You are on page 1of 14

Pengertian Desain Kurikulum

Yang dimaksud dengan desain adalah rancangan, pola atau


model. Mendesain kurikulum berarti menyusun rancangan atau
menyusun model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah.
Tugas dan peran seorang desainer kurikulum sama seperti seorang
arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengkontruksi
bangunan terlebih dahulu seorang arsitek harus merancang model
bangunan yang akan dibangun.
Beberapa ahli merumuskan macam-macam desain kurikulum.
Eisner dan Vallance (1974) membagi desain menjadi lima jenis, yaitu
model pengembangan proses kognitif, kurikulum sebagai teknologi,
kurikulum aktualisasi diri, kurikulum rekonstruksi sosial, dan
kurikulum rasionalisasi akademis. McNeil (1977) membagi desain
kurikulum menjadi empat model, yaitu model kurikulum humanistis,
kurikulum rekonstruksi sosial, kurikulum teknologi, dan kurikulum
subjek akademik. Saylor Alexqander dan Lewis (1981) membagi
desain kurikulum menjadi kurikulum subject matter disiplin,
kompetisi yang bersifat spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum
sebagi proses, kurikulum sebagai fungsi sosial dan kurikulum yang
berdasarkan minat individu.

2.2 Desain Kurikulum Disiplin Ilmu


Desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang
berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered desain) yang
dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model
desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang
penekanannya diarahkan untuk pembagian intelektual siswa. Para ahli
memandang desain ini berfungsi untuk mengembangkan proses
kognitif atau pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui
latihan menggunakan gagasan dan melakukan proses penelitian
ilmiah.
Model kurikulum yang berorientasi pada pengembangan
intelektual siswa dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai
dengan disiplin ilmu masing masing. Mereka menyusun materi
pembelajaran apa yang harus dikuasai siswa baik menyangkut fakta,
konsep maupun teori yang ada dalam setiap disiplin ilmu mereka
masing-masing. Selain menentukan materi kurikulum, juga para
pengembang kurikulum menyusun bagaimana melakukuan
pengkajian materi pembelajaran melalui proses penelitian ilmiah
sesuai dengan corak masalah yang terkandung dalam disiplin ilmu.
Jadi, dengan demikian dalam desain model ini bukan hanya
diharapkan siswa semata-mata dapat menguasai materi pelajaran
sesuai dengan disiplin ilmu, akan tetapi juga menguasai proses
berpikir melalui proses penelitian ilmiah yang sistematis.
Dalam implementasinya, strategi yang banyak digunakan adalah
strategi ekspositori. Melalui strategi ini, gagasan atau informasi
disampaikan oleh guru secara langsung kepada siswa. Evaluasi yang
digunakan bervariasi sesuai dengan tujuan pelajaran.
Terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi
pada disiplin ilmu, yaitu: subject centered curriculum, correlated
curriculum, dan integrated curriculum.
2.2.1 Subject centered curriculum
Pada subject centered curriculum, bahan atau isi kurikulum disusun
dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, misalnya mata
pelajaran sejarah, ilmu bumi, kimia, fisika, berhitung, dan lain
sebagainya. Mata pelajaran-mata pelajaran itu tidak berhubungan satu
sama lain. Pada pengembangan kurikulum di kelas atau pada
kebiasaan belajar mengajar, setiap guru hanya bertanggung jawab
pada mata pelajaran yang diberikan. Kalaupun mata pelajaran itu
diberikan oleh guru yang sama, maka hal ini juga dilaksanakan secara
terpisah-pisah. Oleh karena organisasi bahan atau isi kurikulum
berpusat pada mata pelajarn secara terpisah-pisah, maka kurikulum ini
juga dinamakn sparated subject curriculum.
2.2.2 Correlated curriculum
Pada organisasi kurikulum ini, mata pelajaran tidak disajikan secara
terpisah, akan tetapi setiap mata pelajaran yang memiliki kedekatan
ataupun mata pelajaran sejenis dikelompokan sehingga menjadi satu
bidang studi (broad field), seperti misalnya mata pelajaran geografi,
sejarah, ekonomi dikelompokan dalam bidang studi IPS. Demikian
juga dengan mata pelajaran biologi, kimia, fisika, dikelompokkan
menjadi bidang studi IPA.
Mengorelasikan bahan atau isi materi kurikulum dapat dilakukan
dengan beberapa cara :
a) Pendekatan struktual
Dalam pendekatan ini, kajian suatu kelompok
bahasan ditinjau dari beberapa mata pelajaran sejenis. Seperti
misalnya, kajian suatu topic tentang geografi tidak senata-mata
ditinjau dari satu sudut saja, akan tetapi juga ditinjau dari sejarah,
ekonomi atau mungkin budaya.
b) Pendekatan fungsional
Pendekatan ini didasarkan kepada pengkajian
masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
suatu topic tidak diambil dari mata pelajaran tertentu akan tetapi
diambil dariapa yang dirasakan perlu untuk anak, selanjutnya topikitu
dikaji oleh berbagai mata pelajaran yang memiliki ketrkaitan.
Contohnya masalah kemiskinan ditinjau dari sudut ekonomi,
geografi, dan sejarah.
c) Pendekatan daerah
Pendekatan ini materi pelajaran ditentukan
berdasarkan lokasi atau tempat. Seperti mengkaji daerah ibu kota
ditinjau dari keadaan iklim, sejarah, sosial budayanya, ekonominya
dan lain sebagainya.
2.2.3 Integrated curriculum
Pada organisasi kurikulum yang menggunakan model integrated,
tidak lagi menampakan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi.
Belajar berangkat dari suatu pokok masalah yang harus
dipecahkan.Masalah tersebut kemudian dinamakan unit. Belajar
berdasarkan unit bukan hanya menghafal sejumlah fakta, akan tetapi
juga mencari dan menganalisis fakta sebagai bahan untuk
memecahkan masalah. Belajar melalui pemecahan masalah itu
diharapkan perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada segi
intlektual saja akan tetapi seluruh aspek seperti sikap, emosi, atau
keterampilan.

2.3 Desain Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat


Asumsi yang mendasari bentuk rancangan kurikulum ini adalah,
untuk melayani kebutuhan masyarakat.Oleh karena itu, kebutuhan
masyarakat harus dijadikan dasar menentukan isi kurikulum. Ada tiga
perspektif desain kurikulum yang berorientasi pada kehidupan
masyarakat, yaitu perspektif status quo (the status quo perspective),
perspektif reformis (the reformist perspektive),dan perspektif masa
depan (the futurist perspective).
2.3.1 Perspektif status quo (the status quo perspective)
Rancangan kurikulum ini diarahkan untuk melestarikan nilai-nilai
budaya mastyarakat.Dalam perspektif ini kurikulum merupakan
perencanaan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada anak didik sebagai persiapan menjadi orang dewasa yang
dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat.Yang dijadikan dasar oleh
para perancang kurikulum adalah aspek-aspek penting kehidupan
masyarakat.Menurut Bobbit, kegiatan utama dalam kehidupan
masyarakat yang disarankan untuk menjadi isi kurikulum sebagai
berikut :
a) Kegiatan berbahasa atau komunikasi social
b) Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan
c) Kegiatan dalam kehidupan social seperti bergau dan berkelompok
dengan orang lain
d) Kegiatan menggunakan waktu senggang dan menikmati rekreasi
e) Usaha mejaga kesegaran jasmani dan rohani
f) Kegiatan yang berhubungan dengan religious
g) Kegiatan yang berhubungan dengan peran orang ua seperti
membesarkan anak, memelihara kehidupan keluarga yang harmonis
h) Kegiatan praktis yang bersifat vocasional atau keterampilan
tertentu
i) Melakukan pekerjaan sesuai dengan dengan bakat seseorang
Tiap kegiatan menurut Bobbit dapat dirinci lagi dalam kegiatan-
kegiatan yang lebih khusus untuk lebih mengarahkan tujuan dan
kegiatan siswa di sekolah. Disamping kegiatan-kegiatan yang harus
dikuasai seperti apa yang dilakukan oleh orang dewasa dalam
perspective ini juga menyangkut desain kurikulum untuk memberikan
keterampilan sebagai persiapan untuk bekerja (profesi). Oleh sebab
itu sebelum merancang isi kurikulum, para perancang perlu terlebih
dahulu menganalisis kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik
sehubungan dengan tugas atau profesi tertentu. Dari hasil analisis itu
kemudian dirancang isi kurikulum yang diharapkan lebih efektif dan
sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.
2.3.2 Perspektif pembaharuan (the reformist perspective)
Dalam perspektif ini, kurikulum dikembangkan untuk lebih
meningkatkann kualitas masyarakat itu sendiri.Menurut aliran
reformis, pendidikan harus mampu mengubah keadaan masyarakat
itu.Baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal harus
mengabdikan diri demi tercapainya orde social baru berdasarkan
pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata.
2.3.3 Perspektif masa depan (the futurist perspective)
Model kurikulum ini lebih mengutamakan pada kepentikan social
dari pada kepentingan individu.Setiap individu harus mampu
mengenali berbagai permasalahan yang ada dalam masyarakat yang
senantiasa mengalami perubahan yang sangat cepat. Dengan
pemahaman tersebut akan memungkinkan setiap individu dapat
mengembangkan masyarakatnya sendiri.
Ada 3 kriteria yang harus diperhatikan dalam proses
mengimplementasikan kurikulum ini. Ketiganya menurut
pembelajaran nyata (real), berdasarkan pada tindakan (action),dan
mengundang nilai (values). Ketiga criteria tersebut adalah pertama,
siswa harus memfokuskan kepada salah satu aspek yang ada di
masyarakat yang dianggapnya perlu untuk diubah, kedua siswa harusb
melakukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi masyarakat itu,
dann ketiga, tindakan siswa harus didasarkan kepada nilai (values),
apakah tindakan itu patut dilaksanakn atau tidak , apakah memerlukan
kerja individual atau kelompok atau bahkan keduanya.

Desain Kurikulum berorientasi pada Siswa


Asumsi yang mendasari desain ini adalah bahwa
pendidikan diselenggarakan untuk membantu anak didik. Oleh
karenanya, pendidikan tidak boleh terlepas dari kehidupan anak didik.
Kurikulum yang berorientasi pada siswa menekankan kepada siswa
sebagai sumber isi kurikulum. Segala sesuatu yang menjadi isi
kurikulum tidak boleh terlepas dari kehidupan siswa sebagai peserta
didik. Dalam mendesain kurikulum yang berorientasi pada siswa,
Alice Crow (Crow & crow, 1955) menyarankan hal-hal sebagai
berikut :

1. Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan anak


2. Isi kurikulum harus mencakup keterampilan, pengetahuan dan
sikap yang dianggap berguna untuk masa sekarang dan masa yang
akan datang.
3. Anak hendaknya ditempatkan sebagai subjek belajar yang berusaha
untuk belajar sendiri. Artinya, siswa harus didorong untuk melakukan
berbagai aktivitas belajar, bukan hanya sekedar menerima informasi
dari guru
4. Diusahakan apa yang dipelajari siswa sesuai dengan minat, bakat,
dan tingkat perkembangan mereka. Artinya, apa yang seharusnya
dipelajari bukan ditentukan dan dipandang baik dari sudut guru atau
dari sudut orang lain akan tetapi ditentukan dari sudut anak itu
sendiri.
Desain kurikulum yang berorientasi pada anak didik, dapat
dilihat minimal dari dua perspektif, yaitu perspektif kehidupan anak
di masyarakat (the child-in-society perspective) dan perspektif
psikologi (the psychological curriculum perspective).

1. Perspektif Kehidupan Anak di Masyarakat


Francis Parker, seorang tokoh yang menganjurkan siswa
sebagai sumber kurikulum, menurutnya kurikulum harus dimulai
dariapa yang pernah dialami siswa seperti pengalaman dalam
keluarga, lingkungan fisik dan lingkungan social mereka, serta dari
hal-hal yang ada di sekeliling mereka.
Proses pembelajaran bukan hanya mengembangkan
kemampuan intelektual dengan memahami sejumlah teori dan fakta
saja, akan tetapi beberapa proses belajar itu dapat mengembangkan
seluruh aspek kehidupan siswa
Kurikulum berorientasi pada anak dalam perspektif kehidupan di
masyarakat, mengharapkan materi kurikulumyang dipelajari di
sekolahserta pengalaman belajar, di desain sesuai dengankebutuhan
anak sebagai persiapan agar mereka dapat hidup di masyarakat. Anak
dituntut bukan mempelajari berbagai macam teori atau berbagai
konsep yang dihubungkan dengan kehidupan nyata. Dengan
demikian, apa yang dipelajari di sekolah relevan dengan kehidupan
yang nyata.

2. Perspektif Psikologi
Menurut para pengembang kurikulum dan perspektif ini,
tugas dan tanggung jawab pendidikan di sekolah bukan hanya
mengembangkan segi intelektual siswa saja, akan tetapi
mengembangkan seluruh pribadi siswa sehingga dapat membentuk
manusia yang utuh. Tujuan pendidikan adalah proses perkembangan
pribadi secara dinamis, yaitu perkembangan ideal, integritas, dan
otonomi pribadi. Inti dari kurikulum humanis adalah aktualisasi
diri.Manusia yang memiliki kualitas dan kemampuan seperti itu,
bukan hanya ditandai dengan perkembangan kognitif saja, akan tetapi
perkembangan dalam estetika dan perkembangan moral.Kurikulum
humanistic sangat menekankan kepada adanya hubungan emosional
yang baik antara guru dengan siswa. Melalui situasi dan kondisi yang
demikian, diharapkan guru dapat mendorong serta membantu mereka
mengaktualisasikan diri.Kurikulum humanistic menekan kepada
integrasi, yaitu kesatuan pribadi secara utuh antara intelektual,
emosional, dan tindakan.
Kriteria keberhasilan ditentukan oleh perkembangan anak
supaya menjadi manusia yang terbuka berdiri sendiri. Proses
pembelajaran yang bagus menurut kurikulum ini adalah manakala
memberikan kesempatan kepada siswa untuk tumbuh berkembang
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

C. Desain Kurikulum Teknologis


Model desain kurikulum teknologi difokuskan kepade
efektivitas program, metode dan bahan-bahan yang dianggap dapat
mencapai tujuan. Teknologi mempengaruhi kurikulum dapat dilihat
dari dua sisi, yaitu sisi penerapan hasil-hasil teknologi dan penerapan
teknologi sebagai suatu system.
Sisi pertama yang berhubungan dengan penerapan teknologi
adalah perencanaan yang sistematis dengan menggunakan media atau
alat dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan teknologi sebagai suatu
system, menekankan kepada penyusunan program pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan system yang ditandai dengan
perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus
dicapai.Akhir dari suatu proses pembelajaran adalah ketercapaian
tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
Kurikulum ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Belajar dipandang sebagai proses-respon terhadap rangsangan
2. Belajar diatur berdasarkan langkah-langkah tertentu dengan
sejumlah tugas yang harus dipelajari.
3. Secara khusus siswa belajar secara individual, meskipun dalam hal-
hal tertentu bisa saja belajar secara kelompok.
Organisasi bahan pelajaran dalam kurikulum teknologis memiliki
cirri-ciri :

Pertama, pengorganisasian materi kurikulum berpatokan pada


rumusan tujuan
kedua, materi kurikulum disusun secara berjenjang, dan
ketiga, materi kurikulum disusun dari mulai yang sederhana
menuju yang kompleks.
Selanjutnya untuk evektifitas dan keberhasilan implementasi
kurikulum teknologi hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut :

1. Kesadaran akan tujuan, artinya siswa perlu memahami bahwa


pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,
siswa perlu diberi penjelasan tujuan apa yang harus dicapai.
2. Dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan mempraktikan
kecakapan sesuai dengan tujuan yang harus dicapai.
3. Siswa perlu diberi tahu hasil yang dicapai. Dengan demikian, siswa
perlu menyadari apakah pembelajaran sudah dianggap cukup atau
masih perlu bantuan.

Berdasarkan isi dan tujuan penulisan makalah ini, maka dapat


disimpulkan bahwa:
1. Mendesain kurikulum berarti menyusun rancangan atau menyusun
model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah.
2. Desain kurikulum disiplin ilmu merupakan desain kurikulum yang
berpusat kepada pengetahuan yang dirancang berdasarkan struktur
disiplin ilmu. Desain ini berfungsi untuk mengembangkan proses
kognitif atau pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui
latihan menggunakan gagasan dan melakukan proses penelitian
ilmiah. Terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi
pada disiplin ilmu, yaitu: subject centered curriculum, correlated
curriculum, dan integrated curriculum.
3. Dalam mendesain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat,
kebutuhan masyarakat harus dijadikan dasar menentukan isi
kurikulum. Ada tiga perspektif desain kurikulum yang berorientasi
pada kehidupan masyarakat, yaitu perspektif status quo (the status
quo perspective), perspektif reformis (the reformist perspektive), dan
perspektif masa depan (the futurist perspective).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Desain kurikulum adalah rancangan, pola, atau model kurikulum.
Dari dasar kata tersebut mendesain kurikulum berarti menyusun
rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan visi dan
misi sekolah/madrasah.
2. Desain kurikulum yang berorientasi pada anak didik, dapat dilihat
minimal dari dua perspektif, yaitu perspektif kehidupan anak di
masyarakat (the child-in-society perspective) dan perspektif psikologi
(the psychological curriculum perspective).
3. Model desain kurikulum teknologi difokuskan kepade efektivitas
program, metode dan bahan-bahan yang dianggap dapat mencapai
tujuan. Teknologi mempengaruhi kurikulum dapat dilihat dari dua
sisi, yaitu sisi penerapan hasil-hasil teknologi dan penerapan
teknologi sebagai suatu system.

B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan melalui penulisan
makalah ini adalah :
Jadikan makalah ini sebagai tolak ukur atau sumber penulisan
makalah selanjutnya, karena makalah ini masih kurang maksimal dan
kekurangan

You might also like