Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Nurcholish Madjid, lslam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta:Paramadina, 1992) h. 289. Lihat juga, Encyclapedia
Britanica, Vol. VI, h. 1965.
2
Fazlur Rahman, "Major Themes of the Qur'an", terj. Anas Mahyuddin Tema-tema Pokok al Qur'an, (Bandung:
Pustaka, l983) h. 100-103
3
AI-Syaibany, Falsafak Pendidikan Islam... h. 58, 63-65
itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimilisasi perkembangan/
pertumbuhannya, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi
proses ke arah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhannya.
Tidak ada satupun makhluk ciptaan Tuhan diatas bumi yang dapat mencapai
kesempurnaan/kematangan hidup tanpa berlangsung melalui suatu proses.
Konsep Islam tentang adanya beberapa alam berdasarkan periodisasi, ada :
alam ruh/alam dzurriy, alam dunia (termasuk alam rahim di dalamnya), alam kubur
atau alam barzakh, dan alam akhirat. Diantara alam tersebut,ternyata alam dunia yang
hanya sekejap mata itu menentukan nasib meraka di alam akhirat yang bermiliar-
miliar kali lipat lebih lama belum lagi kualitas kenikmatan dunia di akhirat, diyakini
lebih jauh lebih tinggi hingga tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan duniawi.
Keimanan demikian ini bila menjadi akidah (mengikat), niscaya dapat memberikan
kontribusi yang bersifat penanaman idealisme, pandangan serta cita-cita yang jauh
lebih melewati alam dunia menerobos alam kehidupan dunia dan abadi setelah
kematian, membuahkan harapan surgawi serta membuahkan nilai-nilai mendasar yang
tumbuh dari iman.
Lebih dari itu jika terus digali, tentu banyak banyak hikmah lain dari
pandangan islam tentang alam yang dapat memberikan kontribusi terhadap
konseptualisasi pendidikan Islam.
Berpegang pada dalil-dalil Al-Quran yang ada, maka alam semesta ini
diciptakan oleh Tuhan adalah untuk kepentingan manusia agar manusia dapat
menjalankan fungsi dan kedudukannya sebaagai manusia di muka bumisalah satunya
adalah.
Firman Allah dalam Al-Quran :
)20: (...
Artinya : Tidak kamu lihat, bahwa Allah telah memudahkan untukmu apa-apa yang
ada di langit dan apa-apa di bumi dan Ia telah sempurnakan atas kamu nikmat-nikmat-
Nya, baik yang lahir maupun yang batin...(QS : Luqman : 20)
tinggal dan dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan Islami. Alam
semesta adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang digunakan oleh
menusia untuk melangsungkan proses pendidikan. Didalam alam semesta ini manusia
tidak dapat hidup dan mandiri dengan sesungguhnya. Karena antara manusia dan
alam semesta saling membutuhkan dan saling melengkapi antara satu dengan yang
lainnya. Dimana alam semesta ini butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya
sedangkan manusia butuh alam semesta sebagai sarana berinteraksi dengan manusia
lainnya
(antara subjek dengan lingkungan alamiah, sosial dan cultural) amat ditentukan oleh
bahkan didalam alam semesta, memberikan konsekuensi tanggung jawab yang besar
sudah ada sejak ilmu pengetahuan itu ada. Ilmu jiwa (Psikologi) yang mula-mula
sebaga ilmu jiwa metafisika adalah salah satu usaha tersebut. Makin mendalam
makin banyak rahasia yang minta jawaban. Karena manusia adalah mahluk yang unik
Dengan analisis tersebut dapat dipahami bahwa perspektif Fttsafat Pendidikan Islam
tentang alam tidak sama dengan perspektif kaum idealis ataupun materialis. Kaum
idealis memandang alam sebagai sesuatu yang maya, palsu berupa tipuan dan yang
nyata adalah yang ada dalam idea. Alam dipandang sebagai sesuatu yang bersifat
rohani. Sementara kaum materialis berpandangan bahwa apa saja yang ada sekaligus
oleh Sang Maha Pencipta sesuai sunnah-Nya, yang sebagiannya sudah dapat dipahami
sebenarnya, bukan sesuatu yang maya yang hampa. Karenanya dapat dimanfaatkan
oleh manusia sebagai fasilitas dan perangkat untuk memenuhi kebutuhannya sebagai
ciptaan yang terbaik.5 Sekaligus dalam menunaikan tugas tanggung jawabnya sebagai
khalifah di bumi ini serta sebagai hamba yang berkewajiban mengabdi kepada Allah6.
Konsisten dengan penegasan bahwa "aIam adalah selain Tuhan" atau dengan
ungkapan yang lain "alam adalah seluruh makhluk/ciptaan", maka dalam hal ini
manusia berposisi sejajar dan merupakan bagian dari alam8 yang karena kelebihan
kedudukan manusia sebagai bagian dari alam/kosmos dan sebagai khalifah itulah
4
Louis O. Kattsaff, "Elemen of Philosophy". Terj. Soejono Soemargono Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, l996), h. 22O-227
5
Lihat, Q.s., al-Tin/95' 4, "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baikaya"
6
Q.s.,al-Baqarah/2: 3O. "Ingatlah ketika Tuhan mu berfirman kepada Malikat sesungguhnya Aku akan
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Q.s.,al-Dzariyat/5l: 56, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembahKu".
7
Fazlur Rahman, "The Qur'anic Consept of God, the Univers and Man", terj.Taufik Adnan Amal Konsep al-
Qur'dn tentang Tuhan, Alam dan Manusia, dalamMetode dan Alternatif Neomodernmisme Islam, (Bandung
:Mizan, ig89) h. 75
8
Q.s., al-An'am/6: 3&. "Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat juga seperti kamu". Lihat, Al Syaibani, op. cit, h. s8.
manusia kemudian memiliki tanggung jawab untuk menyikapi alam sesuai dengan
(islam), sekaligus menyertai alam bertasbih kepada ALLAH9 dengan jalan antara lain
9
Q.s., al-Isra'/l7: 44 "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.
10
Tfte New Encyclopedia Britanica, Vol. III, h. 9i2 dan Volume VII, h. 923
11
Surna T. Djajadiningrat, S. Budisantoso, (Edit.), IsIam dan Lingkungan Hidup, I; (Jakatya: Yayasan Swarna
Bhumy, 1997), h- 6.
12
Surna T. Djajadiningrat, S. Budisantoso, (Edit.), Islam dan Lingkungan Hidup..., h. 6, 9
lingkungan seringkali lebih menekankan faktor dan analisa ekonomi politik, dan
demografi, sementara aspek etik tidak banyak dibicarakan, meskipun disadari
penting.13
Ilmu tentang lingkungan yang juga disebut ekologi dari bahasa Inggris
ecology yang diambil dari bahasa Yunani kuno oikos yang berarti rumah, lingkungan
paling dekat bagi manusia. Istilah ini pada awalnya diangkat oleh biolog Jerman Erast
Haekel, karenanya ekologi pada awalnya dikenal sebagai cabang dari Biologi yang
berdampak epistemologis, dimana ekologi dilihat dari realitas fisikal semata, yang
kemudian dikenal sebagai ekologi dangkal (Shallow ecology)14
Pendidikan mengenai lingkungan, pada dasarnya dapat dilakukan secara dini
di dalam keluarga. Umpamanya dengan membiasakan setiap anggota keluarga
bersikap positif terhadap apa saja di sekitarnya, cinta pada lingkungan dan bukan
merusak. Di sekolah-sekolah, sampai Perguruan Tinggi diupayakan agar ada bidang
studi tentang Lingkungan Hidup, paling tidak, bidang studi yang memiliki
keterkaitan, diusahakan secara sungguh-sungguh untuk memaparkannya secara
terbuka bagi subyek belajar/peserta didik. Hal ini memang tidak mudah, menuntut
kesiapan pihak pendidik. Dan, nampaknya di sini terlihat keharusan.
Proses pendidikan yang berlangsung didalam antar aksi yangh pruralistis
(antara subjek dengan lingkungan alamiah, sosial dan cultural) amat ditentukan oleh
aspek manusianya. Sebab kedudukan manusia sebagai subyek didalam masyarakat,
bahkan didalam alam semesta, memberikan konsekuensi tanggung jawab yang besar
bagi diri manusia. Manusia mengembang amanat untuk membimbing masyarakat,
memelihara alam lingkungan hidup bersama. bahkan manusia terutama bertanggung
jawab atas martabat kemanusiaannya (human dignity).
Alam semesta khususnya lingkungan adalah media pendidikan sekaligus
sebagai sarana yang digunakan oleh menusia untuk melangsungkan proses
pendidikan. Didalam alam semesta ini manusia tidak dapat hidup dan mandiri
dengan sesungguhnya. Karena antara manusia dan alam semesta saling membutuhkan
dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dimana alam semesta ini
butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya sedangkan manusia butuh alam
semesta sebagai sarana berinteraksi dengan manusia lainnya.
13
Saiful Muzani, Homo Islamicus : Menuju Spiritualitas Lingkungan, dalam Jurnal "Islamika" No. 3 Januari-
Maret l994. h. 23
14
Surna Djajadiningrat, Islam dan Lingkungan Hidup..., h. 14 dan Syamsul Arifin dkk, Spiritualisasi Islam dan
Peradaban Masa Depan, (Yogyakarta: Sipres, l996) n. 178.
Manusia terhadap ligkungannya sangatlah dominan selaku subjek penentu,
yang dapat menentukan apakah lingkungan itu dapat bermanfaat atau tidak. Namun
manusia tentulah sangat mengiginkan kehidupannya selalu bermanfaat. Pemanfaatan
alam sebesar-besarnya bagi kehidupan dan kesejahteraannya harus di sertai
upayamenjaga keseimbangan ekologi dan mempertahankan kelestariannya.
Seharusnya sikap manusia terhadap lingkungan bersifat akti memanfaatkannya seperti
tanah, air dan udara.
Alam dan lingkungan merupakan faktor pendidikan yang ikut serta memberi
corak pendidikan pada anak didik. Alam dan lingkungan yang dimaksud di sini ialah
alam dan lingkungan di atasnya manusia hidup. Manusia sebagai obyek dan sekaligus
sebagai subyek pendidikan yang lahir di atas dunia, keberadaannya tidak dapat
dipisahkan dari alam dan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa hubungan manusia
dengan alam dan lingkungannya bersifat kausal (sebab-akibat). Pada satu sisi,
manusia menimbulkan perubahanperubahan pada alam dan lingkungan sekitarnya,
tetapi pada sisi lain manusia dipengaruhi oleh alam dan lingkungannya.
Dari hubungan timbal balik (reciprocal interaction) dengan alam dan
lingkungannya, terjadilah ransangan-ransangan yang dapat mengembangkan potensi-
potensi yang dimiliki oleh manusia. Melalui interaksi inilah manusia dapat berbudaya
dan berkreasi. Manusia baru dapat berbudaya dan berkreasi setelah melakukan
interaksi dengan anggota-anggota masyarakat lain dalam rangka menciptakan
kebudayaan yang lebih besar, yang dapat dinikmati oleh lingkungan masyarakat yang
lebih luas (Kasmiran Wuryo dan Ali Saifuddin, 1982: 53)
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Uraian diatas jika dicermati pasti banyak memberikan masukan bagi ilmu
pengetahuan dan konseptualisasi pendidikan Islam. Khususnya besumber dari hukum alam
yang terdapat di alam semesta. Oleh karena ilmu pengetahuan iti sendiri merupakan
bagian terpenting dari pendidikan dan pendidikan Islam, disamping itu implikasi-implikasi
lain yang juga sangat signifikan, maka pandangan islam tentang alam pasti dapat diambil
hikmahnya yang memberikan kontribusi sangat besar dan sangat luas terhadap
konseptuaslisasi pendidikan Islam. Dampak pendangan Islam tentang alam dan
limgkingan terhadap pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin, Prof. H. M.Ed., 2005, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi
Aksara.
Janan Asifudin, Ahmad, Dr. MA.,2010, Mengungkit Pilar-Pilar Pendidikan Islam
(Tinjauan Filosofis), Yogyakarta : SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Nata, Abudin, Drs, H. MA, 1997, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta :
LogosWacana Ilmu.
Tadjab, Drs. H. M.A., dkk, 1996, Dasar-Dasar Kependidikan Islam (Suatu Pengantar
Ilmu Pendidikan), Surabaya : Penerbit Karya Aditama.
Zuhairini,Dra.,dkk, 1995, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara.
Nurcholish Madjid, lslam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta:Paramadina, 1992)
Fazlur Rahman, "Major Themes of the Qur'an", terj. Anas Mahyuddin Tema-tema
Pokok al Qur'an, (Bandung: Pustaka, l983)
AI-Syaibany, Falsafak Pendidikan Islam...
Louis O. Kattsaff, "Elemen of Philosophy". Terj. Soejono Soemargono Pengantar
Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana, l996),
Fazlur Rahman, "The Qur'anic Consept of God, the Univers and Man", terj.Taufik
Adnan Amal Konsep al-Qur'dn tentang Tuhan, Alam dan Manusia, dalamMetode dan
Alternatif Neomodernmisme Islam, (Bandung :Mizan, 1989)
Tfte New Encyclopedia Britanica, Vol. III, h. 9i2 dan Volume VII,
Surna T. Djajadiningrat, S. Budisantoso, (Edit.), IsIam dan Lingkungan Hidup, I;
(Jakatya: Yayasan Swarna Bhumy, 1997),
Surna T. Djajadiningrat, S. Budisantoso, (Edit.), Islam dan Lingkungan Hidup...,
Saiful Muzani, Homo Islamicus : Menuju Spiritualitas Lingkungan, dalam Jurnal
"Islamika" No. 3 Januari-Maret l994
Surna Djajadiningrat, Islam dan Lingkungan Hidup..., h. 14 dan Syamsul Arifin dkk,
Spiritualisasi Islam dan Peradaban Masa Depan, (Yogyakarta: Sipres, l996)