You are on page 1of 10

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

ANALISA PERTOLONGAN PERTAMA PADA


KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN PANTURA
TEGAL - BREBES
Yan El Rizal Unzilatirrizqi Dewantoro Iksiroh El Husna
Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan
Jl. Perintis Kemerdekaan No.17, Kampus PKTJ, Jl. Perintis Kemerdekaan No.17, Kampus PKTJ,
Tegal, 52125 Tegal, 52125
Telp: Telp:
yan_rizqi@yahoo.com iksirmahfudz@yahoo.co.id

Hanung Kurniawan Ardita Puspa Maulida


Taruna DIV MKTJ Taruni DIV MKTJ
Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan
Jl. Perintis Kemerdekaan No.17, Kampus PKTJ, Jl. Perintis Kemerdekaan No.17, Kampus PKTJ,
Tegal, 52125 Tegal, 52125
Telp: 085642307046 Telp: 085290670772
hanung.kurniawan91@gmail.com arditapm@gmail.com

Abstract
Tegal City, Tegal Regency and Brebes Regency are strategic area where Pantura Jawa are in it. But the
strategic location is potential for the occurrence of traffic accidents. Data gathered from the Police shows that
a high number of accidents are followed by a high fatality as a result of the accident. This research concerns
to post-crash treatment, in this case focused on the participation of people near the area of the accident.
Within the result, it could be acknowledged that people in the Pantura Tegal-Brebes road still do not
understand about the guidelines for first aid post-crash. Spatial approach using maps and Geographic
Information System are used to make it easier for people reading the map of health facility radius when the
accidents occur and give post-crash treatment, so it will not cause fatalities or serious injuries.

Keywords: Post-crash, People participation, Maps of health facility radius, GIS

Abstrak
Daerah Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes merupakan daerah strategis yang dilewati oleh
jalur Pantura Jawa. Namun lokasi yang strategis ini berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Data yang dihimpun dari Kepolisian Resor sekitar menunjukkan bahwa tingginya angka kecelakaan yang
terjadi diikuti dengan tingginya fatalitas akibat kecelakaan tersebut. Penelitian yang dilakukan ini mengenai
penanganan pasca kecelakaan, dalam hal ini dititikberatkan pada partisipasi masyarakat sekitar daerah
terjadinya kecelakaan. Dari hasil analisis diketahui bahwa masyarakat di jalur Pantura Tegal-Brebes masih
belum mengerti tentang langkah/pedoman pertolongan pertama pasca kecelakaan. Pendekatan spasial dengan
pemanfaatan penggunaan peta dan sistem informasi geografis digunakan untuk memudahkan masyarakat
dalam membaca peta radius fasilitas kesehatan saat berhadapan dengan kejadian kecelakaan dan penanganan
korban kecelakaan sehingga tidak menimbulkan fatalitas atau cidera yang lebih serius.

Kata Kunci: Paska kecelakaan, Peran masyarakat, Peta radius fasilitas kesehatan, SIG

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes merupakan daerah strategis
yang dilewati oleh jalur Pantura Jawa yang berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan lalu
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

lintas. Berdasarkan data Kepolisian Resor Tegal Kota pada Tahun 2012 terjadi 320
kejadian kecelakaan, 38 meninggal dunia, 11 luka berat, dan 441 mengalami luka ringan.
Sedangkan data yang dihimpun Kepolisian Resor Brebes Tahun 2014 sampai bulan
September juga menunjukkan tingginya angka kecelakaan yaitu 433 kejadian dengan 20
orang meninggal dunia.

Gambar 1 Ruas Jalan Pantura Kota Tegal

Tingginya angka kecelakaan yang diikuti dengan tingginya angka fatalitas memerlukan
kajian lebih lanjut. Penelitian mengenai penanganan paska kecelakaan yang dilakukan ini,
menitikberatkan pada partisipasi masyarakat sekitar daerah terjadinya kecelakaan. Hal ini
sejalan dengan UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan Pasal 232 point
a: Bahwa setiap orang yang mendengar, melihat, dan/atau mengetahui terjadinya
Kecelakaan Lalu Lintas wajib memberikan pertolongan kepada korban Kecelakaan Lalu
Lintas dan pelaksanaan lima pilar keselamatan sesuai Inpres 4 tahun 2013, terutama
berkaitan dengan pilar 5 yaitu penanganan paska kecelakaan.
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Gambar 2 Ruas Jalan Panturan Kabupaten Brebes

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan
mayarakat terhadap penanganan paska kecelakaan di jalan raya serta pemodelan yang tepat
sebagai strategi pencegahan fatalitas akibat kecelakaan lalu lintas yang efektif dilakukan
oleh masyarakat.

Tinjauan Pustaka
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi fatalitas merupakan
kematian. Sedangkan berdasarkan klasifikasi kecelakaan menurut Pd. T-02-2005-B tentang
Perhitungan Besaran Biaya Kecelakaan Lalu Lintas (Puslitbang Prasrana Transportasi,
2005) kecelakaan fatal merupakan suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka sangka
dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya
mengakibatkan korban mati/meninggal dunia. Korban mati (fatality), sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) pasal 93 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993, adalah
korban yang pasti mati sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling
lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.

Jumlah kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan korban meninggal di Indonesia setiap
tahunnya cenderung masih sangat tinggi. Pada Tahun 2030, diperkirakan kecelakaan lalu
lintas di jalan akan menjadi penyebab kematian nomor 5 di dunia. Atas keprihatinan
kondisi yang ada saat ini, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) meluncurkan Decade of
Action for Road Safety (Dekade Aksi Keselamatan Jalan) dan Indonesia sangat mendukung
langkah PBB tersebut. Dekade Aksi Keselamatan Jalan (DAKJ) yang memiliki rentang
waktu 10 tahun (2010-2020), memiliki lima pilar yakni manajemen keselamatan jalan,
infrastruktur, kendaraan yang lebih menjamin kesehatan, perilaku pengguna jalan, dan
penanganan pasca kecelakaan (Kemenhub RI, 2011). Hal tersebut ditindak lanjuti oleh
Pemerintah Indonesia dengan menerbitkan pelaksanaan lima pilar keselamatan sesuai
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

dengan Inpres 4 Tahun 2013, terutama berkaitan dengan pilar 5 yaitu penanganan paska
kecelakaan.

Pertolongan Pertama/penanganan pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan


terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban
mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Pertolongan Pertama biasanya diberikan
oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan
terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang
salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian (Anonim, 2006).

Hanya segelintir pengguna jalan raya saja yang mengerti bagaimana memberikan
pertolongan pertama. Kebanyakan masyarakat tidak mengerti cara melakukan pertolongan
pertama karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan pertolongan pertama yang sulit
dimengerti (Anwar, 2014).

Prahasta (2002) mendefinisikan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai suatu teknologi
baru yang pada saat ini menjadi alat batu yang sangat penting dalam menyimpan,
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi kondisi alam dengan
bantuan data atribut dan spasial SIG mempunyai kemampuan untuk memasukan,
menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan,
menganalisis dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. Banyak
implementasi dari SIG berhasil menunjukkan peningkatan dan perbaikan yang signifikan
pada proses pengambilan keputusan karena GIS dapat menyediakan informasi kuantitatif
dan kualitatif yang dibutuhkan pada proses perencanaan transportasi.

Metodelogi Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tahapan sebagai berikut:

1. Studi Literatur
Studi literatur diperlukan sebagai acuan penelitian setelah subyek ditentukan. Studi
literatur juga merupakan landasan teori yang mengacu pada buku-buku, pendapat, dan
teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.

2. Observasi Awal
Observasi awal dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui data yang akan diambil
mempunyai validasi yang layak untuk diteliti.

3. Pemilihan Sampel
Pemilihan sampel pada penelitian ini mengambil data dari populasi yang terbatas (limit
population) dengan menggunakan metode purposive sampling. Maksud dari sampling
tersebut adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar dalam rancangan dari teori
yang muncul.

4. Pembuatan Kuesioner
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu
biodata responden dan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penanganan
pascakecelakaan

Pengolahan dan Analisis Data


Pada penelitian ini data diambil dengan kuesioner/angket yang disebarkan ke masyarakat
di sekitar daerah rawan kecelakaan untuk melihat tingkat partisipasi masyarakat dan diukur
dengan menggunakan skala Lickert, dengan kategori Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-
Ragu (RR), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengolahan Data
Penelitian dilakukan dengan mengambil data tingkat pengetahuan terhadap 300 responden
yang dilakukan di daerah pantai utara jawa (PANTURA) yang mencakup wilayah
Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes dengan media kuesioner yang berisi
14 pertanyaan terkait dengan pengetahuan penanganan pasca kecelakaan. Langkah pertama
yang dilakukan setelah data diperoleh yaitu melakukan proses uji normalitas, alat yang
digunakan adalah Software SPSS 16.0 dengan proses deskiptif.

Tabel 1 Hasil Uji Normalitas


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
tingkat_pengetahuan .080 300 .000 .987 300 .007
a. Lilliefors Significance Correction

Dari hasil uji diketahui bahwa hasil Q-Q Plot menunjukkan distribusi titik-titik yang
mendekati garis yang bisa dikatakan data tersebut normal. Berikut seperti ditunjukkan pada
gambar 3.

Gambar 3 Diagram Q-Q Plot dari Tingkat Pengetahuan Penanganan Kecelakaan


The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Analisis crosstab dilakukan untuk mencari ketergantungan (uji ketergantungan) dengan


data kategorial 300 responden dengan masing-masing kategori:
Pendidikan : 1 = SD, 2 = SMP, 3 = SMA, 4 = Diploma, 5 = Sarjana
(S1/S2)
Jenis Kelamin : 1 = Pria/Laki-Laki, 2 = Wanita/Perempuan
Usia : 1 = 1-25 tahun, 2 = 26-40 tahun dan 3 = diatas 40 tahun
Pengetahuan penanganan : 1 = Baik, 2 = Cukup, 3 = Kurang

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai tingkat pendidikan kemudian dikaitkan secara
crosstab (Chi-Square) dengan pengetahuan masyarakat mengenai tingkat penanganan
pasca kecelakaan.

Tabel 2 Hasil Uji Chi-Square Hubungan Antara Pendidikan dan Pengetahuan Penanganan
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 9.802a 8 .279
Likelihood Ratio 8.895 8 .351
Linear-by-Linear Association .121 1 .728
N of Valid Cases 300
a. 7 cells (46,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,70.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan tidak ada ketergantungan/hubungan pendidikan


masyarakat dengan pengetahuan penanganan pasca kecelakaan.

Tabel 3 Hasil Uji Chi-Square Jenis Kelamin dan Pengetahuan Penanganan


Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 5.482 2 .065
Likelihood Ratio 5.463 2 .065
Linear-by-Linear Association 4.096 1 .043
N of Valid Cases 300
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,95.

Karena nilai Pearson Chi-Square adalah 0,065 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada ketergantungan/hubungan jenis kelamin dengan pengetahuan penanganan pasca
kecelakaan.

Tabel 4 Hasil Uji Chi-Square Usia dan Pengetahuan Penanganan


Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 10.612 4 .031
Likelihood Ratio 10.562 4 .032
Linear-by-Linear Association 1.789 1 .181
N of Valid Cases 300
a. 3 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,42.
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Karena nilai Pearson Chi-Square adalah 0,031 < 0,05 maka dapat disimpulkan adanya
ketergantungan/hubungan usia dengan pengetahuan penanganan.

Pembahasan

Kecelakaan Lalu
Lintas

Penanganan Paska Kecelakaan

Masyarakat Medis

Terlatih Tidak Terlatih

Dilatih

Modul Penanganan
Pascakecelakaan

Penanganan baik, tepat, dan benar

Fatalitas Menurun

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hasil penelitian dapat dibuat dua buah sistem
informasi yang berbentuk peta yang diharapkan dapat memudahkan masyarakat sebagai
user saat berhadapan dengan kejadian kecelakaan dan penanganan korban kecelakaan
sehingga tidak menimbulkan fatalitas atau cidera yang lebih serius. Peta yang pertama
dibuat adalah Peta Fasilitas Kesehatan, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Gambar 3 Peta Fasilitas Kesehatan

Peta tersebut di atas menggambarkan secara detail tentang fasilitas-fasilitas kesehatan


terdekat dari jalur pantura Tegal-Brebes yang bisa menjadi rujukan atau dimanfaatkan
masyarakat untuk mengakses data saat terjadi kecelakaan dan mengambil langkah cepat
untuk membawa korban secara efisien dari segi waktu. Sistem informasi spasial yang
dibuat berdasarkan hasil penelitian lainnya yaitu dibuat peta radius lokasi fasilitas
kesehatan di Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes.

Gambar 4 Radius Fasilitas Kesehatan


The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Peta radius fasilitas kesehatan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk


menentukan langkah saat terjadi korban kecelakaan dan segera mungkin membutuhkan
pertolongan medis. Dalam peta bisa diperoleh informasi jangkauan jarak terdekat dengan
fasilitas kesehatan dengan melihat gradasi warna yang diperlihatkan dengan rentang warna
mulai dari 50 meter sampai 5000 meter. Peta juga dilengkapi dengan jenis fasilitas
kesehatan dengan tanda yang berbeda beserta informasinya sehingga diharapkan dapat
mempermudah masyarakat dalam penanganan pascakecelakaan.

Modul yang dibuat masih berpedoman pada ketentuan baku yaitu pada Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiac Care (2010) dan Panduan
Kementerian Kesehatan (2008). Hanya saja modul yang dibuat sudah disesuaikan dengan
kondisi masyarakat di lokasi penelitian berdasarkan hasil yang diperoleh. Penerapan GIS
digunakan untuk membuat peta fasilitas kesehatan dan peta radius lokasi yang nanti akan
dikombinasikan dalam modul sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam pemahaman
penanganan pascakecelakaan.

Modul hasil analisis penelitian terkait penanganan pascakecelakaan berbasis masyarakat


ditekankan pada hasil penelitian seperti masalah pengetahuan masyarakat yang berkaitan
dengan pemahaman tentang langkah awal pertolongan pertama, penanganan saat korban
tidak sadar, penanganan saat terjadi hendti nafas, dan titik tekan kompresi dada.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Model Penanganan Pasca Kecelakaan Berbasis Masyarakat di
Jalur Pantura Tegal-Brebes dapat disimpulkan bahwa:
1. Masyarakat di jalur Pantura Tegal-Brebes masih belum mengerti tentang
langkah/pedoman pertolongan pertama paska kecelakaan.
2. Masyarakat masih kurang mengerti tentang prosedur atau langkah standar dalam
menolong korban untuk mengurangi penderitaan korban.
3. Masyarakat cenderung langsung menolong korban kecelakaan tanpa minta bantuan
kepada orang lain.
4. Terkait sikap dan tindakan apabila melihat korban kecelakaan sebagian masyarakat
masih kurang mengerti dengan apa yang harus dilakukan.
5. Masyarakat masih kurang mengerti mengenai perlunya prosedur atau langkah
standar dalam menolong korban untuk mengurangi penderitaan korban.
6. Masyarakat kurang mengerti mengenai apa itu kompresi pada korban kecelakaan.
7. Pemahaman mengenai letak titik kompersi masih menjadi titik yang belum
diketahui oleh masyarakat.
8. Model penanganan pascakecelakaan disusun berdasarkan hasil penelitian yang
terkait tingkat pengetahuan masyarakat dengan menyusun sebuah modul yang
berbasis masyarakat dikombinasi dengan sistem informasi yang berbasis
Geographical Information System (GIS).
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung, August 28, 2015

Saran
Dari hasil penelitian ini disarankan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat ditindak lanjuti oleh instansi terkait dan dapat
dikembangkan dengan menambahkan variable-variabel yang lebih banyak lagi;
2. Perlu dilakukan sosialisasi dan praktek mengenai penanganan pascakecelakaan
kepada masyarakat sehingga manfaatnya dapat dirasakan;
3. Penyediaan alat penanganan pascakecelakaan seperti automated external
defibrillator (AED) disediakan difasilitas umum sehingga saat terjadi kecelakaan
dapat langsung digunakan untuk menangani.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, K. 2014. Kampanye Pentingnya Mengetahui Pengetahuan Dasar Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas. Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa
dan Desain, Bandung ITB
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Anonim. 2001. WHO, A 5 year WHO strategy for road traffic injury prevention, WHO,
Geneva 2001.

. 2006. Materi Latihan Pertolongan Pertama. KSR PMI Unit UNSOED Purwokerto

. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.


Departemen Kesehatan RI

. 2010. Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiac


Care. American Heart Association

Dewantoro, Y. dan Dewantoro, M. 2013. Spatial Based Approach Traffic Safety


Management Systems (simple case: traffic roads volume mapping in Tegal City).
Jurnal Keselamatan Transportasi Jalan Volume 1 Nomor 2 November 2013. P3M,
PKTJ.
Inpres 4 Tahun 2013 Tentang Lima Pilar Keselamatan Transportasi Jalan

You might also like