbah sekalipun tidak
signifikan, berikut tabel kondisi kualitas limbah berdasarkan nilai BOD-nya:
Beberapa proses dapat digunakan untuk menurunkan BOD dan COD pada
limbah meliputi koagulasi biasa dengan flocculant polimer kation, mirobiologi,
elektrokoagulasi, peroksi-koagulasi, reagent Fenton, dan elektro-Fenton.
Koagulasi biasa dapat mereduksi BOD dan COD sekitar 30% 40%, pada
limbah industri biasanya dikombinasikan dengan proses lainnya seperti
peroksi-koagulasi menggunakan H2O2 saja atau dengan reagen Fenton
(kombinasi H2O2 dan katalis Fe2+) tergantung kualitas airnya.
1. Polishing
Beberapa kondisi air limbah biasanya bersifat fluktuatif kualitasnya, sehinggu
perlu dilakukan pengaturan parameter seperti pH atau perlakuan tambahan
sebelum dibuang ke lingkungan. Polishing dilakukan tergantung dari hasil
kualitas limbah setelah ditreatment sebelum dibuang (disposal) atau digunakan
kembali (reuse). Kadang digunakan juga karbon filter untuk menghilangkan
kontaminan dan pengotor yang yang masih ada dalam limbah dengan
adsorpsi oleh karbon aktif.